Cari Kategori

SOLUSI GAGAL LOGIN VERVAL PD / PESERTA DIDIK TP. 2014 – 2015

Alhamdulillah… Sahabat operator Dapodikdas tahun pelajaran 2014/2015. Sebagian dari kita sudah ada yang tidak memerlukan registrasi ulang sebagai operator sekolah pada laman verval peserta didik, namun sebagian lainnya masih belum berhasil verval PD dikarenakan proses registrasi ulangnya belum sukses.

Berikut solusi terbaru yang telah dishare oleh Rekan saya Sdr. Saipul Hendra, bahwasannya untuk dapat akses laman verval pd tersebut kita dapat menggunakan username serta password yang pernah digunakan sekolah pada tahun pelajaran 2012/2013 maupun tahun pelajaran 2013/2014 sebelumnya.

Namun cara termudah adalah dengan segera menyelesaikan proses input data pada aplikasi Dapodikdas 2014 pada versi 3.0.0 kali ini, kemudian lakukan sinkronisasi. Setelah itu cek kembali pada laman VerVal PD di keesokan harinya (setelah 1 x 24 jam) dengan login menggunakan Username dan Password yang digunakan registrasi pada aplikasi Dapodikdas 2014 v.3.0.0 sebelumnya.

Dan jangan lupa, sebelum sinkronisasi dilakukan, silahkan selesaikan terlebih dahulu proses entry data-data pada aplikasi Dapodikdas v.3.0.0 seperti biasanya, khususnya data-data peserta didik baru kelas 1 SD maupun kelas 7 SMP serta peserta didik pindahan baru. Sehingga data peserta didik yang baru tersebut terlebih belum mempunyai NISN dapat terakomodir keseluruhannya pada VerVal PD yang akan kita selesaikan pada tahapan selanjutnya (proses penerbitan NISN). Semoga berhasil dan terimakasih…

Referensi artikel : Sdr. Saipul Hendra – SDN 149/VIII Muara Tebo

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:26:00

KEBIJAKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2015

Mengacu pada capaian pembangunan Kemdikbud tahun 2010-2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, mempersiapkan delapan arah kebijakan program pembangunan pendidikan dan kebudayaan (Dikbud) tahun 2015. Arah Kebijakan dipersiapakan untuk menjamin keberlanjutan program dan kegiatan pembangunan Dikbud periode 2010-2014 ke periode 2015-2019.

Hal tersebut disampaikan oleh Mendikbud pada rapat kerja (Raker) dengan DPR RI, di ruang rapat Komisi X, gedung Nusantara I DPR RI, Jakarta, Kamis (21/08/2014). Delapan arah kebijakan program pembangunan pendidikan dan kebudayaan tahun 2015 adalah sebagai berikut :

1.   Meningkatkan akses dan kualitas PAUD, pendidikan nonformal dan informal.

2.  Meningkatkan akses.Peningkatan akses ini terutama pada daerah yang memiliki APK kurang dari 75 persen, dan kualitas wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang merata.

3.  Meningkatkan akses, kualitas dan relevansi pendidikan menengah universal (PMU), termasuk pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) dan Unit Sekolah Baru (USB).

4.  Meningkatkan akses, kualitas, relevansi dan daya saing Perguruan Tinggi, termasuk penyediaan BOPTN, pendirian PTN baru, dan pembangunan akademi komunitas.

5. Menyediakan, meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme, pemerataan distribusi, dan peningkatan kesejahteraan PTK. “Arah kebijakan ke lima sangat penting untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dalam dunia pendidikan,” tutur Mendikbud.

6.  Penuntasan implementasi kurikulum 2013, termasuk pengadaan buku dan pelatihan guru.

7.  Pengembangan, perlindungan, dan pemanfaatan warisan budaya dan bahasa dalam penguatan karakter bangsa serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap keberagaman bahasa, seni, dan budaya.

8. Penguatan tata kelola yang berbasis pada kualitas anggaran (performance based budgeting), dan reformasi birokrasi untuk meningkatkan akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas manajemen pelayanan pendidikan dan kebudayaan.

Referensi artikel : Kemdikbud RI

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:21:00

CARA PENGISIAN DATA PTK DAN TAMBAHAN YANG DIAKUI DAPODIKDAS 2014 UNTUK VALIDASI TUNJANGAN SERTIFIKASI GURU

Berikut informasi terbaru tentang Validasi data-data PTK pada aplikasi Dapodikdas 2014 v.3.0.0 oleh Bpk. Asyarudin MT. P2TK Dikdas – Kemdikbud RI

 
1.   Nama : sesuai dengan ijazah, tanpa gelar. Gelar pada kolom tersendiri.
2.   Tgl. Lahir : sesuai dengan akta kelahiran/Ijazah
3.   Nama ibu : tanpa gelar (alm/hj./dll)
4.   Status Kepegawaian harus diisi lengkap.
·       Status CPNS/PNS/GTY/GTT
·       Sumber gaji : Yayasan/APBD/Sekolah
·       Lembaga Pengangkat
·       No SK harus diisi dengan benar
·       NIP Baru (jika sudah ada)

Sekolah Induk

1. Centangan Sekolah Induk Harus diisi jika sekolah tsb adalah sekolah induk/pangkal PTK yang bersangkutan.
2.   Sekolah Induk hanya diperbolehan satu (1) untuk setiap PTK walau mengajar di beberapa sekolah
3. Jika Sekolah Induk tidak dicentang atau lebih dari 1 sekolah induk yang dicentang maka data PTK ybs dianggap TIDAK VALID
4.   Jam mengajar minimal 6 jam pada Sekolah Induk, termasuk Kepala Sekolah.

Tugas Tambahan yang diakui Dapodikdas 2014 :

A.  SD

1.   1 (satu) Kepala Sekolah

B.  SMP

1.   1 Kepala Sekolah
2.   1-3 Wakil Kepala Sekolah
• 1 sd 9 Rombel : 1 Wakasek
• 10 sd 18 Rombel : 2 Wakasek
• >18 Rombel : 3 Wakasek
3.   1 Kepala Laboratorium
4.   1 Kepala Perpustakaan

VALIDASI TUGAS TAMBAHAN DAPODIKDAS 2014

1.   Tanggal Mulai Tugas (TMT) harus diisi dan Valid
2.   Tanggal Selesai Tugas (TST) harus diisi jika sudah tidak menjabat
3.   No SK Harus diisi dengan benar
4.Tugas Tambahan yang diakui adalah Tugas Tambahan pada Sekolah Induk/pangkal.
5.   Jumlah Guru dengan Tugas Tambahan yang sama dalam satu sekolah tidak boleh melebihi ketentuan.
6.   Jika Tugas Tambahan tidak valid maka Jumlah Jam Tugas Tambahan tidak diakui (= 0 jam)

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:18:00

ALUR PADAMU NEGERI 2014 PROSES KEAKTIFAN PTK, KEPALA SEKOLAH, DAN PENGAWAS TAHUN 2014

Sehubungan dengan proses keaktifan bagi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan pada situs Padamu Negeri Kemdikbud pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015, berikut informasi terkait alur kegiatan Padamu Negeri 2014 yang saya share dari laman Facebook Padamu Negeri Kemdikbud sebagai berikut :

ALUR PADAMU NEGERI 2014 PROSES KEAKTIFAN PTK, KEPALA SEKOLAH, DAN PENGAWAS TAHUN 2014

Mulai 8 September 2014 akan diterapkan alur proses terpadu di sistem Padamu Negeri sebagaimana gambar terlampir sebagai bahan referensi pengguna. Bisnis Proses Padamu Negeri dirancang aturannya saling terkait oleh sistem (Rules by System) agar lebih terjamin integritas aliran datanya.

Padamu Negeri akan selalu berupaya mengembangkan secara kontinue dalam penyediaan sistem yang lebih cepat, nyaman, mudah, akurat, terpadu dan akuntabel. Mari bersama kita tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia secara berkesinambungan mulai saat ini dan masa depan bersama Padamu Negeri.

Salam Padamu Negeri Indonesiaku - Admin Pusat - BPSDMPK-PMP Kemdikbud

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:09:00

INPASSING GURU NON PNS TAHUN 2014 (KESETARAAN JABATAN DAN PANGKAT GBPNS)

Berikut informasi tentang kesetaraan jabatan dan pangkat bagi guru bukan PNS (GBPNS) tahun 2014 yang bertugas pada satuan pendidikan dasar (SD, SMP, SLB), dan informasi ini khusus untuk Rekan-rekan guru non/bukan PNS yang belum memiliki SK Inpasing.


Mulai bulan September tahun 2014, penyetaraan jabatan dan pangkat bagi guru bukan PNS (dulu inpassing) telah dibuka Dirjen Dikdas.

Namun pemberkasan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tetapi dengan pola pemanggilan yang surat pemanggilannya bisa di lihat pada lembar Info PTK pada http://223.27.144.195:8081.

Apabila sudah masuk dalam daftar antrian silahkan download dan print lalu sertakan pada berkas yang sudah di persyaratkan dalam surat panggilan tersebut.

Ingat..! Jangan pernah mengirim berkas apabila tidak terdapat pada daftar panggilan dan proses penyetaraan jabatan dan pangkat bagi guru bukan PNSGRATIS

Referensi artikel : Bpk. Ibnu Aditya Karana

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 11:57:00

CARA CETAK SURAT AKUN LOGIN PADAMU NEGERI 2014 UNTUK PENGISIAN EDS SISWA

Untuk mendapatkan hak akses / login di Padamu Negeri bagi siswa ataupun orang tua / wali untuk mengisi EDS Siswa Padamu Negeri 2014 diperlukan Siswa ID, Password, dan juga Kode Akses Ortu/Wali yang didapatkan dari admin sekolahnya masing-masing berupa Surat Akun Login Siswa.

Berikut cara cetak Surat Akun Login Siswa Padamu Negeri 2014 sebagai berikut :

1.   Login Admin / Operator Sekolah ==> "Padamu Sekolah" .



2.   Klik “Padamu Sekolah” ==> “Siswa & Alumni” ==> “Siswa”, kemudian pada Profil Siswa pilih “Daftar Siswa”.


3.   Pada daftar siswa, silahkan pilih salah satu siswa, klik tanda aksi dropdown lalu pilih “Cetak Tanda Bukti Akun”.


4.   Selesai.

Untuk selanjutnya print out tersebut berupa Surat Akun Login Siswa yang akan digunakan siswa maupun orang tua salah satunya untuk login dan mengisi EDS Siswa Padamu Negeri dengan langkah-langkah menuju EDS Siswa dan Aktivasi akun orang tua / wali. Semoga bermanfaat dan terimakasih...

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 11:50:00

SOLUSI GAGAL AKTIVASI LOGIN OPERATOR SEKOLAH DENGAN EMAIL DI PADAMU NEGERI

Sahabat Operator Sekolah yang kebetulan mendapatkan tugas untuk mengelola data-data sekolahnya di Padamu Negeri 2014. Berikut saya share cara untuk mengatasi gagal dalam menambahkan email walaupun tidak gagal 100%, tapi belum berhasil untuk login pada halaman pengelolaan Padamu Negeri sehingga dapat muncul tampilan-tampilan untuk mengelola Padamu Sekolah :


1.   Login di Padamu Negeri menggunakan Login Admin/Operator Sekolah.
2.   Kelola grup admin lalu tambah Admin.
3.   Jika keluar beberapa peringatan di antaranya :
a.   Email sudah terdaftar.
b.   Aplikasi gagal mengenali Email tersebut, dan
c.   Aplikasi telah menemukan Admin Sekolah dengan Email tersebut.
d.   Dan sebagainya.

Oke langsung saja, berikut solusinya :

Daftarkan email dan lengkapi data diri yang akan digunakan untuk login sebagai operator sekolah di sini https://paspor.siap-online.com/registrasis.d. tuntas.

1.   Buka tautan untuk kode aktifasi di kotak masuk email Anda.


2.   Sign out / keluar dari halaman tersebut.
3.   Login ke Padamu Negeri dengan login Admin / Operator Sekolah.
4.   Klik pada “Kelola Akun Institusi”.


5.   Kelola Grup Admin, lalu klik icon tambah (“+”).
6.   Masukkan email yang sudah didaftarkan berhasil pada no. 1 di atas.
7.   Copy Kode Aktivasi yang ada pada “Surat Pemberitahuan Akses Layanan” atau Form S01c yang didapatkan setelah tambah email Admin yang baru tadi berhasil.


8.   Sign Out, lalu paste login Admin / Operator Sekolah menggunakan email tersebut dengan password yang baru Anda daftarkan pada no. 1 di atas.
9.   Setelah masuk ke halaman kelola sekolah, klik pada “Padamu Sekolah”, setelah masuk di kelola sekolah, Anda akan diminta Token aktivasi, paste kode pada no. 8 di atas di kolom tersebut.


10. Selesai.

Selamat bertugas dan terimakasih…

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 11:44:00

THE EFFECTIVENESS OF USING SIMULATION IN IMPROVING STUDENTS SPEAKING SKILL

THE EFFECTIVENESS OF USING SIMULATION IN IMPROVING STUDENTS SPEAKING SKILL



CHAPTER I 
INTRODUCTION

This chapter is divided into seven subsections. They are background of the study, reasons for choosing the topic, statement of problems, objectives of the study, hypothesis, significance of the study, and outline of the report.

A. Background of the Study
The globalization era that demands man power with sufficient competency and professionalism has made Vocational High School so important. This phenomenon is reflected in that many students leaving Junior High Schools enter Vocational Schools.
It goes without saying that Vocational High School has some special qualities. Firstly, the alumni that leave from this institution could meet the job requirements in industry or company because they have certificate of Uji Kemampuan Kompetensi. With this certificate they would have a chance to get a job easily. Secondly, the alumni could continue their study if they are qualified; adjusted to their vocations.
Hence, the teaching and learning process in Vocational High School needs special techniques in order to achieve the necessary competencies for the students. That demand increases when there is free market in this era that makes manpower exchange takes place rapidly. So that, the students need to master the subjects and skills suitable with their vocations. They also have to be good in English as an international language, which also used both in industry and business nowadays.
However, according to my observation and interview before doing this final project, the English subject in Vocational High School is still conventional, monotonous and boring for the students. The teachers' successful orientation is still how to deliver all materials from the occupied literature (Suyatno, 2004 : 2). It potentially becomes one of the problems for them to reach the goal of the learning process.
Moreover, the situation becomes worse when the teachers rarely update the necessary skills in teaching according to the education progress. They have a drawback to evolve teaching techniques and strategies. The result is teaching and learning process operated in an old way that generates alumni without any sufficient competences.
Another cause is the very limited chance for the teachers to join in seminar, discussion, and training. It makes instructional processes become less innovative. This condition is usually complained especially by those who teach in remote areas.
The phenomena above are contrary to the spirit of the new curriculum (KTSP) which suggests that teachers should be able to enhance their teaching strategies for the sake of the student's competence development (KTSP 2007) (http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan).
Beside the above demand of the curriculum, the teacher's techniques and the students' learning styles should be in line. Teaching and learning process should be able to accommodate the different and unique characteristics of the students.
Based on the above arguments, simulation would be an effective technique to solve those problems for Vocational High School. This technique would give supporting environment for the students to elaborate themselves with their own learning styles. I focused on improving students' speaking skill for Vocational High School. Here, the subject of my study will be THE EFFECTIVENESS OF USING SIMULATION IN IMPROVING STUDENTS' SPEAKING SKILL FOR VOCATIONAL HIGH SCHOOL.

B. Reasons for Choosing the Topic
There are some reasons in choosing this topic. The first one is because the topic has not been examined yet by many researchers. Most of the them investigated the area of teaching and learning process in Junior or Senior High School in the terms of methods, strategy, and the interaction among the students or between teacher and students in the English class. There are still a few who conducted researches about teaching and learning techniques, especially simulation, for Vocational High School.
The second one is the topic will promise a valuable contribution for English teaching and learning process especially for Vocational High School that is being improved constantly by the government. The simulation technique adapts the students' learning styles and also uses Contextual Teaching and Learning that is needed in vocational classes as demanded by the curriculum. So that, this technique would be an alternative solution for education problem.
The third, the topic would be useful for language development because the simulation technique concerns on speaking skill. Therefore, by analyzing this matter, I hope that the second language learner could get knowledge and information in using English through simulation. This technique uses English as a means of communication not merely studying the language itself.
The last one is the topic gives an advantage for the students in improving their speaking skill and elaborating their learning styles. All the teaching and learning processes held in the context of situation according to the students' vocations. It would give much information for them in using English as the means of communication on their fields.

C. Statement of Problems
The problems that are discussed in this study are : 
1. How is the speaking test achievement for students taught using simulation technique ?
2. How is the speaking test achievement for students taught without using simulation technique ?
3. Is there any significant difference in students' speaking test achievement between those taught by using simulation technique and those taught without using simulation technique ?

D. Objectives of the Study
The purposes of this study are : 
1. to find out the speaking test achievement for students taught using simulation technique
2. to find out the speaking test achievement for students taught without using simulation technique
3. to find out whether there is significant difference in students' speaking test achievement between those taught by using simulation technique and those taught without using simulation technique.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 08:52:00

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MATERI BERPERILAKU MULIA SESUAI PANCASILA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VCT PERCONTOHAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MATERI BERPERILAKU MULIA SESUAI PANCASILA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VCT PERCONTOHAN (PKN KELAS II)-L



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global, sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Pengertian pendidikan, pendidikan nasional dan sistem pendidikan nasional dapat dijumpai dalam Undang-undang Nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional didefinisikan sebagai "pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan pendidikan nasional adalah "keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dalam pandangan Demokratis, Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk mendidik para generasi muda dan mahasiswa agar mampu menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif dalam pembelaan negara. Dalam hal ini pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu alat pasif untuk membangun dan memajukan sistem demokrasi suatu bangsa. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan Keputusan. Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000, mencakup Tujuan Umum, untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada siswa mengenai hubungan antara warga negara agar menjadi warga negara yang diandalkan oleh bangsa dan negara. Tujuan Khusus, Agar siswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai warga Negara Indonesia yang terdidik dan bertanggung jawab, Agar siswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional, Agar siswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa (Born : 2008).
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu pendidikan yang penting dan dibutuhkan siswa untuk membentuk watak dan tingkah laku manusia sebagai warga negara Indonesia. Tujuan PKn pada dasarnya adalah menjadikan warga negara yang cerdas dan baik serta mampu mendukung keberlangsungan bangsa dan negara (Hidayat dan Azra dalam Ubaidillah, 2008 : 4).
Dalam perkembangannya, Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perubahan-perubahan yang bertujuan untuk memperbaiki isi dan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri. Pada awalnya Pendidikan Kewarganegaraan muncul dengan istilah Pendidikan Kewiraan yang mulai berlaku pada tahun ajaran 1973/1974. Kemudian terus mengalami perubahan hingga berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan juga memiliki keterkaitan kurikulum dengan Pendidikan Pancasila, Pendidikan Moral Pancasila dan cabang Pendidikan lainnya. Pendidikan Kewarganegaraan sudah diajarkan pada tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas sejak tahun 1969 dengan sebutan kewargaan negara. Kemudian pada tahun 1975 sampai 1984 mengalami perubahan dengan nama Pendidikan Moral Pancasila. Pada tingkat Perguruan Tinggi berganti nama dengan istilah Pendidikan Kewiraan. Pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah berganti nama dengan nama PPKN (Born, 2008).
Pada tahun 2000, setelah Indonesia masuk dalam era reformasi maka bidang pendidikan pun mengalami perubahan. Adanya tuntutan bahwa pengetahuan yang didapatkan di sekolah harus bisa menopang kebutuhan skill yang terus bertambah maka lahirlah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Tahun 2000 ini mengalami perubahan menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Tahun 2004 kurikulum PKn SD diintegrasikan dengan mata pelajaran IPS menjadi PKPS (Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial) Dalam KBK, sementara di tingkat SMP dan SMA merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri. KBK Kewarganegaraan tampak telah mengarah pada tiga komponen PKn yang bermutu, seperti yang diajukan oleh Centre for Civic Education pada tahun 1999 dalam National Standard for Civics and Government. Ketiga komponen tersebut yaitu civic knowledge (Pengetahuan kewarganegaraan), civic skills (ketrampilan kewarganegaraan) dan civic disposition (karakter kewarganegaraan). Tahun 2006, perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, PKn tidak lagi terintegrasi dengan mata pelajaran IPS, melainkan berdiri sendiri menjadi mata pelajaran PKn (Fathurochman dan Wuryandari, 2011 : 7).
Paradigma baru PKn adalah suatu model atau kerangka berpikir yang digunakan dalam proses Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia. Sejalan dengan dinamika perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditandai oleh semakin terbukanya persaingan antar bangsa yang semakin ketat, maka bangsa Indonesia mulai memasuki era reformasi di berbagai bidang menuju kehidupan masyarakat yang lebih demokratis (Fathurrohman, 2011 : 9). Tugas PKn sebagai paradigma baru yaitu mengembangkan tiga fungsi pokok, yakni mengembang civic intelligence(mengembangkan kecerdasan warga negara), civic responsibility (membina tanggung jawab warga Negara), civic participation (mendorong partisipasi warga Negara) (Fathurrohman, 2011 : 10). Model pembelajaran PKn dengan paradigma baru memiliki karakteristik yaitu membelajarkan dan melatih siswa berpikir kritis dan membawa siswa mengenal, memilih dan memecahkan masalah (Fathurrohman 2011 : 11).
Menurut Winataputra, (2006 : 5.44), bahwa Ciri utama PKn adalah tidak lagi menekankan pada mengajar tentang PKn, tetapi lebih berorientasi pada membelajarkan PKn atau pada upaya-upaya guru untuk melaksanakan PKn. Oleh karena itu, dalam pembelajaran PKn siswa dibina/dibimbing untuk membiasakan atau melakoni isi pesan materi PKn. Jadi, sekali lagi dalam proses pembelajaran tekanannya diarahkan pada bagaimana belajar. Dengan demikian, alangkah baiknya apabila guru memahami tipe-tipe belajar.
Jacwues Delors dalam Winataputra, (2006 : 44), mengemukakan empat tipe dasar belajar yaitu Learning to know, Learning to do, Learning to live together, dan Learning to be. Pembelajaran PKn akan berjalan dengan baik jika seorang guru PKn menjadi teladan dalam meningkatkan aspek afektif dan aspek psikomotor dengan menunjukkan contoh-contoh perilaku yang diharapkan ditiru dan dilaksanakan siswa dalam kehidupan di sekolah dan kehidupan sehari-hari di masyarakat.
PKn adalah mata pelajaran yang menekankan pada sikap dan mental Siswa. Karakteristik siswa SD berada pada tahap operasional konkrit, atau siswa masih kesulitan memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu materi yang bersifat abstrak dapat menggunakan contoh dalam bentuk gambar dan foto.
Model pembelajaran afektif atau biasa disebut model Value Clarification Technique (VCT) adalah strategi pendidikan afektif yang memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan psikomotor. Pembelajaran Afektif berhubungan dengan nilai yang sulit di ukur dikarenakan berkaitan erat dengan kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam dirinya.
Pola pembelajaran VCT menurut A. Kosasih Djahri dalam Udin, S. dkk, (2006 : 5.45) dianggap unggul untuk pembelajaran afektif (sikap) karena : Pertama, mampu membina dan mempribadikan nilai moral, Kedua, mampu mengklarifikasikan dan mengungkapkan isi pesan nilai moral yang disampaikan. Ketiga, mampu mengklarifikasikan dan menilai kualitas nilai-nilai moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata. Keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya. Kelima, memberikan pengalaman belajar bagi kehidupan. Keenam, mampu menangkal, meniadakan, berbagai nilai moral yang tidak baik dalam nilai moral diri siswa. Model pembelajaran VCT meliputi : (1) Percontohan, (2) Analisis nilai, (3) VCT daftar, (4) VCT kartu keyakinan, (5) VCT teknik wawancara (6) VCT yurisprudensi, (7) VCT inquiry dan (8) VCT role playing. Untuk VCT Percontohan yaitu model pembelajaran khusus yang diterapkan untuk kelas I sampai dengan kelas III karena disesuaikan dengan karakteristik siswa yang masih perlu menggunakan contoh-contoh dalam bentuk nyata seperti gambar atau foto untuk memahami hal-hal yang bersifat tidak nyata.
Dalam pembelajaran PKn, penggunaan model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran, materi, perkembangan belajar siswa dan lingkungan belajarnya. Ketidakmampuan dalam menggunakan model pembelajaran akan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Selama ini model pembelajaran PKn yang sering digunakan adalah model pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah, sehingga guru lebih dominan. Hal ini dapat berakibat siswa tidak semangat atau pasif dalam mengikuti pembelajaran, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran kurang dan hasil belajar siswa menjadi rendah.
Terbukti pada tema Berperilaku Mulia Sesuai Pancasila kelas II SDN X yang hasil belajar siswanya masih rendah. Dari keseluruhan siswa kelas II yang berjumlah 43 siswa, hanya 13 siswa atau 30,23% yang memperoleh nilai baik dan 30 siswa atau 69,76% yang memperoleh nilai dibawah nilai KKM 64.
Berdasarkan hasil belajar siswa dan pengamatan di SDN X maka guru dituntut memiliki kemampuan untuk mengembangkan model pembelajaran yang tepat, sehingga kualitas hasil belajar siswa meningkat, baik aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Melihat kelebihan yang ada pada pola pembelajaran VCT maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI PEMBELAJARAN VCT PERCONTOHAN PADA MATERI BERPERILAKU MULIA SESUAI PANCASILA PADA SISWA KELAS II SDN X".

B. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pengamatan di SDN X, masalah utama pembelajaran PKn adalah masih rendahnya kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran, model VCT akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, maupun keberhasilan belajar siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotornya. Pemilihan model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Dikarenakan siswa kelas rendah, khususnya kelas II masih sangat memerlukan contoh-contoh yang divisualisasikan dalam bentuk gambar dan foto untuk memahami hal-hal yang bersifat abstrak atau tidak nyata.
Dari uraian di atas maka yang menjadi permasalahan adalah "Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas II SDN X melalui model pembelajaran VCT percontohan ?"
2. Pemecahan Masalah
Untuk dapat memecahkan masalah yang terjadi, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah "Meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas II SDN X melalui model pembelajaran VCT Percontohan".

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kualitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor agar dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
b. Membantu guru dalam menganalisis kinerjanya supaya mampu memperbaiki model pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran dapat lebih berkualitas.
2. Tujuan Umum
a. Meningkatkan aktivitas siswa.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan performansi guru.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat baik bagi siswa, guru dan sekolah
1. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan kualitas belajar dalam pembelajaran PKn, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 
2. Bagi Guru
Dapat meningkatkan profesionalisme guru dan juga dapat mengoptimalkan dalam pembelajaran PKn. 
3. Bagi Sekolah
Meningkatkan mutu sekolah di mata masyarakat dengan meningkatnya kualitas belajar siswa.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 09:48:00

THE USE OF MIND MAPPING TECHNIQUE IN TEACHING RECOUNT TEXT TO IMPROVE STUDENTS READING COMPREHENSION ABILITY

THE USE OF MIND MAPPING TECHNIQUE IN TEACHING RECOUNT TEXT TO IMPROVE STUDENTS READING COMPREHENSION ABILITY



CHAPTER I 
INTRODUCTION

This chapter contains a brief explanation of the introduction. It consists of background, research questions, the scope of the research, aims of the research, hypothesis, research methodology, clarification of key terms, and organization of the paper. 

A. Background
In the structure of curriculum program in Junior high school, English is one of the most important subjects for students in the seventh grade until nine grades by having about four hours lesson every week. English has been identified as the most important parameter in the curriculum development that should be mastered by Indonesian students. It means that students in the junior high school have three years opportunity to learn English and they are expected to master it.
There are four skills in English teaching that the students should master it. The four skills are listening, speaking, reading, and writing. Standard competence of Junior High School states that the seventh grade students in the second semester should be able to express spoken text and short monologue in descriptive and procedure text to interact with surrounding. It means that, the seventh grade students should be able to express meaning in simple short monologue and dialogue used in oral language variety accurately, fluently, and understandably to interact with surrounding.
Speaking is the productive skill in the oral mode. It consists of producing systematic verbal utterance to convey meaning. Speaking also is an important skills to communicate because in speaking students convey ideas, opinion, etc. According to Brown (2001) speaking is one of the important skills in language learning in the classroom. It is used twice as often as listening and the most used skill, it means that students should be good in speaking because speaking is used more than listening.
However in reality, since English is introduced to students, they cannot talk fluently it can be seen when they make small conversations they cannot talk as the teacher want and they get some difficulties to speak English. They feel uneasy and they are afraid to speak with each other to share about their opinion. It can be drawn from their negative attitude toward speaking activity, one of the reason is the teaching method which is used is boring.
In teaching and learning process, the effective and interesting method is one of the ways to motivate students to be involved in the activity. It can make the students feel more comfortable with the materials. As Dewey states, cited in Mooney (2000; p. 15), that enjoyable teaching learning process will occur when students are interested in the materials because the beginner students are interested in many new things such as foreign language. According to Brown (2001 : 100) the characteristic of novice level is the students' ability to communicate using learned material and oral production consists of isolated words.
Unfortunately many teachers still apply traditional method in teaching. For example, teachers make the students keep learning English through teachers' explanation of new words or grammar. In fact, this method is not effective because students will easily forget the words and the material if they learn different topic. Especially for students, those who are seven to twelve years old, this method is uninteresting. Keskil and Cephe note that students who are 10 and 11 years old like game, puzzles and song most, those who are 12 and 13 years old like activities built around dialogues, question-answer activities and matching exercises most. (Harmer, 2001 : 61).
There are many methods that can be used in teaching or learning speaking. But the applied methods which are used need to be not only interesting but also effective in teaching speaking. Clearly, students will not be able to speak foreign language well just by memorizing lists of words, repeating mechanically some useful expressions, and so on. Cameron's (2001) state that speaking is the active use of language to express meanings. To speak in the foreign language in order to share understandings with other, people require attention to precise details of the language. Thus, if students do not understand the spoken language, they cannot learn it effectively.
As Dawson (1975) state that speaking is truly basic skill in language learning. Students need to get themselves involved in the classroom to get more practice in speaking foreign language. For the purpose of getting students involved in the classroom, enjoyable activities are recommended to be used by the teachers to make the students focus on teaching learning process.
The teachers have to use different kinds of teaching approach in order not to make the students feel bored. Klancar (2006 : 53) states that the teacher will get some advantages when they teach student by various types of activities such as reading aloud and describing pictures.
Speaking activity can be modified by using media to help students in organizing their idea, for example by using pictures. Based on the basic competence designed for seventh grade in the junior high school, students are expected to be able to describe something such as objects, things people or procedure. It means that teachers have to help them to be able to describe it. There are many ways to make students more involved in the activity one of them is by using pictures. Besides using pictures and posters teacher can also use the real media such as desks, chairs, and the other things to help them to describe people, things or object. Pictures, as the media, are expected to give explanation and description, without having the students to memorize the text.
Pictures can be a media to stimulate students in describing an object or person in the pictures. Students can acquire the meaning by seeing the things in the pictures without explanation. It also helps them to communicate or explain the events in the picture. As Thornbury (2005; p. 75) explains that the script of conversation can be illustrated in picture form to make it memorized easily. So that teachers can create joyful learning through pictures that can affect students to participate and also motivate them to be active in the class. Providing tools especially pictures could encourage students to focus on the materials. They are interested in the pictures and become actively participate in the class. Furthermore, through pictures, fun learning can be created and speaking activity will not be seen as difficult as students might have thought.
In relation to the teaching and learning, pictures are potential source in the transferring information. In the other words, picture can become a bridge to transfer knowledge from the teacher to the student. As Goodman (2006 : 75) states, that picture can act as a bridge between students who have different learning style. According to Canning-Wilson (2001 : 91) pictures are important since they facilitate students understanding. Furthermore, she explains that for most people, the mental image of what they see has greater impact than auditory input.
Based on the explanation above, this research aimed is to find out the effectiveness of using pictures in teaching speaking English. Thus, the entitled "TEACHING SPEAKING ENGLISH THROUGH PICTURE IN IMPROVING STUDENTS SPEAKING ABILITY".

B. Research Questions
According to the previous explanations, this research was intended to answer the following questions : 
1. Is the use of Pictures effective in improving students speaking ability ?
2. What are the students' responses of teaching speaking English through pictures ?

C. The Scope of the Research
Based on the aforementioned problems, the scope of this study was to find out the effectiveness of picture in teaching speaking English. The context of the study was limited on teaching speaking English, especially to the seventh grades of SMP X.

D. Aims of the Research
The aims of this research are : 
1. To investigate the effectiveness of picture in teaching speaking English through picture.
2. To analyzed students' responses towards the implementation teaching speaking English through picture.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 08:46:00

PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Berdasarkan studi dari Laporan Pembangunan Manusia Global 2002 (UNDP 2002) terhadap 173 negara di dunia, diketahui bahwa kinerja pendapatan per kapita tertinggi adalah dari negara Luxembourg yaitu sekitar $US 50 ribu ($US 50,061) dan terrendah (pendapatan per kapita terrendah) adalah dari negara Sierra Leone yaitu $US 490. Hal ini berarti secara kasar dapat disimpulkan bahwa pendapatan per kapita penduduk NTT yang sebesar $US 200-an-katakanlah berkisar $US 200-$US 300, masih lebih rendah daripada pendapatan per kapita penduduk negara termiskin di dunia (Sierra Leone) yang sebesar $US 490. 
Berdasarkan studi dari Laporan Pembangunan Manusia Indonesia 2001 (BPS, BAPPENAS, dan UNDP 2001) diketahui bahwa kinerja pendapatan per kapita tertinggi (PDRB real per kapita-tanpa minyak dan gas) pada lingkup provinsi di Indonesia adalah dari Provinsi DKI Jakarta yaitu Rp 5.943.000 per tahun atau Rp 495.250 per bulan dan terrendah adalah dari Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Rp 712.000 per tahun atau Rp 59.333 per bulan, atau hanya sekitar 12 persen daripada pendapatan per kapita penduduk DKI Jakarta. Kinerja pendapatan per kapita di Nusa Tenggara Timur adalah yang paling rendah (paling buruk) di Indonesia. Kinerja pendapatan per kapita lingkup kabupaten/kota tertinggi (PDRB real per kapita-tanpa minyak dan gas) adalah dari Kota Madya Jakarta Pusat (Provinsi DKI Jakarta) yaitu Rp 15.820.000 per tahun atau Rp 1.318.333 per bulan dan terrendah adalah dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (Provinsi Nusa Tenggara Timur) yaitu Rp 497.000 per tahun atau Rp 41.417 per bulan, atau hanya sekitar 3,14 persen daripada pendapatan per kapita penduduk Jakarta Pusat. Terdapat dua kabupaten di NTT yang memiliki kinerja pendapatan per kapita terrendah di Indonesia (ranking 293 dan 294 dari 294 kabupaten yang dipelajari), yaitu Kabupaten Timor Tengah Selatan (pendapatan per kapita Rp 497.000 per tahun-ranking 294 dari 294 kabupaten di Indonesia) dan Kabupaten Sumba Barat (pendapatan per kapita Rp 501.000 per tahun-ranking 293 dari 294 kabupaten di Indonesia).

1.2 Rumusan Masalah
1. Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia (SDM).
2. Perekrutan tenaga kerja yang baik di pengeruhi oleh beberapa faktor.
3. Metode-metode yang di gunakan dalam perekrutan.
4. Kendala pada perekrutan tenaga kerja atau sumber daya manusia.

1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perencanaan kebutuhan sumber daya manusia (SDM).
2. Untuk mengetahui metode-metode yang di gunakan dalam perekrutan.
3. Untuk mengetahui kendala pada perekrutan tenaga kerja atau sumber daya manusia.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM)
Perencanaan kebutuhan tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM) dimaksudkan agar jumlah kebutuhan tenagakerja masa kini dan masa depan sesuai dengan beban pekerjaan, kekosongan-kekosongan dapat dihindarkan dan semua pekerjaan dapat dilaksanakan. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja ini harus didasarkan pada informasi dari faktor internal & faktor eksternal perusahaan.
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Dalam kaitan tersebut setidaknya ada dua hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia, yaitu: Pertama adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.
Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2 %. Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi. Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.
Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang. Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan tinggi ikut bertanggungjawab. Fenomena penganguran sarjana merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa.
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM dalam menghadapi persaingan ekonomi global.
Kenyataan ini belum menjadi kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk kembali memperbaiki kesalahan pada masa lalu. Rendahnya alokasi APBN untuk sektor pendidikan -- tidak lebih dari 12% -- pada peme-rintahan di era reformasi. Ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dari pemerintah pusat terhadap perbaikan kualitas SDM. Padahal sudah saatnya pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah secara serius membangun SDM yang berkualitas. Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumberdaya daya yang dimiliki (resources base) dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian nasional.
Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan masalah bangsa yang tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja. Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja.
Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, di mana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40).
Perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi yang akan dihadapi bangsaIndonesia antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut: Produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global, faktor-faktor yang menjadi stimulus dalam menentukan perusahaan pada soft kill dan hard skill SDM yaitu sebagai berikut:
1. Pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama mitrausaha dari mancanegara.
2. Tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional dan\atau buruh diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas.
3. Jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat 3mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV, radio, media cetak dan lain-lain. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh KFC, Hoka Hoka Bento, Mac Donald, dll melanda pasar di mana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia --baik yang berdomisili di kota maupun di desa-- menuju pada selera global.Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin ketat dan fair. Bahkan, transaksi menjadi semakin cepat karena "less papers/documents" dalam perdagangan, tetapi dapat mempergunakan jaringan teknologi telekomunikasi yang semakin canggih.
- Unsur-Unsur Dasar Ketrampilan SDM Meliputi :
1. Kode pengalaman kerja (kode untuk jabatan dulu, sekarang dan yad).
2. Pengenalan produk (dipindahkan/dipromosikan).
3. Pengalaman industri (untuk posisi tertentu).
4. Penddikan formal (yang dimiliki).
5. Kursus pelatihan (yang pernah ditempih).
6. Ketrampilan berbahasa asing (tingkat penguasaan).
7. Keterbatasan penempatan kembali (ditempat yang disuka).
8. Minat karir (pengalaman, pengetahuan atau minat).
9. Penilaian kinerja (kemampuan memimpin, motivasi, dan ketrampilan komunikasi).
- Situasi Spesifik Yang Berpaling Ke Suatu Perwakilan Meliputi :
1. Perusahaan Anda tidak memiliki departemen SDM dan tak sanggup melakukan perekrutan.
2. Perusahaan Anda mengalami kesulitan dalam masa lampau untuk menghasilkan sebuah pangkalan dari pelamar yang memenuhi syarat.
3. Sebuah formasi khusus harus cepat diisi.
4. Ada suatu kebutuhan yang dipahami untuk menarik sejumlah besar minoritas atau dari pelamar perempuan.
5. Upaya perekrutan diarahkan untuk mencapai pekerjaan yang lebih menyenangkan.

2.2 Perekrutan Dipengaruhi Oleh Beberapa Faktor
Perekrutan (recruitment) adalah masalah penting dalam pengadaan tenaga kerja. Jika perekrutan berhasil, maka artinya banyak pelamar yang memasukkan lamarannya, dan tentu saja peluang untuk mendapatkan tenaga kerja yang baik semakin terbuka lebar, karena kita dapat memilih yang paling terbaik diantara karyawan tersebut. Perekrutan tenaga kerja/pelamar dipengaruhi oleh: 
1. Balas jasa yang diberikan. Jika balas jasa yang diberikan besar, maka pelamarnya akan semakin banyak. Sebaliknya bila balas jasa yang diberikan kecil, maka pelamarmenjadi sedikit.
2. Status tenaga kerja. Jika statusnya adalah untuk menjadi tenaga kerja tetap makapelamarnya akan relatif banyak. Tetapi bila statusnya adalah sebagai tenaga kerja honorer, maka pelamarnya sedikit.
3. Kesempatan promosi. Jika kesempatan promosi terbuka lebar maka jumlah pelamarakan banyak, begitu pula sebaliknya.
4. Job specification. Jika spesifikasi pekerjaannya sedikit, maka orang yang mencobauntuk melamar pekerjaan tersebut akan semakin banyak, begitu pula sebaliknya.
5. Metode penarikan. Bila perekrutan/penarikan terbuka luas melalui media massa ataulain sebagainya, maka pelamar yang mencoba semakin banyak, sebaliknya.
6. Soliditas perusahaan. Jika soliditas perusahaan cukup tinggi maka pelamarnya banyak, dan sebaliknya.
7. Peraturan perburuhan. Jika peraturan perburuhan longgar maka pelamar banyak, dansebaliknya. Misalnya usia tenaga kerja, dsb.
8. Penawaran tenaga kerja. Jika penawaran tenaga kerja banyak maka pelamar yangmencoba akan semakin banyak, begitu pula sebaliknya.
Jadi intinya yaitu perekrutan ialah usaha mencari dan menarik tenaga kerja agar melamar lowongan pekerjaan yang ada pada suatu perusahaan.
Siapakah yang disebut tenaga kerja itu?
Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 14 tahun 1969, tenaga kerja adalah: tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan barang ataupun jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja ini harus memenuhi persyaratan peraturan pemerintah, seperti batas usia tertentu. Jadi pengertian tenaga kerja ini lebih luas bila dibandingkan dengan pengertian karyawan, karena tenaga kerja merupakan orang yang bekerja baik didalam maupun diluar hubungan kerja. Ciri khas hubungan kerja adalah tenaga kerja itu bekerja dibawah perintah orang lain dengan menerima balas jasa. Undang-undang No. 14 tahun 1969 dan peraturan pelaksanaannya tidak boleh diadakan diskriminasi. Dalam Pasal 4 dikemukakan bahwa tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesulitan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.

2.3 Metode-Metode Yang Digunakan Dalam Perekrutan
Asumsi yang biasa digunakan adalah dengan melihat trend di masa lampau,sedangkan hubungan antara variabel dianggap tetap. Tetapi pada kondisi bisnis yang dinamis dan selalu berubah maka asumsi-asumsi tersebut mungkin akan tidak berlaku, sehingga perubahan-perubahan pada perencanaan mungkin dibutuhkan. Ada beberapa metode-metode dalam menentukan perekrutan yng secara efektif dan efisien, meliputi:

1. Metode Penilaian
Pada dasarnya metode penilaian memanfaatkan orang-orang yang cukupberpengalaman dalam memprediksi kebutuhan perusahaan akan tenaga kerja di masamendatang. Metode penilaian mempertimbangkan data kuantitatif, tetapi disamping itu juga dipertimbangkan faktor intuisi dan keahlian. Metode penilaian yang paling sederhana adalah metode Bottom-Up, yaitu masing-masing unit, cabang, departemen, memperkirakan sendiri kebutuhannya akan tenaga kerja. Idealnya manajer menerima informasi & pengarahan yang kemudian dikombinasikan dengan pandangan mereka sendiri untuk dapat membuat perkiraan yang dibutuhkan tersebut. Jumlah dari perkiraan masing-masing departemen akan merupakan jumlah keseluruhan kebutuhan akan tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan. Metode lainnya adalah metode Top-down, dimana para eksekutif mendiskusikan bagaimana kondisi perekonomian, trend bisnis, perencanaan yang telah dibuat serta berbagai faktor lain yang mungkin mempengaruhi kebutuhan perusahaan akan tenaga kerja. Mereka juga membuat perkiraan-perkiraan mengenai kemungkinan-kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi. Metode berikutnya adalah teknik Delphi, dimana para eksekutif pada masing-masing cabang tidak bertemu, tetapi mereka membuat konsensus dengan menjawab kuesioner-kuesioner yang diberikan oleh perusahaan mengenai perencanaan yang akan dibuat. Kuesioner-kuesioner ini dikirim berulang-ulang dengan mencantumkan hasil dari kuesioner sebelumnya, sehingga para eksekutif cabang tersebut dapat membandingkan dan membuat prediksi yang lebih tepat. Teknik ini akan meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, karena akan dapat menghilangkan perselisihan pribadi maupun kemungkinan adanya dominasi suara dalam proses pengambilan keputusan. Tetapi teknik ini juga memakan waktu yang lama, sehingga untuk keputusan-keputusan yang membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat, maka teknik ini akan sangat sulit untuk digunakan.

2. Metode Matematika Sederhana
Metode ini memanfaatkan informasi-informasi yang tersedia yang menyangkut akankebutuhan tenaga kerja, lalu kemudian dikombinasikan dengan rasio produktivitas untuk tenaga kerja langsung maupun rasio staf untuk tenaga kerja tidak langsung. Rasio produktivitas tidak langsung adalah perbandingan antara hasil produksi rata-rata dengan dengan tenaga kerja langsung setiap tahun. Sedangkan rasio staf untuk tenaga kerja tidak langsung ialah untuk menghitung jumlah tenaga kerja tidak langsung dalam proses produksi. Rasio-rasio ini dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan secara periodik dalam jangka waktu yang lama.Perkiraan dengan memanfaatkan rasio produktivitas mendasarkan pada asumsi bahwa jumlah dari tenaga kerja akan selalu meningkat sebanding dengan peningkatan jumlahpekerjaan yang harus dilakukan. Hal ini tidak selalu benar, karena ada kalanya perusahaan dapat memberlakukan aturan lembur. Rasio produktivitas juga memanfaatkan learning curves, dimana diasumsikan bahwaproduktivitas akan meningkat seiring dengan bertambahnya pengalaman. Karyawanyang telah bekerja cukup lama akan bisa mengetahui hal-hal apa yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam bekerja sehingga produktivitas akan meningkat. Untuk memanfaatkan learning curve dipakai progress index, yang menunjukkan persentase belajar yang terjadi dalam setiap kali produksi menjadi dua kali lipat.

3. Metode Matematika Kompleks
Jenis metode ini dapat dipakai pada perusahaan besar yang telah memilikipengalaman yang cukup lama dalam perencanaan Sumber Daya Manusia Salah satunya adalah Metode Regresi Berganda, yang memanfaatkan berbagai faktor yang berhubungan dengan kebutuhan akan tenaga kerja untuk memprediksi kebutuhan tenaga kerja di masa mendatang.

2.4 Kendala Pada Perekrutan Tenaga Kerja Atau Sumber Daya Manusia (SDM)
Agar proses perekrutan berhasil maka perusahaan perlu menyadari berbagai kendala yang bersumber dari “organisasi, pelaksana perekrutan dan lingkungan eksternal”. Kendala-kendala yang dihadapi setiap perusahaan tidak sama, tetapi pada umumnya kendala-kendala itu adalah:
a). Kebijaksanaan-Kebijaksanaan Organisasi
Berbagai kebijaksanaan organisasi merupakan cermin utama atas berhasil atau tidaknya perekrutan calon pegawai. Kebijaksanaan organisasi yang akan mempengaruhi perekrutan itu adalah:
- Kebijaksanaan Kompensasi dan Kesejahteraan.
Jika perusahaan dapat memberikan kompensasi dan kesejahteraan yang cukup besar serta adil maka pelamar yang serius akan semakin banyak, tetapi sebaliknya jika gaji dan kesejahteraan rendah maka pelamar menjadi sedikit.
- Kebijaksanaan Promosi
Apabila kesempatan untuk promosi diberikan cukup luas maka pelamar yang serius semakin banyak, tetapi sebaliknya jika kesempatan untuk promosi sangat terbatas maka pelamar akan menjadi sedikit. Promosi merupakanidaman setiap karyawan, karena dengan promosi berarti status dan pendapatan akan bertambah besar.
- Kebijaksanaan Status Karyawan
Jika status karyawan menjadi karyawan tetap/full-time maka pelamar semakin banyak, tetapi jika status karyawannya honorer/harian/part-time makapelamar akan semakin sedikit.
- Kebijaksanaan Sumber Tenaga Kerja
Jika tenaga kerja yang akan diterima hanya bersumber dari tenaga kerja lokal maka pelamar yang serius akan sedikit, tetapi sebaliknya bila tenaga kerja yang akan diterima bersumber dari seluruh Nusantara, maka pelamar akan semakin banyak.
b). Persyaratan-Persyaratan Jabatan
Semakin banyak persyaratan yang harus dimiliki pelamar maka pelamar akan menjadi sedikit, sebaliknya jika jumlah persyaratannya sedikit maka pelamarnya akan semakin banyak.
c). Metode Pelaksanaan Perekrutan
Semakin terbuka perekrutan maka pelamarnya akan semakin banyak, sebaliknya apabila perekrutannya semakin tertutup maka pelamarnya semakin sedikit.
d). Kondisi Pasar Tenaga Kerja
Semakin besar penawaran tenaga kerja maka akan semakin banyak pula pelamar yang serius. Tetapi sebaliknya jika penawaran tenaga kerja sedikit maka pelamarnya juga menjadi sedikit.
e). Soliditas Perusahaan
Soliditas perusahaan dapat diartikan sebagai besarnya kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, misal; besarnya perusahaan tersebut. Jika soliditas perusahaan besar maka pelamar akan semakin banyak. Sebaliknya jika soliditas perusahaan rendah maka pelamarnya akan semakin sedikit.
f). Kondisi-Kondisi Lingkungan Eksternal
Jika kondisi perekonomian tumbuh dengan cepat dan saingannya juga banyak maka pelamar akan sedikit, tetapi jika tingkat pertumbuhan perekonomian kecil/depresi, maka pelamarnya akan semakin banyak.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam perusahaan atau organisasi perekrutan (recruitment) adalah hal yang penting mekipun dengan secara berkala entah satu tahun dua kali ataupun satu tahun sekali atau bisa juga empat tahun sekali yang tergantung pada perusahaan atau organisasi tersebut. Pada perekrutan tenaga kerja yang berlangsung secara berkala itu masih ada metode-metode yang di gunakan pada organisasi/ perusahaan dimana lembaga tersebut masing-masng ada kriteria penilaian yang tergantung dengan kelebihan dan jobdisknya masing-masing.

3.2 Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Yustika Ahmad Erani, 2007, Perekonomian Indonesia, FE UNIBRAW, Malang.
Kompas, (Kamis, 16 desember 2010).
Kompas, (Minggu, 9 januari 2011).
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=95a84a6786a0889bd3b07636d5426d84&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc
http://www.equator-news.com/index.php?mib=berita.detail&id=84308

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:56:00