Cari Kategori

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

Posted by Indeks Prestasi

Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di kelas VIII salah satu SMP negeri di X, ditemukan siswa kurang aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini diduga karena aktivitas belajar siswa rendah. Hanya sebagian kecil siswa yang aktif terlibat dalam pembelajaran, selebihnya hanya mencatat dan diam di tempat duduk tanpa melakukan aktivitas belajar yang mendukung kegiatan pembelajaran. Selain itu, hasil nilai ulangan harian terakhir hanya 20% siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk kompetensi yang diujikan. Sebagai data penguat untuk mengidentifikasi kondisi tersebut, dilakukan penyebaran angket berkaitan dengan aktivitas belajar siswa. 

Data tersebut menunjukkan hanya sebagian kecil siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan rata-rata 19%, sehingga dalam kegiatan pembelajaran rata-rata hanya 8 orang siswa dari 40 siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan aktif. Fakta ini menunjukkan adanya permasalahan dalam pembelajaran fisika di kelas tersebut.

Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal satu tentang sistem pendidikan nasional, "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara".

Sementara itu, menurut Hamalik (2009:171) pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas belajar sendiri, siswa belajar sambil bekerja, dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Selanjutnya, ada beberapa syarat yang diperlukan untuk melaksanakan pengajaran yang efektif, antara lain: 1) belajar secara aktif, baik mental maupun fisik, dalam belajar siswa harus mengalami aktivitas belajar mental, seperti belajar dapat mengembangkan kemampuan intelektual, berfikir kritis, menganalisis dan aktivitas belajar fisik, seperti mengerjakan sesuatu, membuat peta dan lain-lain; 2) pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat, bentuk-bentuk kehidupan di masyarakat dibawa ke sekolah, agar siswa mempelajari sesuai dengan kenyataan; 3) dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan siswa untuk menyelidiki sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri, hal ini menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap sesuatu yang dikerjakan siswa dan kepercayaan pada diri sendiri (Slameto:2003).

Pembelajaran di kelas tersebut juga belum dapat dikatakan berhasil dan berkualitas. Menurut Mulyasa (2004:104), dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri (Mulyasa, 2004). Sementara itu, sekolah yang bersangkutan menetapkan bahwa untuk mata pelajaran IPA pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% siswa telah memperolah nilai mencapai KKM untuk kompetensi yang diujikan sebesar 70, sehingga keberhasilan prestasi belajar kelas belum tercapai.

Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali (Depdiknas:2004). Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis (Depdiknas: 2004).

Pemaparan tersebut mendorong peneliti untuk memberikan suatu tindakan pada kelas yang bersangkutan agar keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan, yaitu dengan meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa diharapkan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.

Salah satu alternatif tindakan yang dapat diberikan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Salah satu ciri pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas belajar pembelajaran, terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, tidak mengharapkan siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghapal materi pelajaran, melalui pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan (Sanjaya,2008:214). Pembelajaran berbasis masalah dapat bermanfaat dalam pembelajaran laboratorium karena berisi aktivitas belajar seperti bekerja sama, mempelajari suatu masalah, membuat hipotesis, mengurupulkan informasi dan menganalisisnya dalam suatu kegiatan percobaan (Bilgin, 2009:159). Salah satu keunggulan pembelajaran berbasis masalah adalah dapat meningkatkan aktivitas belajar pembelajaran siswa, dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang mereka lakukan (Sanjaya,2008:220). PBL merupakan metode pembelajaran yang mengkondisikan siswa belajar untuk belajar, bekerjasama dalam kelompok untuk menemukan pemecahan suatu permasalahan di dunia nyata (Kolmos, dkk: 2007). Selain memiliki beberapa keunggulan, terdapat kelemahan model pembelajaran PBL, antara lain membutuhkan minat siswa yang tinggi, pemahaman siswa terhadap masalah dan membutuhkan waktu yang cukup lama (Sanjaya, 2008:221)

Melihat keunggulan model pembelajaran PBL, PBL dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif tindakan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa. Dalam PBL juga terdapat beberapa kelemahan, tetapi akibat dari kelemahan PBL dalam meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa sangat kecil dibandingkan dengan keunggulan PBL. Dengan demikian, tindakan yang akan diberikan pada kelas yang akan ditingkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajarnya adalah penerapan model pembelajaran PBL.

Related Post



Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 22:51:00

Post a Comment