Risk management atau manajemen risiko saat ini merupakan salah satu prioritas utama yang dipertimbangkan industri keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Jorion (1997), pada studi literatur keuangan terdapat beberapa tipe risiko seperti risiko bisnis (business risk), risiko stratejik (strategic risk), dan risiko keuangan (financial risk). Risiko bisnis adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan atas kualitas dan keunggulan pada beberapa produk pasar yang dimiliki oleh perusahaan. Risiko seperti ini hadir karena adanya ketidakpastian dari aktivitas-aktivitas bisnis seperti inovasi teknologi serta desain produk dan pemasaran. Sedangkan risiko stratejik muncul karena adanya perubahan fundamental pada lingkungan ekonomi atau politik. Risiko stratejik ini sangat sulit untuk dihitung.
Selanjutnya ada yang disebut risiko finansial yang timbul sebagai akibat adanya pergerakan (movements) pada pasar finansial. Risiko finansial dapat dibagi lagi menjadi beberapa kategori, yaitu risiko pasar (market risk) yang timbul karena adanya perubahan pada harga dari aset-aset keuangan dan kewajiban, risiko kredit (credit risk) yang disebabkan oleh ketidakmampuan atau ketidakmauan dari pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban kontraktual, risiko likuiditas (liquidity risk) yang dihasilkan karena kurangnya jumlah dana yang dibutuhkan akibat aktivitas pasar, risiko operasional (operational risk) yang terjadi akibat kegagalan sistem atau manajemen, dan risiko legal (legal risk) yang timbul ketika pembuktian suatu transaksi tidak dapat dijalankan berdasarkan hukum yang ada.
Dalam kaitannya dengan dunia pasar modal, risiko pasar merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh para pelaku pasar seperti trader, baik yang melakukan daily trading ataupun frequent trading. Risiko pasar ini erat kaitannya dengan ketersediaan data dan informasi pada pasar finansial. Volatilitas harga dan pergerakan harga aset-aset keuangan di pasar modal pun menjadi fokus atas terjadinya risiko pasar ini. Dalam mengontrol dan mengurangi risiko pasar yang dapat terjadi, para pelaku pasar dapat melakukan pengukuran volatilitas atau tingkat risiko dari aset-aset keuangan yang mereka perdagangkan, seperti saham, nilai tukar, komoditi, indeks, portofolio, dan lain sebagainya.
Pengukuran risiko secara kuantitatif dapat dilakukan dalam suatu metode Value at Risk (VaR) dengan menggunakan beberapa model pengukuran volatilitas. Menurut Crouhy et al (2002: 154) VaR merupakan salah satu alat atau teknik untuk mengurangi kerugian terburuk yang mungkin terjadi sebagai akibat dari memegang (hold) suatu sekuritas atau portofolio selama periode waktu tertentu, dengan tingkat spesifikasi tertentu yang dikenal sebagai tingkat kepercayaan (confidence level). Banyak penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai pengujian model Value at Risk dalam mengestimasi nilai volatilitas harian sebagai ukuran dari risiko pasar. Jon Danielsson dan Casper G. de Vries (1997) meneliti tentang penggunaan sebuah metode semi-parametric yang baru dalam mengestimasi nilai VaR, yaitu gabungan atas dua pendekatan antara pendekatan non-parametrik dengan metode historical simulation dan estimasi parametrik pada suatu distribusi return saham-saham yang memiliki imbal hasil paling tinggi dan yang paling rendah dalam indeks S&P 500.
Selanjutnya Colleen Cassidy dan Marianne Gizycki (1997) juga melakukan penelitian volatilitas harian untuk mengukur risiko perdagangan pasar (traded market risk) pada suatu portofolio atas dua nilai tukar mata uang asing dengan tiga pendekatan VaR dan selanjutnya menguji model mana yang memiliki kinerja paling baik dengan melakukan pengujian secara statistik menggunakan backtesting. Pierre Giot and S'ebastien Laurent (2001) kembali menguji tingkat risiko pasar yang fokus pada penghitungan daily VaR dua indeks saham, yaitu CAC40 dan S&P 500, dengan menggunakan estimasi satu hari ke depan atas volatilitas aktual harian (the daily realized volatility). Banyak model VaR yang dapat digunakan dalam menghitung risiko pasar yang dihadapi oleh institusi keuangan maupun pasar finansial. Salah satunya berdasarkan penelitian van den Goorbergh dan Vlaar (1999) atau Jorion (2000) yang mengaplikasikan penghitungan model VaR menggunakan dua jenis model yaitu model parametric dan model non-parametric pada data intraday return, khususnya return tiap 15 dan 30 menit, atas tiga saham teraktif yang ada di New York Stock Exchange (NYSE).
Selain itu, model VaR juga telah diaplikasikan oleh Bank sebagai salah satu institusi keuangan. Pengukuran risiko di Bank salah satunya menggunakan riskmetrics model yang pertama kali dipopulerkan oleh US investment bank, JP Morgan. Model tersebut digunakan oleh JP Morgan sebagai salah satu model internal dalam mengimplementasikan konsep manajemen risiko pada institusi mereka. Selain itu, dalam menghitung kebutuhan minimum modal yang diperlukan, bank-bank juga dapat menggunakan pendekatan VaR dengan memilih beberapa model seperti historical simulation, variance-covariance technique, dan Monte carlo simulation.
Lebih lanjut lagi dalam penelitian sebelumnya tersebut, sesungguhnya belum ada yang menguraikan lebih lanjut tentang pergerakan harga atas saham-saham yang aktif diperdagangkan oleh para trader di pasar dalam satu hari yang ekstrim, yang sesungguhnya saham-saham tersebut cenderung memiliki volatilitas yang tinggi. Selain itu, belum ada juga yang menyelesaikan penjelasan mengenai kinerja model Value-at-Risk (VaR), khususnya daily VaR dalam mengukur risiko pasar. Saat ini, banyak institusi keuangan yang menggunakan metode VaR untuk mendapatkan informasi mengenai posisi portofolio mereka.
Secara umum, metode VaR memang telah banyak digunakan sebagai alat kuantitatif yang bertujuan untuk menilai kerugian yang dihadapi para pelaku pasar seperti para trader. Dan dalam kaitannya dengan pengaplikasian manajemen risiko, metode VaR dirasa cukup efektif dalam menilai risiko-risiko yang dihadapi para pelaku pasar, agar dapat melakukan strategi dalam mengontrol risiko sehingga pada akhirnya dapat mengurangi risiko yang mereka hadapi.
Post a Comment