PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP PENGUKURAN MELALUI KEGIATAN MEMASAK DI RAUDLATUL ATHFAL (PGTK)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan pada anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting karena pendidikan anak usia dini merupakan pijakan dasar pendidikan selanjutnya. Raudhatul Athfal (RA) merupakan bagian dari pendidikan anak usia dini pada jalur formal di bawah naungan Departemen Agama dengan sasaran usia 4-7 tahun. Menurut Froebel, 'masa anak adalah masa emas (golden age) bagi penyelenggara pendidikan' (Solehuddin, 2000 : 33) karena mengalami perkembangan yang pesat. Orangtua dan pendidik haruslah menjadi fasilitator bagi perkembangan anak yang sedang pesat dengan cara memberikan stimulus yang tepat sesuai dengan tahap perkembangannya. Namun, kurangnya pengetahuan orangtua atau pendidik mengenai tahapan perkembangan anak, maka dalam memberikan stimulus pada anak terkadang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Ada beberapa aspek perkembangan dalam setiap perkembangan anak dan salah satunya adalah aspek perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif merupakan mental atau pikiran yang berperan penting dan mendasar bagi studi-studi psikologi manusia. Salah satu pembelajaran yang dapat merangsang aspek perkembangan kognitif anak usia Raudhatul Athfal (RA) yaitu pembelajaran matematika atau daya pikir. Pembelajaran Matematika di Raudhatul Athfal (RA) sudah sering dilaksanakan dengan tujuan agar anak memiliki kesiapan untuk mempelajari matematika pada tahap selanjutnya melalui pemberian stimulus pada anak dalam kemampuan berpikir untuk mengembangkan aspek perkembangan kognitif anak.
Kegiatan untuk pembelajaran matematika di RA X yang biasa digunakan yaitu melalui Lembar Kegiatan Anak (LKA) yang telah disediakan oleh seksi pendidikan di IGRA (Ikatan Guru Raudhatul Athfal). Sebenarnya, kegiatan yang ada dalam buku LKA tersebut sudah sesuai dengan kurikulum di RA namun karena tuntutan Sekolah Dasar di sekitar RA X dan orangtua murid yang menyekolahkan anaknya di RA X menginginkan anaknya jika masuk Sekolah Dasar dapat menguasai keterampilan matematika yang seharusnya anak dapatkan di Sekolah Dasar sehingga pihak sekolah dan guru menambahkan pembelajaran matematika yaitu pelajaran tambahan (les) dan menekankan calistung yang seharusnya disampaikan di Sekolah Dasar. Padahal, kegiatan matematika seperti itu tidak diperbolehkan untuk diterapkan pada anak usia Raudhatul Athfal (RA). Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan dari Ace Suryadi yang mengungkapkan bahwa :
Pembelajaran membaca, menulis dan berhitung (calistung) pada anak usia dini merupakan salah satu bentuk kesalahan terbesar yang diterapkan sistem pendidikan nasional Indonesia. Pada usia dini, pengajaran calistung justru akan membatasi interaksi siswa dengan lingkungan. Meskipun begitu, keinginan belajar calistung datang dari diri anak secara langsung hal itu sah-sah saja" (Sriningsih, 2008 : 2).
Kegiatan penguasaan keterampilan matematika di RA X telah berlangsung sejak awal didirikannya RA X pada tahun 1998 dan memang terbukti bahwa lulusan dari RA X dapat meraih juara dalam bidang akademik di tingkat Sekolah Dasar. Namun, ada beberapa anak yang mengalami kejenuhan belajar pada saat kelas IV (empat) SD. Padahal, menurut Sriningsih (2008 : 8) bahwa "pembelajaran untuk anak usia dini memegang peranan yang sangat penting bagi pembentukan kemampuan dan sikap belajar pada tahap yang lebih lanjut sehingga keberhasilan belajar pada tahap awal sangat menentukan keberhasilan belajar pada tahap berikutnya dan kegagalan belajar pada tahap awal merupakan penyebab paling besar terhadap kegagalan belajar pada tahap berikutnya".
Di RA X, guru hanya menekankan keterampilan berhitung pada anak didiknya terlebih lagi pada anak kelompok A. Padahal dalam pembelajaran matematika yang telah direkomendasikan oleh The National Council of Teacher of Mathematic (NCTM) bahwa :
Ada sepuluh standar pembelajaran untuk anak usia dini meliputi standar isi dan standar proses pembelajaran matematika antara lain yaitu bilangan dan operasional bilangan, aljabar, geometri, pengukuran, analisis data dan probabilitas, problem solving, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi dan representasi" (Sriningsih, 2008 : 5).
Pembelajaran pengukuran yang disampaikan oleh guru kelompok A di RA X yaitu melalui kegiatan mengerjakan LKA. Dalam LKA tersebut, anak hanya membandingkan panjang-pendeknya gambar dan besar-kecilnya gambar kemudian anak mewarnai gambar tersebut. Kurang variatifnya kegiatan dan media yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam pengukuran menjadikan kemampuan anak masih rendah. Padahal "pemahaman anak terhadap konsep hampir sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman yang bersifat langsung (hand-on experiences) " (Solehuddin, 2000; Sriningsih, 2008).
Tepat kiranya apabila upaya pengembangan kecerdasan logika-matematika untuk anak usia dini dijadikan sebagai salah satu upaya pemberian rangsangan pendidikan yang dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas bermain bukan melalui metode pembelajaran klasik yang menekankan pada penguasaan fakta dengan menggunakan kegiatan drill yang bersifat instan dan berdampak negatif terhadap perkembangan anak. (Sriningsih, 2008 : 3).
Kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan anak dalam mengukur adalah salah satunya melalui kegiatan memasak. Hal ini sesuai dengan pendapat Griffiths (1992 : 105) bahwa "anak-anak dapat belajar tentang pengukuran melalui berbagai aktifitas yang menyenangkan, seperti bermain dengan air, memasak, mengukur tinggi badan dan lain-lain". Kegiatan memasak mempunyai manfaat untuk keterampilan anak yang dapat digunakan seumur hidup mereka karena kegiatan memasak merupakan kegiatan yang tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Selain itu, kegiatan memasak dapat membantu mengembangkan semua aspek perkembangan anak termasuk aspek perkembangan kognitif.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis terdorong untuk menulis skripsi dengan judul "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP PENGUKURAN MELALUI KEGIATAN MEMASAK DI RAUDHATUL ATHFAL (RA)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi objektif proses belajar mengajar di RA X dalam mengenalkan konsep pengukuran dengan menggunakan satuan non standar (tidak baku) pada anak kelompok A ?
2. Bagaimana kondisi objektif kemampuan anak kelompok A di RA X dalam mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan satuan non standar (tidak baku) ?
3. Bagaimana implementasi kegiatan memasak untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan satuan non standar (tidak baku) pada anak kelompok A di Raudhatul Athfal (RA) ?
4. Bagaimana kemampuan anak dalam mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan satuan non standar (tidak baku) setelah diterapkan kegiatan memasak di RA X ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan memasak untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan satuan non standar (tidak baku) pada anak usia Raudhatul Athfal (RA).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kondisi objektif proses belajar mengajar di RA X dalam mengenalkan konsep pengukuran dengan menggunakan satuan non standar (tidak baku) pada anak kelompok A.
b. Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan anak kelompok A di RA X dalam mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan satuan non standar (tidak baku).
c. Untuk mengetahui implementasi kegiatan memasak untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan satuan non standar (tidak baku) pada anak kelompok A di Raudhatul Athfal (RA).
d. Untuk mengetahui kemampuan anak dalam mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan satuan non standar (tidak baku) setelah diterapkan kegiatan memasak di RA X.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat diperoleh manfaat atau pentingnya penelitian. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, selain itu juga dapat memberikan pemahaman psikologis terhadap guru-guru mengenai kemampuan mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan satuan non standar (tidak baku) melalui kegiatan memasak di Raudhatul Athfal (RA).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan berbagai sarana dalam menerapkan pembelajaran matematika khususnya pengenalan konsep pengukuran non standar (tidak baku) di Raudhatul Athfal (RA).
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak sekolah, yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memacu belajar siswa di Raudhatul Athfal (RA).
c. Bagi Prodi Pendidikan Anak Usia Dini
Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan serta bahan perbandingan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian, khususnya tentang kemampuan mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan satuan non standar (tidak baku) untuk anak usia Raudhatul Athfal (RA) yang dipadukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Post a Comment