Cari Kategori

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMA

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMA (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organisasi/lembaga dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk tercapainya tujuan organisasi/lembaga. Dengan berpijak pada pendekatan sistem, manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari sebuah sistem yang lebih besar yaitu organisasi. Oleh karena itu, upaya-upaya sumber daya manusia hendaknya dievaluasi berdasarkan kontribusinya terhadap produktivitas organisasi. Dalam praktiknya, model manajemen sumber daya manusia merupakan sebuah sistem terbuka yang terbentuk dari bagian-bagian yang saling terkait.
Peran sumber daya manusia di dalam penyelenggaraan pendidikan sangat penting. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan dibutuhkan manajemen sumber daya manusia agar pengelolaan sumber daya manusia dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan pendidikan. Adapun pengertian sumber daya manusia menurut Flippo (1990 : 5) adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian pengupahan, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi, dan masyarakat.
Secara sistematik, pendidikan terdiri dari berbagai komponen agar pendidikan sebagai proses dapat berlangsung. Komponen utama setelah anak didik adalah pendidik atau guru di sekolah. Peran guru di sekolah di samping strategis juga sangat menentukan karena guru adalah "the man behind the gun" yang memungkinkan proses pendidikan berlangsung.
Dalam era otonomi daerah tingkat II, peran guru menjadi lebih besar lagi karena di tangan merekalah pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya akan maju. Dalam era semacam itu guru dituntut lebih professional. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia yang memungkinkan terjadinya peningkatan profesionalisme.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Oleh Karena itu, guru merupakan tokoh sentral dalam penyelenggaraan pendidikan karena bagaimanapun guru adalah pihak yang berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran dan penentu utama dalam mewujudkan peserta didik yang berkualitas. Guru adalah yang bertanggung jawab langsung terhadap pembentukan watak peserta didik melalui pengembangan dan peningkatan kepribadian serta menanamkan nilai moral yang diinginkan. Guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya. Maka guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial dan kepribadian yang baik selain kompetensi mengajar. Untuk itu diperlukan pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan terutama tenaga pendidik sehingga didapatkan pendidik/guru yang memiliki kinerja yang baik sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kemampuan profesional guru. Guru dianggap sebagai orang yang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan tugas guru dalam pengelolaan pembelajaran sangat ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya adalah : hubungan interpersonal guru dengan siswa, adanya perbedaan individual dan kemampuan siswa, tidak adanya balikan berupa saran atau kritik untuk pengembangan kompetensi profesionalnya dari teman sejawat atau guru lain, padahal apa yang sudah dilakukannya selama ini belum tentu benar.
Personil yang kompeten dan cakap serta kepemimpinan yang baik ikut menentukan ketercapaian tujuan pendidikan. Untuk itu, diperlukan pembinaan yang kontinyu dengan program-program yang terarah dan sistematis bagi setiap personil pendidikan. Program pembinaan itu disebut supervisi pendidikan.
Supervisi pendidikan merupakan usaha yang dilakukan seorang pengawas untuk memperbaiki pola kerja dan kinerja sekolah, sehingga berpengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar mengajar serta kualitas pendidikan. Kegiatan pokok supervisi pendidikan adalah pembinaan terhadap sekolah pada umumnya dan guru khususnya, agar kualitas pembelajaran meningkat. Dampak meningkatnya kualitas pembelajaran tentu dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Seorang Pengawas Pendidikan harus memenuhi beberapa kriteria yang sesuai dengan peran dan fungsi kepengawasan. Sebagai konsekuensi dari kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan tersebut, maka seorang pengawas harus memiliki kemampuan professional yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Supervisi pendidikan adalah usaha yang dilakukan seorang pengawas untuk memperbaiki pola kerja sekolah (guru), yang berpengaruh langsung terhadap proses pembelajaran. Tugas pengawas mata pelajaran sangat strategis dalam lingkungan sekolah, mengingat guru memerlukan konsultasi dan diskusi mengenai proses belajar mengajar yang menjadi bidang tugasnya sehingga kinerja guru bisa maksimal. Oleh karena itu, seorang pengawas harus memiliki kompetensi selaku seorang pengawas.
Selain dari pada itu, prestasi kerja guru juga sangat ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Adalah penting bagi seorang pemimpin untuk mengetahui bagaimana cara memotivasi bawahannya untuk berprestasi. Mempengaruhi motivasi bawahannya berarti membuat orang tersebut melakukan apa yang kita inginkan. Karena fungsi utama dari kepemimpinan adalah untuk memimpin, maka kemampuan untuk mempengaruhi orang lain adalah hal yang penting.
Dari hasil pengamatan awal yang penulis lakukan di beberapa SMA Negeri di Kabupaten X diperoleh bahwa terjadi penurunan kualitas pendidikan. Hal ini terlihat dari fenomena berikut ini, yakni kurangnya pengawasan terhadap kinerja guru yang memerlukan pembinaan, bimbingan, dan model dari seorang pengawas. Dan juga kepala sekolah belum optimal dalam memobilisasi sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah; belum melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi dan peranan sehingga belum mampu meningkatkan mutu sekolah khususnya kinerja/prestasi kerja guru; belum dapat menyeimbangkan fungsinya selaku pemimpin dan manajer dengan benar sehingga mengalami hambatan dalam mengelola sekolah; keputusan kepala sekolah lebih banyak yang bersifat top down dan kurang melibatkan teamwork; kurang responsif terhadap kebutuhan.
Terkait dengan masalah tersebut di atas dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam rangka meningkatkan kinerja guru SMA di kabupaten X, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh supervisi akademik kepada guru-guru di SMA se kabupaten X dalam hubungannya dengan peningkatan kinerjanya, di samping meneliti pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.

B. Rumusan dan Fokus Masalah
Ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi kerja atau kinerja guru. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya akan mengkaji masalah supervisi akademik oleh pengawas satuan pendidikan dan kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja guru berdasarkan penilaian guru atas supervisi akademik oleh pengawas satuan pendidikan dan kemampuan kepemimpinan kepala sekolah di SMA Negeri se-kabupaten X. Supervisi akademik oleh pengawas satuan pendidikan dibatasi pada faktor penguasaan keterampilan teknis, hubungan kemanusiaan, dan penguasaan keterampilan manajerial.
Kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru dibatasi pada faktor kemampuan menggunakan pengaruh, transformasional, pemberdayaan, mobilisasi, motivasi, bimbingan, dan pembentukan komitmen. Sedangkan prestasi kerja atau kinerja guru dibatasi pada perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hubungan antar pribadi, dan pelaksanaan penilaian.
Berdasarkan uraian di atas, maka fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah "Adakah pengaruh supervisi akademik dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru". Fokus masalah di atas dapat dirinci menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut : 
1. Apakah supervisi akademik berpengaruh terhadap kinerja guru ?
2. Apakah kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru ?
3. Apakah supervisi akademik dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empirik tentang kinerja guru dari supervisi akademik dan kepemimpinan kepala sekolah di SMA Negeri se kabupaten X.
2. Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai : 
1. Pengaruh supervisi akademik terhadap kinerja guru di SMA kabupaten X.
2. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA kabupaten X.
3. Pengaruh supervisi akademik dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru di SMA kabupaten X.

D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat teoritis dan praktis.
1. Manfaat teoritis : 
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pengembangan keilmuan, khususnya ilmu tentang manajemen pendidikan melalui kajian supervisi akademik dan kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja guru.
2. Manfaat praktis : 
Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai masukan bagi kepala SMA dalam melakukan usaha-usaha meningkatkan kinerja guru dan pada gilirannya kinerja sekolah yang dipimpinnya meningkat pula. Dan peneliti mendapatkan tambahan tentang pengaruh supervisi akademik dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 21:06:00

Sistem Informasi Data Pasien Pada Rumah Sakit Dengan Menggunakan Visual Basic 6.0

Sistem Informasi Data Pasien Pada Rumah Sakit X Dengan Menggunakan Visual Basic 6.0

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan zaman era globalisasi sekarang ini sistem informasi dengan menggunakan teknologi komputer yang sangat canggih dan modern akan memudahkan kita untuk melakukan pengolahan data yang dapat menghemat waktu, ruang dan biaya. Dan hasil suatu informasi yang diperoleh akan sangat memuaskan, berguna dan bermanfaat dari suatu lembaga atau instansi yang menggunakannya.
Pengolahan data dan informasi secara cepat, tepat dan efisien adalah hal penting yang dibutuhkan bagi lembaga atau instansi, yaitu salah satunya adalah lembaga instansi rumah sakit.
Seiring dengan perkembangan teknologi begitu pesat, kebutuhan akan informasi pun sangat dibutuhkan terlebih lagi informasi yang dihasilkan mengandung nilai yang benar, akurat, cepat dan tepat, sehingga siapapun dan apapun yang menggunakan informasi tersebut dapat menangani berbagai masalah yang terjadi dengan cepat.
Didalam lembaga instansi rumah sakit salah satu kegiatan sistem informasi yang dapat dimudahkan yaitu sistem pengolahan data pasien dan kamar rawat inap pasien. Dengan sistem informasi teknologi tersebut, maka dibutuhkan perancangan suatu sistem untuk mengolah data-data pasien dan kamar rawat inap pasien selama pasien masih dirawat di rumah sakit tersebut sehingga menjadi suatu informasi yang
lengkap dan terperinci.
Dengan dukungan sistem komputerisasi, cara kerja suatu sistem yang sebelumnya manual dapat mengubah cara kerja yang lebih efisien, tepat guna dan berdaya guna serta terjamin mutu dan kualitas prosedur kerjanya. Dengan perkembangan sarana teknologi modern yang lebih baik, akan tercipta suatu
lingkungan sistem kerja yang lebih produktif.
Perancangan sistem informasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa bahasa pemograman diantaranya Microsoft Visual Basic, Visual Database 6.0, maupun Clipper. Pada masa sekarang ini pemograman yang berbasis Visual Basic atau grafis lebih banyak diminati dan disukai oleh berbagai lembaga atau instansi. Karena pengembangan dan pengolahannya sangat mudah untuk dilakukan serta tampilannya juga sangat menarik.
Pada Tugas Akhir ini, penulis menggunakan sistem komputerisasi untuk sistem informasi data pasien dan kamar rawat inap pasien yang menggunakan komputer. Dari uarian diatas penulis merasa tertarik untuk menulis Tugas Akhir ini dengan mengangkat sebuah judul yaitu : “Sistem Informasi Data Pasien Pada Rumah Sakit X“.

1.2 Identifikasi Masalah
Pada umumnya setiap instansi Rumah Sakit tidak akan terlepas dari masalah dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Permasalahan yang akan diselesaikan adalah bagaimana merancang suatu sistem informasi yang efisien dan efektif untuk mengolah dan dapat menangani data pasien pada Rumah Sakit Sari Mutiara dengan menggunakan alat bantu komputer, agar pemberian laporan data ini dapat dilakukan dengan cepat, karena penyajian secara manual tidak dapat dijamin ketelitian dan kebenarannya.

1.3 Batasan Masalah
Karena permasalahan keterbatasan waktu penulis dan agar pembahasan tidak menyimpang dari tujuan maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Progaram ini hanya dapat diaplikasikan untuk membantu kelancaran dalam pendataan pasien, kamar rawat pasien dan tanggal masuk pasien di rumah sakit tersebut.
2. Sistem dirancang dengan menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6.0. 3. Sistem yang dirancang dengan sedemikian rupa sehingga dapat bekerja secara dinamis, yaitu dapat dipergunakan dari tahun ke tahun.
4. Yang didata hanya pasien yang dirawat inap.

1.4 Maksud dan Tujuan
Adapun penelitian pada Rumah Sakit X adalah :
1. Mengumpulkan data sebagai bahan penunjang untuk menemukan cara yang tepat dalam merancang suatu system yang menangani pengolahan data pasien sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang ada dengan bantuan sistem aplikasi Microsoft Visual Basic 6.0.
2. Mencari dan mengetahui masalah serta kelemahan-kelemahan yang dihadapi suatu instansi rumah sakit dalam pengolahan data.
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mencari jalan keluar untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari sistem yang sedang dipakai dengan merancang sistem informasi data pasien di Rumah Sakit X dengan menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6.0.
2. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja pegawai dalam mengolah data pasien serta penyajian laporan dengan memanfaatkan fasilitas komputer, sehingga dihasilkan informasi yang akurat, cepat, tepat dan berkualitas.
3. Mempermudah dan memperlancar cara kerja pegawai dalam pengolahan data pasien yang lebih efektif dan efisien, sehingga menghasilkan sistem baru yang lebih baik dari sistem yang sedang berjalan saat ini.

1.5 Metodologi Penelitian
Untuk mewujudkan maksud penelitian ini, metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Metode penelitian ini dilakukan langsung pada objek penelitian, data serta keterangan yang dikumpulkan dilakukan dengan cara :
a. Pengamatan (Observation)
Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan untuk mendapatkan data secara umum dengan melihat langsung, mengamati dan mencatat sistem yang sedang berjalan saat ini serta melihat format-format dilakukan selama ini.
b. Wawancara (Interview)
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara untuk melengkapi bahan yang sudah ada selama observasi. Penulis melakukan tanya jawab kepada staf (pegawai rumah sakit) yang berkaitan dengan sistem yang sedang diteliti.
2. Penelitian Perpustakaan (Library Research)
Penelitian perpustakaan adalah penelitian dengan sumber-sumber perpustakaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan landasan teori yang memadai dalam penyusunan tugas akhir ini, dalam hal ini data dan keterangan dikumpulkan dari sumber-sumber seperti buku-buku teks, bacaanbacaan, bahan-bahan perkuliahan serta materi-materi lainnya yang berhubungan masalah yang ditinjau dalam penyusunan tugas akhir ini.

1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika yang digunakan dalam Tugas Akhir ini, penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah, maksud dan tujuan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan menguraikan tentang pengertian komputer, data, database, sistem informasi serta uraian singkat mengenai bahasa pemograman Visual Basic 6.0.
BAB 3 : RUANG LINGKUP INSTANSI
Bab ini berisikan tentang sejarah singkat berdirinya Rumah Sakit ini dan sistem pengolahan datanya.
BAB 4 : PERANCANGAN SISTEM
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang struktur database, tahap-tahap algoritma dan perancangan progam yang meliputi perancangan input dan output yang akan dimuat pada sistem informasi data pasien dengan menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6.0.
BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM
Bab ini berisikan tentang defenisi implementasi sistem, tujuan implementasi sistem, komponen yang dibutuhkan dalam implementasi sistem,pengujian sistem dan pemeliharaan sistem.
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil pembuatan tugas akhir.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 20:49:00

STUDENT'S READING STRATEGIES AND THEIR READING COMPREHENSION

STUDENT'S READING STRATEGIES AND THEIR READING COMPREHENSION



CHAPTER I 
INTRODUCTION

This research is intended to investigate the students' reading strategies and their reading comprehension in a junior high school. This chapter illustrates the background of the study, the research problems, and the purposes of the study. This chapter also includes the significance of the study, and the hypothesis. Moreover, this chapter also presents the research method and organization of the thesis.

A. Background of the Study
Reading is an essential skill for English as second/foreign language (ESL/EFL) learners; and for many, reading is the most important skill to master (Anderson, 1999). Anderson also states that with good reading skills, ESL/EFL readers will make great progress and attain great development in all academic areas (1999 : 21).
In a junior high school in Indonesia, reading skill is a first priority. The goal of reading in Indonesia English curriculum is to make the students comprehend what they read, and enhance students' oral and written communication ability (SMP-SBI curriculum 2007 the third grade of a junior high school). Further, SMP-SBI curriculum 2007 the third grade of a junior high school clarifies that the communication in this case is the ability to understand and to express the feeling, thought and information, to develop science, culture and technology (Depdiknas, 2007). It is also stated that standard competence of reading is to understand a meaning of procedural, report, explanatory written text or short essay, narrative, and news items, in order that students are able to communicate in daily and academic context.
In the last decade, many reading experts have investigated English reading strategies in order to solve the reading problems. Reading strategies are considered one of the fundamental factors that promote students' comprehension improvement in reading. Furthermore, reading strategy "is the foundation of students' self-regulated reading" (Syafrizal, 2000 : 4). A motivated and self-regulated reader will encourage himself to set his own planning in determining his reading strategies which contribute a great deal of success to his reading comprehension (Wenden, 1987 : 11).
Based on the description above, it can be said that reading strategies play an important role in reading English texts, especially in a junior high school. In line with this, the present study focuses on the investigation of students' reading strategies and their reading comprehension, a case study at a junior high school.

B. Research Problems
The study is aimed at investigating the junior high school students' reading strategies and their reading comprehension. Specifically, this study investigates the following questions : 
1. What reading strategies are used by the third grade students of the junior high school ?
2. Is there any correlation between the students' reading strategies and their reading comprehensions ?

C. Purposes of the Study
The study was conducted in order to : 
1. discover the reading strategies used by third grade students of the junior high school.
2. find the correlation between the students' reading strategies and their reading comprehensions

D. Significance of the Study
This study is intended to find the correlation between the junior high school students' reading strategies and their reading comprehension. Hopefully, the study will be valuable for teachers and students, for improving the teaching learning process. By knowing the students' reading strategies and their reading comprehension, the teachers could also select and design the appropriate teaching materials and techniques. Besides, by identifying reading and its strategies, it could be expected that some valuable findings could be implemented in the process of reading in order to make reading course better. Moreover, this study could also become an empirical study over viewing classroom learning activities in Competence-Based Curriculum. It could be an insight to teaching and learning activities in KTSP context. Furthermore, it can be a bridge for the students to encourage them to improve their reading comprehension by using reading strategies.
In addition, this study can be valuable for researcher because the result of the study provides some informative input to conduct another investigation in the same field in different contexts.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 20:25:00

AN INVESTIGATION OF THE STUDENTS ABILITY AND DIFFICULTIES IN WRITING A NARRATIVE TEXT

STUDENTS ABILITY AND DIFFICULTIES IN WRITING A NARRATIVE TEXT



CHAPTER I 
INTRODUCTION

The chapter presents general points of the study including background of the study, research questions, aims of the study, scope of the study, significance of the study, method, and organization of the paper.

A. Background
Writing is very important in learning language. Writing also plays a very significant role in the success of learning Thomson (1978) in Emilia (1996 : 5). Therefore, it is not surprising in Indonesia that writing has been paid more attention to by the government. This can be seen from the last two curricula of English for secondary school (Kurikulum berbasis kompetensi (KBK/Curriculum Based Competence) and kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP/ Curriculum of Educational Unit)). These two curricula put a strong emphasis in writing. The students are told to write different text types including, recount, descriptive, procedure, exposition, discussion, report, Narrative, news item, etc.
The current curriculum for senior high school released by BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) states that one of the main purposes of English in this stage of education is comprehending and creating various short functional text types and monolog and also essays of procedures, descriptive, recount, Narrative, report, news item, analytical exposition, hortatory exposition, spoof, explanation, discussion, review, and public speaking. From the BSNP, it can be seen that the curriculum gives emphasis in writing various text types, unexceptionally Narrative.
However, research on the students' ability and difficulties in writing has not been well documented by expert in Indonesia. Thus, this research tried to investigate the students' ability and difficulties in writing those texts, particularly Narrative.
Narrative is one of the two modes of our thinking (Bruner 1986, cited in Abdulmanan 2008 : 2). While communicating with others, we may describe an incident as a way of explaining his/her thought or a part of his/her argument. As much, (cited in Abdulmanan 2008 : 2) Narrative is usually an essential text type required to practice in writing class for learners of English as a foreign language. However, when it comes to the first graders' composition in X, some students who are lacking in practice and having limited vocabularies to tell their imagination often do not have much to say.
In this research, the writer focuses on analysis of a Narrative text written by first graders of one SMAN in X. Based on the writer's observation the students still found it difficult to make a Narrative text, moreover there was limited research that revealed about the reason why they have difficulties in writing a Narrative text.
Regarding the above phenomenon, it is thus necessary to conduct research which focuses on the students' ability and difficulties in writing a Narrative text. This research is also expected to investigate ability and what difficulties that the students encountered. Knowing what difficulties that the students usually found, teachers are expected to know what to do to their students.
In the end, this study will show the ability of the first graders of senior high school who write a Narrative text.

B. Research Questions
In line with the purposes of the study above, this study will attempt to address the following questions :
1. How is the ability of students in writing a Narrative text ?
2. What difficulties did the students find in writing a Narrative text ?

C. Aims of The Study
The aims of this study are : 
1. To identify students' ability in writing a Narrative text
2. To identify students' difficulties in writing a Narrative text

D. Significance of the Study
The writer expects this research can enrich the literature on research dealing with ability and difficulties of students in writing a Narrative text. The result of this can also give valuable information to teachers of teaching writing and to the students on the need of realizing the weaknesses in order to improve their ability in writing a Narrative text.
Moreover, for the teacher professionalism, it requires teachers to find teaching approach to develop students' ability in writing a Narrative text.

E. Organization of the Paper 
Chapter One : This chapter presents general points of the study including background of the study, research questions, aims of the study, significance of the study, and organization of the paper. 
Chapter Two : This chapter elaborates theoretical overview that supports this study. 
Chapter Three : This chapter provides details on method that will be applied on this study. 
Chapter Four : This chapter presents, analyzes and discusses the finding. 
Chapter Five : This chapter explores the summary of the study and also some suggestions for further better study.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:53:00

METODE REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI

METODE REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal tersebut tertuang dalam UU RI (Nomor 20 tahun 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan Bab II pasal 3 yaitu tujuan membangun manusia holistik.
Pendidikan nasional harus dapat mengembangkan seluruh aspek potensi manusia secara keseluruhan. Proses pendidikan harus mampu membentuk manusia yang utuh dan cakap dalam menghadapi dunia yang penuh tantangan dan dinamis serta mempunyai kesadaran spiritual. Fungsi terpenting pendidikan adalah menghasilkan manusia yang terintegrasi, yang mampu menyatu dengan kehidupan sebagai satu kesatuan.
Pendidikan sangat luas cakupannya diantaranya pendidikan di rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pendidikan di rumah anak akan berpusat pada orang tua dan keluarga, pendidikan sekolah anak akan berpusat pada guru dan teman-temannya, dan pendidikan lingkungan anak akan berpusat pada masyarakat.
Pendidikan formal sudah sejak lama diselenggarakan di Indonesia. Pendidikan tersebut sudah menjalar bagaikan jamur yang merambat. Pendidikan formal meliputi PAUD dan TK. Pendidikan formal dapat membantu masyarakat untuk dapat memberikan pendidikan dan perhatian secara utuh pada anak-anaknya untuk masa depannya.
Anak adalah buah hati orang tua, anak adalah investasi bagi orang tua dan negara yang sangat berharga, karena pada kenyataannya setiap orang tua dari kalangan manapun mereka berasal sudah dapat dipastikan akan berbuat apa saja demi kebahagiaan anak-anaknya. Untuk itu sangatlah bijak apabila kita sebagai orang dewasa, apakah orang itu orang tua di rumah, guru di sekolah dan orang tua dewasa lain yang berada di sekitar anak dapat berbuat dan memperlakukan anak sebagai "miniature orang dewasa", tetapi dapat memperlakukannya sebagai "makhluk kecil yang diyakini memiliki potensi untuk berkembang". Jadi bagaimana anak itu akan berhasil dan sukses tergantung bagaimana stimulus dari orang tua, negara dan lingkungan masyarakat.
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan merupakan proses perubahan perilaku dari matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan adalah suatu proses perubahan anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya (Syaodih : 2003, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Bagian Proyek Peningkatan Pendidikan Tenaga Kependidikan).Membangun karakteristik anak ibarat membangun sebuah tenda yang mempunyai beberapa tongkat sebagai penyangganya. Jika semakin tinggi tongkat-tongkat penyangganya, semakin tinggi pula tenda-tenda itu berdiri.
Dalam kurikulum TK ditegaskan bahwa program pembelajaran meliputi bidang pengembangan pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak, sehingga menjadi pola pengembangan yang baik. Dari pembiasaan tersebut kompetensi dasar yang diharapkan dicapai oleh anak yaitu anak mampu melakukan ibadah, terbiasa mengikuti aturan, dapat hidup bersih dan mulai membedakan benar dan salah, serta terbiasa berperilaku terpuji.
Lingkungan luar yang baru diketahui oleh anak, dengan teman-teman yang bertambah banyak dan berbagai jenis ragam anak yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Tidak sedikit dari anak-anak tersebut memiliki karakter yang kurang baik yang dapat dilihat langsung oleh anak dalam bergaul. Lingkungan luar tempat anak bertambah banyak teman, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar anak dalam menumbuh kembangkan semua aspek perkembangan anak.
Kenyataan yang harus dihadapi guru TK X dalam kegiatan pembelajaran adakalanya mengalami permasalahan yang dihadapi dalam mengajar yaitu dalam mengkondisikan peserta didik yang memiliki beberapa karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Begitu pula dengan keadaan yang harus dihadapi oleh guru TK Y yang berada di dekat jalan raya dan siswanya rata-rata dari kalangan polisi. Kebanyakan anak polisi kadang susah diatur dan memiliki banyak perilaku yang tidak diinginkan, tetapi tidak semua anak berperilaku negatif. Oleh karena itu para pendidik perlu memperbaiki perilaku siswanya agar dapat memenuhi kompetensi dasar bidang pengembangan pembiasaan berupa kestabilan emosional anak dalam kegiatan pembelajaran dalam mewujudkan proses pembelajaran dan hasil yang optimal.
Dengan melihat perilaku anak dan berusaha untuk memperbaiki perilaku atau emosional anak yang berbeda-beda, para pendidik akan berusaha bagaimana cara menghadapi atau merubah metode pembelajaran agar kegiatan dapat berjalan dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut, para pendidik TK X memiliki strategi tersendiri di antaranya dengan menggunakan metode reward dan punishment berupa diagram bintang dan time out untuk memperbaiki perilaku buruk yang dilakukan anak dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan di TK Y menggunakan strategi dengan menggunakan metode reward berupa hadiah kecil seperti bentuk bintang, permen dan punishment berupa maju ke depan seperti menyanyi, berdoa, syair.
Dengan metode tersebut diharapkan dapat memperbaiki perilaku buruk anak dan dapat membiasakan anak untuk berperilaku positif dalam melakukan segala sesuatu secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya dengan memperbaiki sikap buruknya saja dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi perhatian, nasehat, dan stimulus dari orang dewasa, pendidik, dan orang-orang yang ada di dekatnya. Orang tua dan orang dewasa adalah figur dari anak, bagaimana cara kita memberi contoh bagi anak-anak baik atau buruk tergantung dari orang tua dan orang dewasa itu sendiri. Anak tidak akan meniru sifat dan sikap dari luar atau orang lain, jika kita sebagai orang tua dan pendidik memberikan stimulus, pengertian, dan perhatian penuh kepada anak tentang apa sebenarnya yang diinginkan oleh anak. Semua anak dilahirkan suci dan tidak ada noda, tetapi tergantung kita sebagai orang tua dan orang dewasa dalam memberikan stimulus dan berperilaku yang baik kepada anak.

B. Rumusan Masalah
Berpijak dari paparan di atas, ada beberapa permasalahan yang muncul antara lain : 
1. Bagaimanakah penerapan metode Reward dan Punishment di TK X ?
2. Bagaimanakah penerapan metode Reward dan Punishment di TK Y ?
3. Apakah penerapan metode Reward dan Punishment dapat mengembangkan kemampuan emosional dasar anak di TK X ?
4. Apakah penerapan metode Reward dan Punishment dapat mengembangkan kemampuan emosional dasar anak di TK Y ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka Penelitian ini bertujuan untuk : 
1. Untuk mengetahui penerapan penggunaan Reward dan Punishment di TK X.
2. Untuk mengetahui penerapan penggunaan Reward dan Punishment di TK Y.
3. Untuk mengetahui penggunaan Reward dan Punishment dalam mengembangkan kemampuan emosional dasar anak di TK X.
4. Untuk mengetahui penggunaan Reward dan Punishment dalam mengembangkan kemampuan emosional dasar anak di TK Y.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat yang berarti bagi perorangan/instansi tersebut : 
1. Bagi Peneliti : memberikan masukan informasi serta menambah wawasan dalam memahami perkembangan kemampuan dasar emosional anak usia dini dalam kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Guru : adanya metode pembelajaran dari dan oleh guru yang menerapkan dan menitikberatkan berupa penguatan reward dan punishment.
3. Bagi Sekolah : diperoleh penguatan metode pembelajaran berupa reward dan punishment.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:47:00

MODEL PENGASUHAN ANAK DI KEPALA KELUARGA WANITA PADA POSYANDU

MODEL PENGASUHAN ANAK DI KEPALA KELUARGA WANITA PADA POSYANDU X



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak Usia Dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan dalam usia itu dikatakan sebagai "golden age" (usia emas) yaitu usia yang berharga dibanding usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik dengan karakteristik yang khas, baik secara psikis, sosial dan moral. Maka orang tua harus benar-benar memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya, karena orang tua merupakan figure bagi anak dalam keluarga. Teori sistem keluarga lebih menekankan bahwa keluarga sebagai sebuah sistem yang utuh, di dalamnya terdiri bagian-bagian struktur. Pola organisasi tiap anggota keluarga memainkan peran tertentu. Dalam keluarga, juga terjadi pola interaksi antara anggota keluarga. Oleh karena itu, keluarga memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap pola interaksi sosial anak. (Hurlock, 1978 : 38-39).
Keluarga merupakan agen utama sosialisasi, sekaligus sebagai microsystem yang membangun relasi anak dengan lingkungannya. Keluarga sebagai tempat sosialisasi dapat didefinisikan menurut term klasik. Definisi klasik (struktural-fungsional) tentang keluarga menurut sosiolog George Murdock adalah kelompok sosial yang bercirikan dengan adanya kediaman, kerjasama ekonomi dan reproduksi. Keluarga terdiri dari dua orang dewasa dari jenis kelamin berbeda, setidaknya keduanya memelihara hubungan seksual yang disepakati secara sosial, dan ada satu atau lebih anak-anak yaitu anak kandung atau anak adopsi, dari hasil hubungan seksual secara dewasa.
Pada usia dini stimulasi yang diberikan kepada anak harus optimal karena berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak tersebut. Anak akan merasa bahagia bila didukung oleh kedua orang tua yang utuh dan tinggal dalam satu rumah menjadi keluarga yang bahagia. Ternyata banyak juga orang tua yang tidak memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
Pola asuh keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan sosial dan perilaku anak. Jika dalam keluarga orang tua tidak bisa memperhatikan anak kemungkinan besar anak akan menjadi pribadi yang kurang baik. Sebaliknya jika orang tua memperhatikan perkembangan anak pasti anak akan berkembang sesuai dengan usianya.
Harapan orang tua single parent belum sepenuhnya sesuai dengan kenyataan yang dihadapi meski mereka mengaku sangat menyayangi anaknya karena mereka sendirilah yang mendidik dan mengasuh anak-anak tersebut tanpa bantuan orang lain. Kekurangan dan kelemahan yang dimiliki oleh orang tua single parent sangat banyak sehingga belum maksimal dalam mendidik anaknya. Ikatan batin orangtua single parent sangat kuat dengan anak-anaknya dibandingkan dengan orangtua pada umumnya dengan anak-anak mereka. Para orangtua single parent mendidik dan mengasuh anak dengan penuh kasih sayang lebih daripada orangtua pada umumnya. Sebagai orang tua yang hanya seorang diri mengasuh anaknya, kedekatan psikologis dengan anaknya sangat mempengaruhi pola hubungan mereka. Hal inilah yang biasanya kurang diperhatikan oleh orangtua karir yang mempekerjakan seseorang untuk menjadi pengasuh anak-anaknya ketika mereka sedang pergi bekerja. Pola pengasuhan yang dilakukan dalam keluarga single parent adalah pengajaran (instructing), pengganjaran (rewarding) dan pembujukan (inciting). Hal-hal yang diajarkan orangtua single parent kepada anak menyangkut kehidupan sehari-hari, antara lain masalah (1) sopan santun, (2) kedisiplinan, (3) pekerjaan sehari-hari, (4) penanaman nilai-nilai keagamaan. (http://henywulandari.blogspot.com/urgensi-penddikan-anak-usia-dini).
Perbedaan pola pengasuhan antara ayah single parent dengan ibu single parent adalah dalam hal pengajaran, ayah single parent kurang sabar dan kurang telaten, sedangkan ibu single parent lebih sabar dan lebih telaten dalam hal pengajaran. Mengenai hukuman dan penghargaan juga berbeda, ayah single parent memberikan hukuman berat, tetapi ibu single parent lebih ringan hukumannya meskipun tujuannya sama yaitu agar anak menjadi disiplin dan bertanggung jawab. Penghargaan yang diberikan pun juga berbeda pula. Bagi ayah single parent, penghargaan yang diberikan sering berupa barang, sedangkan pujian jarang sekali. Berbeda dengan ibu single parent, mereka lebih sering memberikan penghargaan berupa pujian meskipun kadang juga berupa barang. Disamping itu, dalam melakukan pembujukan pun juga berbeda, ayah single parent kurang sabar dalam melakukan pembujukan, sedangkan ibu single parent lebih sabar dan telaten dalam melakukan pembujukan.
Pola pengasuhan anak memiliki varian yang sangat beragam. Berbagai alternatif pola pengasuhan anak dalam implementasinya semestinya disesuaikan dengan kultur keluarga. Dengan demikian, pilihan atas model pengasuhan menjadi bergantung pada setting keluarga. Pola pengasuhan anak pada keluarga dengan kedua orangtua bekerja akan berbeda pada keluarga dengan istri hanya bertindak sebagai ibu rumah tangga. Pola pengasuhan anak harus diambil dengan pola positive parenting. (http://karambiabusuak.blogspot.com).
Keutuhan keluarga sangatlah penting bagi anak-anak yang dibesarkan dari keluarga tersebut. Berbeda halnya dengan anak-anak yang tinggal hanya dengan salah satu orang tuanya saja dan disebut dengan orang tua tunggal (single parent). Anak yang tinggal dengan orang tua tunggal akan berdampak pada perkembangan anak tersebut. Biasanya orang tua tunggal terjadi jika orang tua mengalami perceraian atau salah satu orang tua (ayah atau ibu) meninggal dunia. Sekarang banyak juga orang tua tunggal akibat dari pergaulan bebas dan hamil kemudian tidak ada suaminya itu juga bisa menjadi sebab terjadinya orang tua tunggal. Dengan kejadian itulah anak tinggal dan dibesarkan dengan salah satu orang tua.
Tidak mudah menjadi orang tua tunggal, selain harus membesarkan anaknya sendirian orang tua harus siap menerima resiko dari orang tua, keluarga dengan resiko dikucilkan untuk sementara bahkan selamanya. Belum lagi mejadi bahan pembicaraan oleh teman maupun tetangga. Untuk menjalani ini semua mereka harus memiliki kekuatan hati dan day a juang yang tinggi. Mereka harus berperan ganda selain mencari nafkah mereka juga harus mendidik dan membesarkan anak-anaknya seorang diri, dan bagaimana harus bisa mengatur waktu buat dirinya sendiri.
Di samping itu selain mendidik dan membesarkan anaknya seorang diri, mereka juga harus kehilangan masa mudanya seperti teman seumuran mereka yang belum mempunyai anak. Waktu mereka hanya dihabiskan untuk bekerja dan mengasuh anaknya. Kebanyakan dari mereka menjadi orang tua tunggal karena bercerai dengan suaminya dan mereka harus membesarkan anak seorang diri. Berpisah pun sang ayah tidak memberikan nafkah. Tidak mudah menjadi orang tua tunggal, mereka harus berjuang keras untuk mendidik dan membesarkan anaknya agar menjadi anak yang bisa dibanggakan orang tua.
Pengaruh orang tua tunggal pada anak yakni anak tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang optimal dari orang tuanya. Pengasuhan orang tua pun tidak maksimal pada anak, padahal anak usia dini perlu perhatian yang lebih dari orang tuanya. Pengasuhan yang kurang tepat akan berdampak pada perkembangannya pula, sebaiknya orang tua memberikan pengasuhan yang benar-benar dibutuhkan seorang anak untuk kebahagiaan di masa depannya.
Orang tua tunggal biasanya hidupnya masih bergantung pada orang tuanya. Terkadang untuk mengasuhnya diberikan kepada orang tuanya. Mereka biasanya hanya memikirkan bagaimana cara agar bisa mendapatkan nafkah untuk menghidupi anaknya. Terkadang anak lebih patuh sama nenek atau kakeknya daripada sama orang tuanya. Mereka mengasuh anaknya kalau sore hari atau sesudah pulang bekerja.
Dalam pengasuhan orang tua juga harus mengetahui kesehatan dan gizi anaknya. Untuk mengetahui kesehatan dan gizinya orang tua biasanya membawa anaknya ke Posyandu terdekat di desanya khususnya Desa X. Desa X yang terdiri dari 2 Dusun mempunyai tekad yang kuat untuk memajukan masyarakat dengan cara pembangunan fisik dan nonfisik secara swadaya. Demikian juga dengan pembangunan di bidang kesehatan, untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang baik serta masyarakat yang peduli dan tanggap terhadap kesehatan maka telah dikembangkan program Desa Sehat Mandiri (DSM). Dengan pengembangan DSM di Desa X telah terbentuk organisasi kesehatan desa yaitu Forum Kesehatan Desa (FKD).
Posyandu Desa X bukan hanya untuk balita saja tetapi juga untuk kesehatan lansia (lanjut usia). Posyandu di X terbentuk pada tahun 1987 dengan bimbingan dan arahan dari Dinas/Instansi terkait yang tergabung dalam Pokjanal Posyandu baik di tingkat Desa, Kecamatan maupun Kabupaten. Desa X mempunyai 5 posko posyandu yang masing-masing di setiap RT ada posyandu. Masing-masing pos ada pengurusnya yang mengurusi semua masalah posyandu. Posyandu dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Selain itu ada penyuluhan kesehatan dari Dinas Kesehatan (Puskesmas) Desa X.
Harapan orangtua single parent terhadap anaknya sangat besar, sehingga tujuan dari apa yang dilakukan oleh orangtua single parent hanya untuk kesehatan, gizi, dan kebahagiaan anak-anaknya.
Pada kenyataan yang ada masyarakat pedesaan khususnya pada masyarakat petani padi yang hanya memiliki pendapatan tidak lebih dari untuk kebutuhan pokoknya saja, sehingga untuk biaya pendidikan anaknya perlu pertimbangan yang matang. Mungkin bagi petani yang hanya memiliki areal tanah kecil atau sebagai buruh tani, hanya mampu menyekolahkan anaknya pada sekolah yang relatif murah atau bahkan petani tersebut tidak sanggup untuk menyekolahkan anaknya. Sementara bagi petani padi yang memiliki areal tanah luas, lebih mudah untuk menyekolahkan anaknya dimanapun sang anak memintanya. Bahkan petani tersebut mampu untuk melanjutkan sekolah anaknya hingga ke perguruan tinggi.
Lain hal pula dengan orang tua yang bekerja sebagai buruh. Mereka mengandalkan penghasilan setiap satu bulan sekali atau satu minggu sekali. Sebagian besar yang orang tuanya bekerja sebagai buruh anaknya mereka titipkan pada kakek atau neneknya. Meski hanya sebagai buruh orang tua menginginkan anaknya mendapat pendidikan yang layak. Biasanya anaknya disekolahkan di sekolah yang dekat dengan rumahnya supaya bisa mengontrol. Dan orang tua harus bisa membagi penghasilannya untuk kebutuhan dan untuk pendidikan anaknya. Orang tua hanya bisa berharap agar bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui "Model Pengasuhan Anak Di Kepala Keluarga Wanita Pada Posyandu Desa X".

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana model-model pengasuhan anak bagi kepala keluarga wanita di Desa X ?
2. Bagaimana perbedaan model pengasuhan antara kepala keluarga sebagai buruh pabrik dan buruh tani ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan model pengasuhan anak bagi keluarga wanita di Desa X
2. Membedakan model pengasuhan antara kepala keluarga sebagai buruh pabrik dan sebagai petani

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan tulisan ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan tentang model-model pengasuhan anak bagi kepala keluarga wanita yang tanpa suami dan dapat mengetahui perbedaan model pengasuhan antara kepala keluarga sebagai buruh pabrik dan sebagai petani.
2. Manfaat Praktis
a. Orang tua, lebih memperhatikan perkembangan anaknya dan dapat memilih pola pengasuhan yang tepat buat anaknya.
b. Pengajar, dapat lebih memahami sikap dan perilaku yang timbul pada anak didiknya akibat pengasuhan orang tua tunggal, sehingga perkembangan anak didik dapat optimal tanpa gangguan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:45:00

MOTIVASI ORANGTUA MENGGUNAKAN PIJAT BAYI UNTUK TUMBUH KEMBANG ANAK

MOTIVASI ORANGTUA MENGGUNAKAN PIJAT BAYI UNTUK TUMBUH KEMBANG ANAK



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah amanah dari Allah, anak juga menjadi buah hati orang tua, kehadiran seorang anak dapat membahagiakan dan menyenangkan setiap orang, apalagi bila melihat anak itu sehat, cerdas, ceria dan berakhlak mulia. Setiap orang tua selalu mendambakan anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, sehat jasmani maupun rohaninya.
Menjadikan anak yang sehat jasmani dan rohaninya, orang tua harus berupaya keras dan selalu memperhatikan pertumbuhannya, dengan memberikan asupan gizi yang baik, menjaga kesehatan tubuh anak dan melindungi dari penyakit, untuk sehat rohaninya orang tua dapat mendidik dan mengasuhnya dengan penuh cinta kasih.
Orang tua menjadi sangat khawatir apabila anak-anaknya sakit, sehingga dengan berbagai upaya dilakukan oleh orang tua agar anaknya sembuh dan menjadi sehat kembali. Diantaranya dengan pergi ke dokter praktek, rumah sakit ataupun puskesmas, selain itu orang tua juga memijatkan anak pada pemijat bayi sebagai alternatif untuk menjaga kesehatan anak.
Studi ini bermaksud mengungkap motivasi orang tua melakukan pijat bayi dan menggunakan jasa pijat bayi. Karena fenomena yang terjadi sampai sekarang, banyak para orang tua bahkan para ibu muda yang melakukan pijat bayi pada putra-putrinya atau menggunakan jasa pijat bayi yang dalam istilah jawa disebut "dadah", atau "ndadahke" (SA. Mangunsuwito dalam Kamus Lengkap Bahasa Jawa) yang artinya memijatkan atau meng-urut kan anak pada orang yang dianggap bisa dan biasa memijat anak bayi maupun balita yang disebut "dukun bayi". Orang tua yang bisa dan mampu memijat bayinya sendiri, melakukannya sendiri tanpa bantuan dukun pijat bayi.
Dari studi awal, peneliti mengajak dialog untuk mendapatkan informasi dari ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok orang tua anak didik pos pendidikan anak usia dini (Pos PAUD) X yang berada di Kelurahan X sebanyak lima belas orang, yang sebagian besar adalah ibu muda yang baru mempunyai anak satu atau dua anak. adapun ibu-ibu tersebut apabila putra-putrinya mengalami tidak enak badan, badannya panas, sering menangis dan gelisah dalam tidurnya maka ibu-ibu tersebut tidak ke dokter dulu namun membawa anaknya ke dukun bayi dulu untuk didadahke (diurut). Setelah anaknya diurut, ibu-ibu muda tersebut merasa tenang karena sang buah hati dapat tidur nyenyak, tidak sering menangis, mau makan dan badannya sudah tidak hangat atau panas lagi.
Hal demikian biasa dilakukan oleh ibu-ibu tersebut, namun tidak menutup kemungkinan ibu-ibu tersebut juga membawa anaknya untuk ke dokter. Apabila setelah dipijat belum ada perubahan, terutama bila suhu badan anak masih juga panas. Kebiasaan orang tua memijat bayinya atau memijatkan bayinya pada dukun pijat bayi, secara turun menurun masih banyak dilakukan oleh para orang tua ataupun keluarga yang mempunyai anak bayi maupun balita. Dengan alasan dan penyebab yang hampir sama.
Disamping itu juga memijat bayi ataupun memijatkan bayinya masih banyak dilakukan karena pijat bayi dapat mengatasi anak yang mengalami keseleo yang disebabkan karena bayi itu banyak gerak, dan kelelahan yang dialami bayi tersebut selama mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
Kebiasaan pijat memijat ini sendiri dalam kehidupan masyarakat kita, sebenarnya merupakan tradisi yang sudah dikenal sejak lama. Melalui sentuhan pemijatan terhadap jaringan otot, peredaran darah dapat meningkat makin lancar, ataupun posisi otot dapat dipulihkan dan diperbaiki sehingga dapat meningkatkan fungsi-fungsi organ tubuh dengan sebaik-baiknya. Pendapat ini dikemukakan oleh Hasri Ainun dan Utami Roesli (2008 : 3). Dengan demikian pijat bayi dapat membantu proses tumbuh kembang anak.
Sampai sekarang peneliti melihat masyarakat X yang masih meneruskan budaya dari orang tua terdahulu, yaitu menggunakan pijat bayi dan memijatkan bayinya. Pijat bayi dapat membantu menjaga kesehatan anak dan sebagai alternatif pengobatan dan penyembuhan apabila terjadi sakit ataupun ketidaknyamanan dalam tidur. Pada anak awalnya saat anak tampak gelisah, dan sering menangis, panas pada bagian tangan, kaki dan tengkuk bayi atau balita mereka.
Kota X sebagai kota besar tidak dapat lepas dari budaya atau tradisi "ndadahke" ini. Walaupun Kota X untuk bidang kesehatan sudah menjadi salah satu prioritas penanganan di Kota X yaitu penanganan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Secara umum kebijakan Pemerintah kota X di bidang kesehatan bertujuan untuk membangun, meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta untuk meningkatkan harapan hidup dan kualitas sumber daya manusia.
Fenomena di atas tidak berarti bahwa semua orang tua yang mempunyai balita selalu menggunakan jasa pijat bayi atau "ndadahke". Disebabkan karena beberapa alasan yang menurut mereka para orang tua logis dan masuk akal. Diantaranya adalah : 1) Tulang bayi masih lemah dan lunak, belum waktunya untuk dipijat, kasihan anaknya, 2) Ada pengalaman buruk yang terjadi pada anak yang sakit panas dipijat bisa menjadi lumpuh, 3) Biarkan saja tulang bayi tumbuh dan berkembang secara alami.
Namun kasus ini jarang terjadi dan kalaupun terjadi mungkin ada penyebab lain yang belum diketahui. Hal ini tidak menjadi prioritas peneliti karena alasan dan kasus yang muncul dari jasa pijat bayi ini relatif kecil dan tidak menyurutkan kebanyakan orang tua yang masih membutuhkan jasa pijat bayi.
Adapun konteks yang melatari penelitian ini dapat disebutkan sebagai berikut : a. Konteks budaya; b. Konteks layanan kesehatan; c. Konteks kesehatan yang koneksi atau kaitannya dengan tumbuh kembang anak.
Dengan demikian peneliti dapat menggambarkan dan menuliskan apa adanya lebih jauh tentang apa yang menjadi motivasi orang tua menggunakan pijat bayi atau jasa pijat bayi "ndadahke" dan mengapa pijat bayi masih diperlukan dan dibutuhkan serta bagaimana hubungan antara pijat bayi dengan tumbuh kembang anak.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas tentang menggunakan pijat bayi maka peneliti mengangkat judul penelitian : STUDI DESKRIPTIF TENTANG MOTIVASI ORANG TUA DALAM MENGGUNAKAN PIJAT BAYI UNTUK TUMBUH KEMBANG ANAK.

B. Rumusan Masalah
Fenomena orang tua yang melakukan pijat bayi "dadah" dan menggunakan jasa pijat bayi "ndadahke" adalah bukan hal yang baru. Sampai sekarang masih banyak orang tua yang melakukan serta membutuhkan pijat bayi dan menggunakan jasa pijat bayi pada orang yang disebut "dukun bayi". Karena dukun bayi tersebut dianggap mumpuni dan bisa memberikan pertolongan serta perlindungan baik secara fisik maupun psikis pada Balita.
Masalahnya apa yang menjadi motivasi orang tua menggunakan pijat bayi atau jasa pijat bayi "ndadahke" dan, mengapa pijat bayi masih diperlukan dan dibutuhkan serta bagaimana hubungan antara pijat bayi dengan tumbuh kembang anak. Berdasarkan dari uraian di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 
1. Motivasi apakah yang mendorong orang tua menggunakan jasa pijat bayi, untuk tumbuh kembang anak ?
2. Apa manfaat pijat bayi menurut orang tua yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah untuk : 
1. Mengetahui motivasi yang mendorong orang tua menggunakan jasa pijat bayi.
2. Mengetahui manfaat pijat bayi menurut orang tua, yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak.

D.. Manfaat Penelitian
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut : 
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi pada orang tua dan praktisi pendidik anak usia dini serta para pemerhati anak, untuk membuktikan kebenaran teori tentang motivasi orang tua menggunakan pijat bayi dan hubungan pijat bayi dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, melalui teori dan pendapat para pakar yang terkait dengan temuan dari penelitian ini.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca maupun peneliti mengenai motivasi orang tua menggunakan jasa pijat bayi dan hubungan pijat bayi dengan perkembangan anak, yang dikaji dari sudut pandang praktisi pendidik anak usia dini sekaligus sebagai praktisi pijat bayi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengetahuan bagi para orang tua. Praktisi pendidik anak usia dini dan para pemerhati yang peduli dengan kesehatan balita. Penelitian ini dapat bermanfaat langsung bagi balita yang sangat membutuhkan perhatian terutama di bidang kesehatan, karena dengan membentuk balita yang sehat maka akan terbentuk pula generasi muda yang sehat pula.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:44:00