MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN (PGTK)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT, dimana anak dibekali dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan anak usia dini adalah suatu pendidikan yang ditujukan kepada anak usia dini yang ditujukan untuk merangsang setiap perkembangan dan pertumbuhan anak untuk persiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa :
"Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut".
Adapun tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk membantu dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak. Dalam pendidikan anak usia dini terdapat aspek-aspek yang harus dikembangkan dan ditanamkan dalam diri anak, diantaranya aspek kognitif, bahasa, nilai agama dan moral serta sosial. Sosial mencakup sikap tenggang rasa, peduli, saling menghargai, saling menghormati, bekerjasama, empati dan lain sebagainya.
Mengapa keterampilan sosial anak perlu dikembangkan adalah pada dasarnya setiap anak akan memerlukan bantuan orang lain dan akan hidup menjadi manusia sosial, namun dalam kenyataannya masih banyak anak yang tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain. Oleh karena itu anak harus memiliki keterampilan sosial pada dirinya.
Keterampilan sosial merupakan bentuk perilaku, perbuatan dan sikap yang ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain disertai dengan ketepatan dan kecepatan sehingga memberikan kenyamanan bagi orang yang berada di sekitarnya (Chaplin dalam Suhartini, 2004 : 18).
Menurut Septiana (2009) kurangnya seseorang memiliki keterampilan sosial menyebabkan kesulitan perilaku di sekolah, kenakalan, tidak perhatian, penolakan rekan, kesulitan emosional, bullying, kesulitan dalam berteman, agresivitas, masalah dalam hubungan interpersonal, miskin konsep diri, kegagalan akademik, kesulitan konsentrasi, isolasi dari teman sebaya dan depresi.
Kurniati (2005 : 35) bahwa keterampilan sosial adalah kebutuhan primer yang perlu dimiliki anak-anak bagi kemandirian pada jenjang kehidupan selanjutnya, hal ini bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Libet dan Lewinsohn (dalam Cartledge dan Milburn, 1995) mengemukakan keterampilan sosial sebagai kemampuan yang kompleks untuk menunjukkan perilaku yang baik dinilai secara positif atau negative oleh lingkungan, dan jika perilaku itu tidak baik akan diberikan punishment oleh lingkungan.
Mengingat keterampilan sosial sangat penting dalam kehidupan sehari-hari sebaiknya keterampilan sosial ditanamkan pada anak sedini mungkin.
Keterampilan sosial pada anak dapat dikembangkan melalui berbagai metode di antaranya, metode bercerita, metode tanya jawab, metode karyawisata, dan metode bermain peran. Salah satu metode yang lebih efektif untuk mengembangkan empati anak yaitu metode bermain peran.
Metode bermain peran adalah suatu proses pembelajaran artinya anak dapat berperan langsung dengan apa yang telah dilihatnya serta dengan melaksanakan metode bermain peran anak dapat menyelami perasaan orang lain tanpa anak ikut larut di dalamnya. Sebagaimana di kemukakan Rachmawati (2007 : 31), bermain peran yaitu permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak yang akan mengembangkan imajinasi dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan.
Menurut Moeslichatoen (2004 : 38) bermain pura-pura adalah bermain yang menggunakan daya khayal anak yaitu dengan memakai bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi tertentu, atau orang tertentu dan binatang tertentu yang dalam dunia nyata tidak dilakukan.
Bentuk kegiatan bermain pura-pura merupakan cermin budaya masyarakat di sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari. Segala sesuatu yang dilihat dan didengar akan terulang dalam kegiatan bermain pura-pura tersebut. Dengan anak melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran atau bermain pura-pura, keterampilan sosial pada anak akan tumbuh dan masuk ke dalam diri anak dan melihat keadaan dari sisi orang lain, seolah-olah ia adalah orang itu.
Kondisi objektif yang ditemukan di TK X ini masih jarang lagi diterapkan metode bermain peran, khususnya untuk mengembangkan keterampilan sosial anak TK X. Aktivitas pembelajaran di TK ini masih monoton, seperti halnya mengisi majalah sekolah, menggambar dan mewarnai gambar. Selain itu, aktivitas pembelajarannya masih banyak ditekankan pada segi akademis dan sering kali menggunakan metode tanya jawab atau ceramah yang dimana guru yang lebih banyak berperan aktif. Sehingga metode bermain peran masih sangat jarang diterapkan pada anak di TK ini. Selain metode pembelajaran yang monoton pada anak pun keterampilan sosial tidak terlihat, seperti yang terlihat disini keterampilan sosial anak belum muncul, anak tidak mau membantu temannya dalam hal meminjamkan alat tulis, tidak mau berbagi pada teman yang tidak membawa makanan, anak yang suka mengejek temannya, anak tidak mau membantu temannya saat merapikan meja, dan saat ada anak yang terjatuh anak lain menertawakan bukan menolong. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian terkait dengan penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan keterampilan sosial anak di TK tersebut.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada "MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN".
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi objektif sekolah TK X ?
2. Bagaimana gambaran umum keterampilan sosial anak usia dini di kelompok B TK X ?
3. Bagaimana langkah-langkah metode bermain peran di kelompok B TK X untuk meningkatkan keterampilan sosial anak ?
4. Bagaimana peningkatan keterampilan sosial anak usia dini di kelompok B TK X setelah menggunakan metode bermain peran ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi objektif sekolah TK X.
2. Untuk mengetahui gambaran umum keterampilan sosial anak usia dini di kelompok B TK X.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah metode bermain peran di kelompok B TK X, dalam rangka meningkatkan keterampilan sosial anak.
4. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial anak usia dini di kelompok B TK X setelah menggunakan metode bermain peran.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi anak
a. Membantu anak dalam mengembangkan keterampilan sosial di lingkungannya.
b. Di masa akan datang anak akan memiliki keterampilan sosial yang baik.
2. Bagi Guru
a. Memberikan masukan kepada guru dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat, yang dapat menjadi alternative lain dalam pembelajaran khususnya pada anak didik.
b. Dapat membantu guru dalam membangun keterampilan sosial anak agar di masa yang akan datang anak dapat diterima dengan baik di lingkungannya.
3. Bagi TK
a. Memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk berusaha menciptakan interaksi yang baik dalam lingkungan sekolah antara guru dengan guru, guru dengan anak, maupun anak dengan anak yang meliputi perhatian, kasih sayang, keterbukaan, suasana harmonis sehingga nantinya dapat dijadikan bekal bagi anak dalam membentuk kepribadian dan perilaku sehingga mudah dan dapat diterima dalam pergaulan yang luas baik di sekolah maupun lingkungan sekitar anak.
b. Memberi sumbangan informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan Taman Kanak-kanak.
E. Asumsi Penelitian
Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menurut Rachmawati (2007 : 31), bermain peran yaitu permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak yang akan mengembangkan imajinasi dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan.
2. Matson (Gimpel dan Merrel, 1998) mengatakan bahwa keterampilan sosial (Social Skill), baik secara langsung maupun tidak membantu seseorang untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat dalam norma-norma yang berlaku di sekelilingnya
3. Combs & Slaby (Gimpel dan Merrell, 1998) memberikan pengertian keterampilan sosial (Social Skill) adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara yang khusus yang dapat diterima secara social maupun nilai-nilai dan di saat yang sama berguna bagi dirinya dan orang lain.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode PTK yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru bersama dengan orang lain (kolaborasi) dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu dalam upaya perbaikan terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas berdasarkan permasalahan yang di temui di dalam kelas. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus di Taman Kanak-kanak X. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B yang berjumlah 12 orang terdiri dari laki-laki : 3 orang dan perempuan : 9 orang.
G. Sistematika Penulisan
Bab 1 pendahuluan yang memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab 2 kajian teoritis yang pertama membahas konsep keterampilan sosial yang berupa definisi keterampilan sosial, faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial, jenis keterampilan sosial dan karakteristik keterampilan sosial, dan yang kedua membahas konsep metode bermain peran berupa definisi bermain peran, langkah-langkah bermain peran, jenis bermain peran, macam-macam bermain peran.
Bab 3 metode penelitian yang memaparkan secara lebih rinci metode yang akan di gunakan dalam penelitian, lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknis pengumpulan data dan validasi data.
Bab 4 hasil penelitian dan pembahasan yang memaparkan hasil penelitian dimulai dari observasi awal, siklus 1, siklus 2, siklus 3 serta observasi akhir.
Pembahasan menganalisis data dari hasil penelitian, faktor kendala yang dialami saat penelitian, dan meningkatnya keterampilan sosial setelah dilakukan metode bermain peran.
Bab 5 kesimpulan dan rekomendasi, kesimpulan memaparkan hasil ringkasan dari bab 1 sampai bab 4, dan rekomendasi memberi masukan kepada guru, kepada sekolah dan kepada peneliti selanjutnya agar dapat menjadi lebih baik dalam melakukan penelitian selanjutnya.