(KODE PTK-0034X) : TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN SISWA KELAS I MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan modern yang ditandai dengan pesatnya laju informasi dan ilmu pengetahuan serta teknologi menuntut setiap orang memiliki kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Kecepatan dan ketepatan dalam menafsirkan dan menyerap informasi baik secara lisan maupun tulisan. Penafsiran dan penyerapan informasi tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca, selanjutnya agar mudah mengingatnya melalui cara menulis.
Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki arti dan peranan penting bagi siswa, karena merupakan awal mula diletakkannya landasan kemampuan berbahasa Indonesia. Hal ini bertambah pentingnya mengingat sebagian besar peserta didik yang memasuki Sekolah Dasar hampir tidak memiliki latar belakang berbahasa Indonesia (Depdikbud 1995: 1).
Kegiatan membaca dan menulis merupakan suatu kegiatan yang unik dan rumit, sehingga seseorang tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa mempelajarinya. Bagi sebagian orang kegiatan membaca dan menulis merupakan kegiatan yang bermanfaat. Kemampuam membaca dan menulis merupakan dasar bagi anak untuk menguasai berbagai mata pelajaran. Maka daripada itu, anak harus belajar membaca dengan benar. Membaca dengan benar perlu menguasai teknik belajar membaca, yaitu dengan sikap duduk yang benar, dan letak buku bacaan yang lurus dengan pinggir meja, serta dengan jarak mata dan buku yang sesuai antara 25-30 cm. (Depdiknas,1995: 22).
Demikian juga kemampuan menulis, tanpa memiliki kemampuan siswa akan mengalami kesulitan dalam menyalin, mencatat, dan menyelesaikan tugas sekolah. Mengingat pentingnya kedua kemampuan dan keterampilan tersebut dalam kehidupan, maka membaca menulis permulaan perlu diajarkan di lingkungan sekolah mulai kelas I Sekolah Dasar .
Kegiatan membaca dan menulis merupakan bentuk manifestasi kemampuan berbahasa yang dikuasai setelah kemampuan menyimak dan berbicara. Dibandingkan dengan kedua kegiatan tersebut, keterampilan membaca dan menulis jauh lebih sulit menguasainya. Hal ini disebabkan kemampuan membaca dan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan non kebahasaan.
Mengingat sulitnya menguasai kedua keterampilan tersebut, maka seorang guru atau pengajar harus memiliki penguasaan strategi pembelajaran yang baik dan tepat. Membelajarkan kegiatan membaca dan menulis memang tidak mudah. Sering dijumpai berbagai kesulitan sehingga perlu adanya pemilihan teknik yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pengajaran membaca dan menulis diberikan dengan sederhana mulai kelas I Sekolah Dasar. Pengajaran ini dikenal dengan Membaca Menulis Permulaan dengan "Tujuan memperkenalkan cara membaca dan menulis dengan teknik-teknik tertentu sampai dengan anak mampu mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan, dengan kata lain kalimat sederhana ". (Henry Guntur Tarigan, 1977: 20).
Kemampuan membaca siswa yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan lanjut di kelas yang lebih tinggi. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya. Pada tahapan ini siswa harus benar-benar mendapat perhatian guru, jika dasar itu tidak kuat maka pada tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk mempelajari bidang lainnya.
Sementara itu kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang bersifat produktif, artinya dengan kemampuan membaca menulis siswa dapat menghasilkan suatu karya dalam bentuk tulisan. Banyak hal yang terlibat pada saat seseorang menulis. Berpikir secara teratur dan logis, mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, serta mampu menggunakan bahasa secara efektif dan menerapkan kaidah dalam menulis. Sebelum dapat mencapai tingkat kemampuan menulis tersebut siswa harus mulai belajar mengenal lambang-lambang bunyi. Mengingat pentingnya kemampuan membaca dan menulis, maka dalam proses pembelajaran di sekolah guru hendaknya merencanakan segala sesuatunya baik materi, metode dan alat pembelajarannya.
Keluhan tentang kekurangterampilan siswa dalam membaca dan menulis permulaan di Sekolah Dasar pada kelas I dalam pelajaran Bahasa Indonesia saat ini masih sering dirasakan, dalam kenyataan masih ada keluhan guru di Sekolah Dasar mengenai membaca, karena masih ada siswa kelas II, III, dan IV yang belum bisa membaca dengan baik. Faktor- faktor yang menyebabkan siswa tersebut belum bisa membaca dan menulis antara lain: lingkungan keluarga yang tidak kondusif, motivasi siswa dalam membaca permulaan masih rendah, serta penerapan metode dan strategi pengajaran membaca dan menulis permulaan yang kurang tepat.
Upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis siswa Sekolah Dasar dapat diajarkan dengan baik serta diperoleh hasil yang maksimal, maka guru memerlukan suatu strategi yang efektif dan efisien yang dapat diterapkan di Sekolah Dasar. Hal ini senada pendapat Nana Sudjana (1989: 24) yang mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang dikehendaki dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat memilih strategi yang disesuaikan dengan kondisi siswa kelas I SD. Kondisi siswa kelas I SD berbeda dengan kondisi siswa kelas yang lebih tinggi. Siswa kelas I SD sangat peka dan menurut apa yang diajarkan gurunya.
Siswa kelas I SD menganggap guru sebagai idolanya. Apa yang diajarkan guru akan dicontoh pada proses belajarnya. Guru harus dapat memberi contoh belajar yang mudah diikuti oleh siswa, sehingga siswa mampu mencapai tujuan akhir pembelajaran.
Seperti yang diamanatkan dalam UU No 14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (Pasal1). Ditegaskan pula bahwa guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Pasal 4).
Mengacu pada isi UU No. 14 Tahun 2005 di atas sangat jelas bahwa guru merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Guru, menurut Sarwiji Suwandi (2003a, 2003d,2004), merupakan variabel determinan bagi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Barangkali Anda bersetuju bahwa siswa- siswa yang berprestasi pada umumnya memiliki akses untuk berkembang dengan lebih baik di bawah bimbingan guru-guru yang profesional serta memiliki kemampuan intelaktual dan kreativitas tinggi.
Faktor penentu keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar salah satunya adalah guru. Maka seorang guru harus memahami kurikulum secara komprehensif mulai dari konsep teori sampai dengan implementasinya di dalam kelas. Namun dalam pelaksanaan di lapangan tidak jarang ditemukan masalah- masalah, dan kegagalan dalam pembelajaran. Pembelajaran kurang berhasil dengan ditandai prestasi atau nilai yang diperoleh siswa tidak memuaskan. Hal ini bila dikaitkan dengan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis permulaan dengan standar kompetensi di kelas I Sekolah Dasar masih rendah. Hal itu juga terjadi di Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X kemampuan membaca dan menulis masih rendah.
Salah satu cara untuk mengatasi hal itu, guru harus dapat melakukan terapi dengan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). "Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat" (Wardani, 2000: 14).
Sementara itu, menurut Rohman Natawidjaya (1997), karakteristik penelitian tindakan sebagai berikut: a) merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata di tempat yang bersangkutan, b) diterapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel atau faktor- faktor yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana penelitian, c) terarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kinerja guru di kelas, d) bersifat fleksibel (disesuaikan dengan keadaan), e) banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung dari pengamatan atas perilaku serta refleksi peneliti, f) menyerupai "Penelitian Eksperimental", namun tidak secara ketat memperdulikan pengendalian variabel, dan g) bersifat situasional dan spesifik, umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus.
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas menurut Rochman Natawidjaya (1977) adalah: a) untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi pengajaran, b) untuk memberikan pedoman bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah system kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif, c) untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan guru, yaitu sebagai salah satu strategi palatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut, d) untuk memasukkan unsur - unsur pembaharuan dalam sistem pembelajaran yang sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh pembaruan pada umumnya, e) untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi (guru) dengan para peneliti akademis, dan f) untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah, yang melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang bersangkutan dengan pihak sekolah.
Bertolak dari pendapat di atas, maka seorang guru dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas itu sendiri secara sadar, dan terencana dengan baik. Dengan penelitian tindakan kelas kualitas mengajar lebih baik, dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam belajar mengajar, sehingga kinerja guru dan siswa dapat meningkat pula. Selain itu guru akan terdorong semakin professional. Hal ini akan menyebabkan guru terus merefleksi proses belajar mengajarnya, kemudian melakukan tindakan yang tepat untuk memperbaiki dan mengevaluasi atas kinerjanya sendiri.
Hal ini senada dengan pendapat Imam dkk. (2004) bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Guru akan memperoleh balikan yang bagus dan sistematis untuk perbaikan praktik pembelajaran. Dengan demikian guru dapat membuktikan apakah suatu teori belajar mengajar dapat diterapkan dengan baik atau tidak di kelas. Guru dapat mengadaptasi atau mengadopsi teori itu untuk diterapkan di kelas agar pembelajaran efektif, efisien, fungsional dan optimal.
Dalam penelitian ini ditawarkan salah satu alternatif tindakan dalam pembelajaran membaca menulis permualan di kelas I SD Negeri X, Kecamatan X, yaitu pembelajaran terpadu. Seperti diungkapkan oleh Tim Pengembangan PGSD (1997: 3) "Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individu maupun kelompok aktif mencari menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Guru diharapkan dapat menerapkan pembelajaran terpadu yang holistik, aktif, otentik, dan bermakna dengan pengembangan tema secara terpadu, sehingga terjadi proses pembelajaran otentik, mengenai proses maupun isi untuk semua materi pelajaran, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia mengenai membaca menulis permulaan.
Guru diharapkan dapat merancang kegiatan pembelajaran, agar siswa mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan baru sehingga hasil pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat bagi siswa. Untuk menerapkan alternatif melalui pembelajaran terpadu ini, peneliti akan mengadakan kolaborasi dengan guru dan siswa kelas I SD agar dapat memusatkan perhatian dalam pengamatan secara cermat sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
Alternatif ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa melalui pembelajaran terpadu, guru lebih kreatif melakukan inovasi pada materi dan media pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan siswa sebagai sumber belajar. Siswa merasa terbantu dalam berlatih, berpikir, dan bernalar karena mereka belajar melalui pengalaman yang nyata. Siswa bebas bertanya, agar dapat mengubah sikap siswa yang tadinya diam dan pasif menjadi bersemangat dan berani mengemukakan pendapat.
Pelajaran membaca dan menulis sebagai dasar untuk memperoleh ilmu pengetahuan, maka perlu diupayakan suatu alternatif strategi pembelajaran Bahasa Indonesia, Khususnya dalam pengajaran membaca dan menulis di Sekolah Dasar. Dalam hal ini guru dapat menerapkan bermacam- macam pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan kesiapan guru serta siswa itu sendiri, dengan memperhatikan siswa sebagai subjek dan objek dalam proses belajar yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, agar hasil penelitian ini mendalam dan terfokus maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah dengan penerapan pembelajaran terpadu dapat meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X ?
2. Apa sajakah masalah yang muncul dalam penerapan pembelajaran terpadu pada pembelajaran membaca menulis permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, dapat peneliti sampaikan tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X.
2. Untuk mengetahui dan mengatasi masalah yang timbul dalam pembelajaran terpadu, pada pembelajaran membaca menulis permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X.
D. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara teoretis dan secara praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah :
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pengembangan salah satu teori pembelajaran membaca menulis yang menunjang mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar.
b. Memperkaya khazanah teori/keilmuan yang terkait dengan proses pembelajaran membaca menulis permulaan dengan penerapan pembelajaran terpadu.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah :
a. Siswa
Untuk menambah pemahaman mereka bahwa dengan penerapan pembelajaran terpadu akan membantu kemampuan membaca menulis permulaan serta memberikan motivasi belajar.
b. Guru
Untuk mengembangkan kemampuan dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran membaca menulis permulaan yang benar- benar efektif dengan jalan penerapan pembelajaran terpadu, serta menambah pengalaman guru untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
c. Sekolah
Untuk memberi gambaran tentang kompetensi guru dalam mengajar, dan kompetensi siswa dalam membaca menulis permulaan, sehingga diharapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.
d. Peneliti
Untuk menambah pemahaman wawasan keilmuan dan penelitian guna merancang penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian dan fokus masalah yang berbeda.
Post a Comment