Cari Kategori

TESIS ANALISA STRATEGI PT X DENGAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKUR

(KODE : PASCSARJ-0070) : TESIS ANALISA STRATEGI PT X DENGAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKUR (PRODI : AKUNTANSI)



BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Seiring dengan mulai pulihnya tingkat perekonomian di Indonesia, daya beli masyarakat juga mulai kembali pulih. Seperti yang kita ketahui bersama, makanan atau pangan merupakan kebutuhan manusia selain pakaian (sandang) dan tempat tinggal (papan). Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta jiwa adalah pasar yang sangat potensial bagi bisnis makanan terutama ayam. Hal ini disebabkan karena selain ayam memiliki kandungan gizi yang cukup bagus bagi kesehatan dan memiliki kandungan lemak lebih rendah dari daging merah (sapi, kambing, dan ternak berkaki empat lainnya) dan kenyataan dimana pada saat ini, ayam yang merupakan salah satu sumber pangan tidak lagi menjadi makanan mewah seperti persepsi penduduk Indonesia 20 tahun yang lalu. Bila diasumsikan bahwa konsumsi perkapita daging ayam secara nasional adalah 6 kilogram per tahun maka jumlah konsumsi daging ayam untuk penduduk Indonesia adalah 1,2 miliar kg (apabila diasumsikan jumlah penduduk Indonesia adalah 200 juta orang). Apabila harga daging ayam per kilogram adalah Rp. 7.400,- maka nilai pangsa pasar ayam di Indonesia mencapai Rp. 8.880.000.000.000,- (delapan triliun delapan ratus delapan puluh miliar rupiah). Nilai ini hanya berasal dari penjualan ayam potong dan belum ditambahkan dengan nilai penjualan ayam umur sehari (day old chicken) dan ayam olahan.
Selama ini PT X hanya bergantung kepada kondisi harga DOC yang sangat fluktuatif dan tergantung kepada pergerakan permintaan dan penawaran. DOC sendiri memiliki sifat yang tidak dapat disimpan dan diproduksi terus menerus sesuai dengan siklus kehidupan ayam. Kondisi ini menyebabkan perusahaan tidak dapat menerapkan strategi untuk menyimpan sampai harga DOC kembali pada tingkatan yang diharapkan karena bila disimpan lebih dari satu hari maka ayam tersebut tidak dapat dijual sebagai DOC lagi. Alasan yang menyebabkan mengapa hanya DOC yang memiliki nilai komoditas adalah pada saat ayam tersebut berumur lebih dari satu hari maka ayam tersebut sudah harus diberi makan, obat-obatan, dan vaksin yang mungkin saja tidak sesuai dengan spesifikasi peternak sebagai konsumen DOC.
Untuk mengatasi masalah harga tersebut, PT X mengembangkan usaha kemitraan. Prinsip dasar usaha kemitraan ini adalah untuk mencari mitra peternak yang mau membeli DOC PT X dengan harga kontrak dalam waktu tertentu dan menjualnya kembali ke perusahaan sebagai ayam potong untuk bahan baku rumah pemotongan ayam dengan harga tertentu sesuai kontrak. Prinsip dasar dari kemitraan ini adalah menstabilkan harga dengan future contract (ijon). Masalah yang kemudian timbul dari future contract ini adalah pada saat harga ayam sedang tinggi, peternak berusaha untuk tidak memenuhi kontrak tersebut dan menjual hasil ternaknya ke pihak lain. Walaupun secara hukum perusahaan telah memiliki kontrak yang jelas dan mengikat tetapi pihak perusahaan tetap memiliki resiko yang besar bila memaksakan peternak untuk memenuhi kewajibannya. Resiko tersebut adalah resiko nama perusahaan sebagai perusahaan yang ingin menarik keuntungan dengan merugikan mitranya sehingga di masa yang akan datang tidak ada lagi peternak yang mau bermitra dengan perusahaan atau lebih parahnya melakukan bisnis dengan perusahaan. Selain resiko dan permasalahan tersebut di atas, usaha kemitraan tidak memecahkan masalah yang timbul di usaha breeding. Usaha kemitraan ini hanya menunda waktu 33 sampai dengan 35 hari dari waktu DOC tersebut menetas dan harus dijual/dipanen pada saat itu juga. Apabila pada saat itu tidak dipanen, maka nilai jual ayam tersebut akan jatuh dan selain itu resiko kematian akan meningkat serta biaya pemeliharaan akan bertambah. Jadi dengan kata lain, perusahaan harus membeli ayam tersebut pada saat harga berapapun.
Setelah menyadari bahwa usaha kemitraan masih memiliki masalah terutama di masalah pengendalian harga, setahun yang lalu PT X mengembangkan usahanya di bisnis rumah pemotongan ayam. Bisnis ini memiliki kemampuan untuk menyimpan ayam beku sampai maksimal enam bulan tanpa mengurangi kualitas produk. Rencana dari bisnis ini adalah memotong ayam pada saat harga ayam hidup sedang rendah dan kemudian menyimpannya sebagai ayam beku. Ayam beku ini akan dijual pada saat harga ayam sedang tinggi akibat permintaan sedang tinggi ataupun pada saat persediaan ayam potong di pasaran sedang rendah (atau dengan kata lain pada saat over demand dan di lain pihak supply pada kondisi stagnan atau menurun). Masalah utama dari bisnis ini adalah karena ayam potong ini adalah barang komoditi (tidak bermerek) sehingga marjin keuntungan yang didapat sangat rendah dan bahkan hanya bisa kembali modal (break even point). Dalam bisnis ini, keuntungan yang diharapkan hanya dari hasil penjualan jeroan ayam yang sekitar Rp 1.500,- per ekor. Berdasarkan keterbatasan dari produk ayam potong ini, diperlukan suatu metode penilaian kinerja yang paling tepat untuk menilai kinerja perusahaan secara lebih obyektif sehingga manajemen dan terutama dewan direksi tidak salah dalam mengambil kebijakan.

1.2. Perumusan Masalah
Dalam menilai kinerja manajemen, selama ini mayoritas perusahaan banyak memakai pendekatan keuangan sebagai tolok ukur untuk menilai keberhasilan atau kegagalan manajemen dalam mengelola perusahaan. Manajemen PT X juga memakai tolok ukur keuangan ditambah tolok ukur-tolok ukur lain non-keuangan sebagai penilaian kinerja pegawainya. Tolok ukur keuangan yang dipakai oleh PT X yang dipakai adalah rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas. Rasio-rasio ini berdasarkan performa kegiatan di masa lalu atau dikenal dengan lag indikator. Indikator berdasarkan masa lalu memiliki kelemahan yaitu kondisi di masa lalu yang mempengaruhi kinerja tidak akan selalu sama dengan kondisi di masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan suatu indikator yang dapat lebih tepat memperkirakan hasil dari suatu implementasi strategi yang dicanangkan oleh manajemen.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penulisan ini adalah :
♦ Mengidentifikasi sistem penilaian kinerja yang dipakai oleh PT X;
♦ Membuat sistem penilaian kinerja yang lebih obyektif (kuantitatif) dan tidak hanya tergantung kepada lag indikator tetapi juga lead indicator; dan
♦ Mendapatkan bahan-bahan yang berhubungan dengan obyek penelitian dalam rangka penyusunan thesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Akuntansi.
Manfaat dari penulisan karya akhir ini adalah :
♦ Sebagai metode alternatif untuk penilaian kinerja PT. X yang lebih obyektif sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pembahasan dibatasi pada :
♦ Asumsi umum yang berlaku di industri peternakan dan pengolahan ayam;
♦ Sistem pengukuran kinerja yang sedang diterapkan oleh PT. X, baik yang bersifat keuangan maupun non-keuangan yang dihubungkan dengan strategi perusahaan.

1.5. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang dipakai untuk membantu memecahkan permasalahan ini adalah sebagai berikut :
1.5.1 Metode Pengumpulan Informasi
Metode pengumpulan informasi yang dipakai adalah :
1.5.1.1. Studi Literatur
Melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan topik dalam karya akhir ini. Hasil dari studi kepustakaan ini akan menjadi landasan teori untuk memecahkan permasalahan yang akan dibahas dalam karya akhir ini.
1.5.1.2. Studi Lapangan
Melakukan observasi langsung ke perusahaan dan mengumpulkan informasi dengan dua cara, yaitu :
- Pengumpulan dokumen perusahaan; dan
- Wawancara langsung dengan pihak manajemen perusahaan.
1.5.2. Metode Analisa Data
Setelah semua data dikumpulkan, maka akan dilakukan analisa untuk mendapatkan kesimpulan dengan cara membandingkan teori-teori yang ada dengan konsep yang diterapkan oleh PT. X dan juga mencakup analisa terhadap strategi-strategi perusahaan yang diturunkan ke dalam bentuk ukuran-ukuran yang dipakai oleh PT. X.

1.6. Sistematika Pembahasan
Karya akhir ini akan dibagi ke dalam pokok bahasan yang dikelompokkan ke dalam bab-bab sebagai berikut :
1.6.1. Bab 1, berisikan pendahuluan yang memuat latar belakang mengapa PT X diambil sebagai obyek tulisan ini dan pengenalan sekilas terhadap PT X;
1.6.2. Bab 2, berisikan dasar-dasar teori yang digunakan dalam penelitian;
1.6.3. Bab 3, berisikan pengenalan yang lebih mendalam terhadap PT X meliputi latar belakang sejarah, visi, misi, dan strategi untuk tahun XXXX;
1.6.4. Bab 4, berisikan analisa dan pembahasan permasalahan yang diteliti dengan menggunakan teori-teori yang dijelaskan dalam Bab 2;
1.6.5. Bab 5, berisikan kesimpulan yang merupakan rangkuman dari hasil analisa dan pembahasan penelitian yang dilakukan. Bab ini juga berisikan saran-saran yang dianggap perlu untuk kemajuan PT. X.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 15:57:00

TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN SISWA KELAS I MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU

(KODE PTK-0034X) : TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN SISWA KELAS I MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan modern yang ditandai dengan pesatnya laju informasi dan ilmu pengetahuan serta teknologi menuntut setiap orang memiliki kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Kecepatan dan ketepatan dalam menafsirkan dan menyerap informasi baik secara lisan maupun tulisan. Penafsiran dan penyerapan informasi tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca, selanjutnya agar mudah mengingatnya melalui cara menulis.
Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki arti dan peranan penting bagi siswa, karena merupakan awal mula diletakkannya landasan kemampuan berbahasa Indonesia. Hal ini bertambah pentingnya mengingat sebagian besar peserta didik yang memasuki Sekolah Dasar hampir tidak memiliki latar belakang berbahasa Indonesia (Depdikbud 1995: 1).
Kegiatan membaca dan menulis merupakan suatu kegiatan yang unik dan rumit, sehingga seseorang tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa mempelajarinya. Bagi sebagian orang kegiatan membaca dan menulis merupakan kegiatan yang bermanfaat. Kemampuam membaca dan menulis merupakan dasar bagi anak untuk menguasai berbagai mata pelajaran. Maka daripada itu, anak harus belajar membaca dengan benar. Membaca dengan benar perlu menguasai teknik belajar membaca, yaitu dengan sikap duduk yang benar, dan letak buku bacaan yang lurus dengan pinggir meja, serta dengan jarak mata dan buku yang sesuai antara 25-30 cm. (Depdiknas,1995: 22).
Demikian juga kemampuan menulis, tanpa memiliki kemampuan siswa akan mengalami kesulitan dalam menyalin, mencatat, dan menyelesaikan tugas sekolah. Mengingat pentingnya kedua kemampuan dan keterampilan tersebut dalam kehidupan, maka membaca menulis permulaan perlu diajarkan di lingkungan sekolah mulai kelas I Sekolah Dasar .
Kegiatan membaca dan menulis merupakan bentuk manifestasi kemampuan berbahasa yang dikuasai setelah kemampuan menyimak dan berbicara. Dibandingkan dengan kedua kegiatan tersebut, keterampilan membaca dan menulis jauh lebih sulit menguasainya. Hal ini disebabkan kemampuan membaca dan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan non kebahasaan.
Mengingat sulitnya menguasai kedua keterampilan tersebut, maka seorang guru atau pengajar harus memiliki penguasaan strategi pembelajaran yang baik dan tepat. Membelajarkan kegiatan membaca dan menulis memang tidak mudah. Sering dijumpai berbagai kesulitan sehingga perlu adanya pemilihan teknik yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pengajaran membaca dan menulis diberikan dengan sederhana mulai kelas I Sekolah Dasar. Pengajaran ini dikenal dengan Membaca Menulis Permulaan dengan "Tujuan memperkenalkan cara membaca dan menulis dengan teknik-teknik tertentu sampai dengan anak mampu mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan, dengan kata lain kalimat sederhana ". (Henry Guntur Tarigan, 1977: 20).
Kemampuan membaca siswa yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan lanjut di kelas yang lebih tinggi. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya. Pada tahapan ini siswa harus benar-benar mendapat perhatian guru, jika dasar itu tidak kuat maka pada tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk mempelajari bidang lainnya.
Sementara itu kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang bersifat produktif, artinya dengan kemampuan membaca menulis siswa dapat menghasilkan suatu karya dalam bentuk tulisan. Banyak hal yang terlibat pada saat seseorang menulis. Berpikir secara teratur dan logis, mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, serta mampu menggunakan bahasa secara efektif dan menerapkan kaidah dalam menulis. Sebelum dapat mencapai tingkat kemampuan menulis tersebut siswa harus mulai belajar mengenal lambang-lambang bunyi. Mengingat pentingnya kemampuan membaca dan menulis, maka dalam proses pembelajaran di sekolah guru hendaknya merencanakan segala sesuatunya baik materi, metode dan alat pembelajarannya.
Keluhan tentang kekurangterampilan siswa dalam membaca dan menulis permulaan di Sekolah Dasar pada kelas I dalam pelajaran Bahasa Indonesia saat ini masih sering dirasakan, dalam kenyataan masih ada keluhan guru di Sekolah Dasar mengenai membaca, karena masih ada siswa kelas II, III, dan IV yang belum bisa membaca dengan baik. Faktor- faktor yang menyebabkan siswa tersebut belum bisa membaca dan menulis antara lain: lingkungan keluarga yang tidak kondusif, motivasi siswa dalam membaca permulaan masih rendah, serta penerapan metode dan strategi pengajaran membaca dan menulis permulaan yang kurang tepat.
Upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis siswa Sekolah Dasar dapat diajarkan dengan baik serta diperoleh hasil yang maksimal, maka guru memerlukan suatu strategi yang efektif dan efisien yang dapat diterapkan di Sekolah Dasar. Hal ini senada pendapat Nana Sudjana (1989: 24) yang mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang dikehendaki dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat memilih strategi yang disesuaikan dengan kondisi siswa kelas I SD. Kondisi siswa kelas I SD berbeda dengan kondisi siswa kelas yang lebih tinggi. Siswa kelas I SD sangat peka dan menurut apa yang diajarkan gurunya.
Siswa kelas I SD menganggap guru sebagai idolanya. Apa yang diajarkan guru akan dicontoh pada proses belajarnya. Guru harus dapat memberi contoh belajar yang mudah diikuti oleh siswa, sehingga siswa mampu mencapai tujuan akhir pembelajaran.
Seperti yang diamanatkan dalam UU No 14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (Pasal1). Ditegaskan pula bahwa guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Pasal 4).
Mengacu pada isi UU No. 14 Tahun 2005 di atas sangat jelas bahwa guru merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Guru, menurut Sarwiji Suwandi (2003a, 2003d,2004), merupakan variabel determinan bagi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Barangkali Anda bersetuju bahwa siswa- siswa yang berprestasi pada umumnya memiliki akses untuk berkembang dengan lebih baik di bawah bimbingan guru-guru yang profesional serta memiliki kemampuan intelaktual dan kreativitas tinggi.
Faktor penentu keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar salah satunya adalah guru. Maka seorang guru harus memahami kurikulum secara komprehensif mulai dari konsep teori sampai dengan implementasinya di dalam kelas. Namun dalam pelaksanaan di lapangan tidak jarang ditemukan masalah- masalah, dan kegagalan dalam pembelajaran. Pembelajaran kurang berhasil dengan ditandai prestasi atau nilai yang diperoleh siswa tidak memuaskan. Hal ini bila dikaitkan dengan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis permulaan dengan standar kompetensi di kelas I Sekolah Dasar masih rendah. Hal itu juga terjadi di Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X kemampuan membaca dan menulis masih rendah.
Salah satu cara untuk mengatasi hal itu, guru harus dapat melakukan terapi dengan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). "Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat" (Wardani, 2000: 14).
Sementara itu, menurut Rohman Natawidjaya (1997), karakteristik penelitian tindakan sebagai berikut: a) merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata di tempat yang bersangkutan, b) diterapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel atau faktor- faktor yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana penelitian, c) terarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kinerja guru di kelas, d) bersifat fleksibel (disesuaikan dengan keadaan), e) banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung dari pengamatan atas perilaku serta refleksi peneliti, f) menyerupai "Penelitian Eksperimental", namun tidak secara ketat memperdulikan pengendalian variabel, dan g) bersifat situasional dan spesifik, umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus.
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas menurut Rochman Natawidjaya (1977) adalah: a) untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi pengajaran, b) untuk memberikan pedoman bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah system kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif, c) untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan guru, yaitu sebagai salah satu strategi palatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut, d) untuk memasukkan unsur - unsur pembaharuan dalam sistem pembelajaran yang sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh pembaruan pada umumnya, e) untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi (guru) dengan para peneliti akademis, dan f) untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah, yang melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang bersangkutan dengan pihak sekolah.
Bertolak dari pendapat di atas, maka seorang guru dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas itu sendiri secara sadar, dan terencana dengan baik. Dengan penelitian tindakan kelas kualitas mengajar lebih baik, dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam belajar mengajar, sehingga kinerja guru dan siswa dapat meningkat pula. Selain itu guru akan terdorong semakin professional. Hal ini akan menyebabkan guru terus merefleksi proses belajar mengajarnya, kemudian melakukan tindakan yang tepat untuk memperbaiki dan mengevaluasi atas kinerjanya sendiri.
Hal ini senada dengan pendapat Imam dkk. (2004) bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Guru akan memperoleh balikan yang bagus dan sistematis untuk perbaikan praktik pembelajaran. Dengan demikian guru dapat membuktikan apakah suatu teori belajar mengajar dapat diterapkan dengan baik atau tidak di kelas. Guru dapat mengadaptasi atau mengadopsi teori itu untuk diterapkan di kelas agar pembelajaran efektif, efisien, fungsional dan optimal.
Dalam penelitian ini ditawarkan salah satu alternatif tindakan dalam pembelajaran membaca menulis permualan di kelas I SD Negeri X, Kecamatan X, yaitu pembelajaran terpadu. Seperti diungkapkan oleh Tim Pengembangan PGSD (1997: 3) "Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individu maupun kelompok aktif mencari menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Guru diharapkan dapat menerapkan pembelajaran terpadu yang holistik, aktif, otentik, dan bermakna dengan pengembangan tema secara terpadu, sehingga terjadi proses pembelajaran otentik, mengenai proses maupun isi untuk semua materi pelajaran, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia mengenai membaca menulis permulaan.
Guru diharapkan dapat merancang kegiatan pembelajaran, agar siswa mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan baru sehingga hasil pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat bagi siswa. Untuk menerapkan alternatif melalui pembelajaran terpadu ini, peneliti akan mengadakan kolaborasi dengan guru dan siswa kelas I SD agar dapat memusatkan perhatian dalam pengamatan secara cermat sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
Alternatif ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa melalui pembelajaran terpadu, guru lebih kreatif melakukan inovasi pada materi dan media pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan siswa sebagai sumber belajar. Siswa merasa terbantu dalam berlatih, berpikir, dan bernalar karena mereka belajar melalui pengalaman yang nyata. Siswa bebas bertanya, agar dapat mengubah sikap siswa yang tadinya diam dan pasif menjadi bersemangat dan berani mengemukakan pendapat.
Pelajaran membaca dan menulis sebagai dasar untuk memperoleh ilmu pengetahuan, maka perlu diupayakan suatu alternatif strategi pembelajaran Bahasa Indonesia, Khususnya dalam pengajaran membaca dan menulis di Sekolah Dasar. Dalam hal ini guru dapat menerapkan bermacam- macam pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan kesiapan guru serta siswa itu sendiri, dengan memperhatikan siswa sebagai subjek dan objek dalam proses belajar yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, agar hasil penelitian ini mendalam dan terfokus maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah dengan penerapan pembelajaran terpadu dapat meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X ?
2. Apa sajakah masalah yang muncul dalam penerapan pembelajaran terpadu pada pembelajaran membaca menulis permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, dapat peneliti sampaikan tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X.
2. Untuk mengetahui dan mengatasi masalah yang timbul dalam pembelajaran terpadu, pada pembelajaran membaca menulis permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X.

D. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara teoretis dan secara praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah :
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pengembangan salah satu teori pembelajaran membaca menulis yang menunjang mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar.
b. Memperkaya khazanah teori/keilmuan yang terkait dengan proses pembelajaran membaca menulis permulaan dengan penerapan pembelajaran terpadu.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah :
a. Siswa
Untuk menambah pemahaman mereka bahwa dengan penerapan pembelajaran terpadu akan membantu kemampuan membaca menulis permulaan serta memberikan motivasi belajar.
b. Guru
Untuk mengembangkan kemampuan dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran membaca menulis permulaan yang benar- benar efektif dengan jalan penerapan pembelajaran terpadu, serta menambah pengalaman guru untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
c. Sekolah
Untuk memberi gambaran tentang kompetensi guru dalam mengajar, dan kompetensi siswa dalam membaca menulis permulaan, sehingga diharapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.
d. Peneliti
Untuk menambah pemahaman wawasan keilmuan dan penelitian guna merancang penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian dan fokus masalah yang berbeda.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:35:00

TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DENGAN MEDIA GAMBAR

(KODE PTK-0033X) : TESIS PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DENGAN MEDIA GAMBAR (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Bahasa dalam kehidupan sehari-hari sangat memegang peranan penting terutama dalam pengungkapan pikiran seseorang. Konsep, pikiran dan angan-angan seseorang diungkapkan melalui bahasa baik, lisan maupun tertulis.
Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Membaca dan menulis sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa diajarkan di sekolah dengan tujuan agar para siswa dapat mengerti maksud yang terkandung dalam bacaan sehingga dapat memahami isi bacaan dengan baik dan benar.
Menurut St. Y. Slamet (2008: 57) bahwa Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) merupakan dua aspek kemampuan berbahasa yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Pada waktu guru mengenalkan menulis, tentu anak-anak akan membaca tulisannya. Menulis sebagai salah satu aspek kemampuan berbahasa wajib dikuasai oleh siswa. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Djago Tarigan dan Henry guntur Tarigan (1997:20) bahwa pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) dengan tujuan memperkenalkan cara membaca dan menulis dengan teknik-teknik tertentu sampai dengan anak mampu mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan, dengan kata lain kalimat sederhana.
Kegiatan membaca dan menulis merupakan kegiatan yang unik dan rumit, sehingga seseorang tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa mempelajarinya, terutama anak usia sekolah dasar yang baru mengenal huruf atau kata-kata.Kemampuan membaca merupakan dasar bagi anak untuk menguasai berbagai bidang studi. Lebih lanjut, dijelaskan oleh J.W. Lerner (1998: 349) anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi di kelas berikut. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar.
Dengan keterampilan membaca dan menulis, seseorang dapat mengerti berbagai macam informasi yang terkandung dalam tulisan secara benar. Keterampilan membaca yang baik dapat dikuasai melalui pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan berlatih secara teratur. Untuk itu diperlukan rencana pembelajaran yang matang yang disusun berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditegaskan bahwa siswa sekolah dasar perlu belajar bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan membaca maupun menulis, sehingga siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan membaca permulaan ditekankan pada membaca nyaring suku kata dan kata serta melafalkan kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Sedangkan dalam keterampilan menulis permulaan ditekankan pada menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, dan menyalin serta dikte. Dalam keterampilan membaca yang baik, di dalamnya perlu dikemukakan secara jelas kompetensi apa yang harus dicapai, kompetensi yang dimiliki siswa, indikator-indikator serta pengalaman belajar apa yang harus benar-benar dilatihkan dan dialami oleh siswa.
Berbagai upaya telah dilakukan guru untuk memberi bekal pengetahuan membaca serta pelatihan membaca, namun kenyataan menunjukkan bahwa sampai sekarang ini kemampuan membaca dan menulis permulaan di kalangan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X masih jauh dari harapan. Berdasarkan wawancara dengan guru, pembelajaran kurang berhasil dengan ditandai prestasi atau nilai yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam hal membaca dan menulis kurang memuaskan. Hal ini banyak ditemukan pada siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X yang belum dapat membaca dan menulis dengan baik, sehingga banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam mempelajari berbagai bidang studi yang lain.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam membaca dan menulis adalah: (1) siswa kurang latihan; (2) kemampuan guru yang kurang dalam menggunakan media pembelajaran; (3) sistem kegiatan belajar mengajar yang monoton dan kurang menarik, sehingga siswa bosan.
Pembelajaran membaca dan menulis kelas I SDN X bersifat konvensional, belum menerapkan pembelajaran yang inovatif, dimana siswa belum berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran masih berpusat pada guru (central teaching), selain itu guru belum memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal terutama penggunaan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Dalam penelitian ini peneliti ingin menyampaikan salah satu alternatif tindakan dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan dengan media gambar bagi siswa kelas I pada Sekolah Dasar Negeri X. Metode pengajaran dengan menggunakan media gambar merupakan salah satu strategi dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan media gambar ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan bagi siswa. Penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran perlu dibahas mengingat sebagian besar siswa kelas I pada Sekolah Dasar Negeri X masih rendah kemampuannya dalam membaca dan menulis.
Media gambar yang digunakan dalam penelitian ini dapat berupa potret, kartu pos, ilustrasi dari buku, dan gambar cetak sesuai dengan tema dalam bacaan. Sedangkan gambar yang digunakan meliputi gambar: orang, binatang, tumbuh-tumbuhan, peristiwa, dan alam sekitar yang sering di kenal oleh siswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I SDN X Kecamatan X ?
2. Apakah Pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I SDN X Kecamatan X ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian
Sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan dan motivasi belajar pada siswa kelas I SDN X Kecamatan X melalui pembelajaran dengan media gambar.
2. Tujuan Khusus Penelitian
Secara khusus, penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I SDN X Kecamatan X.
b. Mengetahui dampak penggunaan media gambar bagi peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I SDN X Kecamatan X.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah keilmuan yang terkait dengan proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan secara efektif dengan menggunakan media gambar.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah kemampuan membaca dan menulis siswa dengan menggunakan media gambar, sehingga kemampuan membaca dan menulis dapat ditingkatkan.
b. Bagi Guru Kelas
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan guru untuk mengembangkan kemampuan dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran membaca dan menulis yang benar-benar efektif dengan menggunakan media gambar, serta dapat menambah pengalaman guru.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang kompetensi guru dalam mengajar dan kompetensi siswa dalam mengembangkan kemampuan membaca dan menulis, sehingga diharapkan kemampuan membaca dan menulis siswa dapat ditingkatkan.
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para peneliti lain untuk menambah pemahaman wawasan keilmuan dan penelitian guna merancang penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian dan focus masalah yang berbeda.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:34:00

TESIS PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMERANKAN TOKOH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERMAIN DRAMA RENDRA

(KODE PTK-0032X) : TESIS PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMERANKAN TOKOH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERMAIN DRAMA RENDRA (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang saat ini cukup banyak mendapat perhatian. Hal tersebut salah satunya dikarenakan masuknya bahasa Indonesia menjadi salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar sekolah cukup serius dalam menghadapi ujian nasional, sampai-sampai diberikan prioritas yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut, tetapi ironisnya hanya sebatas untuk keperluan menghadapi ujian nasional.
Bahasa memiliki fungsi yang cukup penting sebagai sarana belajar. Sehingga perhatian dari elemen-elemen pembelajaran meningkat terhadap mata pelajaran ini. Namun perlu diketahui bahwa kondisi pada tataran praktis sebagian besar memberi reaksi yang kurang menguntungkan bagi tercapainya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang sebenarnya, yaitu termilikinya kompetensi-kompetensi berbahasa pada diri siswa.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jelas sekali bahwa banyak sekali kompetensi yang harus dicapai dari pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas atau di sekolah. Termilikinya suatu kompetensi dalam diri siswa menjadi salah satu indikator keberhasilan pembelajaran. Memang ketika merujuk pada suatu capaian yang ideal, tugas seorang guru sangatlah berat. Proses pencapaian kompetensi-kompetensi tersebut seringkali terbentur pada masalah-masalah dan keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam pembelajaran di lingkup formal (kelas atau sekolah).
Mata pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah mencakup materi kebahasaan dan materi kesastraan. Terdapat empat aspek kompetensi dasar yang dijadikan acuan dalam proses pembelajaran, yaitu kemampuan mendengarkan, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis. Empat kompetensi itu masuk dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada setian jenjang pendidikan. Materi bahasa dan sastra yang terdapat dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, selalu berdasar pada empat kompetensi dasar tersebut dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum terbaru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mempunyai tujuan yaitu termilikinya kompetensi berbahasa pada siswa. Kompetensi yang dimaksudkan adalah kompetensi berbahasa reseptif dan kompetensi berbahasa produktif. Kompetensi berbahasa reseptif meliputi kemampuan mendengarkan dan membaca, dan kemampuan berbahasa produktif meliputi kemampuan berbicara dan menulis.
Kompetensi berbicara sebagai salah satu kompetensi berbahasa produktif, sering kali kurang mendapat pengelolaan yang tepat dalam pembelajaran yang terjadi di kelas. Solusi-solusi yang kerap dimunculkan dalam pembelajaran lebih pada solusi-solusi yang sifatnya kebutuhan sesaat, yaitu untuk keperluan Ujian Nasional. Ketika merujuk juga pada pemakaian pilihan ganda (multiple choise), banyak kompetensi berbahasa yang kurang dapat terwadahi dalam ujian tersebut. Seperti halnya dengan kemampuan berbicara dan menulis, dengan tes mulpitle choise, akan kurang dapat terlihat seberapa kemampuan anak dalam aspek tersebut. Pada akhirnya, orientasi yang berlebihan pada ujian nasional cenderung akan mengesampingkan pembelajaran pada aspek berbicara dan menulis.
Dalam pembelajaran sastra di sekolah khususnya tingkat SMA, terdapat tuntutan capaian kompetensi sastra. Salah satunya kemampuan memerankan tokoh dalam drama. Drama merupakan salah satu bentuk ekspresi yang dituntut untuk dimiliki siswa, sebagai salah satu capaian kompetensi berbahasa dalam ranah sastra. Efek-efek yang muncul tersebut juga menimpa pada materi sastra khususnya pembelajaran yang beraspek kompetensi berbahasa produktif atau aktif yaitu berbicara, lebih khusus lagi kompetensi "mampu memerankan tokoh drama atau cerita...". Meteri seperti itu jelas akan sangat kecil sekali kemungkinannya muncul dalam Ujian Nasional, kalaupun mungkin porsinya pastilah sangat sedikit sekali.
Banyak pengamat menilai pengajaran sastra selama ini berlangsung monoton, tidak menarik, bahkan membosankan. Siswa selama ini tidak diajak untuk menjelajah dan menggauli keagungan nilai yang terkandung dalam teks sastra drama, tetapi sekedar dicekoki dengan pengetahuan-pengetahuan tentang sastra drama yang bercorak teoritis dan hapalan. (Pusat Bahasa, www.com.pusat bahasa.go.id)
Selain itu masalah itu, banyak juga faktor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap proses pembelajaran materi tersebut. Di antaranya kondisi pendidik, siswa, dan penjabaran materi itu sendiri dalam pembelajaran di kelas. Elemen-elemen tersebut menjadi sangat berberperan dalan keberhasilan proses pembelajaran di kelas, terutama pembelajaran dengan kompetensi berbicara, seperti kemampuan memerankan tokoh drama atau cerita. Di sekolah-sekolah, naskah drama paling tidak diminati. Dalam suatu penelitian Yus Rusyana disimpulkan bahwa minat siswa dalam membaca karya sastra yang tebanyak adalah prosa, menyusul puisi, baru kemudian drama (Herman J. Waluyo, XXXX : 2). Hal ini disebabkan menghayati naskah drama yang berupa dialog itu cukup sulit dan harus tekun. Dengan pementasan atau pembacaan oleh orang yang terlatih, hambatan tersebut kiranya dapat diatasi. Penghayatan naskah drama lebih sulit daripada penghayatan naskah prosa dan puisi.
Pembelajaran drama mempunyai peran yang cukup penting untuk melatih peserta didik mengasah sisi-sisi kemampuan berekspresi dalam bidang seni. Terlebih lagi dalam aspek memerankan suatu tokoh drama, dengan kemampuan memerankan tokoh drama, peserta didik (siswa) akan dapat mengasah mental mereka. Selain itu dengan memerankan suatu tokoh drama, sisiwa akan dapat menyelami berbagai karakter dari berbagai tokoh dalam drama yang diperankannya. Dengan begitu, siswa akan terlatih untuk dapat terus mengaktualisasikan diri di dalam lingkungannya.
Pembelajaran drama yang terjadi pada tataran praktis seringkali belum menghasilkan pembelajaran yang efektif. Hal tersebut terlihat dari kurangnya pemberian materi yang berkaitan tentang kemampuan memerankan tokoh drama. Seringkali guru langsung memberikan tugas pada siswa untuk membaca atau memahami suatu naskah drama, kemudian siswa diminta memerankan drama tersebut. Sehingga siswa cenderung memerankan tokoh drama tersebut dengan asal-asalan, dan cenderung hanya untuk memenuhi tugas dari guru.
Masalah yang muncul tersebut tidak lepas dari berbagai faktor. Salah satunya adalah wawasan tentang teknik bermain peran. Wawasan atau pengetahuan tentang teknik bermain peran, terutama yang dimiliki oleh guru, akan banyak berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran drama yang dilaksanakan di kelas. Penguasaan terhadap suatu teknik bermain peran akan sangat membantu seseorang untuk memerankan tokoh drama dengan baik.
Berangkat dari hal tersebut, tidak ada alasan untuk mengesampingkan pembelajaran drama di sekolah. Dalam mempelajari drama terutama aspek memerankan tokoh drama, memang sering kali menemui hambatan. Hambatan-hambatan itu sering muncul karena kurangnya pengetahuan tentang bermain drama dari guru maupun siswanya. Berbagai teknik bermain drama sebenarnya dapat dijumpai dalam berbagai literatur, salah satunya adalah teknik bermain drama dari Rendra. Rendra merupakan sosok yang sudah tidak asing lagi di dunia perteateran di Indonesia. Berbagai karya sudah dia hasilkan. Kemampuan dari seorang Rendra sudah tidak diragukan lagi. Salah satu karyanya (dalam bentuk buku) yang berhubungan dengan bermain peran adalah Seni Drama Untuk Remaja. Di dalam buku tersebut terkandung berbagai langkah atau teknik dalam bermain drama bagi pemula termasuk di dalamnya para siswa sekolah.
Salah satu kendala yang sering muncul dalam pembelajaran drama di sekolah, yaitu kurangnya pengetahuan tentang teknik bermain drama, dalam penelitian ini akan coba diuraikan dengan satu alternatif yaitu dengan
menggunakan teknik bermain drama Rendra. Hadirnya teknik bermain drama ini diharapkan akan membantu pembelajaran drama di sekolah.

B. Perumusan Masalah
Berangkat dari uraian pada bagian sebelumnya, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah penerapan teknik bermain drama Rendra dalam meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama pada siswa kelas XI IPA 1 SMAN X Tahun Ajaran XXXX/XXXX?
2. Apakah penerapan teknik bermain drama Rendra dapat meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama pada siswa kelas XI IPA 1 SMAN X Tahun Ajaran XXXX/XXXX?
3. Apakah permasalahan yang muncul dalam penerapan teknik bermain drama Rendra untuk meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama pada siswa kelas XI IPA 1 SMAN X Tahun Ajaran XXXX/XXXX?
4. Bagaimanakah cara mengatasi permasalahan yang muncul dalam penerapan teknik bermain drama Rendra untuk meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama pada siswa kelas XI IPA 1 SMAN X Tahun Ajaran XXXX/XXXX?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan dan menjelaskan proses pembelajaran drama menggunakan teknik bermain drama Rendra untuk meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama pada siswa kelas XI IPA 1 SMAN X Tahun Ajaran XXXX/XXXX.
2. Meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama pada siswa kelas XI IPA 1 SMAN X Tahun Ajaran XXXX/XXXX melalui penerapan teknik bermain drama Rendra.
3. Mendeskripsikan dan menjelaskan permasalahan yang muncul dalam penerapan teknik bermain drama Rendra untuk meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama pada siswa kelas XI IPA 1 SMAN X Tahun Ajaran XXXX/XXXX.
4. Mendeskripsikan dan menjelaskan cara mengatasi permasalahan yang muncul dalam penerapan teknik bermain drama Rendra untuk meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama pada siswa kelas XI IPA 1 SMAN X Tahun Ajaran XXXX/XXXX.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam pendidikan kebahasaan dan kesastraan, terutama dalam penerapan media dalam pembelajaran bahasa khususnya pembelajaran drama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Kemampuan siswa dalam memerankan tokoh drama meningkat
2) Minat dan motivasi siswa dalam belajar memerankan tokoh drama meningkat
3) Siswa lebih memiliki keberanian memerankan tokoh drama
b. Bagi Guru
1) Peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran drama dengan penerapan teknik bermain drama Rendra
2) Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang penggunaan teknik bermain drama Rendra untuk meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama pada siswa
3) Memberikan solusi atas kesulitan dalam pembelajaran drama khususnya aspek memerankan tokoh drama
4) Meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia khususnya materi drama
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai masukan dalam rangka pembinaan dan peningkatan profesionalisme guru
2) Dapat menumbuhkan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga tercipta kualitas pembelajaran yang baik, aktif, efektif, dan inovatif.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:32:00

TESIS PTK PENGGUNAAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS DITINJAU DARI INTELIGENSIA SISWA DI SMAN X

(KODE PTK-0031X) : TESIS PTK PENGGUNAAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS DITINJAU DARI INTELIGENSIA SISWA DI SMAN X (MATA PELAJARAN : GEOGRAFI)



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan yang bidang kajiannya memungkinkan peserta didik memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia (Depdiknas, 2000 : 533). Pembelajaran Geografi bukan hanya untuk menguasai tentang pengetahuan belaka, tetapi juga untuk mampu menggunakan ilmu yang telah dipelajarinya dan membentuk siswa agar menjadi warga masyarakat yang percaya diri dalam berperan serta secara produktif (Depdiknas, 2000 : 47).
Berdasarkan rumusan tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran Geografi memiliki makna penting dalam pembentukan manusia yang produktif. Namun demikian, berdasarkan pengamatan proses pembelajaran Geografi di kelas berjalan tidak efektif. Guru lebih mendominasi kelas, siswa lebih bersifat pasif dan tidak berminat atau termotivasi untuk mempelajari materi-materi Geografi dengan lebih mendalam. Hal ini berpengaruh terhadap hasil prestasi yang dicapai oleh siswa yang ditunjukkan melalui nilai ulangan harian.
Ulangan harian siswa kelas XI IPS 1 SMAN X menunjukkan ketuntasan belajar klasikal tidak tercapai. Hal ini ditunjukkan dari rendahnya nilai yang diperoleh siswa pada saat ulangan harian. Sebagian besar siswa belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal (SKBM = 66) yang ditetapkan oleh sekolah. Hal ini terlihat dari rendahnya rerata nilai untuk kelas tersebut, seperti tersaji pada tabel berikut ini.

* Tabel sengaja tidak ditampilkan *

Permasalahan rendahnya prestasi belajar siswa tersebut harus segera diatasi. Ketuntasan belajar klasikal tidak tercapai berarti tujuan pembelajaran juga tidak akan tercapai. Oleh karena itu diupayakan proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa secara optimal.
Langkah awal yang dapat dilakukan oleh guru dalam memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan mengubah paradigma teaching menjadi paradigma learning. Dalam hal ini, guru tidak lagi berperan sebagai penyampai materi dan siswa bukan berperan sebagai kendi kosong yang akan diisi oleh guru. Guru seharusnya tidak mendominasi kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, mencatat, dan mentaati segala perlakuan guru.
Dalam paradigma learning, pusat pembelajaran adalah siswa. Dalam hal ini proses pendidikan menjadi proses bagaimana belajar bersama antara guru dan anak didik (Sidi, 2000: 25). Guru dalam konteks ini juga termasuk dalam proses belajar.
Paradigma learning juga secara jelas terlihat dalam empat visi pendidikan menuju abad 21 versi UNESCO. Keempat visi tersebut adalah (1) learning to think, (2) learning to do, (3) learning to live together, dan (4) learning to be.
Keempat visi pendidikan tersebut dapat disimpulkan menjadi learning how to learn. Dalam hal ini pendidikan tidak hanya berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, tetapi juga berorientasi pada bagaimana seorang siswa bisa belajar dari lingkungan, dari pengalaman, dan dari alam, sehingga mereka bisa mengembangkan sikap-sikap kreatif dan daya pikir yang imajinatif.
Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan paradigma learning adalah pembelajaran dengan quantum teaching. Pembelajaran quantum teaching merupakan pembelajaran yang berlangsung secara meriah dengan segala suasananya. Pembelajaran ini lebih terpusat kepada siswa, dengan metode pembelajaran yang menyenangkan. Pemakaian berbagai alat bantu seperti penataan bangku yang berbeda-beda, dan musik mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik minat siswa untuk terus mengikuti pembelajaran.
Selain metode pembelajaran, keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Salah satu faktor yang berasal dari dalam diri siswa adalah taraf inteligensia.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa taraf inteligensia seseorang berpengaruh terhadap kemampuannya menyerap pelajaran atau mengikuti proses pembelajaran. Hamalik (1992:89) mendefinisikan inteligensia sebagai kemampuan untuk memudahkan penyesuaian secara tepat terhadap berbagai segi dari keseluruhan lingkungan seseorang. Dalam hubungan ini dikemukakan konsep yang lebih jauh tentang fungsi inteligensia, yaitu kemampuan-kemampuan untuk belajar di dalam situasi-situasi yang beraneka ragam, memahami dan membandingkan fakta-fakta yang luas dan abstrak dengan cepat dan tepat, memusatkan proses-proses mental terhadap masalah-masalah dan menunjukkan fleksibelitas dan kecerdikan dalam upaya mencari cara-cara penyelesaian
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa taraf inteligensia yang berbeda akan menghasilkan prestasi belajar yang berbeda pula. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa siswa dengan taraf inteligensia yang rendah akan mencapai prestasi belajar yang berbeda dengan siswa yang memiliki taraf inteligensia yang tinggi.
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas pada mata pelajaran Geografi dan dapat meningkatkan presatasi belajar siswa. Selain itu, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat mengetahui faktor taraf inteligensia terhadap prestasi belajar, aktivitas, dan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penggunaan metode quantum teaching dapat meningkatkan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI di SMAN X dilihat dari taraf inteligensianya?
2. Apakah penggunaan metode quantum teaching dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas XI di SMAN X dalam kegiatan belajar dilihat dari taraf inteligensianya?
3. Apakah penggunaan metode quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas XI di SMAN X dalam menyampaikan pendapat di muka umum dilihat dari taraf inteligensianya?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI di SMAN X dengan metode quantum teaching dilihat dari taraf inteligensianya.
2. Mengetahui peningkatan aktivitas siswa kelas XI di SMAN X dalam kegiatan belajar dengan mempergunakan metode quantum teaching dilihat dari taraf inteligensianya.
3. Mengetahui peningkatan kemampuan siswa kelas XI di SMAN X dalam menyampaikan pendapat di muka umum dengan metode quantum teaching dilihat dari taraf inteligensianya.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat secara teoretis maupun manfaat praktis sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis.
a. Bagi akademik
Pelaksanaan dan hasil penelitian ini dapat menambah atau memperkaya kajian teori di bidang ilmu pengetahuan khususnya mengenai metode pembelajaran.
b. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan atau referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis baik bagi guru, maupun siswa, sebagai berikut.
a. Bagi guru
1) Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, guru dapat mengetahui strategi pembelajaran bervariasi yang lebih baik, lebih praktis dan hemat waktu, sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.
2) Guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran serta karier guru itu sendiri.
3) Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi guru dalam upaya untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa.
4) Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan mempertimbangkan keunikan dan juga taraf inteligensia masing-masing siswa yang berbeda-beda.
b. Bagi siswa
1) Memberi suasana belajar yang menyenangkan
2) Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan penalaran sehingga akan meningkatkan pemahaman mereka.
3) Siswa diberi kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat terekam dengan lebih baik.
4) Siswa diberi kesempatan untuk berani mengemukakan pendapat sehingga meningkatkan rasa percaya diri mereka.
5) Prestasi belajar siswa dapat meningkat.
6) Sebagai model acuan dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam menghadapi kurikulum berbasis kompetensi.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:31:00

TESIS PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN METODE LATIHAN DISTRIBUTED PROGRESSIVE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI PADA MATERI BOLA BASKET DI SMAN X

(KODE PTK-0030X) : TESIS PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN METODE LATIHAN DISTRIBUTED PROGRESSIVE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI PADA MATERI BOLA BASKET DI SMAN X (MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum pendidikan selalu mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan teknologi yang semakin maju. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor manusia yang selalu ingin maju dan berkembang. Manusia mempunyai potensi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat meningkatkan kualitas bangsanya. Semua itu dapat tercapai apabila didukung oleh berbagai pihak baik dari swasta maupun pemerintah. Pendidikan adalah suatu usaha menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan bukanlah sesuatu yang bersifat statis melainkan sesuatu yang bersifat dinamis sehingga selalu menuntut adanya perbaikan yang dilangsungkan terus menerus. "Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota mayarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada" (Syaiful S, 2005 : 3)
Menurut John Dewey dalam bukunya Adang suherman dan Agus Mahendra (2001 : 1) mengatakan "seorang pendidik yang mempunyai andil besar dalam dunia pendidikan, mendefinisikan pendidikan sebagai penataan ulang atau rekontruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami dalam kehidupan individu sehingga segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakn". Definisi ini mengandung arti bahwa pendidikan seseorang terdiri dari segala sesuatu yang ia lakukan, dari mulai lahir sampai mati, berbuat atau mengerjakan sesuatu, sehingga seseorang belajar dengan cara melakukan segala aktivitas pendidikan yang dapat terjadi di kelas, perpustakaan, tempat bermain, perjalanan atau di rumah.
Pendidikan jasmani adalah disiplin akademik yang bersifat interdisiplin pengembangannya sangat tergantung dari ilmu yang menyangga (psikologi, kesehatan filsafat, pendidikan, pengajaran dan sebagainya). Untuk dapat mengembangkan pendidikan jasmani sebagai disiplin ilmu, prasyarat mutlak yang harus dilaksanakan adalah insan akademik pendidikan jasmani untuk mengeksplorasi ilmu-ilmu penyangga, karena tanpa menguasi ilmu penyangga pendidikan jasmani akan semakin jauh tertinggal, karena pengembangan konsep dan teori ilmu penyangganya maju dengan pesat. Ilmu pengajaran merupakan salah satu penyangga pendidikan jasmani, baik teoritis maupun praktis. Pendidikan jasmani tidak akan berkembang tanpa mengikuti perkembangan ilmu pengajaran. Demikian juga ilmu pengajaran tidak akan berkembang tanpa mengikuti perkembangan teori belajar.
Pendidikan jasmani menitikberatkan proses pendidikan kepada aktifitas jasmani yang memanfaatkan mekanisme gerak atau motorik. Gerak tersebut digunakan sebagai alat untuk mencapai keserasian tindakan yaitu perkembangan jasmani, mental dan rohani, emosional dan sosialnya. Kenyataan yang ada aspek jasmani atau fisik masih sangat dominan dan merupakan hal yang terpenting yang diperhatikan di lapangan ataupun pada proses belajar mengajar di sekolah. Guru pendidikan jasmani biasanya dalam setiap kegiatan pembelajaran selalu mengakhiri dengan evaluasi terhadap keberhasilan anak didik dalam menyerap apa-apa yang telah dipelajari. Kondisi seperti inilah yang dapat menyebabkan kekeliruan salah satu unsur dalam permainan, misalnya yang dinilai adalah hasil dari prestasi siswa bukan proses bagaimana siswa dapat melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran.
Pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif sama dengan program pendidikan lainnya dalam hal pembelajaran, yaitu sama-sama mengembangkan tiga domain antara lain psikomotor, afektif dan kognitif. Namun demikian, ada satu dan keunikan dari program pendidikan jasmani yang dimiliki oleh program pendidikan lainnya, yaitu dalam hal pengembangan domain psikomotor, yang biasanya dikaitkan dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani siswa dan pencapaian keterampilan geraknya, disamping itu pendidikan jasmani tetap memiliki kesanggupan untuk meningkatkan aspek-aspek yang berada dalam domain afektif dan kognitif. Konsekuensi dari adanya pembibitan olahraga di sekolah adalah terlibatnya guru-guru pendidikan jasmani sebagai pemilih bibit dan juga pelatih ekstrakurikuler, sehingga para guru pendidikan jasmani dapat secara tepat merancang dan menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan anak dalam ketiga domain di atas. Sasaran yang ditekankan pada tahapan ini antara lain pembinaan mental terutama disiplin dan minat/perhatian terhadap cabang-cabang olahraga.
Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani, ada beberapa faktor pendukung yang diperlukan antara lain faktor guru sebagai penyampai informasi, siswa sebagai penerima informasi, sarana prasarana dan juga metode atau cara untuk menyampaikan informasi. Metode yang dipilih dan diperkirakan harus cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori atau praktek keterampilan, semata-mata untuk meningkatkan efektivitas dan efisien proses. Proses pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal.
Permainan bola basket di sekolah menengah atas merupakan salah satu media dalam pendidikan jasmani untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik (psikomotor), pengetahuan dan penalaran (kognitif) serta penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial). Permainan bola basket memang kurang populer di masyarakat, kalah dengan cabang-cabang olahraga yang lebih merakyat seperti sepak bola, bola voli dan lainnya. Itu semua dikarenakan beberapa faktor diantaranya minimnya klub-klub bola basket dan pembinaannya, juga dipengaruhi oleh faktor fasilitas yang membutuhkan dana dan tempat yang memenuhi syarat. Berbeda dengan permainan sepak bola dan bola voli yang di mana ada tanah kosong, di situ dapat digunakan untuk bermain. Di dalam pelajaran sekolahpun materi bola basket hanya diminati beberapa siswa yang memang sudah mempunyai rasa senang atau hobi dalam bermain bola basket. Penguasaan keterampilan bermain bola basket pada siswa di SMAN X sampai saat ini belum mencapai hasil yang memuaskan dikarenakan dalam pembelajaran materi yang digunakan belum sepenuhnya tuntas dikarenakan kurang efektifnya program yang diberikan. Dalam materi bola basket masih banyak siswa cenderung pasif dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Mayoritas siswa SMAN X kurang begitu senang dengan permainan bola basket, ini dibuktikan dengan fakta yang ada yaitu dari hasil evaluasi belajar yang masih rendah dan hasil pengamatan dilapangan yang membuktikan jarang sekali siswa menggunakan waktu luangnya memanfaatkan lapangan untuk bermain bola basket. Hasil pengamatan guru pendidikan jasmani menemukan kendala-kendala yang menjadi pemicu rendahnya hasil belajar bola basket di SMAN X antara lain metode pembelajaran yang kurang menyasar pada materi yang diterapkan, program latihan yang tidak konsisten yang menyebabkan siswa menjadi bingung dan bosan. Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran yang monoton sehingga siswa tidak konsentrasi pada materi yang diberikan. Jadi banyak siswa terutama siswa putri merasa malas untuk bermain bola basket dengan alasan bamyak hal, anggapan susah mempelajari teknik bermain merupakan alasan yang paling menonjol di dalam benak dan pikiran siswa. Kemonotonan guru dalam menggunakan metode pembelajaran secara konvensional sangat berpengaruh terhadap respon siswa. Maka dari hasil pengamatan tersebut di atas diharapkan guru pendidikan jasmani berupaya menemukan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mencari metode pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran menjadi menarik dan memberikan ruang bagi siswa untuk berkreativitas dan terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran.
Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam praktek pembelajaran pendidikan jasmani umumnya dan permainan boa basket khususnya, cenderung berpusat pada guru, dimana para siswa melakukan latihan fisik atau latihan keterampilan dasar berdasarkan perintah dari guru. Latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh siswa karena inisiatif sendiri. Masih banyak guru-guru pendidikan jasmani ketika mengajar mempergunakan pendekatan atau metode konvensional yang paling disenangi dalam pelaksanaan proses pembelajaran secara konvensional sering mengabaikan tugas-tugas ajar dan tidak sesuai dengan taraf perkembangan anak.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangat berhubungan dengan situasi belajar. Pertimbangan penggunaan metode pembelajaran tertentu harus memperhatikan dalam kondisi bagaimana dan di mana proses pembelajaran tersebut dilaksanakan. Kondisi belajar juga berhubungan dengan karakteristik dari materi pelajaran. Dengan demikian karakteristik dari materi pelajaran juga harus dipertimbangkan dalam memilih metode pembelajaran. Jadi untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut dan untuk meningkatkan pestasi keterampilan bermain bola basket, maka guru perlu melakukan tindakan kelas yang memiliki tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil pembelajaran serta meningkatkan efisiensi pengelolaan pembelajaran.
Metode yang digunakan untuk mengatasi masalah pembelajaran bola basket tersebut adalah metode latihan terdistribusi progresif (distributed progressive) atau latihan bertahap dengan diselingi istirahat dengan alasan metode tersebut yang lebih banyak dipelajari dan dianggap lebih praktis oleh guru pendidikan jasmani. Metode latihan terdistribusi progresif (distributed progressive) merupakan prosedur dan cara-cara pemilihan latihan dan penataannya menurut kadar kesulitan dan kompleksitas. Metode latihan terdistribusi progresif (distributed progressive) ini merupakan cara didalam proses tercapaianya sebuah latihan yang dicapai para pelatih atau guru di dalam istilah umum metode merupakan sebuah modifikasi, stimulasi dari suatu kenyataan yang disusun dari elemen yang khusus dari sejumlah fenomena yang dapat diawasi dan diselidiki oleh seseorang. Jadi dapat disimpulkan melalui metode latihan terdistribusi progresif (distributed progressive) guru berusaha untuk mengarahkan dan mengorganisir latihan sesuai dengan tujuannya. Metode latihan terdistribusi progresif (distributed progressive) keterampilan bola basket dengan menggunakan latihan bertahap dapat mengembangkan keterampilan bermain bola basket dan dalam setiap tahapan latihan diselingi dengan istirahat, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dalam pelajaran pendidikan jasmani. Dengan menggunakan metode latihan terdistribusi progresif (distributed progressive) diharapkan dapat memperbaiki kelemahan metode konvensional dan tidak tersisakan lagi, karena bagian-bagian dari metode konvensional tersebut diintegrasikan ke dalam bagian latihan yang lebih maju secara bertahap, sehingga akhirnya siswa tiba pada keutuhan gerak secara terencana. Disamping diberi latihan dengan menggunakan metode terdistribusi progresif (distributed progressive) siswa juga diberi pemahaman dan motivasi agar dapat mengembangkan penalarannya untuk berpikir maju yang bertujuan meningkatkan penampilan siswa dalam keterampilan bola basket secara tepat dan efisien dan dalam kesempatan itu pula keterampilan motorik juga ikut berkembang. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode latihan terdistribusi progresif (distributedprogressive) pada keterampilan bola basket diharapkan guru dapat memberikan beberapa penilaian dalam satu kegiatan pembelajaran. Dan diharapkan pula siswa menjadi aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran bola basket dan semakin menyenangi permainan tersebut.
Siswa dikatakan berhasil mencapai kompetensi dalam melakukan pembelajaran pendidikan jasmani pada materi bola basket kelas XI IPS semester gasal tahun pelajaran XXXX/XXXX di SMAN X Kabupaten Boyolali apabila rata-rata hasil tes bola basket mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65. Oleh karena itu, peneliti memiliki pandangan bahwa penerapan metode latihan dalam pembelajaran bola basket harus tepat, yaitu dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan penelitian tindakan kelas guru akan dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya, dan bagaimana cara mengatasi masalah itu. Di samping itu juga guru dapat memperbaiki parktek-praktek pembelajaran dan penilaian sehingga lebih efektif. Berangkat dari keinginan peneliti untuk memberikan perbaikan terhadap hasil pembelajaran pendidikan jasmani pada materi bola basket inilah peneliti melakukan penelitian tindakan kelas di SMAN X.

B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak pada uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pelaksanaan strategi pembelajaran dalam permainan bola basket. Maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran dengan metode latihan distributed progressive akan dapat meningkatkan motivasi belajar pendidikan jasmani pada materi bola basket siswa kelas XI IPS.1 SMAN X?
2. Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran dengan metode latihan distributed progressive akan dapat meningkatkan prestasi belajar pendidikan jasmani pada materi bola basket siswa kelas XI IPS.1 SMAN X?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, dapat disampaikan tujuan penelitian, yaitu :
1. Untuk mengetahui peningkatkan motivasi belajar pendidikan jasmani pada materi bola basket siswa kelas XI IPS melalui penerapan strategi pembelajaran dengan metode latihan distributed progressive.
2. Untuk mengetahui peningkatkan prestasi belajar pendidikan jasmani pada materi bola basket siswa kelas XI IPS melalui penerapan strategi pembelajaran dengan metode latihan distributed progressive.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta lebih mendukung teori-teori yang telah ada, yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti khususnya tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani khususnya materi bola basket.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru
1. Guru memiliki pengetahuan dan keterampilan menganalisis masalah yang muncul di kelas.
2. Guru memiliki variasi dalam strategi dan proses pembelajaran.
3. Guru memahami perbedaan individu siswa.
4. Guru mendapatkan pengetahuan dan wawasan dalam menentukan model pembelajaran.
5. Guru mampu melakukan penelitian tindakan kelas.
b. Manfaat bagi siswa
1. Siswa timbul keberanian untuk mengembangkan daya kreasi.
2. Siswa berkembang kemampuan daya pikirnya.
3. Tumbuh kompetensi antar siswa.
4. Siswa termotivasi untuk belajar keterampilan secara lebih baik.
5. Siswa terdorong untuk aktif dan kreatif dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan bermain bola basket.
c. Manfaat bagi sekolah
1. Penelitian tindakan kelas bermanfaat dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran yang merupakan kunci terdapatnya kualitas sekolah. Jika kualitas pembelajaran meningkat diharapkan prestasi siswa juga meningkat yang merupakan indikator tercapainya kulaitas sekolah.
2. Penelitian tindakan kelas bermanfaat mengangkat citra lembaga pendidikan yang kreatif dan inovatif.
3. Sebagai masukan dan dapat dikembangkan dalam pembelajaran pada mata pelajaran yang lain.
d. Manfaat bagi perpustakaan sekolah
Menambah khasanah perpustakaan sekolah tentang peningkatan prestasi pendidikan jasmani dengan menggunakan model pembelajaran keterampilan bermain bola basket.
e. Manfaat bagi pengembang profesi
Bagi guru pengembang profesi, metode pembelajaran olahraga khususnya cabang olahraga permainan bola basket, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya dalam mendisain strategi pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan di SMA.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:29:00

TESIS PTK PENERAPAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MODEL INKUIRI SEBAGAI USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMP

(KODE PTK-0029X) : TESIS PTK PENERAPAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MODEL INKUIRI SEBAGAI USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMP (MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS)



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran bahasa yang sangat penting karena bahasa merupakan fenomena social yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan masyarakat itu sendiri. Bahasa sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai perekat sesama mereka, sebagai alat komunikasi dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya dan sekaligus sebagai identitas kebudayaan. Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional, bahasa Inggris digunakan dengan jangkauan distribusi yang sangat luas sebagai bahasa informasi dunia, ilmu pengetahuan dan tehnologi, serta sebagai media komunikasi masyarakat antar bangsa. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang penuh dengan komunikasi dalam bahasa Inggris, diperlukan pemberdayaan kemampuan berbahasa Inggris. Oleh karena itu tidak berlebihan jika kiranya di katakan bahwa sumber daya manusia Indonesia yang ideal adalah sumber daya yang melengkapi diri dengan ketrampilan berbahasa Inggris.
Dari data dilapangan, bahwa pada umumnya kemampuan bahasa Inggris masih kurang memuaskan,dimana para siswa sudah belajar minimal enam tahun belajar bahasa Inggris dari SMP sampai SMA bahkan ada yang mulai dari SD, tetapi sebagian besar mereka masih kurang mampu dalam berbicara bahasa Inggris dengan baik (Nurdin Somantri, 2003: 1). Selain itu suasana belajar yang tidak menyenangkan juga masalah yang menghadang dalam pembelajaran bahasa Inggris. Jika dilihat dari input prestasi siswa ketika masuk pada umumnya di sekolah belum mampu berbahasa Inggris dengan baik, maka dalam pembelajaran bahasa Inggris harus dipahami bahwa setiap konsep kegiatan mengajar secara implicit terkandung konsep kegiatan belajarnya. Dengan kata lain pengajaran itu sendiri mengandung kegiatan - kegiatan yang menjadikan anak itu belajar dan pengajaran yang baik tentu akan melihat kondisi dan berbagai aspek yang ada pada diri peserta belajar dengan sebaik-baiknya. Disini guru mempunyai peranan penting untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada mata pelajaran bahasa Inggris.
Tujuan pembelajaran bahasa Inggris di SMP maupun SMA adalah untuk membekali siswa dapat menguasai katrampilan berkomunikasi yang meliputi: listening, speaking, reading, dan writing, serta dapat berkomunikasi secara lesan dan tertulis sesuai dengan konteks dengan lancar dan akurat dalam kehidupan sehari-hari (Kurikulum 2004 ).
Sunardi (1997: 2) menyatakan penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah penggunaaan metode pembelajaran yang kurang tepat, alat evaluasi yang kurang baik ataupun materi yang diberikan kurang sesuai dengan tingkat berfikir siswa. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan bahasa Inggris sudah dilakukan oleh beberapa pihak , terutama pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini dapat dilihat dengan adanya penyempurnaan Kurikulum, perbaikan sistem pembelajaran, peningkatan kualifikasi guru, dan pengadaan alat pelajaran.
Dalam rangka peningkatan proses belajar mengajar bahasa Inggris, telah banyak diterapkan pendekatan, strategi, media ataupun model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, salah satunya adalah dengan model inkuiri. Belajar dikatakan baik jika siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pengajaran (Sastrawijaya, 1991: 87).
Inkuiri merupakan model pembelajaran yang digunakan lebih mengedepankan adanya pemberian kelleluasaan dan kesempatan pada peserta didik melalui pelaksanaan pembelajaran yang menumbuhkan daya aktifitas, kreatifitas, dan efektifitas, dala pola pembelajaran yang menyenamgkan (UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003). Sasaran akhir pembelajaran ini dapat mendorong siswa membuat hubngan antar pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam konteks kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya sasaran tersebut perlu dilakukan penilaian, yakni serangkaian kegiatan penilaian yang menyangkut proses dan hasil belajar siswa.
Penilaian merupakan instrumen yang efektif untuk mengetahui berhasil tidaknya proses pembelajaran apabila hasilnya dijadikan acuan umpan balik (feedback) bagi guru maupun siswa itu sendiri. Penilaian yang masih diberlakukan dan dikembangkan masih menghandalkan tes sebagai satu-satunya alat penilaian. Untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem penilaian tersebut salah satunya dengan penilaian portofolio. Penilaian portofolio adalah pengumpulan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan siswa. Dalam hal ini hasil siswa berupa hasil tes, hasil ulangan, hasil LKS, hasil observasi, dan sebagainya.
Pengumpulan informasi atau data hasil pekerjaan siswa secara sitematik itu hanya sekedar proses mengumpulkan namun berdasarkan hasil-hasil pekerjaan siswa dalam kurun waktu tertentu digunakan sebagai umpan balik bagi guru maupun siswa yang bersangkutan. Bagi guru perkembangan hasil pekerjaan siswa dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki cara atau metode pembelajaran yang digunakan olehnya. Disamping itu dengan melakukan analisis terhadap pekerjaan siswa, guru dapat lebih mengenal karakter siswanya. Bagi siswa dengan meneliti dan menganalisis hasil-hasil pekerjaannya akan berguna untuk memperbaiki atau mengoreksi kekurangan dan kesalahannya serta meningkatkan kemampuannnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diadakan penelitian dengan judul "Penerapan Penilaian Portofolio Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Model Inkuiri Sebagai Usaha Peningkatan Hasil Belajar Siswa SMP"

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ,secara umum masalah penelitian ini adalah apakah penilaian portofolio cocok digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan model Inkuiri di SMP X ?
Rumusan masalah ini dapat di uraikan dengan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran bahasa Inggris dapat meningkatkan motivasi siswa ?
2. Apakah penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran belajar bahasa Inggris model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?
3. Mengapa ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji apakah penilaian portofolio cocok digunakan dalam pembelajaran dengan model Inkuiri di SMP. Adapun tujuan khususnya sebagai berikut :
1. Untuk mengkaji motivasi siswa terhadap penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran bahasa Inggris model Inkuiri di SMPN X ?
2. Untuk mengkaji prestasi hasil belajar bahasa Inggris siswa SMPN X setelah pembelajaran menggunakan model Inkuiri dengan penilaian portofolio.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dari segi akademik dan dari segi praktis.
1. Manfaat bagi akademik, peneliti ini dapat membantu guru menghasilkan pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki cara belajar dan pembelajaran bahasa Inggris sebagai meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Manfaat bagi praktisi, peneliti tindakan kelas ini dapat melaksanakan inovasi belajar dan pembelajaran dari tingkat dasar, dapat mengembangkan kurikulum di tingkat kelas, serta dapat meningkatkan profesionalisme guru melalui proses latian secara sistematik dan berkelanjutan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:28:00