Cari Kategori

AKTIVITAS PENGUKURAN WAKTU PASAR DAN PENYELEKSIAN (MARKET TIMING AND SELECTIVITY) PADA KINERJA REKSA DANA SYARIAH DI INDONESIA

I.1. Latar Belakang Penelitian

Investasi pada masa kini sudah cukup dikenal masyarakat menengah di Indonesia. Bahkan, pemerintah mendorong upaya-upaya agar masyarakat menjadi lebih 'melek finansial'. Perkenalan pada dunia investasi dan finansial menjadi penting terutama ketika taraf hidup masyarakat naik, dan mereka mempunyai dana berlebih yang tidak digunakan. Dana berlebih itu diharapkan dapat disalurkan melalui investasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai investor, maupun si pengguna investasi. Apabila masyarakat tidak kenal investasi, maka kesempatan peningkatan kesejahteraan tersebut akan hilang. Selain itu, masyarakat jadi mudah ditipu dengan janji-janji investasi palsu yang malah menghilangkan uang mereka.

Kendala yang dihadapi masyarakat biasanya terkait dengan pemahaman bahwa investasi itu butuh dana yang besar. Masyarakat segan mengeluarkan dana besar yang hasilnya baru dapat dinikmati di masa depan. Untuk menghadapi kendala itu, dan tentunya meraih investor yang lebih luas, maka investasi reksa dana pun dibentuk.

Investasi di reksa dana sangat menarik terutama karena tidak memerlukan dana awal yang besar dan imbal hasilnya pun lumayan, paling tidak lebih tinggi dari tabungan yang mendominasi penempatan uang masyarakat.

Reksa dana mulai diperkenalkan ke Indonesia ketika PT Danareksa didirikan tahun 1976. Kemudian pada tahun 1995 berdiri sebuah reksa dana tertutup yaitu PT BDNI Reksa Dana. Tahun XXXX, sempat terjadi pencairan besar-besaran dana investor yang membuat pasar reksa dana terpuruk. Tapi, pada tahun XXXX dan XXXX, reksa dana kembali naik dan menjadi salah satu instrumen investasi yang digemari.

Reksa dana syariah merupakan produk yang muncul awal tahun 2000-an, dan merupakan jawaban bagi investor yang ingin menanamkan modalnya pada usaha-usaha yang dianggap halal. Masyarakat pemodal tersebut tidak hanya ingin mendapatkan pertumbuhan dari investasinya, tapi juga mengharapkan dananya tidak ditanamkan pada usaha-usaha yang haram atau yang tidak mereka sukai. Maka, reksa dana syariah menjadi instrumen investasi yang menarik dan semakin bertumbuh.

I. 2. Perumusan Masalah
Penelitian ini ingin mengetahui:
a. Apakah manajer investasi memiliki kemampuan pengukuran waktu pasar (market timing) !
b. Apakah manajer investasi memiliki kemampuan penyeleksian efek (selectivity) !

I. 3. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan pada produk reksadana syariah yang beroperasi pada jangka waktu Januari XXXX sampai Desember XXXX. Rentang waktu tersebut dipilih karena cukup mewakili pergerakan pasar reksa dana syariah di Indonesia. Dari batasan waktu tersebut, penulis mendapatkan 8 produk reksa dana syariah yang berasal dari 5 manajer investasi. Penelitian dibatasi pada analisis bagian dari imbal hasil reksa dana syariah yang berkaitan dengan kemampuan pengukuran waktu pasar (market timing) dan kemampuan penyeleksian efek (selectivity) dari manajer investasi.

I. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah untuk:
a. mengetahui kemampuan manajer investasi dalam mengukur waktu pasar (timing) dan menyeleksi efek (selectivity) pada masing-masing sampel reksa dana syariah.
b. mengetahui aktivitas pengukuran waktu pasar dan seleksi pada seluruh sampel reksa dana syariah secara umum.
c. Memberi informasi tambahan yang berguna untuk menilai dan memilih investasi di reksa dana

I. 5. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang didapatkan dari telaah literatur baik berupa buku, jurnal, maupun internet. Data yang dibutuhkan adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) harian dari kedelapan produk reksadana syariah yang didapat dari situs Bapepam LK (www.bapepam.go.id). Data Jakarta Islamic Index sebagai tolak ukur indeks pasar didapat dari situs Bursa Efek Indonesia (www.bei.co.id). Data Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sebagai acuan risk-free rate didapat dari situs Bank Indonesia (www.bi.go.id).

I. 6. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab yang disusun sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi gambaran umum mengenai penelitian yang dilakukan. Gambaran umum tersebut mencakup latar belakang penelitian, perumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II Landasan Teori
Pada bab ini penulis akan menguraikan konsep dasar reksa dana konvensional dan syariah, evaluasi kinerja portfolio, serta penjabaran teori pengukuran waktu pasar (market timing) dan penyeleksian efek (selectivity). Sumber penjabaran tersebut adalah buku serta jurnal-jurnal terkait.
BAB III Metodologi Penelitian
Pada bab ini penulis akan menguraikan metode pengolahan data yang digunakan dalam mengukur kinerja reksadana serta melihat keberadaan kemampuan pengukuran waktu pasar dan penyeleksian efek dari manajer investasi. Metode pengolahan data yang digunakan adalah Henriksson & Merton.
BAB IV Analisis Data
Pada bab ini penulis akan menuangkan data-data olahan dan menganalisisnya. Analisis akan dilakukan berdasarkan metode pengolahan data, serta dari berbagai teori serta literatur.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan, serta saran-saran yang berguna untuk penelitian selanjutnya.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 20:18:00

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PIJAT BAYI TERHADAP PRAKTIK PIJAT BAYI DI POLINDES

Seorang anak memiliki nilai yang sangat tinggi untuk keluarga dan bangsa. Setiap orang tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh. Tercapainya pertumbuhan dan perkembangan yang optimal merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan, perilaku, dan rangsangan atau stimulasi yang berguna (Dasuki, XXXX).

Ikatan batin yang sehat sangat penting bagi anak terutama dalam usia 2 tahun pertama yang akan menentukan perkembangan kepribadian anak selanjutnya. Selain faktor bawaan yang dianugerahkan Tuhan sejak lahir, stimulus dari luar juga berperan bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan emosional anak (Wibowo, XXXX).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/XXXX tentang Standar Profesi Bidan menyebutkan bahwa bidan mempunyai kewenangan untuk melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak. Salah satu bentuk stimulasi tumbuh kembang yang selama ini dilakukan oleh masyarakat adalah dengan melakukan pijat bayi.
Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan dengan usapan-usapan halus pada permukaan kulit bayi, dilakukan dengan menggunakan tangan yang bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap syaraf, otot, sistem pernafasan serta sirkulasi darah dan limpha (Subakti dan Rizky, XXXX).

Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi. Laporan tertua tentang seni pijat untuk pengobatan tercatat di Papyrus Ebers, yaitu catatan kedokteran zaman Mesir Kuno. Ayur-Veda buku kedokteran tertua di India (sekitar 1800 SM) yang menuliskan tentang pijat, diet, dan olah raga sebagai cara penyembuhan utamamasa itu. Sekitar 5000 tahun yang lalu para dokter di Cina dari Dinasti Tang juga meyakini bahwa pijat adalah salah satu dari 4 teknik pengobatan penting (Roesli, XXXX).

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 20:17:00

PENGARUH ANEMIA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

Pembangunan nasional merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Depkes RI, XXXX).

Akan tetapi masih banyak masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, salah satunya adalah anemia. Anemia adalah penyakit yang ditandai oleh rendahnya kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah sehingga mengakibatkan fungsi dari Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh tidak berjalan dengan baik. Di Indonesia, kasus anemia umumnya terjadi karena kekurangan zat besi. Persoalan zat besi masih menjadi persoalan serius bagi Indonesia karena kekurangan zat besi memainkan andil besar terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Diperkirakan 20% sampai 80% anak di Indonesia menderita anemia gizi besi.

Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga di Indonesia tahun XXXX prevalensi anemia pada remaja sekitar 26,5%. Jenis dan besaran masalah gizi di Indonesia tahun XXXX-XXXX menunjukkan 3,5 juta remaja dan WUS menderita anemia gizi besi (Sutaryo dalam Republika, XXXX).

Dampak yang ditimbulkan anemia gizi besi ini, terutama pada anak sekolah antara lain adalah kesakitan dan kematian meningkat, pertumbuhan fisik, perkembangan otak, motorik, mental dan kecerdasan terhambat, daya tangkap belajar menurun, pertumbuhan dan kesegaran fisik menurun serta interaksi sosial kurang. Bahkan anemia dapat menurunkan produktivitas kerja hingga 20%. Keadaan ini tentu memprihatinkan bila menimpa anak-anak Indonesia yang akan menjadi penerus pembangunan (Depkes RI, XXXX).

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 20:16:00

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TONGKAT ESTAFET BERBASIS JIGSAW PADA KOMPETENSI DASAR RANGKAIAN HAMBATAN LISTRIK

SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TONGKAT ESTAFET BERBASIS JIGSAW PADA KOMPETENSI DASAR RANGKAIAN HAMBATAN LISTRIK (FISIKA KELAS IX)


BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran (Djamarah, 2006 : 1).
Salah satu cara belajar mengajar yang menekankan berbagai kegiatan dan tindakan adalah menggunakan pendekatan tertentu. Dalam belajar mengajar pada hakekatnya merupakan suatu upaya dalam mengembangkan keaktifan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan guru. Pendekatan dalam belajar mengajar pada dasarnya adalah melakukan proses belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses untuk memperoleh pemahaman. Pendekatan ini mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya belajar yang diinginkan.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa tetapi interaksi edukatif. Dalam hal ini guru tidak hanya menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada siswa yang sedang belajar. Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar, antara kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.
Kurikulum yang digunakan di SMPN X adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada mata pelajaran Fisika kelas IX semester 1 terdapat materi rangkaian hambatan listrik. Materi ini dipilih karena berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMPN X menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam materi rangkaian hambatan listrik masih kurang. Hal ini disebabkan karena siswa belum mampu mengkaitkan materi rangkaian hambatan listrik yang dipelajari dengan pengalaman yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil studi pendahuluan diketahui ulangan harian di kelas IX khususnya pokok bahasan rangkaian hambatan listrik, masih ada siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pokok bahasan konsep rangkaian hambatan listrik yang ditunjukkan dengan 40 siswa, yang tidak tuntas adalah sebanyak 13 orang. Dan ini berarti hanya 27 siswa yang nilainya tuntas. Standar Ketuntasan Minimal mata pelajaran Fisika di SMPN X adalah 71 artinya siswa dianggap tuntas bila sudah mendapat nilai minimal 71. Sedangkan standar ketuntasan secara klasikal adalah 85 artinya suatu materi dianggap tuntas jika 85% siswa sudah mencapai SKM.
Pembelajaran materi pokok bahasan rangkaian hambatan listrik di SMPN X biasanya menggunakan pembelajaran ceramah walaupun kadang-kadang guru juga melakukan kegiatan kelompok untuk menyampaikan materi tersebut. Akan tetapi cara kerja berkelompok seperti ini menyebabkan siswa yang berkemampuan kurang, memperoleh hasil belajar yang tetap rendah dan adanya kesenjangan yang jauh antara hasil belajar siswa yang pandai dengan hasil belajar siswa yang kurang pandai, walaupun nilai tugas kelompok cenderung baik dan merata. Hal ini mungkin disebabkan karena dalam pengerjaan tugas tersebut didominasi oleh siswa yang pandai, sedangkan siswa yang kemampuannya rendah kurang berperan dalam penyelesaian tugas tersebut.
Dari prestasi ini, ada dugaan pengajaran Fisika selama ini kurang tepat dalam penggunaan metode pengajaran. Kemungkinan yang lain adalah konsep-konsep dasar yang diajarkan di kelas IX kurang dipahami siswa, sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal Fisika khususnya soal-soal pokok bahasan pada rangkaian hambatan listrik masih kurang. Hal ini akan berakibat pada ketuntasan nilai belajar Fisika siswa belum tercapai, sehingga mempengaruhi tingkat kelulusan siswa.
Di sini guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Keberhasilan suatu pelajaran biasanya diukur dari keberhasilan pelaksanaan kegiatan guru dan siswa. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa tercapai secara optimal (Nasution, 2008 : 55).
Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar, karena siswa lah subjek utama dalam belajar.
Secara umum pembelajaran yang ada saat ini guru cenderung mempunyai peranan yang sangat dominan, sehingga para siswa sangat bergantung kepada guru, akibatnya siswa mengalami krisis inisiatif, kreativitas dan cenderung bersikap pasif. Bahkan kegiatan pembelajaran siswa berjalan di luar pengawasan guru, karena guru yang hanya sendirian/seorang harus melayani sejumlah siswa, sehingga guru tidak dimungkinkan dapat mengawasi dan membantu siswa yang lambat dalam menerima pelajaran secara individual.
Menyadari keadaan yang demikian, maka penerapan suatu sistem pengajaran yang dipandang mampu memberi harapan dan memperbaiki situasi belajar siswa perlu segera diterapkan. Sistem pengajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar, mengaktifkan dan mengarahkan siswa untuk dapat memecahkan masalah sendiri sesuai dengan taraf kemampuan dan kecepatannya memahami materi yang dipelajari. Kemudian bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar mendapat bimbingan dari guru secara efektif.
Sistem pengajaran yang dipandang mampu memberi harapan dan memperbaiki situasi belajar di sini adalah sistem pengajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Suprijono, 2009 : 89). Dengan ditambah metode pembelajaran tongkat estafet, diharapkan mendorong peserta didik dapat lebih berani mengemukakan pendapatnya (Suprijono, 2009 : 109). Prinsip utama dalam sistem ini adalah suatu model pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Atas dasar ini diharapkan belajar siswa melalui pembelajaran dengan media tongkat estafet berbasis kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari uraian di atas, tentang peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan di sekolah dalam hal penggunaan waktu, fasilitas, dan tenaga secara tepat, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul "PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TONGKAT ESTAFET BERBASIS JIGSAW PADA KOMPETENSI DASAR RANGKAIAN HAMBATAN LISTRIK SISWA KELAS IX SMPN X".

B. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah : 
Apakah pembelajaran dengan menggunakan media tongkat estafet berbasis kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar rangkaian hambatan listrik siswa kelas IX SMPN X ?

C. Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada maka diperoleh cara pemecahan masalahnya, yaitu melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui penggunaan model pembelajaran tongkat estafet berbasis kooperatif tipe Jigsaw. Masing-masing tahap dalam PTK ini terdapat perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dengan menerapkan media tongkat estafet berbasis kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran Fisika, diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat. Adapun untuk mendukung pelaksanaan PTK dan penggunaan media tersebut diperlukan langkah-langkah : 
1. Guru menjelaskan uraian singkat materi rangkaian hambatan listrik pada siswa.
2. Guru memberikan informasi tentang media tongkat estafet dengan memutarkan lagu.
3. Guru membagi siswa dalam bentuk kelompok.
4. Guru menugasi tiap kelompok untuk mendiskusikan teks sesuai dengan lembar kegiatan siswa yang telah disusun.
5. Siswa mendiskusikan soal tersebut yang diberikan melalui LKS.
6. Guru melakukan bimbingan secara individu atau kelompok selama proses kegiatan berlangsung.
7. Guru menugasi masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaan lembar kerja siswa di depan kelas.
8. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan terhadap hasil pekerjaan yang sedang dipresentasikan.
9. Guru mengevaluasi hasil pekerjaan yang dipresentasikan di depan kelas.
10. Di akhir pembahasan materi diadakan tes siklus.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar rangkaian hambatan listrik melalui pembelajaran dengan menggunakan media tongkat estafet berbasis kooperatif tipe jigsaw siswa kelas IX SMPN X.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memberi manfaat bagi siswa, guru maupun bidang pendidikan, sebagai berikut : 
1. Siswa
Siswa dapat mengembangkan pemikirannya untuk memecahkan masalah dalam belajar, khususnya pada pelajaran Fisika. Siswa pun lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran Fisika.
2. Guru
Memberikan gambaran kepada guru dalam hal memvariasikan metode pembelajaran, seperti menggunakan media tongkat estafet berbasis kooperatif tipe jigsaw.
3. Lembaga Pendidikan
Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif peningkatan kualitas pendidikan, khususnya kualitas belajar Fisika dan dunia pendidikan pada umumnya.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 10:20:00

Makalah Identifikasi Bahan Pengawet Sintetis Pada Makanan Dan Minuman Beserta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan

Makalah Identifikasi Bahan Pengawet Sintetis Pada Makanan Dan Minuman Beserta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan


Daftar Isi :
HALAMAN JUDUL, LEMBAR PERSETUJUAN, MOTTO, KATA PENGANTAR, DAFTAR ISI, BAB I PENDAHULUAN, A. Latar Belakang Masalah, B. Rumusan Masalah, C. Tujuan dan Manfaat, D. Metode Penulisan, E. Sistematika Penulisan, BAB II KAJIAN TEORI, A. Jenis-jenis Bahan Pengawet Sintetis, B. Bahan Pengawet Yang Tidak Aman Dalam Makanan/Minuman, C. Ambang Batas Pengawet Sintetis Dalam Tubuh Manusia, D. Pengaruh Bahan Pengawet Sintetis Terhadap Kesehatan, BAB III PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH, A. Penyajian Data, B. Analisis Data dan Pemecahan Masalah, BAB IV PENUTUP, A. Kesimpulan, B. Saran, DAFTAR PUSTAKA.


Sekilas Isi :

A. Jenis-jenis Bahan Pengawet Sintetis

1. Bahan pengawet yang diizinkan namun kurang aman dalam makanan

Beberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh individu tertentu, semisal yang alergi atau digunakan secara berlebihan. Adapun beberapa pengawet sintetis tersebut yaitu :

• Asam Benzoat
Asam benzoat adalah bahan pengawet yang sering dipakai dalam pembuatan makanan. Penggunaan bahan pengawet ini cukup banyak mendominasi produk makanan. Bahan pengawet ini dicampurkan dalam suatu produk makanan dengan tujuan untuk mempertahankan bahan pangan dari serangan mikroba. Mikroba merupakan sel mikroorganisme seperti jamur, kapang, bakteri maupun kuman. Sel mikroorganisme ini dapat mempercepat pembusukan makanan. Akan tetapi, asam benzoat dapat mencegah atau menghentikan proses pertumbuhan bakteri dalam suatu produk makanan. Benzoat sebenarnya bisa ditemukan secara natural pada buah dan rempah, cengkeh, cinnamon, dan buah berry mengandung benzoat yang dapat mempertahankan daya tahan kesegarannya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/asam_benzoat)

• Kalium Nitrit
Kalium nitrit merupakan bahan pengawet sintetis yang berwarna putih atau kuning. Bahan pengawet ini mempunyai kelarutan (solubility) yang tinggi dalam air. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Kalium nitrit mempunyai efektivitas sangat tinggi karena dapat membunuh bakteri dalam kurun waktu yang relatif singkat. Pengawet ini sering digunakan pada daging dan ikan. Biasanya kalium nitrit dicampurkan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar misalnya pada daging kornet.

• Kalsium Propionat/Natrium Propionat
Kalsium propionat dan natrium propionat termasuk golongan asam propionat. Penggunaan kedua pengawet ini untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Jamur dan kapang sangat merugikan dalam makanan karena dapat mempercepat pembusukan. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk produk roti dan tepung, sehingga roti dan tepung yang ditambahkan bahan pengawet ini dapat bertahan lebih lama di pasaran.

• Natrium Metasulfat
Natrium metasulfat merupakan bahan pengawet yang memiliki fungsi hampir sama dengan kalsium propionat/natrium propionat, yaitu mencegah tumbuhnya jamur dan kapang yang dapat mempercepat proses pembusukan. Natrium metasulfat juga sering digunakan pada produk roti dan tepung.
(http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/evi%20w/data%20pengawet.pdf)

2. Bahan pengawet yang diizinkan namun kurang aman dalam minuman

Beberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif bila dikonsumsi oleh individu tertentu, semisal yang sensitif dengan bahan pengawet tersebut atau digunakan secara berlebihan. Adapun beberapa pengawet sintetis tersebut adalah sebagai berikut :

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 14:21:00

Makalah Bahaya Penyakit Lupus Terhadap Kesehatan Manusia


Judul : Makalah Bahaya Penyakit Lupus Terhadap Kesehatan Manusia


Daftar Isi :
HALAMAN JUDUL, LEMBAR PERSETUJUAN, MOTTO, KATA PENGANTAR, DAFTAR ISI, BAB I PENDAHULUAN, A. Latar Belakang Masalah, B. Rumusan Masalah, C. Tujuan dan Manfaat, D. Metode Penelitian, E. Sistematika Penulisan, BAB II KAJIAN TEORI, A. Pengertian Penyakit Lupus, B. Gejala-gejala atau Diagnosa Penyakit Lupus, C. Macam-macam Penyakit Lupus, D. Penyebab Penyakit Lupus, BAB III PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH, A. Penyajian Data, B. Analisis dan Pemecahan Masalah, BAB IV PENUTUP, A. Kesimpulan, B. Saran-saran, DAFTAR PUSTAKA.

Sekilas Isi :
Lupus Eritematosus sistemik atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit radang multi sistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan ekuaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai macam auto antibodi dalam tubuh. (http://www.medicastore.com : 2004)

SLE merupakan prototipe penyakit autoimun multisistem. Berbeda dengan penyakit autoimun organ spesifik (misalnya diabetes mellitus tipe 1, miastenia gravis, penyakit graver, dsb) dimana suatu respon autoimun tunggal mempunyai sasaran terhadap suatu jaringan tertentu dan menimbulkan gejala klinis yang karakteristik, SLE ditandai oleh munculnya sekumpulan reaksi imun abnormal yang menghasilkan beragam manifestasi klinis.

Dalam keadaan normal, sistem kekebalan berfungsi mengendalikan pertahanan dalam melawan infeksi. Pada penyakit lupus dan penyakit auto imun lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik melawan tubuh, dimana antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri.

Lupus bisa berdampak pada semua organ tubuh dari kulit, paru-paru, jantung, ginjal, saraf, otak maupun sendi dan menimbulkan kematian. Lupus bisa mengenal siapa saja dari berbagai usia dan kalangan. Bahkan lupus sama bahayanya dengan kanker, jantung maupun AIDS.

Penyakit lupus memang belum sepopuler penyakit jantung, kanker, dan lainnya. Padahal penderita lupus di Indonesia ini cukup banyak dan semakin meningkat. Hingga kini, lupus memang belum diketahui secara pasti penyebabnya.
Selain itu, lupus se
ring disebut sebagai penyakit 1000 wajah karena penyakit ini menyerupai penyakit lain. Sayangnya, bagi masyarakat penyakit lupus ini masih sangat awam.

Untuk itu penulis tertarik mengambil judul “Bahaya Penyakit Lupus Terhadap Kesehatan Tubuh Manusia” agar dapat mengungkap tentang seberapa aneh dan bahayanya penyakit lupus ini bagi seseorang yang menderitanya. Di samping itu, dalam penulisan paper ini penulis berharap agar masyarakat menjadi lebih mengenal tentang penyakit lupus. Sehingga masyarakat bisa lebih berhati-hati dalam menjaga kesehatan mereka.


A. Pengertian Penyakit Lupus

Lupus dalam bahasa latin berarti “Anjing Hutan”. Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Gejala penyakit ini dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) alias Lupus Eritomatosus, artinya kemerahan. Sedangkan sistemik bermakna menyebar luas ke berbagai organ tubuh. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.
(http://www.nusaindah.tripod.2004.com)

Lupus atau istilah kesehatannya disebut systemic lupus erythematosus adalah sejenis penyakit auto-imun. Tak seperti penderita penyakit HIV/AIDS yang kehilangan sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV. Sistem kekebalan tubuh atau antibodi penderita justru hiperaktif dan balik menyerang organ tubuh yang sehat. (Suara Karya, 21 Mei 2006)

Lupus juga dikenal dengan penyakit seribu wajah, karena gejalanya bermacam-macam, dari satu penderita ke penderita lainnya tidak sama sehingga sulit dikenali. Akibatnya, seringkali terlambat mendiagnosanya.
Penyakit yang dijuluki "peniru ulung" ini biasa menyerang wanita produktif dan penderitanya disebut odapus. Meski kulit wajah penderita Lupus dan sebagian tubuh lainnya muncul ruam-ruam merah dan bercak-bercak merah, penyakit itu tidak menular.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 14:13:00

THE STUDENTS STRATEGIES IN SOLVING SPEAKING DIFFICULTIES

THE STUDENTS STRATEGIES IN SOLVING SPEAKING DIFFICULTIES

This chapter presents the background of this research, statements of the problems, aims and significance of the research, preview of research methodology, and organization of the paper.

1.1 Background
Acquiring foreign language is one of requirements to be successful in many fields in a global era because by acquiring the language people can communicate easily all over the world. As the most used language, English has a great role in uniting people worldwide for many purposes. Because of that fact, it is important for people, especially Indonesians, to master English skill. For the sake of communication, speaking becomes an important skill that should be mastered. Recent research in second language acquisition finds that speaking is a main factor in forming learner's language development (Hadley, 2001 : 230). Furthermore, Hadley (2001 : 230) asserts that in the twenty-first century, second language speaking ability can be an important benefit for anybody looking for a job in business and industry.

The requirement to acquire English speaking skill is opposite with the fact that many graduates from Senior High School in Indonesia can not speak English, even to introduce themselves, after learning English for at least six years (Frans, 2007 in http://kursusinggris.wordpress.com). There must be some aspects which cause this problem; one of the aspects is that the students face some difficulties in speaking English. This is a common thing because English is a foreign language in Indonesia, in which the students are not accustomed to speaking English with their community. This fact is in line with Pinter's statement (2006 : 55) that one of the biggest challenges for all language learners is to speak fluently and correctly because to master speaking skill, the students must speak and think at the same time.

Moreover, English has different language pattern with Indonesian, so it is possible for Indonesian students to be influenced by their native language while speaking English. According to Ellis (1986 : 6) that most of difficulties faced by second language learners are caused by their first language.

In term of learning, facing some difficulties or making any mistakes is common; the most important thing is how the students deal with such problem. There are many kinds of strategies that the students might use to make their speaking more fluent, for example by doing practice with their friends, listening to English songs, watching English movies, etc. Despite all the strategies, the most important one is the strategy which comes from themselves. It is possible for students to use their interlanguage in delivering message and making people more understand what they are talking about. Ellis (1986 : 8) argues that second language acquisition is similar to first language acquisition depending on the strategies that learners use. In addition, Hadley (2001 : 7) asserts that effective strategies to employ in communication are guessing, and using gestures.

Based on theories and findings stated, the writer will observe kinds of difficulties which are encountered by SMAN 8 X's students and types of strategies they employ to solve their speaking difficulties. Since the most important thing in solving problem is by knowing the problem and finding the solution, this research is not only aimed to observe the students' speaking difficulties, but also reveal their strategies in solving speaking English difficulties. Hopefully, this research can help solving speaking problems which are faced by many Indonesian students.

1.2 Statement of Problems
Research problem of the study is formulated in the following questions :
1.2.1 What kinds of difficulties that the students face in speaking English ?
1.2.2 What kinds of strategies that the students use to help them solving their difficulties in speaking English ?
1.2.3 Are the strategies effective in helping the students to solve their difficulties in speaking English ?

1.3 Aims of the Study
The aims to achieve in this study are :
1.3.1 To find out the students' difficulties in speaking English
1.3.2 To find out the students' strategies in solving speaking English difficulties
1.3.3 To see whether or not the strategies are effective in helping the students to solve their speaking English difficulties

1.4 Significance of the Study
The results of this study are expected to :
1.4.1 Present the view of students' difficulties and strategies in speaking English
1.4.2 Help solving problems of the lack of speaking skill owned by Senior High School students

1.5 Scope of the Study
This study is limited to two primary points. The first is difficulties that the students encounter while having speaking test, and the second is strategies that the students use to solve the problems. Other aspects besides the main points are not investigated or discussed further.

1.6 Organization of the Paper
The paper is presented in the following paper organization :
Chapter I Introduction
This chapter presents the background of this research, statements of the problems, aims and significance of the research, preview of research methodology, and organization of the paper.
Chapter II Theoretical Foundation
This chapter cites related theories as the basis of the analysis.
Chapter III Research Methodology
This chapter consists of research questions, research design, participants of the research, data collection, and data analysis procedures.
Chapter IV Findings and Discussion
This chapter discusses results and findings of the research and investigated them to answer the formulated research questions.
Chapter V Conclusion and Suggestion
This chapter presents conclusions of the research and some suggestions for English students and teacher, and further research.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 10:42:00