PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM MELALUI BERMAIN PADA ANAK USIA DINI (PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN DASAR)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kondisi sosial yang diakselerasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pesatnya teknologi serta informasi yang begitu cepat menyentuh kehidupan masyarakat, dapat membawa perubahan diseluruh aspek kehidupan. Fondasi mental, moral dan Agama yang kuat mutlak diperlukan sebagai antisipasi kecenderungan imitasi suatu perilaku masyarakat kita.
Masyarakat modern cenderung memiliki perilaku yang serba instan, praktis, ingin segala sesuatu serba cepat, tidak jarang sistem instan ini dilakukan tanpa memperdulikan nilai-nilai dan norma-norma moral keagamaan. Sedangkan pemberdayaan masyarakat untuk mampu memegang teguh nilai-nilai bukanlah perkara yang mudah. Ketepatan waktu, disiplin, bersedia untuk antri, tidak menyuap untuk mendapatkan prioritas dan sebagainya bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh masyarakat kita.
Diperlukan penanaman nilai-nilai dan norma-norma Agama yang kuat terhadap bangsa ini agar tidak mudah terpengaruh dan mempunyai filter ketika pengaruh-pengaruh bangsa lain masuk. Supaya penanaman nilai dan norma tersebut kuat, maka harus dilakukan sejak usia dini, sebagaimana disampaikan oleh Hasan A. (dalam Barr A.tt : 357) bahwa mencari ilmu pada saat kecil seperti memahat di atas batu dan mencari ilmu di waktu tua bagaikan mengukir diatas air. Ungkapan ini menekankan pentingnya belajar pada usia dini, sebab belajar yang dilakukan walaupun melalui proses yang tidak mudah namun apabila sudah dikuasai, maka akan tetap diingat sepanjang hidupnya.
Untuk itu pendidikan Agama Islam dapat dipelajari sejak usia dini agar dapat tercipta generasi yang memiliki moral Agama yang kuat dan ber-akhlakul karimah, sehingga mereka mampu membentengi dirinya dari pengaruh negatif dari era globalisasi.
Pendidikan Agama Islam harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui pendidikan anak usia dini yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Pendidikan tersebut sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini.
Dengan diberlakukannya UU No. 20 tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Agar pendidikan yang ditanamkan kepada anak usia dini dapat berhasil secara maksimal, maka diperlukan materi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia dini. Soemantri P (2003 : 101) mengemukakan bermain merupakan cara belajar terbaik pada anak prasekolah. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pendekatan yang tepat dalam pembelajaran anak usia dini adalah pembelajaran melalui bermain. Melalui bermain dapat dikembangkan aspek sosial emosional anak, melalui bermain anak mempunyai rasa memiliki, merasa menjadi bagian dalam kelompok, belajar untuk hidup dan bekerja sama dalam kelompok dengan segala perbedaan yang ada.
Pada konsep belajar melalui bermain ini menempatkan anak sebagai subjek dan orang tua atau guru menjadi fasilitator. Dalam konsep ini anak akan memiliki kebebasan untuk mengekspresikan imajinasi dan kreativitas berfikirnya, dan akan merangsang daya cipta dan berfikir kritis. Jika dua hal ini terbangun anak akan menjadi orang yang percaya diri dan mandiri. Anak tidak mejadi menghafal tetapi justru analis yang handal.
Belajar melalui bermain adalah satu pendekatan pembelajaran yang berkesan kepada kanak-kanak. Melalui pendekatan ini juga akan mendatangkan kegembiraan dan kepuasan bagi mereka dalam sesuatu pengajaran yang hendak disampaikan. Dengan bermain juga anak-anak akan dapat menguasai perkembangan dan keterampilan fisik serta penguasaan bahasa dari segi perbendaharaan dan tatabahasa.
Mengenai cara belajar pada anak usia dini, mereka belajar dengan caranya sendiri. Seringkali guru dan orang tua mengajarkan anak sesuai dengan jalan pikiran orang dewasa. Akibatnya apa yang diajarkan orang tua sulit diterima anak. Gejala itu antara lain tampak dari banyaknya hal yang disukai oleh anak tetapi dilarang oleh orang tua dan sebaliknya banyak hal yang disukai oleh orang tua tidak disukai oleh anak. Fenomena tersebut membuktikan bahwa sebenarnya jalan pikiran anak berbeda dengan jalan pikiran orang dewasa. Untuk itu orang tua dan guru anak usia dini perlu memahami hakikat perkembangan anak dan hakikat PAUD agar dapat memberi pendidikan yang sesuai dengan jalan pikiran anak.
Pembelajaran pada anak usia dini menggunakan esensi bermain, meliputi perasaan senang, demokratis, aktif, tidak terpaksa dan merdeka. Pembelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut serta dan tidak terpaksa. guru memasukkan unsur-unsur edukatif dalam kegiatan bermain, sehingga anak secara tidak sadar telah belajar berbagai hal. Anak-anak tidak merasa cepat bosan dengan apa yang akan dipelajari atau disampaikan oleh guru, sehingga dapat menangkap dengan baik materi apa yang dipelajari pada saat itu.
Salah satu prinsip pembelajaran pada pendidikan anak usia dini adalah belajar melalui bermain. Hal tersebut disebabkan karena pada hakikatnya semua anak suka bermain. Mereka menggunakan sebagian besar waktunya untuk bermain baik sendiri, dengan teman sebaya ataupun dengan orang yang lebih dewasa. Berdasarkan fenomena tersebut, maka para ahli menentukan bahwa bermain merupakan faktor yang cukup penting dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini. Selain itu esensi bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini.
Kegiatan bermain pada anak perlu mendapat perhatian dari para pendidik anak usia dini. Semakin banyak anak yang tertekan mengikuti kegiatan sekolah dan tampaknya lebih banyak membebani anak didik. Begitu banyak tugas-tugas yang diberikan guru termasuk pekerjaan rumah dan les. Selain itu anak seringkali mendapat tuntutan yang lebih tinggi dari lingkungan untuk berhasil terutama di bidang akademik.
Pembelajaran anak usia dini kebanyakan sangat terstruktur dan formal sehingga terkesan kaku dan monoton, sehingga celah bagi anak untuk bermain semakin sempit. Begitu pentingnya aktivitas bermain bagi pendidikan anak usia dini, maka hal tersebut perlu diadakan perubahan disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak usia dini.
Dari uraian diatas, penulis merasa perlu dan tertarik meneliti tentang pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini, sehingga dari hasil penelitian ini dapat dideskripsikan pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia ini yang dilaksanakan di TK X.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas penulis mendapatkan gambaran bahwa pembelajaran Agama Islam haruslah mulai diajarkan sejak anak usia dini dengan tidak mengesampingkan karakter anak dengan strategi pembelajaran yang digunakan pada pendidikan anak usia dini. Itulah sebabnya, peneliti memfokuskan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran Agama Islam pada anak usia dini melalui bermain di TK X. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran Agama Islam melalui bermain di TK X ?
2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Agama Islam melalui bermain di TK X ?
3. Bagaimana hasil yang dicapai dalam pembelajaran Agama Islam melalui bermain di TK X ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban atau data mengenai pembelajaran Agama Islam melalui bermain yang diterapkan di TK X. Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan pembelajaran Agama Islam melalui bermain di TK X.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan pembelajaran Agama Islam melalui bermain di TK X.
3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hasil pembelajaran Agama Islam melalui bermain di TK X.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoretis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian dan informasi tentang konsep pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini yang di TK X.
2. Mengembangkan konsep-konsep yang terkait pada pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada pendidikan anak usia dini.
3. Memberi sumbangan pemikiran dalam rangka mengembangkan pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini.
4. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu dan sebagai dukungan upaya penelitian yang akan datang.
b. Secara Praktis
1. Sebagai masukan bagi pengelola program studi pendidikan dasar dalam rangka mengembangkan konsentrasi pendidikan anak usia dini.
2. Sebagai masukan bagi pengelola TK X khususnya dalam rangka peningkatan pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini.
3. Sebagai masukan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat serta lembaga/tenaga kependidikan dalam melaksanakan perannya masing-masing sehingga dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada TK yang bersangkutan.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, rekaman video dan lain-lain.
Tahapan penelitian yang dilakukan adalah persiapan, pelaksanaan dan pengolahan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara, observasi dan studi dokumen dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan alat perekam.