Judul : Makalah Kisah Walisongo Penyebar Agama Islam di Jawa
Daftar Isi :
Kata Pengantar, Daftar Isi, Pendahuluan, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati
Sekilas Isi :
SYEH MAULANA MALIK IBRAHIM
Maulana Malik Ibrahim terkenal dengan sebutan Syeikh Maghribi. Beliau berasal dari Gujarat, India. Syeikh Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa pada tahun 1404 M. Sebenarnya, jauh sebelum kedatangan beliau, di Gresik sudah ada masyarakat Islam walaupun jumlahnya tidak seberapa. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya batu nisan seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun bin Hibatallah yang wafat pada tahun 475 H atau tahun 1082 M.
Beliau menetap di Gresik dan wafat pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal 882 H atau bertepatan dengan tahun 1419 M, kemudian di makamkan di Gresik pula. Sekarang berada di sekitar kota Gresik Propinsi Jawa Timur.
Adapun jasa-jasa Maulana Malik Ibrahim, yaitu :
1.Mendirikan masjid dan pondok, guna menggembleng dan mendidik kader-kader muballigh yang dapat meneruskan perjuangan Islam.
2.Pada tahun 1379 M, Malik Ibrahim datang di Gresik dengan maksud meng-Islamkan raja Majapahit yang beragama Hindu, tetapi gagal. Namun banyak di antara kasta syudra dan wesya yang memeluk Islam, dan selainnya banyak yang hijrah (lari) ke Bali dan menetap di sana.
3.Beliau dipandang sebagai pelopor utama dalam penyiaran Islam di pulau Jawa, sehingga akhirnya berkembang ke seluruh pelosok pulau ini.
Sekarang agama Islam sudah tersiar ke seluruh Indonesia. Adalah menjadi tugas sarjana-sarjana Islam untuk meluruskan Islam dari berbagai hal yang berbau tahyul dengan cara yang bijaksana tanpa menuding peran wali yang telah menyebarkan dan memperkenalkan Islam kepada penduduk Nusantara.
SUNAN GIRI
Nyai Ageng Ternate adalah seorang janda kaya raya di Gresik. Kebetulan janda itu tidak mempunyai anak, maka bayi yang ditemukan anak buahnya diangkat menjadi anaknya, karena bayi itu ditemukan di tengah samudra, maka dia diberi nama Joko Samudra.
Setelah cukup umurnya, Joko Samudra belajar ilmu agama kepada Sunan Ampel di Surabaya. Sejak kecil Joko Samudra sudah mempunyai karomah, kalau ia hendak berangkat ke Surabaya dia berdo’a di tepi pantai Gresik. Tiba-tiba saja pantai Surabaya mendekat kearah daratan Gresik. Begitu kakinya melangkah sampailah dia di daratan Surabaya.
Agaknya Joko Samudra telah mewarisi karomah ayahnya yaitu Syeikh Maulana Ishak yang mampu berpindah tempat dari gunung Gresik ke Blambangan dalam tempo kurang dari sehari.
Sunan Ampel merasa kasihan melihat Joko Samudra setiap hari berangkat dari Gresik ke Surabaya, maka dia disuruh mondok di pesantren Ampeldenta. Joko Samudra mengutarakan hal itu kepada ibunya, Nyai Ageng Ternate menyetujuinya, maka mulai saat itu Joko Samudra tinggal di pesantren Ampeldenta. Di Ampeldenta Joko Samudra dapat bergaul dengan siapa saja dengan luwesnya. Dia bersahabat akrab dengan putra Sunan Ampel yang bernama Raden Makdum Ibrahim. Kemana mereka pergi selalu tampak berdua.
Pada suatu malam, Sunan Ampel hendak sholat tahajud, sebelum mengambil air wudlu beliau sempat menengok ke asrama tempat tidur para santri. Saat itu suasana gelap gulita, tiba-tiba Sunan Ampel melihat cahaya menyilaukan mata keluar dari salah seorang santri yang sedang tidur. Sunan Ampel tidak tahu siapa santri itu maka diberinya tanda berupa ikatan kecil pada sarung yang dikenakan.