BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah seputar agama belakangan ini mulai mencuat kembali kepermukaan banyak persepsi persepsi yang menyimpang dan bisa saja menyesakan bagi umat Islam itu sendiri maka dalam makalah ini saya berusaha mengambil benang merah ataupun garis besar dalam menyikapi masalah persepsi, perbandingan dan penerapan agama Islam di kehidupan kita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan penegasan istilah seperti dikemukan di atas, maka pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah :
a). Pengertian Agama Islam ?
b). Apa dan Bagaimana Agama Islam ?
c). Studi Kasus Penerapan Agama Islam dalam kehidupan ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Sebagai tugas membuat makalah agama dengan tema aplikasi Islam dalam kehidapan seharihari
b. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca
c. Menjadi bahan kajian pokok yang bisa menjadi landasan kehidupan Islam Dalam Kehidupan
BAB II
PENGERTIAN AGAMA ISLAM
Ada 2 sisi untuk memahami pengertian agama Islam, yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan :
a. Menurut ilmu bahasa (Etminologi)
Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai dan dari kata tersebut dibentuk kata aslama, yuslimu, lslaman yang berarti memeliharakan kekeadaan selamat dan sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat.
b. Menurut istilah (Terminologi)
Islam merupakan suatu agama yang ajaran-ajaranya di wahyukan Tuhan kepada masyarakat/manusia melalui seseorang manusia Nabi Muhammad SAW. Islam hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan dari satu segi, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia.
Islam adalah agama yang seluruh para Nabi dan rasul yang pernah di utus oleh Allah SWT kepada bangsa-bangsa dan suku-suku manusia. Islam itu agama yang dibawa oleh Nabi Adam As, Nabi Ibrahim As, Nabi Yakub As, Nabi Isa As, dan Nabi-Nabi yang lainnya. Islam di bawa oleh Nabi Ibrahim As seperti di jelaskan dalam Al-Qur'an :
“Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata) : "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS.A1-Baqarah, 2 : 132).
Pengakuan Nabi Yusuf As dalam sebuah doanya menunjukan bahwa Islam adalah agamanya :
“Ya Tuhanku, Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam Keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh” (QS. Yusuf, 12 : 101)
Islam juga adalah agama yang di bawa oleh Nabi Isa As, seperti di jelaskan dalam ayat yang berbunyi :
“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia : "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab : "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang berserah diri” (QS.Ali Imran, 3 : 52)
Dengan demikian maka jelaslah bahwa Islam adalah agama Allah SWT yang di wahyukan kepada Rasul-Rasul-Nya untuk diajarkan kepada manusia. Dibawa secara berantai (Estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayah, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan Rahim Allah SWT.
Meski demikian belum tentu Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW dan Islam yang di bawa Nabi yang lain sama persis di karenakan Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW Universal, menyeluruh ataupun Global untuk semua umat manusia dan merupakan penyepurnaan dari Islam yang di bawa oleh Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Islam yang di bawa sebelum Nabi Muhammad SAW masih bersifat minoritas3 bukan global dan menyeluruh seperti Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Kesempurnaan ajaran Islam juga dapat di jumpai dari sikapnya yang memandang manusia secara wajar yakni memperlakukan manusia sesuai dengan fitrah4 manusia memerlukan makan, minum, teman bergaul, pakaian, hubungan seksual, harta benda, tempat tinggal, keturunan, dll.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam, tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab5kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya (QS. Ali Imran, 5 : 19)
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripada-Nya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi (QS. Ali Imran, 5 : 85)
Islam yang di bawa oleh rasul terakhir, Muhammad SAW, berisi tentang pengakuan eksistensi syariat-syariat terdahulu, pelurusan syariat yang sudah melenceng jauh, serta penyempurnaan syariat tersebut hingga akhir zaman. Agama Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad itulah yang tetap berlaku hingga sekarang dan masa yang akan datang, yaitu agama yang di turunkan Allah SWT, yang terangkum dalam Al Qur'an dan As sunnah berupa perintah-perintah, larangan-larangan, petunjuk-petunjuk, untuk kesejahterahaan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat.
Tujuan Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah rahmat bagi seluruh alam. Firman Allah SWT : “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya, 21 : 107)
BAB III
APA DAN BAGAIMANA ISLAM
Pertanyatan ini mungkin yang sering muncul di benak kita semua dalam kehidupan ini. Untuk itu maka penulis akan menjelaskan bagaimana Islam pada zaman dahulu dan Islam zaman sekarang dan juga kedudukan agama Islam di anatara agama lain.
A. Sejarah Awal Islam
Muhammad Bin Abdullah lahir pada tahun 571 M, dia hidup di tengah masyarakat arab yang jahiliyah. Jahiliyah disini bukan berarti mereka bodoh atau tidak berpengetahuan, namun jahiliyah disini di maksudkan bahwa mereka tak bermoral. Suka mabuk mabukan, judi, dan menyembah berhala. Menginjak dewasa beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, seorang janda yang juga merupakan saudagar kaya raya pada masa itu. Pada usia 40 tahun, beliau menyendiri di Gua Hira untuk merenungkan keadaan kaumnya. Beliau merasa gelisah dengan kelakuan kaumnya yang amoral pada saat itu.
Pada tahun 611 M, saat beliau sedang menyendiri di Gua Hira. Datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama kepadanya, dan sejak saat itu ia resmi diangkat sebagai rasul. Nabi akhir zaman, yang akan memperbaiki kondisi moral masyarakat yang bobrok serta mengajarkan tauhid kepada kaumnya.
Awalnya Nabi Muhammad berdakwah secara sembunyi-sembunyi, karena takut dengan ancaman kaumnya yang sangat teguh memegang kepercayaan nenek moyang, yaitu menyembah berhala. Namun setelah turunnya perintah untuk berdakwah terang-terangan, Nabi mulai berdakwah secara terang-terangan pada kaumnya. Beliau di tertawakan, diejek, dianggap orang gila dan mengalami perlakuan buruk dari kaumnya.
Meski mendapat tentangan keras dari kaum Quraisy, namun ajaran islam yang dibawa Nabi Muhammad terus berkembang luas. Pengikutnya semakin banyak, namun sering mendapat siksaan dari kaum Quraisy yang tidak suka dengan Nabi. Banyak budak yang mati syahid saat mempertahankan keyakinannya terhadap Allah, mereka disiksa sampai meninggal. Berbagai kecaman, dan siksaan terhadap pengikut Nabi SAW tidak menggoyahkan iman mereka. Malah semakin teguh. Nabi sendiri pun tak luput dari kekerasan mereka, Nabi pernah dilempari abtu saat berdakwah di daerah Thaif. Nabi juga pernah dilumuri kotoran saat beliau shalat di Ka’bah. Beliau juga pernah ditawari wanita cantik dan harta kekayaan yang banyak agar beliau menghentikan dakwahnya. Namun Nabi tetap bergeming, ia akan tetap berdakwah sampai islam berkembang luas atau ia mati karenanya.
Demi keselamatan para pengikutnya, maka Nabi meyuruh mereka Hijrah ke Madinah. Sedangkan beliau sendiri pergi berhijrah setelah semua pengikutnya sampai di Madinah. Disinilah kaum muslimin di sambut oleh penghuni Madinah, mereka bersama-sama bergotong royong membangun Masjdi Nabawi di Madinah.
Meski mereka bahagia hidup di Madinah, namun kaum muslimin masih merindukan kampung halaman mereka di kota Mekkah. Akhirnya Nabi menaklukkan kota Mekkah pada tahun ke-8 kenabian, maka islam pun semakin berkembang pesat. Berbagai peperangan melawan orang kafir di lalui Nabi demi tetap mempertahankan islam. Nabi tidak saja menjadi pemimpin agama, namun juga menjadi pemimpin negara yang adil dan bijaksana.Akhirnya Nabi meninggal pada tahun 11 H, di usia 63 tahun. Dan dimakamkan di Madinah, sepeninggal beliau islam terus berkembang pesat dan maju, sehingga melampaui peradaban bangsa-bangsa lain di masanya.
B. Islam Masuk Ke Indonesia
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam.
Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.Lambat laut penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai.
Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H/1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H/1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i.
Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H/1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari.
Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.Sampai dengan abad ke-8 H/14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H/14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Temate.
Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu/Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda.
Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil 'alamin. Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat.
Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus.
Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah-terutama Belanda menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah.
Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu/Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa.
Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah.
Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam.
Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah.
Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).
C. Kedudukan Islam Diantara Agama Lain
Harus di akui agama sebelum Islam seperti Yahudi dan Nasrani berasal dari Tuhan tetapi dalam sejarahnya agama-agama tersebut sudah tidak lagi memelihara lagi kemurniannya. Islam tidak mengingkari nilai-nilai agama dan kebenaran-kebenaran agama lain.
Akan tetapi menyatakan pengikutnya-pengikutnya yang kemuadian memalsukan kebenaran tersebut dengan ide-ide mereka sendiri. Misalnya saja dalam ajaran Agama Nasrani yang di bawa oleh Nabi Isa As, pada mulany agama ini mengakuibahwa yang wajib di sembah hanyalah Allah SWT. Namun dalam perkembangan selanjutnya mereka menganti Tuhannya dengan dokrin Trinitas. Dalam Al Qur'an orang yang menyatakan dan mempercayai dokrin tersebut itu ialah orang yang kafir sesuia dengan surat Al-Maidah 5 : 73 :
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan : "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.
Oleh karena itulah Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW untuk mensucikan kembali agama-Nya. Masing-masing agama sebelum Islam memperlihatkan aspek tertentu dari kebuthan yang sama, tetapi dengan penekanan yang berbeda sesuia dengan kebutuhan manusia dan massanya atau dengan rasnya. Islamlah agama yang di peruntukan seluruh umat manusia dengan manifestasi kebenaran yang paling menyeluruh, serta memberikan metode yang lengkap dan keseimbangan yang sempurna.
Kenyataan lain tentang hubungan Islam dengan agama lain ialah kronologi yang telah di tetapkan dalam Al Qu’an, bahwa Islam adalah penerus dari agama-agama yang Nabi-Nabinya termasuk dalam keluarga Ibrahim (Abraham). Tradisi Yahudi yang bermula dari Ishak (Isaac) anak Ibrahim yang berakhir pada Yesus (Isa As) yang merupakan Nabi terakhir dari silsilah dari keluarga tersebut, sedangkan Muhammad SAW, merupakan keturunan Ibrahim yang lain, yakni melalui Ismail (Ishmael).
Nabi-Nabi lain dari silsilah Nabi Adam juga di isyaratan dalam Al Qur’an tidak disebutkan dengan tegas kecuali Nuh (Noah). Tetapi karena Al Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa bagi setiap kelompok manusia, Allah mengirimkan seorang rasul untuk membimbing mereka maka bagi seorang muslim tidak dapat mengingkari kebenaran-kebenaran agama-agama lain yang tidak termasuk dalam tradisi Ibrahim. Apa yang telah di katakana dalam agama tesebut telah di palsukan, firman Allah telah bercampur dengan kata kata manusia, dan keaslian bentuknya telah tidak ada lagi.
Dengan demikian penjelasan singkat mengenai kedudukan Islam di antara agama-agama lain, sekaligus mengungkapkan sebab-sebab yang mendasar (Historical Background) mengapa Allah SWT mengutus rasul terakhir Nabi Muhammad SAW, sepeninggal Nabi Isa As yaitu dengan membawa ajaran Islam yang telah di sempurnkan dari ajaran-ajaran yang telah mengalami distorsi.
BAB IV
STUDI KASUS
Untuk mengetahui penerapan Islam dalam kehidupan manusia mari kita sama sama mempelajari studi kasus berikut ini :
Prof. Paul Ehrenfest, salah seorang ilmuan dalam ilmu fisika yang terkenal pada zamannya. Ketika Prof. Kohnstamm membuka tahun ajaran baru Nutseminarium yang ia pimpin di Amsterdam, ia membuka orasinya dengan memperingati seorang koleganya yang akrab. Paul Ehrenfest, seorang guru besar ilmu fisika yang kebetulan baru meninggal dengan cara yang amat mengejutkan dunia ilmu pengetahuan pada saat itu.
Prof. Paul Ehrenfest amat dicintai oleh teman sejawatnya sebagai sahabat yang setia, di hormati dan disayangi oleh mahasiswa-mahasiswa sebagai pemimpin dan bapak dalam ilmu fisika. Guru besar tesebut meninggal dengan cara bunuh diri, setelah terlebih dahulu membunuh anak semata wayangnya yang amat dicintainya. Siapa yang tidak heran ???, terkejut ?? sedih ??? mendengar peristiwa yang sangat tragis tersebut.
Prof. Paul Ehrenfest di kenal sebagai sosok terpelajar, seorang intelektual, berasal dari keluarga baik -baik dan memperoleh pendidikan terbaiknya di tempat kelahirannya. Ketajaman otaknya yang luar biasa mampu mengali rahasia ilmu melebihi pencapaian manusia yang lain di zamannya. Dari seorang yang sebatas mencari dan menerima ilmu, sang professor sanggup untuk mengupas, meretas, menonleh dan menguak rahasia-rahasia ilmu pengetahuan untuk kemudian di hidangkan kepada dunia luar, kepada orang banyak, menjadi perangkat baru untuk menyambung dan meneruskan pekerjaannya.
Prof. Paul Ehrenfest pun di kenal mempunyai karakter yang baik, lingkup pergaulannya dengan orang-orang yang baik dan belum pernah melakukan suatu pekerjaan yang tidak baik. Tetapi mengapa ia melakukan sesuatu perbuatan yang lebih buas dan lebih ganas dari perbuatan seorang penjahat sekalipun ?
Membunuh anak semata wayangnya dan setelah itu membunuh dirinya sendiri. Meski ada satu rahasia dari kehidupanya yang tidak di ketahui oleh dunia luar.
Dari surat yang di tinggalkan untuk teman sejawatnya yang paling akrab, Prof. Kohnstamm, terkuaklah misteri di balik perbuatan sang professor yang menggemparkan itu ternyata bukan di landasi oleh nafsu sesaat, tanpa perencanaan yang matang dan terfikir lama. Perbuatan tersebut berasal dari suatu pergolakan rohani yang telah mengendap dalam alam bawah sadarnya, yang tak dapat di selesaikan dengan lautan ilmu pengetahuan yang ada padanya.
Sang mahaguru kehilangan tujuan dalam hidupnya (Meaningless). Pendidikan yang ia terima sejak kecil dan pergaulan dengan orang sekelilingnya telah menbekas dalam jiwanya bahwa pokok dan tujuan dalam hidup yang sebenarnya adalah meraih ilmu pengetahuan yang setunggi-tingginya. Baginya tidak ada yang lebih baik dari ilmu pengetahuan, tak ada yang tersembunyi dalam ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan berada di atas segala-galanya. Me ski harus mengorbankan segenap jiwa, raga, dan waktu.
Akan tetapi lambat laun sang professor merasa masih ada hajat rohani yang tidak dapat di puaskan dengan ilmu pengetahuan. Semakin ia memperdalam ilmu, semakin ia kehilangan tempat berpijak, apa yang ia yakini kemarin benar maka keesokan harinya menjadi salah. Terus dan terus begitu.
Alhasil, rohaninya haus dan dahaga, butuh pegangan yang kuat, sandaran yang kokoh, sesuatu yang mutlak dan kekal. Tempat menyangkutkan sauh bila di timpa gelombang kehidupan, tempat bernaung yang teduh bila datang pancaroba rohani. Kesemuanya itu tak mungkin didapatkan hanya semata mengandalkan dalil, ratusan aksioma dan hipotesis yang di dapatkannya dengan ilmu pengetahuan.
Prof. Paul Ehrenfest memiliki seorang anak. Ia berharap kelak anaknya dapat meneruskan pekerjaaanya dan menyambung tenaganya. Untuk itu, sekuat tenaga ia didik anaknya dengan sesempurna mungkin, sayang kenyataan berbicara lain, prestasi anaknya tak sesuai harapan sang professor.
Sebagai seorang profesor, sudah tidak syak lagi, ia tidak akan membiarkan keadaan anaknya begitu saja. Uang untuk membayar dokter bukanlah masalah. Dokter ahli banyak tersebar di tempat kediamannya. Kalaupun tidak ada yang cocok yang jauhpun akan di hampirinya. Untuk melukiskan bagaimana keadaan batinya pada waktu itu, ia menyatakan dalam salah satu suratnya ke Prof. Kohnstamm : "Mirfelt das Golt Vertraeun, Religion ist notig. Aber went sie nich moglich ist, der kann eben zugrunde gehen". (Yang tidak ada pada saya ialah kepercayaan kepada Tuhan. Agama adalah perlu tetapi barang siapa tidak mampu memilih agama, ia mungkin binasa lantaran itu, yakni bila ia tidak bisa beragama).
Rohnya berkehendak penyembahan kepada Tuhan, ingin dan rindu untuk mempunyai Tuhan akan tetapi jalannya tak kunjung di temukan. Itulah gambaran batin seseorang yang terlahit atheis. Kisah Prof. Paul Ehrenfest ini semakin membuktikan bahwa agama agama mempunyai fungsi dan peranan tersendiri yang tak ternilai harganya dalam kehidupan tak terkecuali agama Islam agama yang selama ini kita anut. Untuk apa kita pintar ataupun jenius dalam suatu bidang ilmu pengetahuan tetati tak beragama akibatnya rohani kita akan selalu lapar, hiduppun gelisah karena tak ada pegangan yang kuat seperti Allah SWT tempat kita bernaug dan tempat kita meminta, tempat kita mengadu dan memohon pertolongan.
Untuk itu marilah kita berpegang teguh kepada agama Islam karena orang yang beragama bisa mengotrol dirinya sendiri, tak kan berbuat perbuatan tercela, dan tentu saja tak Galau Lagi...
Sekian Makalah ini saya buat mohon maafbila banyak kekurangan sesungguhnya kesalahan hanya milik saya sebagai penulis dan kelebihan hanya miliik Allah SWT.
Wassalam..
DAFTAR PUSTAKA
Alim Muhammad, Upaya Pembentukan dan Kepribadian Muslim, Bandung : Rosda Karya, 2006.
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta : UI Press, 1979.
Muhaimin, Problematika Agama Dalam Kehidupan Manusia,Jakarta : Kalam Mulia, 1989.
http://syafii.wordpress.com/2007/05/11/sejarah-islam-di-indonesia
http://sejarah.kompasiana.com/2012/01/29/sekedar-review-sejarah-kehidupan-beragama-nabimuhammad-saw
Post a Comment