Cari Kategori

Showing posts with label pendidikan agama islam. Show all posts
Showing posts with label pendidikan agama islam. Show all posts

AKTIFITAS BELAJAR KELOMPOK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Secara kodrati manusia adalah makhluk individu dan makhluk social. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk social, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun tidak terlepas dari individu yang lain, hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi dengan lingkungan, interaksi dengan sesamanya maupun interaksi dengan Tuhannya. Sebagaimana firman Allah : 

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat : 13) 

Dari ayat tersebut di atas, hendaknya manusia mampu hidup bersama-sama dengan orang lain, maka dituntut adanya suatu kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, sehingga mereka dapat mengintegrasikan dirinya di tengah-tengah masyarakat.

Di dalam dunia pendidikan juga ada istilah interaksi yang dinamakan interaksi edukatif. Yaitu interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain apa yang dinamakan interaksi edukatif secara khusus adalah sebagai interaksi belajar mengajar. Belajar dapat juga diartikan sebagai : "Suatu perubahan tingkah laku karena hasil pengalaman yang diperoleh".

Dari pengertian belajar di atas, maka keaktifan siswa sebagai subyek belajar sangat menentukan. Jadi tidak benar adanya suatu anggapan bahwa siswa hanya sebagai obyek pendidikan yang hanya dapat menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya. Dengan demikian di dalam proses interaksi belajar mengajar guru sebagai pengajar tidak boleh mendominasi kegiatan tetapi sebagai seorang guru harus mampu menciptakan kondisi yang kondusif.

Disamping itu tugas guru adalah memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Sehingga dengan demikian diharapkan potensi siswa sedikit demi sedikit dapat berkembang menjadi, manusia yang aktif dan kreatif yang beriman.

Pentingnya motivasi dan bimbingan guru dalam hal belajar siswa dapat dilihat dari pendapat Prof. Dr. Oemar Mohammad al Toumy al Asy Syaibany dalam bukunya Falsafah Pendidikan Islam, menyatakan : 

Menjaga motivasi, kebutuhan, minat dan keinginannya pada proses belajar sangat penting sebab dengan menggerakkan motivasi dan berbagai aktifitas yang diminta pelajar serta metode-metode yang baik dapat menjadikan pelajar lebih giat dan lebih aktif dalam belajarnya. Dengan demikian barang siapa yang belajar berdasar pada motivasi yang kuat maka tidak akan mudah lelah dan cepat bosan. Oleh karena itu perlulah guru memelihara motivasi pelajar seperti kebutuhan, keinginan dan cara-cara pengajaran yang baik agar dapat menjamin sikap positif pelajar dan kecintaannya terhadap pelajaran.

Belajar kelompok yang dimaksudkan haruslah benar-benar mendapatkan kontrol dan pembinaan yang kontinyu dari guru-guru sebab tanpa adanya pembinaan dan kontrol dari guru, motifasi siswa untuk belajar menjadi lemah bahkan akan berakibat negatif.

Salah satu usaha untuk membangkitkan motivasi siswa yaitu memberikan suatu, yang sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga siswa ingin mencapai tujuan tersebut. Oleh karenanya guru perlu menjelaskan tujuan belajar kelompok pada setiap kontrol yang dilaksanakannya, sebab belajar kelompok yang dibentuk tanpa diikuti oleh kontrol dan pembinaan yang kontinyu dari guru, siswa akan merasa mendapatkan tambahan pekerjaan yang memberatkan dirinya, terlebih lagi bagi siswa yang belum menyadari pentingnya belajar kelompok, sebaliknya belajar yang benar-benar mendapatkan pembinaan yang kontinyu dari guru, secara psikologis akan membuat siswa mempunyai perasaan lebih aman, sebab siswa merasa mendapatkan perlindungan dari gam sehingga siswa akan terdorong untuk lebih giat lagi.

Adanya prestasi belajar yang baik dalam belajar akan merupakan dorongan yang positif bagi siswa sehingga gairah dan minat belajar akan semakin kuat, karena tanpa adanya dorongan atau situasi yang dap at membangkitkan minat belajar anak, maka jangan diharap si anak berprestasi seperti yang diharapkan.

Berkaitan dengan proses belajar mengajar, hal tersebut berarti bahwa siswa akan lebih baik dan lebih giat belajarnya, apabila usaha tersebut berhasil baik dan sebaliknya mereka tidak akan berminat belajar bila usahanya tidak berhasil dengan baik.

Prestasi belajar yang baik tidak hanya berpengaruh terhadap gairah belajar saja, akan tetapi memberikan pengalaman yang membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap dan kesanggupan yang konstruktif, selain itu juga akan berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, ia akan berfikir secara kritis dan kreatif, ia akan belajar bekerja sama dalam memecahkan masalah-masalah dan ia akan belajar mengenal kesanggupan yang ada pada dirinya sendiri.

Usaha yang dilakukan guru dalam mencapai prestasi belajar anak yang baik adalah dengan cara membentuk belajar kelompok yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan, sebab dalam sistem belajar kelompok terdapat interaksi atau hubungan yang sangat erat antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Sikap saling membantu dapat memudahkan siswa didalam manghadapi kesulitan khususnya yang berkaitan dengan kesulitan belajar. Sikap saling membantu dan menolong di dalam kebaikan ini sejalan dengan ajaran Islam, sebagaimana firman Allah : 

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (QS. Al Maidah : 2)

Dengan demikan usaha dengan melalui belajar kelompok dimungkinkan dapat terbentuknya siswa yang cerdas dan berprestasi, sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah dalam urusan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 3 yang berbunyi : 

"Penidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab"

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 13:29:00

PENERAPAN PENILAIAN PROYEK (PROJECT ASSESSMENT) DENGAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA

Perubahan kebijakan pemerintah dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar siswa aktif (CBSA) sampai kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004, dan telah disempurnakan lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bukan tanpa alasan. Seiring dengan perubahan tersebut paradigma lama yang menempatkan Guru sebagai pusat belajar (teacher centered) mulai bergeser perlahan dan diganti dengan menjadikan murid sebagai subyek dalam pembelajaran (student centered).

Berkaitan dengan KTSP yang menekankan pada kompetensi. istilah kompetensi berarti pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai dasar yang tercermin dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang harus dimiliki dan dikuasai oleh peserta didik. Kompetensi ini harus dikembangkan sesuai kebutuhan, waktu, dan zaman. Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat diukur sebagai wujud belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung.

Menyinggung tentang penilaian, tentunya tidak bisa terlepas dari kata "Evaluasi (evaluation)", dimana evaluasi (evaluation) dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi hasil belajar peserta didik. Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, yang meliputi tiga domain, yaitu; kognitif, afektif, dan psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan dalam penilaian pembelajaran yang sesuai dengan KTSP, yaitu dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio), penilaian tertulis (paper and pencil assessment), penilaian produk (product assessment), penilaian diri (self assessment), penilaian unjuk kerja (performance assessment), penilaian proyek (project assessment) dan penilaian sikap.

Penilaian pengumpulan kerja siswa (portofolio assessment) merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Penilaian sikap merupakan penilaian sikap peserta didik yang berguna untuk mengetahui faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran, dan sebagai feedback pengembangan pembelajaran. Penilaian tertulis (paper and pencil assessment) merupakan penilaian dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Penilaian produk (product assessment) merupakan penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni. Penilaian diri (self assessment) merupakan suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri yang berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Penilaian unjuk kerja (performance assessment) merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Dan penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data.

Pada dasarnya beberapa teknik penilaian tersebut di atas merupakan satu kesatuan dalam penilaian berbasis kelas, Namun karena keterbatasan peneliti, maka hanya bisa meneliti untuk satu teknik penilaian saja dengan mempertimbangkan penilaian proyek. Penilaian tersebut dianggap cukup mengukur kompetensi siswa dan sangat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara obyektif berdasarkan hasil kerja (penugasan) siswa dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, menilai dan sikap sebagai hasil belajar. Disamping itu, penilaian proyek ini merupakan suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum, baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam semua bidang, khususnya bidang Pendidikan Agama Islam.

Pada umumnya, guru menilai peserta didik hanya pada aspek kognitifnya saja, sehingga aspek afektif dan psikomotor kurang mendapatkan perhatian atau kurang disentuh, terkhusus pada penilaian pembelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam. Untuk itulah guru dituntut untuk lebih memperhatikan ketiga aspek pembelajaran, yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor dalam menilai peserta didik guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Hal ini sesuai dengan ketentuan penilaian berbasis kelas yang memperhatikan aspek-aspek dalam pembalajaran.

Selama ini anak didik cenderung dituntut kemampuan berfikirnya (menghapal). Alhasil, gurupun sibuk memberikan berbagai pengetahuan yang harus dihapal. Murid kurang diajar untuk belajar, tetapi cenderung berlatih menjawab soal. Seharusnya guru lebih menitik beratkan pada bagaimana pengetahuan yang dimilikinya bisa disampaikan kepada siswanya karena hasil yang diperoleh siswa dengan mengikuti pembelajaran lebih terarah agar siswa banyak memiliki beragam pengetahuan tanpa kedalaman yang berarti. Seringkali siswa hanya mampu mengingat sesaat tentang berbagai pengetahuan tanpa ada kesempatan untuk dapat mendalami penghayatannya, apalagi pemanfaatan dalam menghadapi masalah di kehidupan sehari-harinya.

Kreativitas pada dasarnya merupakan anugerah dari Allah kepada setiap umatNya, yakni berupa kemampuan untuk mencipta (daya cipta dan berkreasi). Setiap kreativitas pada diri seseorang tidaklah sama, tergantung kepada sejauh mana orang tersebut berkeinginan serta mampu untuk mewujudkan daya ciptanya menjadi sebuah kreasi dan karya. Terkait dengan evaluasi pembelajaran dan bagaimana mengasah kreativitas siswa, tentunya hanya guru yang profesionallah yang dapat menyelenggarakan proses pembelajaran dan penilaian yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa pada khususnya. Proses pembelajaran dan penilaian tersebut diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kreativitas pada diri siswa. Keterampilan serta aktifitas guru seharusnya mampu menjadi inspirasi bagi para siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu dan termotivasi untuk belajar, berkarya, dan berkreasi.

Secara teoritis penilaian proyek mempunyai hubungan timbal balik dengan kretivitas peserta didik. Karena pada teknik penilaian ini, siswa dituntut untuk mampu memahami, mengaplikasikan, menyelidiki dan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dengan kata lain penilaian ini menuntut siswa untuk mengetahui, memahami pembelajaran tertentu, serta mengaplikasikan pengetahuan tersebut, dan menginformasikan kepada siswa lain secara jelas melalui proses diskusi atau presentasi. Sedangkan pada kreativitas diperlukan proses dimana siswa berusaha untuk menemukan dan mengekspresikan apa yang ada dalam diri untuk memecahkan suatu masalah atau tugas yang diberikan guru.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 13:28:00

MODEL PEMBELAJARAN KUASAI DALAM MENGEFEKTIFKAN DAYA INGAT PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka saat ini memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa depannya yang lebih baik. Keadaan ini juga memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi alam yang kompetitif, sehingga diyakini hanya manusia dengan kualitas unggul sajalah yang akan mampu survive.

Sejalan dengan itu, dalam bidang pendidikan, paradigma belajar sepanjang hayat semakin mengemuka dan menjadi penting, diyakini tanpa belajar manusia akan tertinggal. Ketika dunia berubah sangat cepat, adalah penting untuk mengikuti laju perubahan dunia yang demikian. Hal ini berarti kecepatan perubahan laju dunia menuntut kemampuan belajar yang lebih cepat. Kompleksitas dunia yang terus meningkat juga menuntut kemampuan yang setara untuk menganalisis setiap situasi secara logis, sehingga mampu memecahkan masalah secara kreatif. Untuk menguasai perubahan yang berlangsung cepat, dibutuhkan pula cara belajar cepat, dan kemampuan menyerap serta memahami informasi baru dengan cepat pula. Konsep belajar dan pembelajaran nampaknya harus pula berubah. Pada saat laju perubahan ibarat prahara yang selalu menantang, pengajaran dan cara belajar tradisional sulit dipertahankan. Orientasi pendidikan tidak lagi hanya tertuju pada upaya kemampuan berpikir, tetapi lebih dari itu, juga mencetak manusia yang mampu berbuat dan selalu berusaha meningkatkan kualitas kehidupannya.

Pada abad ke-20 ini terjadi perubahan besar mengenai konsep pendidikan dan pengajaran. Perubahan tersebut membawa perubahan pula dalam cara mengajar dan belajar di sekolah. Dari cara pengajaran lama dimana murid-murid harus diajar dengan diberi pengetahuan sebanyak mungkin dalam berbagai mata pelajaran, situasi pengajaran di sekolah lebih menonjolkan peranan guru dengan tujuan untuk penguasaan materi pelajaran yang direncanakan oleh guru, murid lebih bersifat pasif dan hanya tinggal menerima apa yang disuguhkan oleh guru, hal ini berangsur-angsur beralih menjadi pendidikan yang lebih memprioritaskan kepentingan siswa, guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa dan yang aktif dalam proses belajar mengajar adalah siswa itu sendiri.

Meskipun seorang pendidik hanya sebagai fasilitator, akan tetapi kehadiran pendidik dalam proses pembelajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan mereka belum dapat digantikan sepenuhnya oleh mesin, tape recorder atau oleh komputer yang paling canggih sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain, yang diharapkan merupakan hasil dari proses pembelajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Di sinilah kelebihan unsur manusia dibandingkan hasil produk teknologi tersebut. Colin Rose menyatakan bahwa guru adalah anggota suatu masyarakat yang paling berharga. Nilai, tertinggi diberikan pada guru yang lebih suka membimbing daripada menggurui anak didiknya. Dan pada guru yang mampu merancang pengalaman-pengalaman yang mendorong pemikiran kreatif dengan berbagai masalah yang relevan untuk dipecahkan. Dalam belajar ada pembelajar yang cepat mencerna bahan, ada yang sedang dan ada yang lamban. Ketiga tipe belajar ini menghendaki agar setiap guru mampu mengatur strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya dan kemampuan belajar mereka.

Saat ini muncul satu konsep belajar yang menawarkan model belajar yang lebih efektif, yang dikenal dengan konsep "KUASAI" model pembelajaran baru ini diharapkan bisa membantu anak didik belajar lebih cepat dari sebelumnya dan siswa didik dapat mengingat materi yang disampaikan oleh pendidik dengan lebih efektif. Cara belajar dalam model "KUASAI" merupakan sebuah tawaran baru yang sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut, sebagai masukan terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini dan untuk masa yang akan datang, khususnya bagi pendidikan Islam.

Model pembelajaran "KUASAI" ini merupakan model pembelajaran yang terdiri dari enam tahapan, yaitu :
1. Kerangka pikiran untuk sukses : pikiran harus dalam keadaan kaya dan termotivasi
2. Uraikan faktanya : melibatkan fakta untuk disesuaikan dengan gaya belajar yang disukai
3. Apa maknanya : seseorang perlu menjelajahi hal yang sedang dipelajari
4. Sentakkan ingatan : berusaha mengingat informasi yang telah diterima.
5. Ajukan yang anda ketahui : untuk mengetahui bahwa seseorang telah paham dengan apa yang dipelajari.
6. Introspeksi : Seseorang perlu merefleksikan pengalaman belajarnya, bukan hanya pada apa yang telah dipelajari.

Pada model pembelajaran "KUASAI" ini, jika pendidik dapat menerapkannya pada proses belajar mengajar maka pendidik akan dapat membantu peserta didiknya untuk dapat mengingat materi-materi yang telah diajarkan dengan lebih baik.

Daya ingat merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap orang terutama bagi para siswa yang masih duduk di bangku sekolah, mengingat materi-materi yang disampaikan oleh guru-guru. Dan juga sudah menjadi tugas pendidik untuk membantu para peserta didik untuk dapat mengingat dengan baik materi-materi pelajaran yang dipelajari, karena dengan mengingat lebih baik para siswa juga akan lebih baik dan mudah selama proses belajar mengajar.

Untuk mempermudah proses pembelajaran dan siswa memiliki daya ingat yang baik maka guru dapat menggunakan model pembelajaran "KUASAI" ini, karena di dalam model pembelajaran "KUASAI" ini terdapat beberapa teknik yang mempermudah cara belajar siswa dan membantu ingatan siswa.

Salah satu sekolah yang menerapkan model pembelajaran "KUASAI" ini adalah SD X. Di sekolah tersebut gurunya selalu berusaha untuk membuat inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran agar para siswanya dapat menguasai materi belajar dengan baik. Adapun setelah guru di SD X tersebut menerapkan model pembelajaran "KUASAI" para siswanya memiliki daya ingat yang cukup baik.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 13:26:00

STRATEGI PLANTED QUESTIONS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

Pendidikan pada hakikatnya merupakan kebutuhan dan tuntutan yang signifikan untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa dan Negara demi tercapainya sumber daya manusia yang berintelektualitas dan berkualitas tinggi. Intelektualitas dan kualitas tersebut sangat bergantung dari keberhasilan penyelenggaraan sistem pendidikan.

Setiap bangsa akan maju karena pendidikannya. Pendidikan yang maju merupakan jantung dan denyut nadi bangsa. Dimana pendidikan nasional mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu : 

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab." 

Dengan demikian, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional terutama dalam meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini sebagaimana pendapat Dr. Zakiah Darajat yang Mengungkapkan, bahwasanya pendidikan agama Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai, yaitu Insan kamil dengan pola takwa.

Akan tetapi kenyataan yang ada sebaliknya, meskipun siswa telah diberikan pendidikan agama Islam mereka tetap saja ada yang melakukan perbuatan tidak terpuji. Dalam surat kabar Jawa Pos disebutkan, bahwa banyak pelajar yang otaki tindak kriminalitas. Mereka melakukan kasus kejahatan mulai dari pencurian, kekerasan fisik, hingga pencabulan dan pemerkosaan. 

Berdasarkan perihal demikian, pendidikan agama Islam bisa dikatakan belum dapat menjadikan siswa mencapai tujuan pendidikannya, yaitu bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Menanggapi hal ini, penulis sependapat dengan pendapat Muhaimin yang mengemukakan bahwa untuk dapat mencapai tahapan psikomotor siswa harus terlebih dahulu melalui tahapan kognitif dengan baik. Yang dimaksud dengan tahapan kognitif adalah pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam. Setelah melalui tahapan kognitif tersebut siswa dapat menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognitif. Ini dikarenakan penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh apabila dilandasi dengan pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran agama islam. Dan baru kemudian, setelah melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa tergerak untuk mengamalkan dan mentaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik).

Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah perlu dilaksanakan secara efektif sehingga siswa dapat mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Strategi pembelajaran sebagai suatu rencana yang berisi rangkaian kegiatan pembelajaran yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien, ini sangat penting sekali diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam agar tercapai tujuan pendidikan agama Islam yang diharapkan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 16:25:00

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP X

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP X (PROGRAM STUDI : PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN)


BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan sistem pendidikan yang berkualitas pula. Sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan sistem pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya dan salah satunya dengan mengeluarkan produk hukum berupa undang-undang tentang sistem pendidikan nasional serta berbagai perangkat lain yang mengatur pelaksanaan dari sistem pendidikan tersebut. Adapun tujuan dari pendidikan seperti yang dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 3, yakni untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Sekolah Menengah Pertama sebagai suatu institusi pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan selama tiga tahun, pada dasarnya bertugas memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik, baik yang berupa pengetahuan , keterampilan, sikap dan nilai-nilai agar mereka dapat hidup dalam masyarakat serta sebagai persiapan baginya untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Udin Syaefuddin S dan Mulyani Sumantri (2007) mengemukakan bahwa esensi pendidikan dasar adalah "paspor" bagi peserta didik untuk mengembangkan dirinya di masa depan, dan "bekal dasar" untuk dapat hidup layak dalam hidup bermasyarakat dimanapun di dunia ini. Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat (1) dijelaskan bahwa "standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut".
Wina Sanjaya (2008) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di mana salah satu dari lima kelompok mata pelajaran yang tercantum dalam Standar Isi adalah Agama dan Akhlak Mulia yang tujuannya adalah untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. 
Marhamah (2002) mengemukakan "pendidikan agama sebagai pendidikan umum, khususnya PAI, bertujuan untuk membentuk perilaku dan kepribadian individu sesuai dengan prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan pendidikan umum. Oleh sebab itu pada saat sekarang mata pelajaran PAI mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis pada tingkat pendidikan dasar, karena pada usia 7-15 tahun merupakan usia yang tepat untuk menanamkan dasar-dasar agama Islam, baik yang berkenaan dengan aqidah, ibadah, muamalah maupun akhlak guna mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia. Apalagi pada era globalisasi seperti sekarang dimana pengaruh-pengaruh dari luar apakah itu yang baik atau yang buruk tersebar di mana-mana, maka pendidikan agama khususnya PAI bisa merupakan alat penyaring bagi para peserta didik kita, sehingga mereka nantinya tidak akan terjerumus kepada hal-hal yang buruk tersebut.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu keseluruhannya terliput dalam lingkup Al-Qur'an/Hadits, Keimanan, Akhlak, Fiqh/Ibadah, dan Tarikh. Hal ini sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya, maupun lingkungannya.
Depdiknas (2001) menjelaskan setelah ditelusuri pendidikan agama menghadapi beberapa kendala, antara lain waktu yang disediakan hanya dua jam mata pelajaran dengan muatan materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pengetahuan hingga watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua siswa.
Wawan S, dkk (2007 : 754) menyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya hasil pendidikan adalah kualitas guru yang rendah. Hasil studi berskala nasional menunjukan bahwa kemampuan guru SLTP dan SMU dalam memahami aspek-aspek kurikulum dinilai secara rata-rata masih rendah. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru di lapangan terdapat kecenderungan bahwa proses belajar mengajar di kelas berlangsung secara klasikal dan hanya bergantung pada buku teks dengan metode pengajaran yang menitikberatkan proses menghafal dari pada pemahaman konsep. Sehingga tingkat pemahaman siswa terhadap apa yang diketahui, ditanya dan dibahas oleh guru masih rendah, akibatnya keterampilan intelektual siswa kurang berkembang. Padahal dalam Permendiknas nomor 16 tahun 2007 salah satu butirnya tentang kompetensi guru mata pelajaran dijelaskan bahwa guru hendaknya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
Di sisi lain telah terjadi perubahan paradigma dalam proses pembelajaran, yakni pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (child centered). Saat ini guru bukanlah satu-satunya sumber belajar yang ada, bahkan guru pun harus terus belajar apabila tidak ingin ketinggalan informasi dari siswanya. Munir (2008 : 80) menyatakan bahwa pembelajaran yang berpusat pada peserta didik merupakan pembelajaran yang lebih berpusat kepada kebutuhan, minat, bakat dan kemampuan peserta didik, sehingga pembelajaran akan menjadi sangat bermakna. Peserta didik memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi untuk mencapai sasaran yang telah diterapkannya sendiri karena merasa dilibatkan atau diikut sertakan dalam pembelajaran dengan bebas melakukan pencarian informasi tersebut.
Pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik menghasilkan peserta didik yang berkepribadian pintar, cerdas, aktif, mandiri tidak bergantung pada kepada pengajar melainkan kepada dirinya sendiri. Peserta didik merupakan subjek bukan semata-mata objek yang hanya menerima informasi dari pengajar, peserta didik mempunyai peran dan aktivitas yang lebih besar. Kemajuan di bidang teknologi komunikasi berupa internet memungkinkan bagi siapapun untuk dapat mengakses berbagai informasi dengan lebih cepat tanpa batas waktu.
Kondisi yang seperti di atas tidak jauh berbeda dengan kondisi pembelajaran PAI yang selama ini berlangsung di sekolah menengah pertama yang ada di kota X. Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan didapatkan bahwa kegiatan pembelajaran PAI yang selama ini berlangsung sebagian besar masih menggunakan metode ceramah, guru masih sangat jarang memanfaatkan media selain buku dalam kegiatan pembelajaran terlebih lagi media yang berbasis komputer malah belum pernah digunakan sehingga kurang menciptakan situasi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan semangat belajar siswa. Guru belum melakukan inovasi dalam cara mengajar dengan menggunakan berbagai sumber dan media yang lebih bervariasi yang nantinya akan membuat siswa merasa tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Begitu juga dengan keterbatasan kemampuan guru agama dan ketersediaan media multimedia pendukung pembelajaran.
Seiring dengan kemajuan di bidang teknologi memasuki abad ke 21 sebagian besar peran guru telah dapat digantikan oleh produk teknologi. Komputer misalnya, pada saat ini tidak saja dapat dipergunakan dalam bidang administrasi pendidikan tetapi juga sebagai alat bantu pengajaran. Begitu juga produk-produk teknologi yang lain berupa televisi, CD interaktif, video disc, dan lain-lain.
Pembelajaran PAI di sekolah juga perlu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pengajaran di kelas. Teknologi informasi dan komunikasi diperlukan dalam mewujudkan kreativitas dan keterampilan agar hasil belajar siswa dapat diketahui oleh siswa lain atau orang lain dan pemanfaatan teknologi informasi serta komunikasi adalah untuk mendapatkan informasi-informasi terbaru dalam rangka mencari gagasan untuk perancangan dan pembuatan benda-benda keterampilan sebagai wujud dan kreativitas siswa.
Adapun pemanfaatan teknologi informasi yang digunakan adalah : 
- Melihat hasil teman sekelas dan kelas lain
- Melihat pameran keterampilan
- Memamerkan hasil keterampilan di majalah dinding
- Memasang gambar dan informasi hasil keterampilan di Web sekolah dan Web klub keterampilan
- Melihat model-model keterampilan yang memuat teknologi melalui internet
- Melihat berbagai CD pembelajaran berbasis komputer yang ada.
Kedudukan media dalam komponen pembelajaran sangat penting bahkan sejajar dengan metode pembelajaran, karena metode yang digunakan dalam proses pembelajaran biasanya akan menuntut media apa yang dapat diintegrasikan dan diadaptasikan dengan kondisi yang dihadapi. Maka kedudukan media dalam suatu pembelajaran sangatlah penting (Rusman, 2007).
Multimedia tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sistem belajar mengajar. Penggunaan multimedia berdampak positif dalam memberikan pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). Siswa akan lebih menghayati keseluruhan proses belajar mengajar dengan hadirnya multimedia dalam pembelajaran. Hal ini senada diungkapkan oleh (Abdulhak dan Sanjaya 1995) bahwa penentuan komponen multimedia yang integral dalam sistem belajar mengajar didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa didapatkan dari pengalaman yang diorganisir, dari mulai pengalaman langsung yang memungkinkan pengetahuan semakin konkrit sampai pengalaman yang hanya diperoleh melalui bahasa dan tidak langsung (abstrak).
Menurut Husen, T (1988) peran guru dalam perspektif ke depan akan berkurang, karena sebagian tugas dan peran guru telah tergantikan oleh media elektronik modern, maka tugas guru dapat berbentuk perencanaan, bantuan dan evaluasi terhadap kemajuan para siswa-siswanya. Tugas guru selanjutnya hanyalah menciptakan suasana belajar yang seefektif mungkin. Demikian halnya dengan pandangan Langgulung (2004) bahwa paradigma baru guru bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai fasilitator dan motivator dalam pengajaran.
Memperhatikan uraian di atas, dapat digambarkan bahwa masih banyak persoalan yang timbul dalam proses pembelajaran di sekolah. Salah satu permasalahan tersebut adalah terkait dengan penggunaan media pembelajaran, terutama media pembelajaran yang berbasis komputer dan pemanfaatan laboratorium komputer yang ada di sekolah . Untuk itu dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah media interaktif berbasis komputer pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang nantinya media tersebut dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dimana pembelajaran tersebut akan membuat siswa menjadi aktif, kreatif dan mandiri serta membuat pembelajaran lebih menyenangkan dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium komputer yang ada di sekolah. 
Media interaktif berbasis komputer ini didesain dengan melihat karakteristik siswa menengah pertama yang disesuaikan dengan lingkungan dan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah menengah pertama . Sehingga nantinya media interaktif berbasis komputer tersebut nantinya akan sangat cocok dan tepat digunakan serta sesuai dengan kebutuhan siswa yang pada gilirannya menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta dapat meningkatkan proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa di sekolah menengah pertama.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian pada latar belakang masalah dan supaya ruang lingkup penelitian tidak meluas, diperlukan pembatasan permasalahan. Mengingat kondisi pembelajaran PAI yang selama ini berlangsung di sekolah menengah pertama Kota X cenderung konvensional dan kurang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Agar pembelajaran menjadi berpusat pada siswa dan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah media interaktif berbasis komputer yang akan digunakan pada pembelajar PAI, mengingat media interaktif berbasis komputer pada mata pelajaran PAI bisa menjadi alternatif solusi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah menengah pertama Kota X. Dengan demikian rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : "Media interaktif berbasis komputer yang bagaimana yang tepat digunakan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama ?."

C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 
1. Bagaimana kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang selama ini berlangsung di Sekolah Menengah Pertama yang meliputi ?
a. Bagaimana kegiatan dan pandangan siswa selama pembelajaran ?
b. Bagaimana kegiatan guru selama pembelajaran ?
c. Bagaimana ketersediaan fasilitas belajarnya ?
d. Bagaimana ketersediaan waktu untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
2. Bagaimana desain media interaktif berbasis komputer pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi ?
a. Bagaimana perencanaan bahan ajar (model media interaktifnya) ?
b. Bagaimana pengembangan bahan ajar (model media interaktifnya) ?
3. Bagaimana implementasi media interaktif berbasis komputer dan hasil yang dicapai siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi ?
a. Bagaimana kegiatan dan pendapat siswa selama pembelajaran dengan menggunakan media interaktif berbasis komputer ?
b. Bagaimana pendapat guru terhadap pembelajaran dengan menggunakan media interaktif berbasis tersebut ?
c. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakan media interaktif berbasis komputer ?
d. Bagaimana kualitas hasil belajar siswa setelah menggunakan media interaktif berbasis komputer ?
4. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengembangan media interaktif berbasis komputer pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ?
a. Bagaimana faktor pendukung dalam pengembangan media interaktif berbasis komputer pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ?
b. Bagaimana faktor penghambat dalam pengembangan media interaktif berbasis komputer pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ?

D. Tujuan Penelitian
1. Mengkaji kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di tingkat sekolah menengah pertama yang ada sekarang ini.
2. Menghasilkan suatu desain media interaktif berbasis komputer yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah menengah pertama.
3. Memperoleh bentuk kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan media interaktif berbasis komputer yang berdampak pada peningkatan aktivitas belajar siswa yang nantinya akan menuju pada peningkatan kualitas hasil belajar.
4. Mengkaji faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan media interaktif berbasis komputer pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini baik secara teoretis maupun praktis adalah sebagai berikut : 
1. Manfaat teoretis
a. Untuk mengembangkan konsep pembelajaran dengan menggunakan media interaktif berbasis komputer.
b. Pengembangan konsep pembelajaran dengan menggunakan media interaktif berbasis komputer dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa yang berdampak pada peningkatan kualitas hasil belajar. 
2. Manfaat praktis
a. Guru
Bagi para guru Pendidikan Agama Islam sebagai pencerahan/wahana baru dalam pemanfaatan media pembelajaran di sekolah, sehingga pengajaran akan lebih bervariasi dan lebih menarik.
b. Siswa
Menimbulkan semangat belajar bagi siswa, karena siswa diberikan alternatif yang baru dalam kegiatan pembelajaran dan juga untuk membangkitkan minat siswa terhadap teknologi informasi.
c. Sekolah
Sebagai wahana untuk meningkatkan mutu guru dan siswa melalui kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media tersebut.
d. Pengembang kurikulum
Sebagai salah satu bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penguasaan teknologi dan pemanfaatan media dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 06:13:00