Cari Kategori

Showing posts with label fisika kelas 8. Show all posts
Showing posts with label fisika kelas 8. Show all posts

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (FISIKA KELAS VIII) 



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada jaman sekarang merupakan suatu rangkaian peristiwa yang sangat penting bagi semua orang. Peristiwa tersebut diawali dengan interaksi antar manusia yang sedang belajar untuk mendapatkan sesuatu. Dalam proses belajar, dibutuhkan seorang pengajar untuk membantu proses belajar tersebut. Sebagai seorang pengajar jika berbicara tentang belajar maka tidak dapat lepas dari kegiatan mengajar. Karena belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan strategi pembelajaran yang diharapkan mampu memperbaiki sistem pendidikan yang telah berlangsung selama ini. Salah satu tolok ukur keberhasilan guru adalah bila dalam pembelajaran mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru untuk mengelola proses belajar mengajar. Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan dalam proses belajar mengajar, demi tercapainya interaksi belajar yang optimal, yang pada akhirnya membawa kepada pencapaian sasaran hasil belajar yang maksimal. Untuk mencapai kondisi yang demikian maka perlu adanya fasilitator yaitu guru, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa secara aktif sekaligus membangun motivasi siswa.
Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru Fisika di SMPN X, diketahui bahwa siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Hasil belajar siswa juga kurang dari nilai KKM yang telah ditentukan di SMPN X. Hal tersebut mungkin terjadi karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi. Kebanyakan para guru menggunakan model pembelajaran ceramah dan diskusi kelas saja. Sehingga memungkinkan siswa akan mempunyai dampak yang negatif, seperti : 
1. Siswa menjadi pasif, hanya menerima apa saja yang dijelaskan oleh guru.
2. Siswa sering bosan sehingga terjadi keramaian di kelas.
3. Siswa kurang berinteraksi dengan teman yang lain ketika membahas pelajaran, sehingga tidak ada rasa kebersamaan antar siswa yang nilainya diatas nilai KKM dengan siswa yang nilainya di bawah nilai KKM.
4. Siswa banyak yang kurang paham.
Dari kemungkinan dampak negatif tersebut, para guru di SMPN X telah melakukan upaya tersendiri seperti memberikan tugas rumah setiap akhir pertemuan, mengajak siswa untuk berdiskusi bersama di kelas. Siswa membutuhkan metode pengajaran yang berbeda dari biasanya untuk membuat siswa lebih aktif dan tidak bosan selama pelajaran berlangsung. Metode-metode pembelajaran yang masih menampilkan guru sebagai tokoh sentral di muka kelas seharusnya ditinggalkan, selain itu pembelajaran tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa juga bisa saling mengajari dengan sesama siswa lainnya, dengan melibatkan siswa yang berprestasi tinggi (tutor sebaya) dalam kelompok-kelompok belajar di kelas untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Salah satu aspek penting pembelajaran kooperatif selain membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif yang lebih baik diantara siswa, juga membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka. Pembelajaran dengan tutor sebaya juga dapat melatih siswa untuk saling membantu satu sama lain. Siswa yang sebenarnya tidak paham dengan pelajaran yang dijelaskan guru, dapat bertanya dengan teman sebayanya.
Ada berbagai model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah : STAD (Student Team Achievement Division), Jigsaw, Investigasi Kelompok, TGT (Teams Game Tournament), dan sebagainya. STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang heterogen, beranggotakan 4-5 orang, dengan memperhatikan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan sebagainya. Siswa mempelajari materi bersama-sama melalui tutorial dan diskusi kemudian dilakukan kuis secara individual. Kuis diskor dan tiap siswa diberi skor perkembangan, kemudian berdasarkan skor perkembangan setiap anggota didapat skor tim sehingga dapat digunakan untuk menentukan kategori tim untuk tiap kuis.
Hasil penelitian Ong Eng Tek (1997) menyatakan bahwa model pembelajaran STAD mampu meningkatkan prestasi siswa di kelas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti berupaya menerapkan model pembelajaran STAD dengan modifikasi tutor sebaya agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penerapan model pembelajaran tipe STAD dengan tutor sebaya diharapkan agar siswa mampu memperoleh suatu pengetahuan baru yang dapat memotivasi siswa untuk mengasah kemampuan yang dimiliki. Selain itu, model ini juga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN X terhadap mata pelajaran Fisika. Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tutor sebaya tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul ‘’PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM-ACHIEVEMENT DEVISION) DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMPN X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana proses tindakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tutor sebaya ?
2. apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu
1. Untuk mengetahui proses tindakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tutor sebaya
2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tutor sebaya terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 
1. Guru
a. Sebagai umpan balik untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa.
b. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memilih metode serta model pembelajaran yang bervariasi.
c. Memperbaiki kinerja guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
2. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman dalam pembelajaran bagi peneliti selain digunakan untuk menyelesaikan tugas pembelajaran.
3. Siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Fisika.
b. Menambah rasa percaya diri dalam menyelesaikan soal-soal.
c. Menumbuhkan kemampuan dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengembangkan keterampilan berpikir yang tinggi.
4. Sekolah
a. Memberikan sumbangan yang positif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Memberi masukan yang baik bagi sekolah untuk pembaharuan pembelajaran berikutnya.
c. Dapat dipertimbangkan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas para siswa.

E. Sistematika Penulisan Skripsi
Secara garis besar sistematika skripsi ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : bagian awal, bagian isi dan bagian akhir yang masing-masing diuraikan sebagai berikut.
1. Bagian awal skripsi
Berisi judul, abstrak, lembar pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
2. Bagian isi skripsi
a. Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.
b. Bab II Landasan Teori
Berisi uraian teoritis, atau teori-teori yang mendasari pemecahan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan judul skripsi
c. Bab III Metode Penelitian
Berisi tentang populasi, sampel penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan metode analisis data.
d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi semua hasil penelitian dan pembahasannya.
e. Bab V Penutup
Berisi simpulan dan saran-saran. 
3. Bagian akhir skripsi
Berisi daftar pustaka untuk memberikan informasi tentang semua buku sumber dan literatur lainnya yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran dari hasil perhitungan-perhitungan statistik, ijin penelitian, dan instrumen penelitian

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 16:54:00

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI POKOK KALOR DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI POKOK KALOR DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (FISIKA KELAS VIII) 



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Perubahan yang sangat cepat ini merupakan fakta dalam kehidupan siswa sehingga siswa perlu dibekali dengan kompetensi yang memadai agar menjadi peserta aktif dalam masyarakat. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang sains merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dan memasuki dunia teknologi termasuk teknologi informasi untuk kepentingan pribadi, sosial, ekonomi dan lingkungan (Depdiknas, 2003 : 1).
Menanggapi hal tersebut pemerintah sudah banyak berupaya untuk membenahi proses pembelajaran seperti penataran guru-guru Sains, membentuk musyawarah guru bidang studi, bantuan alat-alat laboratorium, dan juga melakukan penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan sistem pendidikan. Sesuai dengan amanat Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menetapkan kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004, yang telah dilakukan mulai tahun pelajaran 2004/2005. Perubahan kurikulum ini tentunya harus diikuti dengan penggunaan pendekatan atau strategi pembelajaran yang sesuai oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Pendidikan Sains diarahkan untuk "mencari tahu" tentang alam secara sistematis yaitu dengan "berbuat" karena Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran Sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains. Fisika merupakan bagian dari sains yang merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian poses ilmiah.
Dari hasil observasi awal di SMPN X diperoleh data sebagai berikut : 
1. Fisika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa sehingga membuat siswa kurang berminat terhadap mata pelajaran Fisika, hal ini terlihat pada rendahnya nilai rata-rata ulangan harian materi pokok sebelumnya yaitu sebesar 63,34 (lampiran 23).
2. System pengajaran yang masih cenderung bersifat tradisional yaitu dengan menekankan pada hafalan-hafalan sehingga cenderung siswa lebih cepat bosan dan mudah lupa.
3. Siswa jarang praktik di laboratorium karena keterbatasan waktu, mengejar materi, dan sarana prasarana yang kurang memadai seperti : banyaknya alat yang rusak dan jumlah alat yang sedikit, sehingga peralatan di laboratorium jarang dimanfaatkan.
Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan hasil belajar fisika kurang maksimal yang berdampak tidak tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu. Untuk meminimalisasi dan mengantisipasi permasalahan tersebut diperlukan sebuah strategi pembelajaran lain yang lebih memberdayakan siswa dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu CTL. Sebuah strategi yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta, rumus-rumus tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka. Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama yang harus diterapkan dalam pembelajarannya, yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflecting), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003 : 10). Oleh sebab itu proses pembelajaran dapat menggunakan pendekatan CTL.
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis mengadakan penelitian tindakan kelas tentang : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI POKOK KALOR DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VIII SMPN X.

B. Permasalahan
Sesuai dengan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah : "Apakah dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) dapat meningkatkan hasil belajar fisika pokok bahasan kalor siswa kelas VIII SMPN X ?".

C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 
1. Bagi siswa, memudahkan siswa dalam memahami dan menguasai fisika melalui pengalaman nyata dalam pembelajaran.
2. Bagi guru, memberi konsep yang jelas mengenai pendekatan CTL sebagai upaya untuk mengembangkan ilmu pendidikan. 
3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini meliputi tiga bagian, yaitu : 
1. Bagian pendahuluan, berisi : halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. 
2. Bagian isi dibagi menjadi lima bab, antara lain : 
Bab I Pendahuluan 
Berisi latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, sistematika skripsi. 
Bab II Landasan Teori
Mengemukakan tentang kajian teori-teori yang mendasari dalam penulisan skripsi ini. 
Bab III Metode Penelitian. 
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini meliputi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. 
Bab V Simpulan dan Saran
Berisikan simpulan dari hasil penelitian serta saran.
3. Bagian akhir skripsi ini adalah daftar pustaka, tabel-tabel yang digunakan, dan lampiran-lampiran yang melengkapi uraian pada bagian isi.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 16:53:00

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI POKOK CAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI POKOK CAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (FISIKA KELAS VIII)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah hams interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itulah proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar sesuai dengan tuntutan Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi dikemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Berarti pendidikan IPA seharusnya dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA hendaknya diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Proses pembelajaran IPA sebaiknya menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.
Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat masih mengajar IPA di kelas yang akan diteliti (kelas VIII), banyak sekali masalah-masalah yang dirasakan oleh peneliti sendiri ketika proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa yang dicapai masih belum sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah rencanakan. Proses pembelajaran IPA yang dilakukan masih berpusat pada guru, guru seringkali melakukan pembelajaran dengan metode ceramah. Hal ini mengakibatkan masih banyak siswa yang prestasi belajarnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan sekolah. Sedangkan rencana awal pembelajaran IPA adalah menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan harian mereka, konteks pribadi, sosial dan budaya mereka, sehingga lebih bermakna.
Hal serupa juga dialami guru pengganti, selama peneliti melanjutkan pendidikan. Berkaitan dengan proses pembelajaran fisika diperoleh informasi dari guru pengganti, bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa pada pokok bahasan getaran dan gelombang (KD 6.1) yang terdiri dari 7 soal adalah sebesar 60 yang masih berada di bawah KKM (sebesar 65), sedangkan dari 29 siswa yang nilainya mencapai KKM adalah 16 siswa (ketuntasan klasikalnya 55,17%). Selain itu, pada saat guru pengganti mengajar pokok bahasan cahaya pada tahun pelajaran 2009-2010 mengungkapkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan untuk mengaitkan dalam kehidupan mereka, terutama kemampuan pemahaman (C2) dan penerapan (C3).
Berdasarkan hasil wawancara non formal dengan siswa, diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran di kelas, guru seringkali menggunakan metode ceramah, guru tidak menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan harian mereka, dan kurang mengkaitkan konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga mengakibatkan siswa merasa jenuh dengan untuk belajar fisika.
Ketuntasan belajar menurut Panduan Penyusunan KTSP & Silabus (BSNP, 2006) setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Sementara itu, hasil perhitungan KKM di Madrasah yang bersangkutan menetapkan bahwa untuk mata pelajaran IPA pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% siswa telah memperoleh nilai yang mencapai KKM.
Pemaparan tersebut mendorong peneliti untuk memberikan suatu tindakan pada kelas yang bersangkutan agar keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan, yang akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan, adalah dengan menerapkan pendekatan kontekstual, alternatif tersebut dipilih pendekatan kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan dalam konteks kehidupan siswa serta pembentukan pengetahuan secara aktif oleh siswa, sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna. Selain itu, CTL juga berorientasi pada masalah-masalah yang biasa dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bentuk penelitian yang memfokuskan pada pendekatan kontekstual (CTL) dengan judul penelitian : "UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI POKOK CAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dalam penelitian disini adalah : Lemahnya kemampuan Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah dalam aspek pemahaman (C2) dan penerapan (C3) pada pokok materi cahaya, sehingga KKM pada pokok materi tersebut tidak dapat tercapai.

C. Tujuan Penelitian
Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII MTs X dalam ranah kognitif C2 (pemahaman) dan C3 (penerapan) pada pokok materi cahaya, agar mencapai KKM yang telah ditetapkan, yaitu 65 serta ketuntasan klasikal siswa minimal 75%.
D. Pembatasan Masalah
Supaya masalah tidak terlalu luas dan kompleks, peningkatan prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan IPK yang semakin besar sehingga mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu minimal 75%.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian Bagi Guru
Dengan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat menjadi masukan berharga dalam memperluas pengetahuan dan wawasan serta pengalaman mengenai pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL), sehingga dapat diharapkan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.
2. Manfaat Peneliti Bagi Siswa
a. Agar siswa dapat merasa dirinya mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, jawaban, ide, gagasan dan pertanyaan. 
b. Siswa juga dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
c. Mendapatkan pengalaman pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) yang memudahkan siswa dalam memahami materi.
d. Hasil penelitian ini dapat memperbaiki cara berfikir dan belajar sehingga proses pembelajaran akan lebih efektif.
3. Manfaat Peneliti Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangsih pemikiran dan pengalaman baik pada sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.
4. Manfaat Penelitian Bagi Peneliti.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, pengetahuan berkaitan dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 22:38:00