Masa nifas (Puerperium) merupakan awal dari perawatan lebih lanjut bagi wanita sesudah melahirkan anak. Perawatan pada masa nifas sangat penting karena periode ini merupakan masa kritis bagi ibu maupun bayinya. Pada keadaan ini ada perubahan-perubahan yang dialami oleh ibu, seperti perubahan fisik, perubahan psikis, involusi uterus dan pengeluaran lochea, serta laktasi/pengeluaran ASI (Saifuddin, 2000).
Laktasi adalah proses alamiah yang merupakan wujud cinta kasih yang diberikan oleh seorang ibu kepada bayinya. Laktasi merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, selain itu proses laktasi dapat membangun hubungan intim dan hangat antar ibu dan anaknya serta masa yang penting untuk kelangsungan hidup bayi (Suryoprajogo, 2009).
Menyusui adalah suatu proses yang terjadi secara alamiah, meskipun demikaian menyusui juga dipelajari terutama oleh ibu yang pertama kali memulai menyusui anak agar mengetahui cara menyusui yang benar dan manfaat dari ASI atau kolostrum yang pertama kali keluar. Serangkaian proses turut memberi andil dalam kelancaran pemberian ASI, mulai persiapan fisik sampai batin calon ibu dan juga berbagai langkah dan perlekatan yang tepat agar bisa menyusui dengan efektif di awal bayi menyusui (Depkes, 2005).
ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya. Pengetahuan merupakan hal yang diperlukan pada masa nifas ini, khususnya pengetahuan tentang manfaat kolostrum guna tercapainya keberhasilan dalam menyusui serta menghindari kesalahpahaman tentang nutrisi bagi bayi tersebut (Suherni, 2009).
Pada awal pemberian makanan yaitu pada hari-hari pertama ASI dikeluarkan akan keluar cairan yang berwarna kuning atau jernih, merupakan makanan bayi yang paling baik mutunya (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data dari Puskesmas X pada bulan Mei 2009 terdapat 33 ibu post partum sebanyak 7 orang (21,2%) tidak memberikan kolostrum pada bayinya karena larangan orangtua dan karena kolostrum berbau dan ibu post partum belum mendapatkan informasi tentang kolostrum dari petugas secara optimal.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang "Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kolostrum dengan Pemberiannya di Puskesmas X”.