SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MACROMEDIA FLASH DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (IPA KELAS IV)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu proses belajar merupakan suatu kegiatan yang pokok atau utama dalam dunia pendidikan. Manusia tidak akan pernah berhenti belajar karena setiap langkah manusia dalam hidupnya akan dihadapkan pada permasalahan yang membutuhkan pemecahan dan menuntut manusia untuk belajar menghadapinya. Belajar merupakan suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sehingga proses belajar akan mengarah pada tujuan dari belajar itu sendiri. Usaha- usaha untuk mendidik dan mengajar dilakukan sejak manusia lahir dengan mengenalkan berbagai hal yang paling sederhana melalui stimulus lingkungan, misalnya bunyi, warna, rasa, bentuk dan sebagainya.
Guru adalah orang yang penting statusnya di dalam kegiatan belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang paling penting yaitu mengatur dan mengemudikan bahtera kehidupan kelas. Bagaimana suasana kelas berlangsung merupakan hasil kerja dari guru. Suasana dapat hidup, siswa belajar tekun tapi tidak merasa terkekang atau sebagainya, suasana muram, siswa belajar kurang bersemangat dan diliputi suasana takut. Itu semuanya sebagai akibat dari hasil pemikiran dan upaya guru. Walaupun konsep pendidikan hari ini khususnya di Indonesia memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran bersama siswa namun penularan jiwa pendidik oleh guru terhadap siswa tidak boleh ditinggalkan.
Masalah pendidikan dan pembelajaran merupakan masalah yang perlu diperhatikan, dimana banyak faktor yang mempengaruhinya salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah guru. Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting dan utama karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia telah diatur dalam undang-undang RI no : 20 tahun 2003 pada bab ke II, pasal 3 yang berbunyi : "pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Secara garis besar pendidikan adalah upaya membentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa perubahan yang diinginkan dalam kebiasaan dan sifatnya.
Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atau sikap. Sebagaimana diketahui bahwa dalam metodologi pembelajaran, ada dua aspek yang paling penting, yakni metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar. Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa yang pada gilirannya diharapkan mampu mempertinggi hasil belajar siswa.
Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik seperti yang di alami oleh siswa selama ini, yaitu menggunakan konsep yang abstrak dengan metode ceramah. Menurut Grinder dalam Silberum dari tiap 30 siswa, 22 diantara rata-rata dapat belajar efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang kombinasi antara visual auditory dan kinestetik. Dalam pembelajaran Tony stock well menyebutkan bahwa “to learn anything fast and affectively you have to see it, hear it, and feel it”. Yang artinya untuk dapat belajar dengan tepat dan efektif kamu harus melihat, mendengar dan merasakannya.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kalangan manusia dan berperan dalam proses pendidikan dan perkembangan teknologi, kenyataannya Ilmu pengetahuan alam (IPA) tidak diminati dan kurang diperhatikan apalagi kurangnya pendidik yang kurang menerapkan konsep IPA. Terlihat pada cara pembelajaran IPA serta kurikulum yang diberlakukan yang mempersulit pihak sekolah dan siswa. Masalah yang dihadapi oleh pendidikan IPA sendiri berupa materi/kurikulum, guru, media pembelajaran, fasilitas dan komunikasi antara guru dengan siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA, beliau menyatakan :
"Metode yang sering saya gunakan yakni metode ceramah, di isi dengan diskusi kadang penguasaan dan tanya jawab. Saya jarang banget pakai media apa lagi dengan media/aplikasi komputer yang bisa menampilkan sesuatu yang bergerak, suara dan yang abstrak menjadi nyata. Saya yang lebih aktif menerangkan jadi siswa kebanyakan cuma mendengarkan penjelasan saya, ketrampilan berpikir dan memecahkan masalah mereka juga masih rendah, kemampuan mereka masih kurang dalam melakukan percobaan, belum semua siswa dapat menunjukkan kemampuan dalam perbuatan dan mereka di dalam kelas masih rame sendiri, malas untuk belajar".
Dari pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan, pembelajaran di MI X khususnya kelas IV kurang berpusat pada siswa, ketrampilan berpikir dan memecahkan masalah oleh siswa masih rendah, kemampuan dan ketrampilan siswa melakukan percobaan masih rendah, belum semua siswa dapat menunjukkan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan dan karakter siswa kelas IV MI X yang rata-rata adalah siswa yang aktif namun dalam artian negatif, perlu disalurkan ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang aktif dan terkontrol.
Dalam hal ini siswa tidak hanya mengetahui dan memahami materi pelajaran namun juga menerapkannya ke dalam pengalaman langsung/tingkah laku. Tingkah laku siswa selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Segala upaya yang menyangkut kegiatan atau aktifitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif. Menurut Benjamin Bloom ada enam tingkatan dalam domain kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pada penelitian ini peneliti memfokuskan diri pada kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar pada materi IPA. Dimana dalam penerapannya harus melewati tingkatan-tingkatan sebelumnya, yakni pengetahuan dan pemahaman. Namun pada dasarnya penelitian ini tidak mengesampingkan tingkatan-tingkatan setelah tingkat aplikasi, yakni analisis, sintesis dan evaluasi. Alasannya pada siswa sekolah dasar cara berpikirnya masih dalam tahap operasi konkret. Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibau, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, lembaga pendidikan harus mampu menerapkan media pembelajaran yang sudah ada. Dalam proses belajar mengajar di kelas yang ada hanya media pembelajaran dan guru sebagai sumber belajar, maka komunikasi antara guru dan siswa tidak akan berjalan secara lancar. Hal ini terkait dengan permasalahan dalam proses belajar mengajar.
Media pembelajaran merupakan salah satu unsur yang amat penting dalam proses belajar mengajar yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada siswa yang berupa alat, selain itu media pembelajaran merupakan salah satu cara untuk peningkatan kualitas hasil belajar dan berkomunikasi dengan siswa agar
lebih efektif. Oleh karena itu penggunaan media pembelajaran saat proses belajar mengajar sangat diperlukan.
Dalam proses belajar mengajar ini ada salah satu fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi, iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Oleh karena itu, proses belajar mengajar yang di selenggarakan di sekolah atau lembaga formal, dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana, baik perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atau sikap. Proses belajar mengajar di sekolah atau di lembaga formal sangat dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Lingkungan belajar tersebut antara lain meliputi : siswa, guru, karyawan sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku paket, majalah, makalah dan sebagainya), sumber belajar lain yang mendukung dan fasilitas belajar (laboratorium, pusat sumber belajar, perpustakaan yang lengkap dan sebagainya).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, disamping guru dituntut mampu menggunakan alat-alat yang digunakan, guru dituntut juga mampu mengembangkan media pembelajaran yang akan digunakan, karena media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar, demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Penggunaan media pembelajaran dalam tahap orientasi pembelajaran akan membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan, isi pelajaran pada saat itu.
Bersamaan dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan juga mendorong guru untuk mengadakan upaya pembaharuan dalam proses belajar dan memanfaatkan hasil-hasil teknologi. Guru di tuntut untuk mampu menggunakan alat-alat yang bisa memudahkannya dalam menjalankan proses belajar mengajar dan memudahkan siswa dalam belajar, baik alat bantu yang sesuai dengan perkembangan zaman seperti komputer, slide dan sebagainya. Ataupun alat bantu mengajar yang sederhana, murah dan efisien seperti gambar, grafik, video dan animasi. Untuk mencapai tujuan pembelajaran di samping guru di tuntut mampu menggunakan alat-alat tersebut, guru juga di tuntut untuk mampu mengembangkan media pembelajaran yang akan digunakan tetapi tersedia, karena media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran. Sehingga seorang guru disamping menguasai keilmuan pendidikan juga harus multi fungsi termasuk mengusai tata cara pengoperasian seluruh media pembelajaran pendidikan.
Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar banyak sekali, begitu juga dalam pembelajaran IPA juga bisa menggunakan media pembelajaran untuk memudahkan guru, siswa dalam belajar. Media yang dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA, antara lain : laptop, LCD, video, gambar dan sebagainya. Media-media tersebut mempunyai karakteristik tersendiri, sehingga dapat memudahkan dalam mempelajari mata pelajaran IPA yang ada di sekolah-sekolah terutama di lembaga formal. Penggunaan macromedia flash dalam pembelajaran dapat menampilkan materi IPA pokok bahasan daur hidup beragam jenis makhluk hidup kelas IV dengan lebih jelas karena disertai gambar dan animasi yang berkaitan dengan materi.
Disini macromedia flash di maksud adalah media yang dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA, yang berupa suatu program aplikasi yang digunakan untuk mengolah gambar vektor dan animasi. Objek-objek yang dapat diolah untuk membuat animasi selain gambar vektor (yang dibuat secara langsung dari flash) adalah gambar-gambar bitmap yang diimpor serta objek suara (sound) dan objek yang berekstensi. Kemampuan flash dalam mengolah dalam berbagai jenis objek kemudahan dalam proses pembuatan animasi, serta kecilnya ukuran file animasi. Media tersebut mempunyai karakteristik tersendiri, sehingga dapat memudahkan dalam mempelajari mata pelajaran IPA yang ada di sekolah-sekolah terutama di lembaga formal. Selain itu penggunaan macro media flash dalam pembelajaran dapat meringankan biaya pendidikan. Adapun kekurangan media pembelajaran ini adalah hanya bisa di jalankan melalui media komputer maupun laptop dan tidak adanya efek suara berupa narasi. Selain itu media ini hanya bisa digunakan di sekolah yang memiliki fasilitas seperangkat keras komputer (hardware) ataupun lab komputer.
Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu Esti Dewi Septiana, bahwasanya hasil analisis data uji coba perseorangan dapat diketahui tingkat validitas media pembelajaran yang dikembangkan sebesar menurut ahli materi, ahli media, uji kelompok kecil dan uji kelompok besar didapatkan rata-rata persentase 89,20%. Angka ini pada tabel kriteria kelayakan memenuhi kriteria valid dan secara keseluruhan dinyatakan baik serta dapat digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan tinjauan terdahulu yang pernah dilakukan oleh Novita Restuti, sesungguhnya hasil penelitiannya menunjukkan rata-rata nilai kelas eksperimen adalah 77,31 sedangkan kelas kontrol adalah 65,38. Hal ini menunjukkan kelas yang di ajar dengan menggunakan macromedia flash profesional 8 mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi dari pada kelas yang diajar dengan tidak menggunakan media pembelajaran macromedia flash profesional 8.
Melihat kondisi pengelolaan kelas di dunia pendidikan sejak dulu sampai sekarang memang masalah yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan guru. Semua itu tidak lain guna kepentingan belajar anak didik. Media merupakan salah satu alat yang sangat penting digunakan oleh seorang guru dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa, karena dengan adanya media yang cocok yang digunakan oleh guru siswa diharapkan raj in belajar dan tidak merasa bosan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, mengingat mata pelajaran IPA adalah merupakan ilmu yang mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kalangan manusia dan berperan dalam proses pendidikan dan perkembangan teknologi. Namun kenyataan yang ada di Madrasah Ibtidaiah X dari hasil pengamatan peneliti, siswa kelas IV masih rendah hasil belajarnya terutama pada mata pelajaran IPA karena guru pendidikan IPA sangat jarang sekali menggunakan media yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa. Selain itu terkadang siswa selalu menganggap sulit pelajaran IPA sehingga mereka malas untuk belajar sehingga hasil belajarnya rendah karena siswa dapat belajar dengan tepat dan efektif itu harus melihat, mendengar dan merasakannya, siswa dalam mengorganisasikan materi yang telah di ketahui juga masih rendah, dan masih banyak siswa yang kurang bisa mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Hal inilah yang membuat hasil belajar siswa masih rendah dan malas untuk belajar pada mata pelajaran IPA.
Dengan adanya deskripsi tersebut, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas ke dalam pembelajaran IPA pada Madrasah Ibtidaiah (MI) X dengan media macromedia flash, dan ditekankan pada materi daur hidup beragam jenis makhluk hidup. Dengan harapan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya materi daur hidup beragam jenis makhluk hidup. Peneliti mencoba meneliti lebih lanjut dalam penelitian tindakan kelas dengan judul "PENGGUNAAN MACROMEDIA FLASH DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS IV MI X".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan penggunaan macro media flash dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas IV MI X ?
2. Bagaimana pelaksanaan penggunaan macro media flash dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas IV MI X ?
3. Bagaimana penilaian penggunaan macro media flash dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas IV MI X ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui perencanaan penggunaan macro media flash dalam
pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas IV MI X.
2. Mengetahui pelaksanaan penggunaan macro media flash dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas IV MI X.
3. Mengetahui penilaian penggunaan macro media flash dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas IV MI X.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi siswa
- Membantu siswa yang bermasalah atau mengalami kesulitan pelajaran.
- Memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.
- Mengembangkan daya nalar serta berpikir lebih kreatif, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
2. Bagi guru
Sebagai masukan dalam merancang kegiatan belajar mengajar serta dalam memberikan bimbingan kepada siswa untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam meraih prestasi belajar siswa, serta memperhatikan media-media yang akan diterapkan dalam pembelajaran
3. Bagi Sekolah
- Sebagai bahan masukan bagi para pendidik tentang perlunya media pembelajaran IPA dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa khususnya di kelas IV MI X.
- Adanya inovasi pembelajaran.
- Tercapainya pengembangan kurikulum tingkat sekolah.
- Peningkatan profesionalisme guru.
4. Bagi peneliti
Sebagai pengalaman yang berharga dan menambah wawasan dan khasanah keilmuan pada khususnya, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dengan wawasan yang lebih luas baik secara teoritis maupun secara praktis.