SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA KONSEP OPTIK GEOMETRI (FISIKA KELAS X)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Riyanto belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang melalui proses belajar tersebut maka akan menghasilkan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Proses pembelajaran yang sesungguhnya ialah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Belajar bukan hanya menghapal dan bukan pula mengingat. Proses pembelajaran di kelas yang optimal dapat menghasilkan hasil belajar yang optimal pula. Peningkatan hasil belajar peserta didik selalu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya ialah metode mengajar. Seorang guru dituntut untuk pintar dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Guru sebagai seorang pengajar kadang-kadang salah dalam menerapkan metode apa yang seharusnya digunakan dalam proses pembelajaran.
Kesalahan dalam menerapkan metode mengajar dapat menimbulkan ketidakefektifan dalam belajar, perolehan hasil belajar yang tidak optimal, kejenuhan dalam belajar, dan hal-hal lain yang dapat menghambat proses pembelajaran. Berdasarkan hal inilah seorang guru atau pengajar harus mampu memberikan motivasi yang besar pada peserta didik agar mereka dapat menerima materi yang diberikan dengan rasa senang. Pemilihan metode dalam pembelajaran hendaknya dapat melibatkan peserta didik secara aktif, baik secara fisik, intelektual dan emosionalnya dalam belajar, apalagi dalam pembelajaran fisika yang menuntut peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di sekolah SMAN X khususnya di kelas X-D, diperoleh hasil pertama, sebanyak 62,07% peserta didik di kelas X-D tidak menyukai mata pelajaran fisika. Hal ini disebabkan karena sebagian besar peserta didik menganggap bahwa materi pelajaran fisika sulit, inilah yang menyebabkan nilai fisika peserta didik di kelas X-D sangat rendah dibandingkan dengan kelas-kelas yang lain. Terutama pada konsep optik geometri. Kedua, konsep fisika yang dianggap sulit oleh peserta didik di kelas X-D adalah konsep optik geometri. Hal ini dapat dimaklumi karena konsep optik geometri bersifat matematis, sehingga untuk memahaminya diperlukan kemampuan matematika yang cukup tinggi.
Ketiga, setelah ditelaah ternyata konsep optik geometri bersifat kontekstual, karena banyak berkaitan atau ditemui peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegiatan pembelajaran pada konsep optik geometri lebih baik menggunakan model atau pendekatan yang bersifat kontekstual. Keempat, metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru untuk mengajar fisika adalah ceramah, diskusi, eksperimen dan pemecahan masalah. Dari keempat metode yang sering digunakan di kelas X-D diatas metode ceramah lebih dominan dibandingkan metode diskusi, eksperimen, dan pemecahan masalah yang hanya sesekali diterapkan. Kelima, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan belum sepenuhnya melibatkan peserta didik secara aktif, sehingga tidak semua peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul di dalam proses belajar mengajar. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik untuk mencari pengetahuannya sendiri.
Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang di dalamnya dipelajari tentang perilaku dan struktur benda secara fisis. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Tujuan dari mempelajari fisika adalah untuk mengetahui keteraturan alam berdasarkan pengamatan manusia melalui proses ilmiah. Namun di sisi lain peserta didik beranggapan bahwa fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti. Padahal, mata pelajaran fisika itu sebenarnya menarik dan dekat dengan kehidupan. Oleh sebab itu perlu penerapan metode, strategi dan model yang bervariasi dalam pembelajaran fisika, sehingga peserta didik tidak menganggap fisika adalah sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan sesuatu yang menarik untuk dipelajari.
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan belum sepenuhnya melibatkan peserta didik secara aktif, sehingga tidak semua peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya kritis dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul di dalam proses belajar mengajar. Salah satu materi pelajaran fisika yang menghubungkan antara konsep dengan kejadian-kejadian nyata di lingkungan peserta didik adalah konsep optik geometri karena di dalamnya berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari para peserta didik. Selama ini peserta didik selalu kesulitan terutama dalam hal membedakan sifat bayangan maya dan nyata yang terbentuk khususnya pada cermin dan lensa. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya mereka menghafalkan setiap pembentukan bayangan, padahal pembelajaran yang diinginkan tidak seperti itu. Peserta didik diharapkan mampu memahami sifat bayangan maya dan nyata pada cermin dan lensa. Untuk mencapai tujuan tersebut, akan lebih baik jika peserta didik melihat langsung proses pembentukan bayangan tersebut, melalui percobaan laboratorium sehingga mereka dapat membedakan kedua sifat bayangan tersebut tanpa harus menghafal tetapi peserta didik harus memahami dengan benar sesuai dengan apa yang mereka lihat ketika melakukan percobaan.
Artinya pembelajaran fisika pada konsep optik geometri membutuhkan pemahaman tingkat tinggi, bukan hanya bersifat matematis. Konsep optik geometri merupakan konsep yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu model yang mendorong peserta didik untuk memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan berusaha untuk memecahkan masalahnya adalah model problem based learning. Model problem based learning dapat melatih peserta didik untuk mengorganisasikan pengetahuan dan kemampuan peserta didik, karena menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Pemecahan masalah akan mengembangkan motivasi, ketekunan, dan kepercayaan diri peserta didik. Model pembelajaran ini menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan mendiskusikannya untuk menyelesaikan masalah.
Pada model problem based learning pembelajaran dimulai setelah peserta didik dikonfrontasi dengan struktur masalah yang rill. Semua informasi akan mereka kumpulkan melalui penelaahan materi, praktikum ataupun melalui diskusi dengan teman sebaya, untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Pembelajaran berdasarkan masalah dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar fisika dan dapat memotivasi peserta didik, karena melalui belajar berdasarkan masalah, peserta didik belajar bagaimana menggunakan sebuah proses literatif untuk menilai apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui, mengumpulkan informasi dan secara kolaborasi menyelaraskan hipotesisnya berdasarkan data yang telah mereka kumpulkan.
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik mempunyai peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar fisika. Dipilihnya model problem based learning dalam penelitian ini karena model pembelajaran ini pada dasarnya lebih mendorong peserta didik untuk aktif dalam memperoleh pengetahuan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : "IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA KONSEP OPTIK GEOMETRI".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Terdapat kesulitan peserta didik dalam memahami konsep Optik Geometri berdasarkan hasil observasi awal.
2. Belum ada model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada konsep optik geometri.
3. Terdapat faktor-faktor kesulitan yang dihadapi peserta didik ketika mempelajari konsep Optik Geometri.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan masalah yang diteliti, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada penerapan model problem based learning dalam meningkatkan hasil belajar fisika pada konsep optik geometri. Ada pun masalah yang akan dibatasi pada :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model problem based learning menurut Arends yang terdiri dari 5 tahapan pembelajaran.
2. Hasil belajar yang diteliti merupakan hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl yang mencakup aspek Cl, C2, C3, C4 dan C5.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : "Apakah penerapan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada konsep optik geometri ?".
Pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar fisika peserta didik setelah penerapan model problem based-learning ?
2. Apakah model problem based-learning merupakan pembelajaran yang efektif diterapkan pada konsep optik geometri ?
E. Tujuan Hasil Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Seberapa besar peningkatan hasil belajar fisika pada konsep optik geometri.
2. Keefektifan penerapan model problem based-learning dalam pembelajaran fisika pada konsep optik geometri.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik, guru, dan peneliti. Adapun manfaat dari penelitian ini secara :
1. Peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan peserta didik dalam mempelajari konsep fisika.
2. Guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dalam pembelajaran fisika.
3. Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam bidang penelitian pendidikan dan model-model pembelajaran yang akan menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah menyelesaikan studinya.