Menulis pada dasarnya merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berupa kegiatan produktif dan ekspresif yang membutuhkan kesabaran, keuletan, dan kejelian tersendiri. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif.
Untuk itu kurikulum ideal negeri ini telah menetapkan pembelajaran menulis sebagai salah satu komponen penting untuk diberikan kepada warganya sebagai muatan penting pendidikan sekolah dasar yang kita kenal dengan istilah "calistung". Materi pembelajaran menulis diberikan sejak dini dengan tujuan agar sekolah mampu memberikan bekal yang cukup untuk kemajuan siswanya dimasa yang akan datang. Berbagai metode pembelajaran sengaja diciptakan untuk mendukung keberhasilan pembelajar dalam keterampilan menulis ini.
Namun dalam aktualnya kurikulum ideal tersebut tidak berjalan dengan baik sesuai dengan yang diidealkan. Kegagalan aktualisasi kurikulum ideal dalam pembelajaran keterampilan menulis ini disebabkan banyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan ini adalah miskinnya pengalaman dan pengetahuan guru terhadap berbagai pendekatan ataupun metode pembelajaran menulis. Pemerintah, dalam hal ini departemen pendidikan nasional belum mampu memfasilitasi seluruh para pengajar khususnya guru bahasa untuk mendapatkan akses pelatihan-pelatihan ataupun loka karya yang mampu memberikan sumbangan pengetahuan yang cukup, terutama dalam hal pembelajaran menulis.
Beberapa sumber informasi menyimpulkan bahwa keterampilan menulis siswa masih redah dibandingkan dengan keterampilan bahasa lainnya. Alwasilah (1993) memperkuat pernyataan di atas dengan mengatakan bahwa bahasa Indonesia di sekolah-sekolah lebih mengajarkan keterampilan menyimak, membaca, dan berbicara.
Diantara hambatan yang menjadikan rendahnya keterampilan siswa menulis di sekolah dasar adalah menulis eksposisi. Kegiatan menulis eksposisi menjadi suatu kegiatan pembelajaran yang sulit karena belum tersedianya bahan ajar tentang keterampilan menulis siap pakai yang dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran serta minimnya pelatihan menulis eksposisi bagi siswa. Padahal kegiatan menulis ini merupakan suatu wadah yang bisa dijadikan siswa sebagai sarana pencurahan gagasan. Tarigan (1995:22) berpendapat bahwa keterampilan menulis dapat dikuasai dan diperoleh dengan jalan praktek dan latihan yang tersistematis.
Hambatan lainnya adalah kurangnya keterampilan guru dalam menggunakan berbagai model pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran yang dilaksanakan bersifat monoton karena hanya bertumpu pada model pembelajaran yang itu-itu saja dan keterlibatan siswa dalam prosesnya sangat minim. Prinsip pembelajaran yang disarankan oleh Kurikulum KTSP yang terkenal dengan akronim PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) belum bisa dilaksanakan secara maksimal oleh guru dalam aktifitas pembelajar sehari-hari.
Atas dasar realita yang terjadi di atas perlu kiranya ditanggapi dan diperhatikan, yaitu dengan mencari dan menemukan solusi yang tepat sehingga mal praktek pendidikan bisa dihindari. Kita harus memperhatikan visi misi masa depan pendidikan yang lebih menitikberatkan pada penggalian potensi siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Sanusi (1991), yaitu bahwa fungsi utama pendidikan akan bergeser dari memberi tahu, mengajar, membina, mengembangkan apa-apa dari orang lain kepada membelajarkan orang lain mendorong orang lain aktif sendiri. Titik berat bergeser dari memberdayakan orang lain ke memberdayakan semua potensi diri.
Guru merupakan aktor utama yang menjadi kunci keberhasilan pembelajaran di lapangan. Kamampuan guru untuk merencanakan dan memilih pendekatan dan model pembelajaran keterampilan menulis yang sesuai dengan teks dan konteks siswa menjadi sebuah keharusan.
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang dianggap mampu untuk meningkatkan kreatifitas pembelajaran siswa. Falsafah yang mendasari model pembelajaran kooperatif atau gotong royong ini adalah pendidikan adalah falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi.
Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Salah satu alasan terpenting mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan adalah karena para pendidik dan ilmuwan sosial telah lama mengetahui tentang pengaruh persaingan di kelas yang dapat merusak suasana kelas. Hal ini bukan berarti pesaingan di kelas salah, jika diatur dengan baik, persaingan di dalam kelas yang sesuai dapat menjadi sarana yang efektif dan tidak tidak berbahaya untuk memotivasi orang melakukan yang terbaik.
Salah satu model pembelajaran kooperatif ini adalah model pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis. Model pembelajaran ini merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah (Madden, Salvin, dan Steven, 1986). Para siswa belajar dalam kelompoknya untuk menguasai gagasan utama dan kemampuan komprenhensif lainnya. Selama periode seni berbahasa ini siswa terlibat dalam pelatihan penulisan, saling merevisi dan menyunting karya yang satu dengan yang lainnya, dan mempersiapkan hasil kerja kelompok.
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis merasa sangat perlu untuk menuangkan gagasan dan pemikiran tentang peningkatan menulis secara spesifik dengan menggunakan model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis ini dalam sebuah penelitian. Peneliti melakukan ini dalam usaha untuk mengetahui keberhasilan atau pun kendala yang diperoleh bila model ini diterapkan dalam pembelajaran menulis, yang secara khusus pada pembelajaran menulis eksposisi. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk merumuskan sebuah judul penelitian, yaitu "Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi Siswa Kelas V Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis. Penelitian ini dilakukan di SD X Kota Y dengan menggunakan metode penelitian eksperimen.
Post a Comment