Cari Kategori

FAKTOR PEMUDAH, PENDUKUNG DAN PENDORONG TERHADAP TINDAKAN KEPALA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA

FAKTOR PEMUDAH, PENDUKUNG DAN PENDORONG TERHADAP TINDAKAN KEPALA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia termasuk Indonesia. Penyakit malaria menjadi salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi bahkan mengancam keselamatan jiwa manusia.

Penyebaran penyakit malaria di dunia sangat luas yakni antara garis lintang 60° di utara dan 40° di selatan yang meliputi lebih dari 100 negara beriklim tropis dan subtropis (Erdinal, 2006). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010, penyakit malaria menyerang 108 negara dan kepulauan di dunia pada tahun 2008. Penduduk dunia yang berisiko terkena penyakit malaria hampir setengah dari keseluruhan penduduk di dunia, terutama negara-negara berpenghasilan rendah.

Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak 247 juta kasus malaria di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian pada tahun 2008. Sebagian besar kasus dan kematian malaria ditemukan di Afrika dan beberapa negara di Asia, Amerika Latin, Timur Tengah serta Eropa. Setiap 45 detik seorang anak di Afrika meninggal dunia akibat penyakit malaria.

Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendalian dan penurunan kasusnya merupakan komitmen internasional dalam Millenium Development Goals (MDGs) (Profil Kesehatan RI, 2008). Target yang disepakati secara internasional oleh 189 negara adalah mengusahakan terkendalinya penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria pada tahun 2015 dengan indikator prevalensi malaria per 1.000 penduduk.

Penyakit malaria juga dapat membawa dampak kerusakan ekonomi yang signifikan. Penyakit malaria dapat menghabiskan sekitar 40% biaya anggaran belanja kesehatan masyarakat dan menurunkan sebesar 1,3% Produk Domestik Bruto (PDB) khususnya di negara-negara dengan tingkat penularan tinggi (WHO, 2010).

Indonesia juga merupakan salah satu negara yang masih berisiko terhadap penyakit malaria. Daerah endemis malaria sebanyak 73,6% dari keseluruhan daerah di Indonesia (Depkes RI, 2008).

Kabupaten endemis malaria di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 396 kabupaten dari 495 kabupaten yang ada. Penduduk Indonesia yang berdomisili di daerah berisiko tertular malaria sekitar 45%. Jumlah kasus malaria pada tahun 2006 sebanyak 2 juta kasus dan pada tahun 2007 menurun menjadi 1.774.845 kasus (Depkes RI, 2009).

Menurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria tersebut di atas, dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar mencapai sekitar 3 triliun rupiah lebih. Kerugian tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan daerah (Depkes RI, 2009).

Penyakit malaria sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia. Pada tahun 2006 terjadi KLB malaria di beberapa daerah di Indonesia. Beberapa KLB disebabkan terjadinya perubahan lingkungan oleh bencana alam, migrasi penduduk dan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan sehingga tempat perindukan potensial nyamuk malaria semakin meluas (Harijanto, 2010).

Kasus malaria yang tinggi berdampak terhadap beban ekonomis yang besar baik bagi keluarga yang bersangkutan dan bagi pemerintah melalui hilangnya produktivitas kerja, hilangnya kesempatan rumah tangga untuk membiayai pendidikan serta beban biaya kesehatan yang tinggi. Dalam jangka panjang, akan menimbulkan efek menurunnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Indonesia (Trihono, 2009).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia (Riskesdas RI) tahun 2007, diketahui bahwa penyakit malaria tersebar merata di semua kelompok umur. Prevalensi malaria klinis di pedesaan dua kali lebih besar bila dibandingkan prevalensi di perkotaan. Prevalensi malaria klinis juga cenderung tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah, kelompok petani, nelayan, buruh dan kelompok dengan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita rendah.

Secara historis, dalam lima tahun terakhir jumlah kasus malaria di X menunjukkan angka yang relatif tidak stabil. Selama tahun 2004-2005 kasus malaria mengalami peningkatan dari 49.844 kasus menjadi 68.005 kasus, namun tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 64.116 kasus. Jumlah kasus malaria mengalami peningkatan kembali menjadi 99.692 kasus pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 turun kembali menjadi 91.609 kasus (Dinkes Sumut, 2008).

Kabupaten X merupakan salah satu kabupaten endemis malaria di Provinsi X. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten X (Dinkes Kab. X) tahun 2007-2008, jumlah kasus malaria di Kabupaten X selama 2 tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Menurut data kunjungan ke puskesmas, pada tahun 2007 ditemukan sebanyak 949 kasus malaria klinis dan meningkat menjadi 1.075 kasus pada tahun 2008.

Beberapa upaya pencegahan penyakit malaria yang telah dilaksanakan di Kecamatan Lau Baleng adalah melalui program penyemprotan rumah dengan insektisida dan kelambunisasi. Hasil pelaksanaan program ini belum tercapai sepenuhnya seperti yang diharapkan, hal ini terlihat dari tingginya angka penyakit malaria.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, geografis daerah ini terdiri dari hutan lebat, rawa-rawa, sungai dan persawahan. Kondisi geografis seperti ini secara entomologi telah mengakibatkan semakin meluasnya tempat perkembangbiakan vektor malaria atau nyamuk anopheles. Jenis plasmodium yang umum dijumpai di daerah endemis ini adalah Plasmodium vivax dan Plasmodium falcifarum.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas malaria di Puskesmas X, salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kasus malaria di daerah ini adalah karena letak geografis daerah ini berada di daerah endemis malaria dan masih adanya kepercayaan masyarakat yang menganggap bahwa malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh perbuatanjahat (guna-guna) yang sengaja dilakukan oleh orang lain.

Penyakit malaria dapat dicegah dan disembuhkan. Dengan demikian tindakan pencegahan merupakan salah satu tindakan yang penting untuk mengatasi penyakit malaria. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyatakan bahwa upaya pencegahan penyakit menular adalah tanggung jawab bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.

Pencegahan penyakit malaria yang paling efektif adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat melalui perubahan perilaku yang berhubungan dengan pemberantasan penyakit malaria. Tingkat pengetahuan tentang pencegahan, cara penularan serta upaya pengobatan penyakit malaria, sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap terjadinya penyakit malaria (Dalimunthe, 2008).

Upaya pencegahan penyakit malaria difokuskan untuk meminimalkan jumlah kontak manusia dengan nyamuk melalui pemakaian kelambu dan penyemprotan rumah. Beberapa daerah menekankan penggunaan kelambu yang telah direndam dengan insektisida. Salah satu hambatan utama penggunaan kelambu secara massal adalah faktor ekonomi (Utomo, 2007).

Menurut Daulay (2006), faktor perilaku sangat berkontribusi terhadap terjadinya penyakit malaria. Tingkat pengetahuan yang rendah, kebiasaan tidur tidak memakai kelambu, sikap yang kurang mendukung dalam penanggulangan penyakit malaria, tidak menggunakan alat atau bahan pelindung bila keluar rumah pada malam hari merupakan perilaku yang memiliki risiko terbesar terhadap terjadinya penyakit malaria. Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap terjadinya penyakit malaria adalah dukungan petugas kesehatan dan faktor lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian Kasnodihardjo (2008), tentang pola kebiasaan masyarakat dalam kaitannya dengan masalah malaria di daerah Sihepeng Kabupaten Tapanuli Selatan, menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mengetahui bahwa malaria adalah penyakit menular dan nyamuk sebagai vektor penular. Mereka bahkan menganggap penyakit malaria berbahaya, namun kebanyakan mereka kurang mengetahui bagaimana cara penularan penyakit malaria. Hal ini memengaruhi tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria. Berdasarkan hasil penelitian Afridah (2009), tentang pengaruh perilaku penderita terhadap angka kesakitan malaria di Kabupaten Rokan Hilir, menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap memengaruhi tindakan seseorang terhadap pencegahan penyakit malaria. Pengetahuan dan sikap responden yang berada dalam kategori baik berbanding lurus dengan tindakan dalam pencegahan.

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu: faktor pemudah (predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya; faktor pendukung (enabling factor) mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan; dan faktor pendorong (reinforcing factor) mencakup sikap dan perilaku dari petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Mengacu pada latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh faktor pemudah (meliputi: pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan), faktor pendukung (meliputi: ketersediaan dan jarak sarana kesehatan) dan faktor pendorong (meliputi: keterpaparan informasi tentang pencegahan penyakit malaria dari petugas kesehatan) terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria di Desa X.

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian adalah apakah ada pengaruh faktor pemudah (meliputi: pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan), faktor pendukung (meliputi: ketersediaan dan jarak sarana kesehatan) dan faktor pendorong (meliputi: keterpaparan informasi tentang pencegahan penyakit malaria dari petugas kesehatan) terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria di Desa X.

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh faktor pemudah (meliputi: pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan), faktor pendukung (meliputi: ketersediaan dan jarak sarana kesehatan) dan faktor pendorong (meliputi: keterpaparan informasi tentang pencegahan penyakit malaria dari petugas kesehatan) terhadap tindakan kepala keluarga dalam pencegahan penyakit malaria di Desa X.

1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan, pemerintah/pengambil keputusan tentang permasalahan terkait sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria.
2. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan Ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
3. Sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian sejenis dan berkelanjutan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:21:00

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KE JADIAN PENYAKIT MALARIA

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan atau membunuh lebih dari satu juta manusia di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara dengan Negara laindan dari satu kabupaten atau wilayah dengan wilayah lain. Pada peta di tunjukkan bahwa saat ini disribusi malaria endemic. Menurut WHO dalam Harijanto, P.N (2000), pada tahun 1990, 80% kasus di Afrika, dan kelompok potensial terjadinya penyebaran malaria indigenous di Sembilan Negara yaitu: India, Brazil, Afganistan, Sri Langka, Thailand, Indonesia, Vietnam, Cambodia dan China. Plasmodium Falciparum adalah spesies paling dominan dengan 120 juta kasus baru pertahun, dan lebih dari satu juta kematian pertahun secara global. Dalam tahun 1989 yang lalu WHO kembali mendeklarasikan penanggulangan malaria menjadi prioritas global. (Harijanto, P.N, 2000)

WHO menyatakan perlu pendekatan baru dalam pemberantasan malaria, walaupun upaya kemitraan global yang di kenal dengan Roll Back Malaria (RBM), di mana WHO selain memimpin prakarsa juga bertindak sabagai katalisator dalam kemitraan tersebut. Pada tanggal 8 April 2000, di Kupang Nusa Tenggara Timur dan di Kabupaten X pada tanggal 12 Agustus 2002 Menteri Kesehatan telah mencanangkan GEBRAK malaria sebagai gebrakan nasional dalam upaya pemberantasan malaria di Indonesia (Depkes, RI, 2001)

Di Indonesia malaria mempengaruhi angka kesakitan dan kematian bayi, anak balita, ibu melahirkan dan produktivitas sumber daya manusia. Saat ditemui 15 juta penderita malaria dengan angka kematian 30 ribu orang setiap tahun, sehingga pemerintah memprioritaskan penangulangan penyakit menular dan penyehatan Lingkungan (Depkes. RI, 2007)

Angka kejadian kasus malaria per seribu penduduk (API) di Jawa dan Bali sejak empat tahun terakhir menunjukkan kecendrungan menurun, dari 0,81 per 1000 penduduk pada tahun 2000 menjadi 0,15 per 1000 penduduk pada tahun 2004. Di luar Jawa dan Bali angka klinis malaria per 1000 penduduk (AMI) juga menunjukkan kecendrungan menurun yaitu dari 31,09 per 1000 penduduk pada tahun 2000 menjadi 21,2 per 1000 penduduk pada tahun 2004. Proporsi kematian karena malaria hasil survey kesehatan Rumah Tangga Tahun 2001, adalah sebesar 2%. Jumlah kabupaten endemis di Indonesia adalah 424 kabupaten dari 576 kabupaten yang ada, dan diperkirakan 42,4% penduduk Indonesia berisiko tertular penyakit Malaria (Depkes RI, 2006)

Lingkungan fisik, lingkungan biologis dan sosial budaya masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit malaria, demikian pula dengan kondisi lingkungan Kabupaten X, merupakan daerah yang sangat potensial untuk tempat perindukan nyamuk Anopheles spp. Di beberapa kecamatan yang berada di daerah-daerah dataran rendah yang umumnya terletak di sepanjang Pantai Timur Kabupaten X berada di pinggiran laut dimana sering terjadi pasang laut yang mencapai daratan, sehingga meninggalkan genangan-genangan air bila pasang berakhir. Demikian juga dengan perilaku penduduk yang membiarkan sampah-sampah berserakan dan tidak membersihkan lingkungan disekitar rumahnya, sehingga mempermudah penularan penyakit malaria.

Program pengendalian Anopheles spp yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan diteruskan oleh pemerintah Daerah Kabupaten X dengan srategi penurunan kasus malaria Anopheles spp dengan berbagai upaya di antaranya dengan klambunisasi di 5 kecamatan, Indoor Residure Suplayer (Penyemprotan Rumah) sebanyak 5000 rumah, Larvaciding di 20 Lokasi (Dinkes Kabupaten X, 2007), namun angka kejadian malaria masih saja ditemukan tinggi. Adapun angka kesakitan malaria di Kabupaten X di ukur dengan angka Annual Malaria Index (AMI) dan Standard Positif Rate (SPR)

Di Kecamatan X Kabupaten X angka Annual Malaria Incidence (AMI) tahun 2002 adalah sebesar 66,20%o yaitu desa Suka Jaya sebesar 22,0%o, X 22,3%o Suka Makmur 15,9%o dan Air Dingin 11,8%0 .Di mana kasus positif paling tinggi pada tahun 2002 dan pada tahun 2004 mengalami peningkatan kasus yang sangat tinggi, sedangkan pada tahun 2004 terjadi penurunan kasus yaitu dari tahun 2005 sampai pada tahun 2008 mengalami penurunan kasus yang sangat signifikan, yaitu pada tahun 2005 sebesar 35,54%o dan pada tahun 2008 menjdi 25,07%o angka AMI tersebut sangan tinggi bila di bandingkan dengan standart nasional yaitu < 10,0%o (Depkes RI, 2005) dan Angka Standard Positif Rate (SPR) di Desa X Kecamatan X Kabupaten X pada tahun 2009 adalah 93,8% (Dinkes Kabupaten X, 2009).

1.2. Perumusan Masalah
Tingginya kasus Malaria di Desa X Kecamatan X Kabupaten X sebagai salah satu Desa yang berada kecamatan X yang berpotensial terhadap terjadinya Malaria bila dibandingkan dengan desa di kecamatan lain karena banyak terdapat aliran sungai, lagun, hutan bakau (Mangrove), perbukitan, air terjun dan rawa-rawa serta kondisi fisik perumahan penduduk yang masih bisa dikatakan buruk. Hal inilah yang menjadi kontribusi bagi peneliti untuk melakukan penelitian di Desa X Kecamatan X Kabupaten X sehingga dapat dibuat suatu perumusan masalah yaitu belum diketahuinya hubungan faktor lingkungan fisik rumah dengan kejadian penyakit Malaria Desa X Kecamatan X Kabupaten X.

1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan fisik rumah dengan kejadian penyakit malaria di wilayah Kabupaten X Kecamatan X.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran kejadian penyakit Malaria di desa X Kecamatan X Kabupaten X.
2. Mengetahui karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, pekerjaan di desa X Kecamatan X Kabupaten X.
3. Mengetahui kondisi perumahan penduduk seperti ventilasi, plafon rumah, pencahayaan, kelembaban, kerapatan dinding dan parit/selokan, semak-semak dengan kejadian penyakit Malaria di desa X Kecamatan X Kabupaten X.
4. Mengetahui hubungan faktor lingkungan fisik rumah penduduk seperti ventilasi, Plafon rumah, pencahayaan, kelembaban, kerapatan dinding, semak-semak dan parit/selokan dengan penyakit Malaria di Kecamatan X Kabupaten X.
5. Untuk mengetahui pH air pada Lagun dan Rawa-rawa di desa X Kecamatan X Kabupaten X.

1.4. Manfaat Penelitian
1. Berguna bagi Dinas Kesehatan Kabupaten X dalam melaksanakan Program penurunan kasus malaria.
2. Hasil penelitian berguna bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten X Kecamatan X untuk mengetahui lebih jelas tentang perkembangbiakan spesies nyamuk Anopheles spp.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan masukan tentang pengetahuan penyakit malaria, pengendaliannya serta penangulanganya dalam menurunkan kasus malaria.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:19:00

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH (MATEMATIKA KELAS VI)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No : 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), pada Bab II Pasal 3 adalah sebagai berikut : "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Hal tersebut dijabarkan pula dalam visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Dari visi dan tujuan pendidikan nasional, terlihat bahwa pemerintah mempunyai harapan melalui pendidikan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan zaman di era globalisasi ini. Demikian pula orang tua dan masyarakat menginginkan bahwa lulusan sekolah haruslah relevan dengan dunia kerja di masyarakat, serta mampu menghadapi tantangan zaman.
Salah satu mata pelajaran di SD yang relevan dengan kehidupan masyarakat adalah pelajaran matematika. Oleh karena itu pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat mengharapkan prestasi hasil belajar matematika siswa dapat mencapai kriteria yang ideal.
Namun, pada kenyataannya hasil belajar matematika siswa pada umumnya masih rendah. Hal ini terlihat pada hasil ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) yang kurang dari 5,00, yaitu masih 4,50 dari rentang nilai 0,00-10,00. Berdasarkan data nilai guru khususnya hasil belajar matematika tentang perpangkatan tiga dan penarikan akar pangkat tiga bagi siswa kelas VI SD Negeri X masih cukup rendah, yaitu kurang dari 75 dari rentang nilai 0-100. Hal ini terjadi karena rendahnya konsep dasar pembelajaran matematika yang masih konvensional.
Bagi seorang guru, matematika siswa dan pendekatan kenyataan ini tidak boleh dipandang sebagai suatu hambatan yang harus disingkirkan, tetapi harus dipandang sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi, dicari akar permasalahannya, dan dicari pula solusinya, sehingga permasalahan dapat diselesaikan, dan prestasi belajar matematika dapat tercapai sesuai harapan guru dan orang tua siswa melalui perbaikan pembelajaran yang dilakukan.
Pengembangan pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah, merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami matematika. Penggunaan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah dinilai dapat membantu siswa untuk lebih memahami matematika khususnya materi penarikan akar pangkat tiga. Karena dengan pemberian tugas pekerjaan rumah siswa dapat berlatih banyak berbagai model soal. Dengan diterapkannya teknik pembelajaran ini, maka diharapkan hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI X".

B. Identifikasi Masalah
Prestasi pembelajaran Matematika siswa kelas 6 SDN X masih rendah, terutama untuk materi perpangkatan tiga dan penarikan akar pangkat tiga. Dari ulangan yang diikuti oleh 25 siswa hanya 5 siswa yang mencapai tingkat penguasaan materi di atas 60%, bahkan masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah 5. Dan selama proses pembelajaran berlangsung, jarang siswa yang mengajukan pertanyaan atau memberi tanggapan terhadap penjelasan guru. Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat dan supervisor untuk mengidentifikasi kekurangan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi dengan teman sejawat dan supervisor terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu : 
1. Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
2. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran
3. Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan
4. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru
5. Siswa tidak dapat menyelesaikan tugas dengan benar
6. Hasil belajar Matematika siswa Kelas VI SDN X belum optimal
7. Prestasi Belajar Matematika khususnya pada materi Perpangkatan Tiga dan Penarikan Akar Pangkat Tiga Bagi Siswa Kelas VI SDN X masih rendah, yaitu reratanya masih di bawah 60 dari rentang nilai 0-100
8. Kurangnya tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa melalui pemberian tugas pekerjaan rumah
Dari sekian permasalahan yang dihadapi peneliti akan mengangkat masalah ke-6 sampai dengan masalah ke-7. Penyebab masalah ke-6 sampai dengan ke-8 tersebut timbul karena beberapa faktor yang di antaranya adalah : 
a. Penjelasan guru yang terlalu cepat dan sulit ditangkap oleh siswa.
b. Guru kurang memotivasi siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.
c. Guru dalam menggunakan metode pembelajaran kurang variatif.
d. Kurangnya latihan soal yang diberikan sebagai tugas pekerjaan rumah

C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah dan penyebab-penyebabnya, maka dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : 
1. Apakah melalui teknik pemberian tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa khususnya tentang perpangkatan tiga dan penarikan akar pangkat tiga ?
2. Apakah melalui teknik pemberian tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar khususnya tentang perpangkatan tiga dan penarikan akar pangkat tiga ?
3. Apakah dengan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang perpangkatan tiga
dan penarikan akar pangkat tiga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran matematika ?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut.
a. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SDN X dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi pokok perpangkatan tiga dan penarikan akar pangkat tiga.
b. Untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas VI SDN X dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi pokok perpangkatan tiga penarikan akar pangkat tiga.
c. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI SDN X dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi pokok perpangkatan tiga dan penarikan akar pangkat tiga. 
d. Untuk menemukan cara yang efektif dalam menerapkan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah 
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tindakan kelas yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Bagi Siswa SD Negeri X
1) Kompetensi siswa di bidang matematika khususnya pada materi pokok perpangkatan tiga dan penarikan akar pangkat tiga dapat dicapai.
2) Prestasi siswa kelas VI SDN X dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi pokok perpangkatan tiga dan penarikan akar pangkat tiga dapat meningkat.
3) Penerapan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa di kelas-kelas yang lain.
b. Bagi Guru SD Negeri X
1) Adanya inovasi pendekatan pembelajaran matematika dari dan oleh guru yang menitikberatkan pada penerapan teknik pemberian tugas pekerjaan rumah.
2) Merupakan sumbangan pemikiran dan pengabdian guru dalam turut serta mencerdaskan bangsa melalui profesi yang ditekuninya.
3) Dengan adanya penelitian ini maka terjalin kolaborasi sesama guru di SDN X. 
c. Bagi SD Negeri X
1) Diperoleh panduan inovatif mengenai teknik pemberian tugas pekerjaan rumah yang diharapkan dapat dipakai untuk kelas-kelas lainnya di SD Negeri X.
2) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN X, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi SDN X.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 09:45:00

RAGAM BAHASA - MAKALAH BAHASA INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh hampir semua masyarakat Indonesia. Akan tetapi, tidak semua masyarakat Indonesia menggunakan tata cara atau aturan yang benar dalam berbahasa.
Bahasa Indonesia memiliki ragam bahasa yang tidak sedikit jumlahnya. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa berdasarkan waktunya, ragam bahasa berdasarkan medianya, dan ragam bahasa berdasarkan pesan komunikasinya. Ragam bahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari sehingga harus diperhatikan dalam tata cara penulisan dan penggunaannya. 

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian ragam bahasa.
2. Macam-macam ragam bahasa.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan.

B. Macam-macam Ragam Bahasa 
Macam-macam ragam bahasa di bagi menjadi tiga jenis berdasarkan waktunya, berdasarkan medianya, bedasarkan pesan komunikasinya.
1. Ragam bahasa berdasarkan waktunya
Terdapat tiga macam ragam bahasa indonesia berdasarkan waktunya, yang terperinci menjadi bahasa ragam lama atau bahasa ragam kuno, bahasa ragam baru atau bahasa ragam modern, dan bahasa ragam kontemporer.
- Ragam bahasa kuno atau ragam bahasa lama.
Ragam bahasa kunoatau ragam bahasa lama dipakai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sampai dengan saat dicetuskannya Sumpah Pemuda. Dengan ragam bahasa lama atau ragan bahasa kuno dapat dilacak keberadaannya dari sejumlah dokumen kuno, aneka prasasti, dan tulisan-tulisan yang tertuang dalam peranti yang masih sangat sederhana itu.
- Ragam bahasa baru.
Ragam bahasa baru diatur dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang umumnya diperbarui. Ketentuan kebahasaan yang juga baru seperti EYD. Pada masa lalu orang mengenal dengan menggunakan bentuk seperti ‘Koedjono’, ’moentjol’ tetapi sekarang dalam keteentuan dan kaidah kebahasaan baru, cukup ditulis kunjono dan muncul.
- Ragam bahasa kontemporer
Ragam bahasa yang mencuat akhir-akhir ini. Adapun yang dimaksud adalah entitas (wujud) bahasa dalam wujud perkembangannya yang sekarang ini, sudah tidak menjadi rahasia lagi, telah melahirkan bentuk-bntuk kebahasaan baru yang cenderung mengabaikan kaidah-kaidah kebahasaan yang sudah ada.

2. Ragam bahasa berdasarkan media
Jika dilihat dari dimensi medianya, bahasa dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni bahasa ragam lisan dan bahasa ragam tulis.
- Ragam bahasa lisan.
Adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsure dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tatabahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Bahasa ragam lisan dapat diperinci menjadi dua yaitu : 
a. Ragam lisan baku, misalnya ketika orang sedang berceramah, ketika sedang menguji skripsi, dan sebagainya.
b. Ragam lisan tidak baku, misalnya ketika orang sedang mengobrol dengan santai di sepanjang jalan, di tempan ronda dan sebagainya. Ragam bahasa lisan tidak baku ditandai dengan : 
1) Kosa kata lebih menekankan pilihan kata yang tidak baku. Misalnya : Bini Pak Camat bina ibu-ibu bikin kerajinan dari bambu.
2) Bentuk kata bahasa lisan cenderung tidak menggunakan lisan. Misalnya : Riana sedang tulis makalah.
3) Kalimat cenderung tanpa unsur yang lengkap (subjek, predikat,atau objek). Misalnya : Di sini akan membicarakan pertumbuhan ekonomi 2004.
- Ragam bahasa tulis
Adalah bahasa yang hanya tepat muncul dalam konteks tertulis. Bahasa ragam tulis harus sangat cermat dalam pemakaian tanda baca, ejaan, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan seterusnya.Ciri-ciri ragam tulis : 
a. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
b. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
c. Harus memperhatikan unsur gramatikal;
d. Berlangsung lambat;
e. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.

3. Ragam bahasa berdasarkan pesan komunikasinya
Apabila didasarkan pada kandungan pesan komunikasinnya, bahasa dapat dibedakan menjadi ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra, bahasa ragam pidato, dan ragam bahasa berita.
- Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiah biasanya digunakan dalam dua manifestasi, yakni (1) dalam karya ilmiah akademis yang meliputi artikel ilmiah, makalah ilmiah, jurnal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. (2) dalam karya ilmiah populer yang meliputi esai-esai ilmiah populer, catatan ilmiah populer, opini-opini di media massa, dan sebagainya.
- Ragam bahasa sastra,yang menjadi titik fokusnya pada dimensi diksi dan gaya bahasa.
- Ragam bahasa pidato, yang menjadi sasarannya adalah tujuan atau maksud pidato.
- Ragam bahasa berita, diperhatikan dalam beberapa hal pokok berikut sebagai ciri bahasa berita dalam jurnalistik. Jurnalistik dibuat berdasarkan atas kesadaran terbatasnya ruang dan waktu. Salah satu sifat jurnalistik adalah kemampuan komunikasi yang cepatdalam ruang dan waktu yang serba terbatas.


BAB III
PENUTUP

Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa. Ragam bahasa dibagi menjadi tiga berdasarkan waktu, berdasarkan media, berdasarkan komunikasi.
Ragam bahasa berdasarkan waktunya dibagi menjadi tiga yaitu bahasa ragam lama atau bahasa ragam kuno, bahasa ragam baru atau bahasa ragam modern, dan bahasa ragam kontemporer.
Ragam bahasa berdasarkan medianya dibagi menjadi dua yaitu bahasa ragam lisan dan bahasa ragam tulis. Sedangkan ragam bahasa berdasarkan komunikasinya dibagi menjadi empat yaitu ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra, bahasa ragam pidato, dan ragam bahasa berita.


DAFTAR PUSTAKA

R. Kunjana Rahardi. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga.
speak-in-bahasa.blogspot.com/2011/02/ragam-bahasa.html
agustiyani.blogspot.com/2011/10/makalah-ragam-bahasa.html
sapilu.wordpress.com/2010/03/08/ragam-bahasa-dan-penggunaan-bahasa.html

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:44:00

METODE PENELITIAN - MAKALAH BAHASA INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN

Pengertian Metode dan Metodologi
Istilah metode penelitian dan beberapa istilah yang berhampiran dengannya merupakan istilah-istilah kunci dalam literatur metodologi penelitian ilmu bahasa dan sosial. Dalam sebagian literatur ilmu bahasa, pengertian metode seringkali dibedakan dengan teknik (Sudaryanto, 1993 : 9; Subroto, 1992 : 32) Metode dipahami sebagai cara penelitian yang lebih abstrak, sedangkan teknik dipandang sebagai cara penelitian yang lebih kongkret atau bersifat operasional. 
Di samping metode dan teknik, istilah metodologi dipakai sebagai acuan terhadap ilmu tentang metode. Berbeda halnya dalam literatur ilmu sosial (seperti sosiologi dan antropologi) (lih. Koentjaraningrat (ed.), 1994), pengertian metode dan teknik nyaris tidak dibedakan. Istilah metode dan teknik diacu untuk satu pengertian yang sama, yaitu cara melakukan penelitian. Bahkan, metodologi dengan metode juga hampir sulit dibedakan; di satu literatur dipakai metodologi penelitian, di literatur lain dipakai metode penelitian.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia metode penelitian adalah cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam, masyarakat, atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan. Sedangkan metodologi ialah ilmu tentang metode.
Metode berasal dari kata methodos, bahasa latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah. Sedangkan hodhos berarti jalan, cara, arah dalam poengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara strategi untuk memahami realitas, lengkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Adapun metodologi menurut I Nyoman Kuth Ratna yaitu : berasal dari kata metodhos dan logos yaitu filsafat atau ilmu mengenai metode. (Nyoman Kutha Ratna, 2006 : 34).
Dari sejumlah literatur tersebut, baik ilmu bahasa maupun ilmu sosial, ditarik satu pemahaman bahwa pengertian metode mengacu pada cara penelitian. Dalam kata lain, metode dapat pula dirumuskan sebagai langkah-langkah yang diambil peneliti untuk memecahkan masalah penelitian. Oleh karena itu, sesungguhnya, metode penelitian ini dimulai dari penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Macam-Macam Metode Penelitian
a. Metode Intuitif.
Metode ini dianggap sebagai dasar manusia dalam upaya memahami unsur-unsur kebudayaan.
b. Metode Hermeneutika
Metode ini dikaitkan dengan dewa Hermes, dewa Yunani yang menyampaikan pesan ilahi kepada manusia. Medium pesan adalah bahasa. Jadi, penafsiran disampaikan lewat bahasa.
c. Metode Kualitatif
Metode ini menyajikannya dalam bentuk deskripsi.
d. Metode Analisis Isi
Terdapat dua analisis yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten ialah : isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah. Sedangkan isi komunikasi ialah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi.
e. Metode Formal
Yaitu analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek Formal. Aspek-aspek bentuk yaitu unsur-unsur karya sastra.
f. Metode Dialektika
Metode ini terdiri dari tesis, antitesis dan sintesis.
g. Metode Deskriptif Analisis
Yakni dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis.

2. Macam-Macam Pendekatan Dalam Penelitian
Pendekatan ialah cara-cara menghampiri objek, sedangkan metode adalah cara-cara mengumpulkan, pendekatan mengimplikasikan cara-cara memahami hakikat keilmuan tertentu. Pendekatan dibagi kedalam beberapa bagian : 
a. Pendekatan Biografis
Penelitian harus mencantumkan biografi, surat-surat, dokumen penting pengarang, foto-foto bahkan wawancara langsung dengan pengarang.
b. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu.
c. Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini lebih banyak berhubungan dengan pengarang, karya sastra dan pembaca.
d. Pendekatan Antropologis
Yakni sebuah ilmu pengetahuan mengenai masyarakat. Yang dibedakan menjadi dua yaitu : Antropologi fisik dan antropologi kebudayaan.
e. Pendekatan Historis
Pendekatan ini diteliti berdasarkan sejarahnya. Dibedakan dengan sejarah sastra, sastra sejarah dan novel sejarah.
f. Pendekatan Mitopoik
Dalam pengertian tradisional memiliki kesejajaran denga Fabel dan legenda
g. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ini memiliki sejumlah kesamaan dengan Pendekatan biografis.
h. Pendekatan Mimesis
Pendekatan ini merupakan pendekatan estetis yang paling primitif.
i. Pendekatan Pragmatis
Pendekatan ini memberikan perhatian utama kepada pembaca.
j. Pendekatan Objektif
Pendekatan Objektif mengindikasikan perkembangan pikiran manusia sebagai evolusi teori selama lebih kurang 2.500 tahun.

3. Penelitian Menurut Tujuannya
a. Penelitian Murni
Peneltian untuk memahmi permasalahan secara lebih mendalam atau untuk mengembangkan teori yang sudah ada.
b. Penelitian Terapan
Penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang digunakan untuk memecahkan masalah.

4. Penelitian Menurut Eksplanasi
a. Penelitian deskriptif
b. Penelitian komparatif
c. Penelitian asosiatif
d. Korelasional
e. Kausal

5. Jenis Penelitian dan Analisis Data
A. Penelitian Kuantitatif
B. Penelitian Kualitatif
C. Penelitian Campuran

6. Untuk menilai kualitas penelitian yang baik ada beberapa kriteria : 
a. Memiliki tujuan yang jelas, berdasarkan pada permasalahan tepat.
b. Menggunakan landasan teori yang tepat dan metode penelitian yang cermat dan teliti.
c. Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji.
d. Dapat didukung (diulang) dengan menggunakan riset-riset yang lain, sehingga dapat diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya .
e. Memiliki tingkat ketepatan dan kepercayaan yang tinggi
f. Bersifat obyektif, artinya kesimpulan yang ditarik harus benar-benar berdasarkan data yang diperoleh di lapangan
g. Dapat digeneralisasikan, artinya hasil penelitian dapat diterapkan pada lingkup yang lebih luas

7. Permasalahan Penelitian
a. Masalah penelitian sebagai dasar mengapa penelitian dilakukan
b. Permasalahan dituangkan dalam latar belakang penelitian
c. Latar belakang dimulai dari hal yang bersifat umum kemudian mengerucut ke permasalahan yang lebih spesifik

8. Sumber Permasalahan Dalam Penelitian
a. Bersumber dari kehidupan sehari-hari.
b. Adanya penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan
c. Terdapat penyimpangan antar rencana dan kenyataan
d. Terdapat pengaduan
e. Adanya persaingan
f. Bersumber pada buku atau penelitian sebelumnya
g. Untuk penyempurnaan
h. Untuk verivikasi
i. Untuk pengembangan

9. Permasalahan yang Baik
a. Bermanfaat
b. Dapat dilaksanakan
c. Kemampuan teori dari peneliti
d. Waktu yang tersedia
e. Tenaga yang tersedia
f. Dana yang tersedia
g. Adanya faktor pendukung
h. Tersedianya Data
i. Tersedianya ijin dari pihak yang berwenang
j. Adanya Faktor Pendukung
k. Tersedianya ijin dari pihak berwenang

10. Judul Penelitian
Setelah permasalahan diidentifikasikan dengan tepat langkah berikutnya adalah memberikan nama penelitian “Judul Penelitian”
Dua orientasi dalam meberikan judul penelitian : 
1. Orientasi Singkat
Contoh : 
Analisis Kualitas Pelayanan Jasa Perbankan
2. Berorientasi Jelas
a. Jenis Penelitian
b. Obyek yang diteliti
c. Subyek penelitian
d. Lokasi Penelitian
e. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Contoh : 
Analisis Pengaruh Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah pada Bank-Bank Pemerintah di Sidoarjo tahun 2013

11. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Merumuskan Masalah
a. Masalah harus dirumuskan dengan jelas dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda
b. Rumusan masalah hendaknya dapat mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau lebih.
c. Rumusan masalah hendaknya dinyatakan dalam kalimat tanya

12. Beberapa Kesalahan yang Terjadi dalam Memilih Permasalahan Penelitian
a. Permasalahan penelitian tidak diambil dari akar masalah yang sesungguhnya
b. Permasalahan yang akan dipecahkan tidak sesuai dengan kemampuan peneliti baik dalam penguasaan teori, waktu, tenaga dan dana.
c. Permasalahan yang akan dipecahkan tidak sesuai dengan faktor-faktor pendukung yang ada.

13. Pembatasan Masalah
Agar penelitian dapat mengarah ke inti masalah yang sesungguhnya maka diperlukan pembatasan penelitian sehingga penelitian yang dihasilkan menjadi lebih fokus dan tajam

14. Penelitian Empiris
Penelitian sebelumnya dapat dipergunakan untuk : 
a. Mengetahui kekurangan-kekurangan penelitaian sebelumnya
b. Mengetahui apa yang telah dihasilkan dari penelitian sebelumnya
c. Mengetahui perbedaan dengan penelitian sebelumnya

15. Pengertian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis, penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif tidak memerlukan hipotesis

16. Berkaitan Dengan Perumusan Masalah
a. Apa permasalahan utama sehingga perlu dilakukan penelitian ?
b. Apakah tujuan dilaksanakannya penelitian ?
c. Apakah datanya bisa diperoleh ?
d. Apakah kita mempu untuk melakukan penelitian dilihat dari biaya, tenaga, waktu dan latar belakang teori ?
e. Apakah dapat memperoleh untuk mendapatkan ijin penelitian ?
f. Berapa banyak informasi yang sudah kita peroleh ?
g. Apakah masih perlu dilakukan studi pendahuluan ?

17. Berkaitan dengan Tinjauan Teoritis
a. Teori-teori apa yang dapat mendukung penelitian ?
b. Dari mana kita dapat teori-teori pendukung penelitian ?
c. Apakah sudah ada penelitian terdahulu yang relevan ?
d. Bagaimana bentuk kerangka pemikiran penelitian ?

18. Berkaitan Dengan Perumusan Hipotesis
a. Apakah penelitian memerlukan hipotesis ?
b. Apa dasar yang digunakan untuk merumuskan hipotesis ?
c. Bagaimana bentuk hipotesis yang akan kita rumuskan ?

19. Berkaitan Dengan Desain Penelitian
a. Bagaimana desain perumusan masalahnya ?
b. Bagaimana desain landasan teoritisnya ?
c. Bagaimana desain perumusan hipotesisnya ?
d. Bagaimana skala pengukurannya ?
e. Berapa jumlah sampel yang diperlukan ?
f. Bagaimana teknik pengambilan sampel ?
g. Instrumen apa yang akan digunakan dalam penelitian ?

20. Desain Sampling
- Alasan Menggunakan Sampel :
a. Mengurangi kerepotan
b. Jika populasinya terlalu besar maka akan ada yang terlewati
c. Dengan penelitian sampel maka akan lebih efesien
d. Seringkali penelitian populasi dapat bersifat merusak
e. Adanya bias dalam pengumpulan data
f. Seringkali tidak mungkin dilakukan penelitian dengan populasi
- Convenience Sampling
Sampel convenience adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi responden di jadikan sampel.
- Purposive Sampling
Merupakan metode penetapan sample dengan berdasarkan pada criteria-kriteria tertentu.
-.Quota Sampling
Merupakan metode penetapan sampel dengan menentukan quota terlebih dahulu pada masing-masing kelompok, sebelum quata masing-masing kelompok terpenuhi maka peneltian beluam dianggap selesai.
- Snow Ball Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel yang pada mulanya jumlahnya kecil tetapi makin lama makin banyak berhenti sampai informasi yang didapatkan dinilai telah cukup. Teknik ini baik untuk diterapkan jika calon responden sulit untuk identifikasi.

21. Syarat-syarat data yang baik adalah : 
a. Data harus Akurat.
b. Data harus relevan
c. Data harus upto date

22. Pembagian Data Menurut Cara Memperolehnya
- Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama.
- Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya

23. Pembagian Data Menurut Sumbernya
- Data Internal
Data internal adalah data yang berasal dari dalam instansi mengenai kegiatan lembaga dan untuk kepentingan instansi itu sendiri.
- Data Ekternal
Data eksternal adalah data yang berasal dari luar instansi.

24. Data Menurut Sifatnya Dibagi Menjadi Dua Yaitu : 
1. Data Kualitatif
Adalah data yang berupa pendapan atau judgement sehingga tidak berupa angka akan tetapi berupa kata atau kalimat.
Contoh : 
- Pelayanan rumah sakit Enggal Waras Sangat Baik
- Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Banyumas Tinggi
2. Data Kuantitatif
Data kualitatif adalah data yang berupa angka atau bilangan
Contoh : 
- Tingkat kepuasan pasien di Rumah sakit Enggal Waras mencapai 92%
- Tingkat pendapatan masyarakat bamyumas mencapai Rp. 800.000/bulan

25. Beberapa Teknik Yang Dilakukan Dalam Penelitian
- Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk mengevaluasi yaitu membedakan antara kondisi awal dengan kondisi sesudahnya.
- Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog dengan responden untuk menggali informasi dari responden.
- Teknik Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan indra jadi tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata saja. Medengarkan, mencium, mengecap meraba termasuk salah satu bentuk dari observasi. Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah panduan pengamatan dan lembar pengamatan.
- Teknik Angket ( Kuesioner)
Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden agar responden tersebut memberikan jawabannya.
- Kuesioner terbuka
Dalam kuesioner ini responden diberi kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kalimatnya sendiri. Contoh : Bagaimanakah pendapat anda tentang harga barang di supermarket ini ?
- Kuesioner tertutup
Dalam kuesioner ini jawaban sudah disediakan oleh peneliti, sehingga responden tinggal memilih saja. Contoh : 
Bagaimanakah pendapat anda tentang harga barang di supermarket ini ?
› Sangat mahal › Murah › Mahal › Sangat murah › Cukup

26. Keuntungan Penelitian dengan Menggunakan Kuisioner
a. Tidak memerlukan hadirnya si peneliti
b. Dapat dibagikan serentak
c. Dapat dijawab oleh rensponden sesuai dengan waktu yang ada
d. Dapat dibuat anomin
e. Kuesioner dapat dibuat standar


DAFTAR PUSTAKA

Kutha Ratna, Nyoman. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung. Tarsito.
Tim Penyususun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:35:00

CARA INPUT DATA PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DAN KTSP SMP DAPODIKDAS 2014

PENGISIAN JJM KURIKULUM 2013 SMP DI APLIKASI DAPODIKDAS 2014 V.3.0.0

Diisi sebagai Jam Wajib (38 Jam) :

1.   Pendidikan Agama : 3 Jam
2.   PKn : 3 jam
3.   Bahasa Indonesia : 6 Jam
4.   Matematika : 5 Jam
5.   IPA : 5 Jam
6.   IPS : 4jam
7.   Bahasa inggris : 4 Jam
8.   Seni Budaya : 3 jam
9.   PJOK : 3 Jam
10. Prakarya : 2 jam


Diisi sebagai Jam Wajib Tambahan (2 Jam) : Khusus Muatan Lokal
Diisi sebagai Jam Tambahan :Selain Jam Wajib dan Jam Wajib Tambahan

PENGISIAN JJM KTSP SMP DI APLIKASI DAPODIKDAS 2014 V.3.0.0

Jam Wajib

1.   Agama : 2 Jam
2.   PKn : 2 Jam
3.   Bahasa Indonesia : 4 jam
4.   Bahasa Inggris : 4 Jam
5.   Matematika : 4 jam
6.   IPA Terpadu : 4 Jam
7.   IPS Terpadu : 4 Jam
8.   Seni Budaya : 2 Jam
9.   PJOK: 2 Jam
10. Keterampilan/TIK : 2 Jam
11. Muatan Lokal : 2 Jam

Jam Wajib Tambahan

·       4 Jam Pelajaran apa saja


PENGISIAN JJM KTSP SMP PADA DAPODIKDAS 2014 V.3.0.0

1.   Jam Wajib adalah Jam yang sesuai dengan Struktur Kurikulum KTSP SMP (32 Jam)
2.   Jam Wajib Tambahan (4 jam) adalah jam pelajaran tambahan untuk mapel yang ada dalam struktur kurikulum
3.   Jam Tambahan adalah JJM Tidak Wajib untuk mapel apa saja baik dalam struktur kurikulum atau tidak diluar 36 jam
4.   Keterampilan dan TIK adalah satu matapelajaran sehingga jika keduanya diselenggarakan maka salah satu masuk ke dalam Jam Wajib Tambahan.
5.   Mata pelajaran Wajib yang JJM Totalnya melebih standart kurikulum (32 Jam) maka akan menjadi Tidak Normal
6.   Mata pelajaran Wajib Tambahan jika melebihi 4 jam maka keseluruhan JJM Wajib Tambahan menjadi tidak normal
7.   Untuk Mata pelajaran Agama dapat diisikan semua Agama yang diajarkan pada kelas ybs, tidak akan mempengaruhi kenormalan jjm rombel
8.   Tidak ada Validasi untuk JJM Tambahan.

CONTOH ROMBEL NORMAL 1 (KTSP) SMP

Jam Wajib (32 Jam)

1.   Agama : 2 Jam
2.   PKn:2 Jam
3.   Bahasa Indonesia : 4 jam
4.   Bahasa Inggris : 4 Jam
5.   Matematika : 4 jam
6.   IPA Terpadu : 4 Jam
7.   IPS Terpadu : 4 Jam
8.   Seni Budaya : 2 Jam
9.   PJOK:2 Jam
10. Keterampilan: 2 Jam
11. Muatan Lokal Bahasa Daerah : 2 Jam

Jam Wajib Tambahan (4 Jam)

1.   TIK: 2Jam
2.   Muatan Lokal Potensi Daerah :2 jam

CONTOH ROMBEL NORMAL 2 (KTSP) SMP

Jam Wajib (32 Jam)

1.   Agama : 2 Jam
2.   PKn : 2 Jam
3.   Bahasa Indonesia : 4 jam
4.   Bahasa Inggris : 4 Jam
5.   Matematika : 4 jam
6.   IPA Terpadu : 4 Jam
7.   IPS Terpadu : 4 Jam
8.   Seni Budaya : 2 Jam
9.   PJOK : 2 Jam
10. Keterampilan: 2 Jam
11. Muatan Lokal Bahasa Daerah : 2 Jam

Jam Wajib Tambahan (4 Jam)

1.   IPA Terpadu : 1 Jam
2.   Matematika : 1 Jam
3.   Muatan Lokal Potensi Daerah :2 jam

CONTOH ROMBEL TIDAK NORMAL KTSP SMP :

Jam Wajib (34 Jam)

1.   Agama : 2 Jam
2.   PKn: 2Jam
3.   Bahasa Indonesia : 4 jam
4.   Bahasa Inggris : 4 Jam
5.   Matematika : 4 jam
6.   IPA Terpadu : 4 Jam
7.   IPS Terpadu : 4 Jam
8.   Seni Budaya : 2 Jam
9.   PJOK: 2Jam
10. Keterampilan: 2 Jam (tidak normal)
11. TIK : 2 Jam (tidak normal)
12. Muatan Lokal Bahasa Daerah : 2 Jam

Jam Wajib Tambahan (4 Jam)

1.   IPA Terpadu : 2 Jam (tidak normal)
2.   Matematika : 2 Jam (tidak normal)
3.   Muatan Lokal Potensi Daerah :2 jam (tidak normal)

Penjelasan

·       Keterampilan dan TIK Tidak Normal karena total JJM : 4 jam
·       Semua Jam wajib tambahan tidak normal karena total JJM Tambahan 6 Jam

Sumber : Validasi Pengisian Data Aplikasi Dapodikdas 2014 untuk Proses Tunjangan Guru

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 11:36:00