Cari Kategori

Unsur-Unsur Disiplin

Posted by Indeks Prestasi


Unsur-Unsur Disiplin

indeksprestasi.blogspot.com - Knoff (Unaradjan, 2003:11) menyatakan, untuk membuat seseorang menjadi disiplin maka dilakukan suatu intervensi disiplin. Pendisiplinan berhubungan erat dengan tingkah laku siswa yang menyimpang atau salah. Tingkah laku yang menyimpang adalah tingkah laku seperti yang terlihat dan dinilai oleh orang lain, seperti guru ataupun petugas administrasi sekolah yang biasanya berada dalam posisi yang lebih otoriter. Terdapat beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan dalam memberikan pelatihan untuk mendisiplinkan anak, Hurlock (1978: 84) mengemukakan empat unsur pokok disiplin, yaitu:

1.    Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk berbuat atau bertingkah laku, tujuannya adalah membekali siswa dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi dan kelompok tertentu. Peraturan memiliki dua fungsi penting yaitu, fungsi pendidikan, sebab peraturan merupakan alat memperkenalkan perilaku yang disetujui anggota kelompok kepada siswa, dan fungsi preventif karena peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Peraturan dianggap efektif apabila setiap pelanggaran atas peraturan mendapat konsekuensi yang setimpal, apabila tidak maka peraturan tersebut akan kehilangan maknanya. Peraturan yang efektif dapat membantu seorang siswa agar merasa terlindungi sehingga siswa tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak pantas. Isi setiap peraturan harus mencerminkan hubungan yang serasi diantara anggota keluarga, memiliki dasar yang logis untuk membuat berbagai kebijakan, dan menjadi model perilaku yang harus terwujud di dalam keluarga. Proses penentuan setiap peraturan dan larangan bagi siswa bukan merupakan sesuatu yang dapat dikerjakan seketika dan berlaku untuk jangka panjang, peraturan dapat diubah agar dapat disesuaikan dengan perubahan keadaan, pertumbuhan fisik, usia dan kondisi saat ini di dalam keluarga. 20

2.    Hukuman
Hukuman berasal dari kata latin yaitu punier yang berarti menjatuhkan hukuman kepada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Tersirat di dalamnya bahwa kesalahan, perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam arti siswa mengetahui perbuatan itu salah tetapi tetap melakukannya. Tidak cukup hanya dengan mengetahui peraturan saja, tetapi harus disertai dengan pengertian terhadap arti dari peraturan selengkapnya. Tujuan hukuman menurut Hadisubrata (1988) dalam Tulus 2004: 56) yaitu untuk mendidik dan menyadarkan siswa bahwa perbuatan yang salah mempunyai akibat yang tidak menyenangkan. Hukuman diperlukan juga untuk mengendalikan perilaku disiplin, tetapi hukuman bukan satu-satunya cara untuk mendisiplinkan anak atau siswa. Hukuman memiliki tiga fungsi, (a) menghalangi pengulangan tindakan, (b) mendidik, sebelum siswa mengerti peraturan, siswa dapat belajar tindakan tersebut benar atau salah dengan mendapat hukuman, (c) memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima di masyarakat.

3.    Penghargaan
4.    Istilah penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan atas hasil yang baik. Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi dapat juga berbentuk pujian, kata-kata, senyuman atau tepukan di punggung. Penghargaan mempunyai tiga peranan penting yaitu, (a) penghargaan mempunyai nilai mendidik, (b) penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial, dan (c) penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan tiadanya penghargaan akan melemahkan perilaku.
5.    Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku, diajarkan dan dipaksakan dalam hukuman yang diberikan kepada siswa yang tidak menyesuaikan pada standar, dan dalam penghargaan bagi siswa yang menyesuaikan. Konsistensi mempunyai tiga fungsi yaitu, (a) mempunyai nilai mendidik yang besar, (b) konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang baik di masyarakat dan menjauhi tindakan buruk, dan yang terakhir (c) konsistensi membantu perkembangan siswa untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai otoritas. Siswa yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk berperilaku sesuai dengan standar sosial yang berlaku dibanding dengan siswa yang berdisiplin secara tidak konsisten.

Masalah umum yang muncul dalam disiplin adalah tidak konsistennya penerapan disiplin. Terdapat perbedaan antara tata tertib yang tertulis dengan pelaksanaan di lapangan, begitupun dalam sanksi atau hukuman ada perbedaan antara pelanggar yang satu dengan yang lainnya. Ketidakkonsistennya penerapan disiplin akan membingungkan siswa, diperlukan sikap konsisten dan konsekuen guru dan orang tua dalam implementasi disiplin. Soegeng (1994 dalam Tu’u 2004: 56) mengatakan, “Dalam menegakkan disiplin bukanlah ancaman atau kekerasan yang diutamakan, yang diperlukan adalah ketegasan dan keteguhan di dalammelaksanakan peraturan, hal itu merupakan modal utama dan syarat mutlak untuk mewujudkan disiplin”. Penerapan peraturan sekolah dan sanksi terhadap siswa yang melanggar peraturan sekolah harus dilakukan secara konsisten dan konsekuen. Artinya tidak berubah-ubah sesuai keadaan dan tidak bertindak semena-mena, tindakan yang diambil harus sesuai dengan apa yang dikatakan dan disusun dalam peraturan yang berlaku. Menurut Harris Clemes dan Reynold Bean (dalam Tulus, 2004: 61), pentingnya sikap konsisten ini disebabkan sebagai berikut.

  1. Sikap konsisten menunjukkan penerapan disiplin tidaklah main-main, berlaku sesuai ucapan atau aturan yang ada.
  2. Penerapan aturan dan hukuman yang konsisten sangat besar pengaruhnya pada siswa, dibandingkan keseimbangan dan hukuman yang kejam.
  3. Sikap konsisten akan menolong dan membuat siswa merasa terlindungi.
  4. Penerapan disiplin yang konsisten akan menghasilkan ketertiban yang baik.
  5. Sikap tidak konsisten akan mengkhawatirkan siswa, sebab mereka tidak tahu tindakan apa yang akan diberikan bagi yang melanggar.
  6. Sikap tidak konsisten dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan siswa.

Related Post



Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 21:07:00

Post a Comment