PENGEMBANGAN MODEL OLAH GERAK UNTUK PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI (PGTK)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun perilakunya (gerakan anggota tubuh). Tubuh manusia akan terlihat kelenturannya apabila sering melakukan olah tubuh. Hal tersebut sangatlah diperlukan oleh manusia pada umumnya supaya gerak tubuhnya tidak terlihat kaku. Perkembangan gerak tubuh manusia pada dasarnya akan meningkatkan kecerdasan kinestetik.
Jasmine, (2007 : 129) mengungkapkan pendapatnya mengenai kecerdasan kinestetik, bahwa kecerdasan badani-kinestetik dapat didiskusikan dan kemudian digambarkan dengan aktivitas-aktivitas yang melibatkan hal-hal sebagai berikut : 1) keterampilan otot besar dan otot kecil, 2) kegiatan fisik, 3) bahan-bahan rekayasa, 4) membuat dan membangun suatu benda, 5) peragaan, 6) modeling, 7) tarian, 8 olahraga, 9) berkeliling, 10) mengerjakan sesuatu secara fisik, 11) bahasa tubuh, 12) koordinasi mata-tangan. Tubuh manusia sebagai simbol yang kiranya sudah menjadi umum untuk semua orang. Oleh karena itu, harus ada suatu daya atau kekuatan penggerak di dalam tubuh dan dipertegas oleh perilaku fisik sehingga lebih mudah untuk mengungkapkan diri dan berkomunikasi dengan orang lain.
Perilaku fisik manusia akan menjelaskan pada orang lain yang mengamatinya tentang konsep diri. Oleh karena itu, potensi fisik tersebut harus terlatih agar dapat difungsikan secara optimal. Latihan-latihan anggota tubuh perlu dilakukan sejak usia dini, baik kekuatannya maupun kelenturannya. Kelenturan gerakan anggota tubuh akan mempertegas makna komunikasi supaya dapat dipahami. Semua itu akan terwujud melalui latihan dan kebiasaan sejak anak usia dini. Kebiasaan diperoleh melalui latihan-latihan menirukan dan melakukan ulangan-ulangan. Mula-mula, semua latihan peniruan ulangan itu berlangsung secara sadar dan disengaja. Lambat laun segalanya berlangsung secara otomatis.
Kebiasaan adalah salah satu proses pendidikan yang paling penting, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Penanaman kebiasaan sesuatu hal pada anak-anak adalah sukar dan proses pembelajarannya sangat lama. Maka dari itu, perlu adanya model pembelajaran bagi anak usia dini untuk lebih memfokuskan pada kebiasaan maupun latihan-latihan untuk mengembangkan, perilaku atau sikap, bahasa, serta gerak tubuhnya. Sejak dilahirkan anak harus dilatih kepada kebiasaan-kebiasaan untuk bergerak atau menggerakkan tubuhnya dengan baik dan anak juga harus dilatih pada perbuatan yang baik, seperti dalam hal makan, mandi, bermain-main, berbicara, belajar, bekerja, dan sebagainya.
Penguasaan fungsi seluruh anggota tubuh anak usia dini akan berdampak positif pada kecerdasan kinestetik. Sehingga apa yang dikatakan oleh pikiran kemudian dituangkan ke dalam sebuah gerakan-gerakan badan yang indah, kreatif dan mempunyai makna. Hal tersebut perlu dilakukan sejak usia dini. Dalam pelatihan olah tubuh ada beberapa gerak yang dapat mengembangkan kelenturan dan pembentukan tubuh secara optimal khususnya pada anak usia dini diantaranya koordinasi tubuh, kelincahan, kelenturan, kekuatan, keseimbangan, serta koordinasi mata dengan kaki. Gerak-gerak koordinasi tubuh apabila terus dipelajari dan dikembangkan pada anak usia dini, maka anak akan lebih paham mengenai makna gerak. Pada akhirnya gerak tersebut akan dikembangkan ke dalam sebuah bentuk olah gerak yang akan menjadi stimulus-stimulus bagi anak untuk mengekspresikan ide pikirannya kemudian dikemukakan ke dalam bentuk gerak tubuh yang mengandung makna.
Latihan gerak tubuh bagi manusia merupakan suatu kebiasaan dan tergolong kebutuhan dasar seperti halnya makan dan minum, karena dengan bergerak manusia mampu bertahan hidup. Melalui gerak itulah manusia mencapai beberapa tujuan seperti pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan perkembangan sosial. Begitu pula dengan perkembangan gerak dan kurang berkembangnya pembelajaran dan pelatihan koordinasi tubuh terhadap anak usia dini apabila tidak dikembangkan sejak dini maka tidak menutup kemungkinan perkembangan dalam gerak tubuhnya akan terhambat dan menyebabkan anak menjadi pasif dalam bergerak. Anak usia dini merupakan masa-masa perkembangan gerak tubuhnya harus terlatih supaya kemampuan cerdas kinestetiknya berkembang.
Cerdas kinestetik sebagai kemampuan manusia menghubungkan dan menggunakan pikiran selaras dengan gerakan tubuh, termasuk kemampuan tubuh untuk memanipulasi benda dan membuat aneka gerakan. Anak yang cerdas kinestetik, mampu menggunakan dan menghubungkan antara pikiran dan tubuhnya secara bersamaan untuk mencapai tujuan tertentu. Karakteristik anak yang cerdas secara kinestetik dapat teramati dan dapat terlihat apabila anak sedang bergerak seperti berlari, berjalan, melompat, dan sebagainya. Meski terkadang jatuh, tapi keadaan ini masih normal bila anak berusia di bawah tiga tahun, maka dari itu jangan dibatasi geraknya, karena memang fisiknya sedang berkembang.
Bentuk kecerdasan kinestetik memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan dalam aktivitas seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan memainkan drama. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk mengolah tubuh serta melakukan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan anggota tubuh tertentu, seperti keterampilan tangan dan kaki. Anak dengan kecerdasan kinestetik yang tinggi dalam hal motorik kasar umumnya adalah anak yang tidak bisa diam, selalu bergerak ke sana kemari. Biasanya anak tersebut memiliki keseimbangan dan koordinasi tubuh yang baik (bisa dalam hal olahraga, bisa juga dalam hal tarian, atau senam). Adapun anak dengan kecerdasan kinestetik motorik halus mungkin sudah mulai suka corat-coret, menggambar, memegang pensil, dengan benar, dan lain sebagainya. Barangkali ia juga terampil dalam beberapa aktivitas meronce dan lain-lain, yang membutuhkan keterampilan jari-jari tangan.
Pada hakekatnya sejak lahir seorang anak telah mempunyai kemampuan untuk bergerak. Oleh sebab itu, seorang pendidik haruslah memberikan stimulus-stimulus yang mampu mengembangkan aspek gerak yang lebih dikhususkan pada gerak anggota tubuh. Memberikan kebebasan kepada anak untuk bergerak sesuai dengan imajinasinya dan ide yang keluar dari pikirannya. Sehingga anak mampu mengungkapkannya ke dalam bentuk gerak. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu pembelajaran yang khusus untuk mengatasi ketidakteraturan dalam proses pelatihan gerak pada anak supaya perkembangan olah gerak anak bisa mengarahkan anak untuk mengembangkan kecerdasan kinestetiknya.
Dunia anak adalah dunia bermain, karena selama rentang perkembangan usia dini anak melakukan kegiatan dengan bermain, mulai dari bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian dan memberikan informasi, memberi kesenangan dan mengembangkan imajinasi anak spontan dan tanpa beban. Kebutuhan atau dorongan internal (terutama tumbuhnya sel saraf di otak) sangat memungkinkan anak melakukan berbagai aktivitas bermain tanpa mengenal lelah. Selama ini jika anak sudah bersekolah di Taman Kanak-Kanak, orangtua kebanyakan membebani anak dengan tuntutan yang berat. Seperti anak harus pandai menulis, berhitung dan membaca. Padahal anak usia Taman Kanak-Kanak masih termasuk usia dini yaitu 0-6 tahun. Begitu juga dengan pihak sekolah, ada sebagian sekolah yang dalam kegiatan pembelajarannya tidak menggunakan konsep bermain dengan tepat, sehingga tujuan bermain bagi anak tidak tercapai. Seharusnya Taman Kanak-Kanak dalam aktivitas belajar benar-benar menerapkan "Bermain sambil belajar, belajar sambil bermain". Dengan demikian, anak benar-benar merasakan dunianya dengan sempurna, berkesempatan mengembangkan segala aspek kecerdasan yang ada pada dirinya. Ketika bermain, fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya, memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halusnya dengan cara berlatih menggunting kertas, menggambar, mengutak-atik benda, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan motorik kasar dan keseimbangannya, seperti memanjat, berlari, melompat, berjalan dan lain-lain. Kegiatan tersebut mungkin saja akan tercipta pada anak usia Taman Kanak-Kanak apabila adanya suatu rangsangan atau pembelajaran khusus yang mengacu ke arah pengembangan kecerdasan kinestetik.
Cara mendidik dan mengajar anak-anak, baik di rumah, maupun di sekolah masih kurang efektif. Pada dasarnya kemauan dan perasaan anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, seorang anak harus dilatih dan dibiasakan melakukan segala sesuatu yang nantinya dapat dipergunakan sebagai bekal hidup di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan bagi anak usia dini harus dimulai dari dalam pikiran anak dan jiwa anak, dan harus berdasarkan kegiatan anak itu sendiri. Untuk itu, perlu motivasi bagi anak untuk berbuat sendiri dan bukan pasif hanya menerima saja.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, walaupun pengembangan kecerdasan kinestetik khususnya dalam gerak tubuh di Taman Kanak-Kanak X sudah dilaksanakan, akan tetapi dalam pelaksanaannya kurang optimal. Guru lebih menekankan pada siswa untuk selalu mengikuti gerak yang diberikan dan dicontohkan guru saja melalui senam pagi, tanpa melakukan tindak lanjut pada olah gerak anak yang perlu untuk dikembangkan lagi seperti keterampilan tangan dan pembelajaran gerak tubuh sehingga aspek psikomotorik anak berkembang dengan optimal. Hal tersebut apabila dikembangkan mungkin saja dapat merangsang kreativitas, imajinasi, dan olah pikir anak yang nantinya akan diungkapkan dalam bentuk gerak.
Dari pemaparan di atas, peneliti merasa tertarik untuk lebih memahami gerak tubuh anak dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik pada anak usia ini. Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian melalui kegiatan pembelajaran yang berjudul "PENGEMBANGAN MODEL OLAH GERAK UNTUK PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI (PENELITIAN TINDAKAN KELAS TERHADAP SISWA KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK X)".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pengembangan model olah gerak untuk kecerdasan kinestetik anak usia dini bagi siswa Kelompok B Taman Kanak-kanak X ?
2. Bagaimana hasil dari pengembangan model olah gerak untuk kecerdasan kinestetik pada anak usia dini siswa Kelompok B Taman Kanak-Kanak X ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan mendeskripsikan proses pengembangan model olah gerak untuk peningkatan kecerdasan kinestetik anak usia dini bagi siswa Kelompok B Taman Kanak-kanak X ?
2. Mengetahui dan mendeskripsikan hasil dari pengembangan model olah gerak untuk peningkatan kecerdasan kinestetik anak usia dini pada siswa Kelompok B Taman Kanak-Kanak X ?
D. Asumsi
Anggapan dasar dalam suatu penelitian memegang peranan penting karena anggapan dasar merupakan suatu dasar untuk melakukan penelitian. Anggapan dasar menurut Arikunto (1996 : 96) adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk berpijak bagi penelitian di dalam melaksanakan penelitiannya.
Adapun asumsi pada penelitian ini adalah melalui pembiasaan melakukan gerakan-gerakan anggota tubuh pada anak usia dini akan membentuk generasi cerdas secara kinestetik. Kecerdasan kinestetik merupakan penyelarasan pikiran ataupun ide yang diungkapkan ke dalam bentuk gerak yang kreatif dan indah.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut :
1. Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kebijakan pada pembelajaran olah gerak melalui model pengembangan kecerdasan kinestetik.
2. Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi
- Dapat dijadikan bahan kajian bagi mahasiswa khususnya program pendidikan seni tari.
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan, pertimbangan dan sarana bagi berbagai pihak untuk dijadikan alternatif dalam pengembangan metodologi pendidikan seni tari.
3. Guru Taman Kanak-Kanak
- Sebagai bahan acuan dengan mempergunakan model pembelajaran bam dalam proses pembelajaran khususnya seni tari di sekolah.
- Memberikan masukan bagi guru dan calon guru mengenai model pembelajaran, salah satunya melalui model pembelajaran olah gerak.
4. Peneliti
Berguna untuk menambah pengalaman langsung dalam proses belajar mengajar. Selain itu, penelitian ini dapat menambah pengalaman dalam memberikan alternatif pengajaran seni tari melalui penelitian tindakan kelas sebagai stimulus yang dapat memotivasi siswa untuk belajar kreatif dalam mencapai hasil yang diharapkan, khususnya pendidikan seni tari.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Action Research Classroom (Penelitian Tindakan Kelas) dengan pendekatan kualitatif. Action Research Classroom (Penelitian Tindakan Kelas) adalah penelitian yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah sistem pelaksanaannya (Suharsimi, 1998 : 2). Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang dapat diamati. Pendekatan Kualitatif juga merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, analisis data induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.