Cari Kategori

Showing posts with label metode drill. Show all posts
Showing posts with label metode drill. Show all posts

EFEKTIVITAS METODE DRILL BERBANTUAN SMART MATHEMATICS MODULE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

SKRIPSI EFEKTIVITAS METODE DRILL BERBANTUAN SMART MATHEMATICS MODULE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003). Pendidikan yang dilaksanakan seharusnya mampu mencetak lulusan yang berkualitas dan memiliki daya saing yang tinggi dengan negara lain.
Hal ikhwal yang perlu disoroti dari pendidikan adalah proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya. Seorang guru harus dapat mengarahkan proses pembelajaran dengan menciptakan pengalaman belajar yang tepat, mampu mendorong siswa untuk aktif dan kritis selama proses pembelajaran berlangsung, tak hanya pasif sebatas mendengarkan ceramah dari guru. Selain itu, guru juga harus memberikan kemudahan belajar bagi siswa agar dapat mengembangkan potensi secara optimal.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada siswa di setiap jenjang pendidikan mulai SD, SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi. Tiada hari tanpa matematika. Itulah kenyataan yang terjadi di kehidupan para siswa, tidak hanya di Indonesia bahkan di dunia. Salah satu aspek yang perlu mendapat sorotan dari pelajaran matematika di sekolah adalah pemecahan masalah (problem solving). Hal ini dikarenakan pemecahan masalah merupakan bagian yang sudah terintegrasi dalam pembelajaran matematika, tidak dapat dipisahkan dari matematika (NCTM, 2000b).
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan siswa yang dipersiapkan untuk terjun langsung ke lapangan dunia kerja. Teori yang diberikan di sekolah seharusnya mampu membekali siswa menghadapi permasalahan yang muncul ketika memasuki dunia kerja. Melalui pengajaran matematika di sekolah yang menekankan pada kemampuan pemecahan masalah, siswa diajak berlatih untuk terbiasa dengan suatu masalah dan menyelesaikannya secara tuntas. Harapannya adalah dengan belajar memecahkan masalah matematika, siswa tak hanya mempunyai keterampilan pemecahan masalah dalam matematika saja, namun juga mempunyai keterampilan dalam hal memecahkan masalah yang akan mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru matematika di SMK X, diperoleh informasi mengenai metode mengajar matematika di SMK tersebut. Metode mengajar matematika yang dilakukan di SMK tersebut adalah dengan metode ceramah. Setelah selesai berceramah, guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS. Diperoleh pula keterangan bahwa prestasi belajar untuk mata pelajaran matematika masih rendah serta kurang optimalnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa kelas XI yang memperoleh nilai matematika di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 70 pada saat Ujian Akhir Semester 1. 
Dari 149 siswa kelas XI SMK X hanya terdapat 40 siswa (26,85%) yang telah mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Sedangkan terdapat 109 siswa (73,15%) yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah. Keberhasilan pembelajaran matematika di kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai KKM sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa kelas XI di SMK X belum mencapai ketuntasan belajar matematika karena belum mencapai 75% (26,85% < 75%) dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. Diduga salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar matematika siswa adalah kurangnya intensitas siswa melakukan latihan dalam mengerjakan soal-soal matematika. Salah satu materi yang mengacu kepada hal pemecahan masalah adalah barisan dan deret. Banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan menggunakan konsep barisan dan deret. Misalnya, permasalahan mengenai bunga bank, produksi barang dari suatu perusahaan, dan masih banyak yang lain. Data Ujian Nasional SMK Tahun 2010/2011 yang dikeluarkan oleh Kemendiknas menunjukkan bahwa persentase penguasaan soal matematika untuk program keahlian administrasi perkantoran pada materi menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan deret aritmetika dan geometri di SMK X hanya sebesar 20,59%. Data tersebut menunjukkan bahwa pada materi barisan dan deret banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengkonstruksikan dan mengaplikasikan ide-ide dalam problem solving matematika.
Berdasarkan masalah tersebut, maka dalam proses pembelajaran diperlukan metode mengajar yang tepat agar permasalahan tersebut dapat diatasi. Pemecahan masalah merupakan suatu keterampilan matematika (skill of mathematics) yang mengajarkan siswa prosedur bersifat umum untuk memecahkan permasalahan dan memberikan latihan kepada siswa dalam penggunaan prosedur tersebut untuk menyelesaikan permasalahan (Intosh dan Jarrett, 2000 : 8). Diungkapkan pula bahwa pemecahan masalah sebagai latihan memungkinkan digunakan secara luas untuk memperkuat keterampilan dan konsep matematika yang telah diajarkan.
Untuk melatih siswa agar terbiasa memecahkan soal-soal pemecahan masalah, salah satu metode mengajar yang dapat digunakan adalah metode drill atau latihan. Metode ini merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Melalui drill soal-soal pemecahan masalah siswa akan berusaha menemukan penyelesaiannya melalui berbagai strategi pemecahan masalah matematika dan diharapkan siswa akan memiliki keterampilan pemecahan masalah yang jauh lebih baik. Selain itu, siswa juga akan lebih aktif untuk bertanya mengenai kesulitan yang dihadapi saat menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan tanpa disuruh guru pun siswa akan lebih berani untuk mengerjakan soal di papan tulis. Kepuasan akan tercapai apabila siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Kepuasan intelektual ini merupakan motivasi intrinsik bagi siswa.
Menurut Schoenfeld dalam Intosh dan Jarrett (2000 : 10) hal yang tak kalah sulit adalah bagaimana mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa. Diungkapkan pula bahwa buku teks pembelajaran matematika yang berfokus dalam hal pemecahan masalah yang digunakan sebagai referensi bagi guru dan sumber belajar bagi siswa masih sedikit. Buku-buku teks yang dipergunakan di sekolah dirancang hanya lebih ditekankan pada misi penyampaian pengetahuan/fakta belaka dan seringnya buku-buku teks tersebut membosankan (Wena, 2008 : 229). Buku mata pelajaran matematika yang digunakan di SMK X berupa buku paket dan LKS. Buku paket yang digunakan hanya dipinjamkan saat proses pembelajaran matematika saja, sehingga untuk belajar di rumah siswa hanya mengandalkan LKS sebagai sumber belajar. Padahal LKS yang digunakan tidak berfokus kepada hal pemecahan masalah, hanya memuat uraian materi dan soal-soal rutin sehingga menghambat siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki.
Alternatif solusi yang dianggap cocok dan relevan dengan permasalahan di atas adalah dengan pembuatan bahan ajar yang mencerminkan pembelajaran yang berfokus pada kemampuan pemecahan masalah matematika. Bahan ajar yang dibuat oleh peneliti adalah modul pembelajaran matematika yang di dalamnya memuat pembelajaran mengenai pemecahan masalah matematika.
Modul pembelajaran yang digunakan adalah "Smart Mathematics Module," modul yang berbeda dengan modul-modul yang biasa dipakai guru dan siswa. "Smart Mathematics Module" merupakan sebuah modul matematika yang inovatif dan disusun secara kreatif oleh peneliti berisi tentang pembelajaran yang bertujuan mengembangkan dan membina kemampuan memecahkan masalah matematika siswa. Dalam modul ini akan dilengkapi pula dengan latihan soal-soal pemecahan masalah yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, melatih siswa untuk berpikir kreatif, sistematis, logis dan kritis serta gigih dalam memecahkan masalah di kehidupan nyata. Nasution (2005 : 205) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul akan membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing, dianggap bahwa siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama dan tidak sedia mempelajari sesuatu pada waktu yang sama. Pengajaran melalui modul memberikan siswa kesempatan untuk belajar secara individu sebab masing-masing siswa menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah yang diberikan, demikian pula dengan "Smart Mathematics Module ".
Penelitian terdahulu tentang metode drill telah dilakukan oleh Sutarman (2009) dengan hasil penelitiannya bahwa metode drill dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Siadi dkk (2009) menyatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar kimia yang signifikan antara siswa yang diberi metode drill dengan metode resitasi dan hasil belajar kimia siswa yang diberi metode drill lebih baik dari pada yang diberi metode resitasi pokok bahasan larutan penyangga pada siswa kelas XI SMAN 1 Brebes tahun ajaran 2007/2008.
Sementara penelitian terdahulu untuk penggunaan modul telah dilakukan oleh Suardana (2006) dengan hasil penelitiannya yaitu kualitas kemampuan mahasiswa dalam melakukan pemecahan masalah (problem solving) dapat dikembangkan melalui strategi pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan kooperatif berbantuan modul. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sunyoto (2006) menyimpulkan bahwa prestasi belajar siswa SMK bidang keahlian Teknik Mesin yang menggunakan Modul Pembelajaran Interaktif (MPI) dalam pembelajaran lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang memperoleh materi pelajaran sama tetapi tanpa menggunakan MPI. Penggunaan MPI dalam pembelajaran siswa SMK bidang keahlian Teknik Mesin lebih efektif daripada pembelajaran tanpa menggunakan MPI.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian eksperimen yang berjudul "EFEKTIVITAS METODE DRILL BERBANTUAN SMART MATHEMATICS MODULE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS XI".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode drill berbantuan "Smart Mathematics Module" dapat mencapai ketuntasan belajar siswa pada aspek kemampuan pemecahan masalah materi barisan dan deret kelas XI di SMK X ?
2. Apakah rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode drill berbantuan "Smart Mathematics Module" lebih dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah berbantuan LKS pada materi barisan dan deret kelas XI di SMK X ?

C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 
1. untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan metode drill berbantuan "Smart Mathematics Module" dapat mencapai ketuntasan belajar siswa pada aspek kemampuan pemecahan masalah materi barisan dan deret kelas XI di SMK X.
2. untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode drill berbantuan "Smart Mathematics Module" lebih dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar menggunakan metode ceramah berbantuan LKS pada materi barisan dan deret kelas XI di SMK X.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bukti empirik dalam dunia pendidikan mengenai penggunaan metode drill berbantuan "Smart Mathematics Module" guna mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi sekolah
Sebagai masukan bagi sekolah bersangkutan dalam usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan.
b. Bagi pendidik
Sebagai masukan bagi pendidik dalam memilih dan menggunakan metode drill berbantuan "Smart Mathematics Module" sebagai salah satu metode pembelajaran dan bahan ajar yang cocok untuk mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 10:47:00