Cari Kategori

Showing posts with label biologi kelas X. Show all posts
Showing posts with label biologi kelas X. Show all posts

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING START WITH A QUESTIONS DISERTAI MODUL

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING START WITH A QUESTIONS DISERTAI MODUL (BIOLOGI KELAS X)



BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan upaya sadar individu untuk memperoleh berbagai macam kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku secara keseluruhan baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah belajar tersebut saling melengkapi namun pada prakteknya, sistem pembelajaran di sekolah cenderung menekankan pada pencapaian perubahan perilaku pada ranah kognitif (intelektual) yang dilaksanakan melalui berbagai bentuk pendekatan, model, dan strategi pembelajaran tertentu sedangkan ranah afektif kurang mendapat perhatian. Kemampuan afektif hanya dijadikan sebagai efek pengiring (nurturing effect) atau hanya menjadi objek sisipan dalam kegiatan pembelajaran.
Kemampuan siswa pada ranah afektif pada dasarnya mencakup watak dan perilaku yang dapat menentukan keberhasilan belajarnya. Kemampuan siswa pada ranah afektif terbagi menjadi lima tingkatan yaitu penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengelolaan atau pengaturan (organization), dan bermuatan nilai (characterization).
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran Biologi pada kelas X SMAN X menunjukkan bahwa kemampuan kognitif siswa sudah cukup tinggi sedangkan kemampuan afektif siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan afektif siswa dapat diketahui dari prosentase siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan baik hanya sebesar 61,76%, sisanya sebanyak 38,24% mengerjakan aktivitas lain seperti mengobrol dengan teman, mengantuk, dan melamun. Sebanyak 35,29% siswa membuat pertanyaan, 41,17% siswa berani menanggapi pendapat teman, 64,75% siswa berembug bersama kelompok dan 35,29% siswa dapat menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran. Siswa pasif, tidak berani mengemukakan pendapat, tanggapan maupun pertanyaan tentang segala sesuatu yang belum dimengerti. Ketidakberanian ini begitu tampak ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, respon siswa sangat minim.
Penyebab kurangnya kemampuan afektif siswa kelas X SMAN X antara lain adalah penggunaan strategi belajar yang bersifat teacher centre. Guru masih menggunakan ceramah dan diskusi biasa sehingga kemampuan afektif siswa kurang berkembang, oleh sebab itu diperlukan strategi yang dapat meningkatkan kemampuan afektif siswa yaitu salah satunya dengan menggunakan strategi pembelajaran Learning Start with a Question (Pembelajaran Dimulai dengan Pertanyaan).
Strategi pembelajaran Learning Start with a Question (Pembelajaran Dimulai dengan Pertanyaan) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan terns bertanya daripada hanya menerima apa yang disampaikan guru. Kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui strategi Learning Start with a Question antara lain kemampuan penerimaan (receiving) dengan mengikuti dan mematuhi suatu instruksi, berpartisipasi dalam diskusi melalui kegiatan membuat dan menanggapi suatu pertanyaan (responding), menilai (valuing) dengan mendukung atau menentang suatu gagasan, berembug bersama kelompok dengan merumuskan dan mendiskusikan permasalahan (organization), dan kemampuan mencari penyelesaian suatu masalah (characterization). Kelima aspek kemampuan yang diperoleh melalui penggunaan strategi pembelajaran Learning Start with a Question merupakan aspek kemampuan siswa pada ranah afektif, oleh karena itu penggunaan strategi Learning Start with a Question dapat meningkatkan kemampuan afektif siswa.
Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Modul merupakan suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara logis, sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik.
Modul yang digunakan pada pembelajaran Biologi di kelas X SMAN X ini membahas divisi jamur Zygomycotina meliputi ciri-ciri, struktur, habitat, cara hidup, reproduksi, serta peranannya bagi kehidupan. Reproduksi Zygomycotina yang dibahas pada modul hasil penelitian ini adalah pertumbuhan miselia dan kelangsungan siklus hidup jamur Rhizopus oligosporus pada substrat kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) sedangkan peranannya yang dibahas adalah dalam proses pembuatan tempe yang melibatkan jamur tersebut.
Objek penelitian tentang jamur sesuai dengan materi yang diajarkan di SMA kelas X semester gasal dengan kompetensi dasar, "Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan". Materi yang disajikan dalam penyusunan modul tidak hanya berasal dad literatur lain tetapi juga berdasarkan data yang diperoleh dad hasil penelitian siklus hidup Rhizopus oligosporus dan analisis kandungan nutrisi dalam pembuatan tempe kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.). Prosedur dan hasil penelitian selanjutnya disusun dalam tulisan yang logis dan sistematis sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan afektif siswa, salah satu caranya adalah dengan penggunaan strategi pembelajaran Learning Start with a Questions atau pembelajaran yang diawali dengan pertanyaan disertai modul hasil penelitian. Penggunaan strategi Learning Start with a Questions disertai modul hasil penelitian dapat meningkatkan kemampuan afektif siswa seperti kemampuan membuat pertanyaan (asking), memilah masalah (choosing), menanggapi masalah (responding), mengajukan pendapat (arguing), dan memecahkan masalah (giving solution) sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian dengan judul :

"UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA KELAS X SMAN X MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING START WITH A QUESTION DISERTAI MODUL HASIL PENELITIAN ZYGOMYCOTINA".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
Apakah penggunaan strategi pembelajaran Learning Starts with a Questions (Pembelajaran Dimulai dengan Pertanyaan) disertai modul hasil penelitian pada sub-pokok bahasan Zygomycotina dapat meningkatkan kemampuan afektif siswa kelas X ?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 
1. Meningkatkan kemampuan afektif siswa kelas X SMAN X melalui penggunaan strategi pembelajaran Learning Start with a Questions (Pembelajaran Dimulai dengan Pertanyaan) disertai modul hasil penelitian pada sub-pokok bahasan Zygomycotina. 

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 
1. Bagi Institusi
Memberikan masukan atau saran dalam upaya mengembangkan suatu proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa kelas X SMAN X.
2. Bagi Guru
a. Menambah wawasan tentang strategi pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
b. Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran Biologi khususnya terkait dengan kemampuan afektif siswa.
3. Bagi Siswa
a. Meningkatkan kemampuan afektif siswa dalam pembelajaran Biologi.
b. Memberikan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna sehingga materi pembelajaran dapat diingat lebih lama.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 22:33:00

KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MEMAHAMI KONSEP BIOLOGI PADA KONSEP MONERA

SKRIPSI ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MEMAHAMI KONSEP BIOLOGI PADA KONSEP MONERA



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan, semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral.
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman, akan tetapi belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Pendidikan memang sangat diperlukan oleh manusia, karena dengan pendidikan, manusia dapat mengarahkan perkembangan fisik, mental, emosional, sosial, dan etikanya menuju ke arah yang lebih baik dan menuju ke arah kematangan dan kedewasaan.
Seperti tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 bab II pasal 3 yang berbunyi : 
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab."
Proses pencerdasan bangsa bisa terlaksana jika dilakukan melalui jalur pendidikan, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan. Keberhasilan atau kegagalan proses pendidikan sangat tergantung pada faktor peserta didik, instrument pembelajaran, instrument penunjang, dan penggerak proses pendidikan.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, para pendidik dihadapkan dengan sejumlah karakteristik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Menurut Burton "seseorang diduga mengalami masalah atau kesulitan belajar, apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu, dalam batas waktu tertentu". Banyak diantara siswa yang tidak dapat mengembangkan pemahamannya terhadap konsep Biologi tertentu karena antara perolehan pengetahuan dengan prosesnya tidak terintegrasi dengan baik dan tidak memungkinkan siswa untuk menangkap makna secara fleksibel.
Penguasaan konsep-konsep biologi akan mampu membentuk sikap positif terhadap Biologi pada kelas-kelas awal (kelas X) di MAN. Sikap positif terhadap Biologi ini merupakan prasyarat keberhasilan belajar Biologi dan meningkatnya minat siswa terhadap Biologi pada kelas-kelas selanjutnya. Dengan kata lain jika penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip Biologi di kelas-kelas awal sangat rendah disertai dengan sikap negatif terhadap pelajaran Biologi, sulit diharapkan siswa akan berhasil dengan baik dalam pembelajaran Biologi di kelas-kelas selanjutnya.
Untuk mencapai tujuan agar siswa mempunyai minat dan kemampuan yang baik terhadap Biologi berimplikasi pada tugas dan tanggung jawab yang sangat strategis pada guru-guru pengajar Biologi di kelas-kelas awal di MAN. Mereka dituntut membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip Biologi untuk memudahkan mereka mempelajari Biologi di kelas yang lebih tinggi. Ini berarti proses pembelajaran Biologi yang dilakukan guru hendaknya memungkinkan terjadinya pengembangan pemahaman konsep, sikap, dan meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran Biologi.
Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau di lingkungan keluarganya.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dan wawancara dengan guru Biologi MAN X, menunjukkan bahwa hasil belajar konsep Monera (Bakteri) selalu relatif lebih rendah dibandingkan dengan materi Biologi yang lain pada semester gasal.
Hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : diantaranya : 
1. Kurangnya ketertarikan siswa dalam mempelajari pelajaran biologi.
2. Siswa menganggap bahwa materi pembahasan tentang konsep monera lebih sulit bila dibandingkan dengan konsep yang lain berdasarkan pengalaman guru biologi, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, karena menuntut siswa untuk dapat menguasai pemahaman konsep Monera yang banyak terdapat bahasa latin dan bersifat abstrak sehingga siswa menjadi cepat lupa.
3. Waktu yang digunakan dalam kegiatan belajar konsep monera sangat terbatas hanya dua kali pertemuan sedangkan yang harus dipelajari berupa pemahaman konsep dan praktikum.
Berdasarkan pengamatan penulis, masih banyak diantara siswa tersebut yang mendapat nilai rendah yang masih jauh berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) berdasarkan ketetapan atau patokan yang diambil oleh guru mata pelajaran Biologi di sekolah tersebut, yaitu sebesar 65. Menurunnya hasil belajar ini dapat dilihat dari rendahnya hasil latihan, baik latihan di kelas maupun pekerjaan rumah dan menurunnya hasil ulangan harian atau post test yang ditandai dengan diperolehnya nilai-nilai yang rendah. Berdasarkan hal-hal di atas penulis mengasumsikan sebagai faktor-faktor penyebab kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa yang dapat diartikan sebagai kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran pada konsep Monera di sekolah.
Berdasarkan pemaparan di atas penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kesulitan belajar siswa kelas X, dalam memahami konsep monera. Oleh karena itu penulis mengangkat penelitian ini dengan judul "ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MEMAHAMI KONSEP BIOLOGI PADA KONSEP MONERA".

B. Identifikasi Masalah
Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai pernyataan. Beberapa penyebab dan gejala yang menunjukkan adanya kesulitan belajar dalam memahami konsep Biologi pada konsep Monera antara lain : 
1. Materi konsep Monera lebih sulit dibandingkan dengan konsep lain.
2. Kurangnya ketertarikan siswa dalam mempelajari pelajaran Biologi.
3. Nilai siswa di bawah KKM.
4. Siswa kesulitan dalam memahami istilah-istilah bahasa ilmiah.
5. Alokasi waktu pembelajaran yang terbatas.

C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pembiasan dalam memahami pembahasan skripsi ini. maka penulis membatasi permasalahannya kepada : 
1. Analisis kesulitan siswa dibatasi pada kesulitan siswa dalam memahami konsep Monera.
2. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan dengan hasil belajar yang rendah di bawah nilai KKM 65.
3. Faktor kesulitan belajar dibatasi pada aspek minat, pemahaman bahasa ilmiah dan alokasi waktu pembelajaran.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam skripsi ini adalah : Bagaimanakah tingkat kesulitan belajar siswa kelas X MAN X dalam memahami konsep monera ?

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis dalam upaya perbaikan pembelajaran biologi, yaitu : 
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dan sebagai alat untuk memotivasi diri dalam mencapai penguasaan tentang konsep Monera secara maksimal dengan mengetahui analisis kesulitan belajar siswa.
2. Berguna untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kepada pembaca serta bermanfaat sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dan kebijakan pendidikan selanjutnya.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 13:41:00