LATIHAN BERCERITA TENTANG TOKOH IDOLANYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA
A. Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan keterampilan lainnya. Keterampilan-keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan latihan yang banyak.
Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, berbicara, memang harus dipelajari dengan serius karena manusia lebih banyak berkomunikasi bahasa lisan daripada bahasa tulis. Seseorang dapat bertukar pikiran, perasaan, gagasan dan keinginannya melalui kegiatan berbicara, dengan demikian kegiatan berbicara dapat membangun hubungan mental emosional antara satu individu dengan individu lainnya. Dalam pembelajaran bahasa harus mengajarkan atau melatih agar siswa dapat berbicara dengan baik dan benar, berbicara yang baik adalah berbicara yang cocok dengan kaidah-kaidah kebahasaan. Hal ini bertujuan supaya seseorang ketika berbicara dapat menyampaikan apa yang disampaikan secara jelas dan lawan bicaranya dapat menerima pesan tersebut secara jelas pula.
Salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah menjadikan siswa terampil dalam berbahasa Indonesia. Kepandaian berbahasa ini tercermin dalam aktivitas menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dengan demikian siswa dikatakan pandai berbahasa Indonesia jika terampil dalam kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Berbicara sebagai salah satu indikator kemahiran berbahasa. Masih dianggap sebagai sesuatu pembelajaran yang mudah. Pembelajaran berbicara tidak dilakukan secara serius padahal pada kenyataannya di lapangan, masih banyak siswa yang kurang mampu mengekspresikan lewat kegiatan berbicara. Siswa sering kali malu ketika diminta berbicara atau bercerita di depan kelas. Hal ini dimungkinkan karena rendahnya penguasaan siswa akan topik yang dibahas atau karena luasnya topik bahasa sehingga siswa tidak mampu memfokuskan hal-hal yang ingin diucapkan. Akibatnya, arah pembicaraan siswa kurang jelas sehingga inti dari bahasa tersebut tidak tersampaikan. Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa keterampilan berbicara siswa masih rendah karena rata-rata kelas hanya 54,00. Siswa kelas VI SDN X siswa yang 40-50 terdapat 6 siswa, mendapat nilai 60-70 terdapat 8 siswa, mendapat nilai 80-90 terdapat 1 siswa. Data tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara masih tergolong rendah. Karena Kriteria Ketentuan Minimal (KKM) 60,00. Hal ini jika didasarkan faktor di lapangan yang menyebabkan ada beberapa hal yang melatar belakangi tersebut.
1. Siswa kurang berminat dalam kegiatan berbicara. Mereka masih kesulitan dalam menentukan batasan topik yang ingin disampaikan. Misalnya siswa ingin membicarakan masalah bencana alam atau tanah longsor, yang terjadi siswa akan berbicara terlalu panjang lebar (meluas) sehingga inti pembicaraan tidak tersampaikan.
2. Ketepatan siswa dalam menggunakan kata dan istilah masih kurang. Ketika siswa berbicara di depan kelas rasa gugup, grogi dan ketakutan keliru tentu saja ada. Sehingga kata yang seharusnya keluar diucapkan menjadi tersendat-sendat atau diulang-ulang.
3. Siswa kurang bisa memilih kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan untuk memperoleh sesuatu yang diharapkan.
4. Dalam berbicara di depan kelas siswa kurang mampu mengorganisasi perkataannya sehingga pembicaraannya belum tepat sasaran.
5. Ada sikap ketika berbicara, dalam kegiatan berbicara siswa kelihatan tegang dan kurang rileks. Dengan situasi tersebut akan mempengaruhi mutu bicaranya (tuturannya)
Penyebab kesulitan berbicara di atas tidak terlepas dari akibat penggunaan metode dan media yang digunakan oleh guru. Metode mengajar guru yang masih konvensional membuat pembelajaran berbahasa menjadi sesuatu yang membosankan. Kurangnya pemnafaatan dan media dalam pembelajaran membuat siswa menjadi kurang aktif dan kreatif. Kenyataan yang terjadi di lapangan, siswa mendengarkan ceramah guru mengenai teori kebahasaan termasuk di dalamnya teori berbicara, tetapi presentasi kegiatan praktiknya masih kurang. Hal itu juga karena guru kurang memberdayakan media pembelajaran yang ada yaitu tidak menggunakan media yang sesuai dengan metode pembelajaran yang diterapkan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diperlukan suatu pemecahan yang dirasa efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN X. Dalam hal ini peneliti menggunakan tokoh idola dalam pembelajaran berbicara tokoh idolaku dapat diasumsikan sebagai alat bantu yang mampu memperkonkret masalah yang dibicarakan. Dengan menggunakan tokoh idola ini diharapkan siswa mampu membicarakan masalah sesuai dengan apa yang dilihatnya, mampu meningkatkan daya kreasi dan motivasinya dalam pembelajaran berbicara.
Peneliti ini menggunakan gambar tokoh idola sebagai alat bantu pembelajaran keterampilan berbicara. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu memfokuskan pikiran dan pengetahuan yang mereka miliki sehingga akan lebihmudah mengorganisasikan ide-ide dan gagasannya kepada bahasa lisan. Selain itu, agar siswa tidak berbicara yang menyimpang dari kompetensi dasar yang telah ditentukan. Dengan demikian, siswa akan mampu mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan, yaitu berminat dalam pembelajaran berbicara dan terampil dalam kegaiatan berbicara.
Penggunaan gambar/foto tokoh idola, seperti artis, penyanyi dan olahragawan dimaksudkan agar siswa menjadi tertarik dan senang dalam mengikuti pembelajaran berbicara. Hal ini juga dimaksudkan untuk lebih manyita perhatian siswa ketika mengikuti pembelajaran berbicara, serta menjadikan pembelajaran berbicara lebih bermakna dan terus diingat oleh siswa.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, untuk mengatasi permasalahan yang ada berkaitan dengan upaya meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan gambar sebagai media pembelajaran, maka peneliti mengadakan penelitian pada siswa kelas VI SDN X yang berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul "Latihan Bercerita Tentang Tokoh Idolanya untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Kelas VI SDN X, Kecamatan X, Kabupaten X.
Rendahnya kemampuan berbicara salah satu sebab utamanya adalah kurangnya latihan berbicara. Berkenaan dengan latihan berbicara dapat dianalogikan dengan latihan bahasa asing lisan permulaan. Belajar bahasa asing lisan permulaan agar lebih fasih harus berlatih minimal enam kali pertemuan. Dalam setiap pertemuan minimal latihan enam kali. Jeda waktu antar pertemuan minimal satu hari maksimal enam hari. Memberikan pujian dan kritikan merupakan salah satu keterampilan berbicara. Keterampilan tersebut perlu dipelajari dan dilatih agar mampu mengemukakan ide. Banyak orang pintar tetapi tidak dapat mengemukakan ide. Apalagi berbicara didepan banyak orang. Mengapa ? Alasannya sederhana, ia tidak begitu terampil berbicara.
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mengatasi rendahnya kemampuan berbicara, peneliti melakukan tindakan kelas dengan latihan bercerita tentang tokoh idolanya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
"Apakah latihan bercerita tentang tokoh idolanya dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN X ?"
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan siswa berbicara dengan menggunakan media gambar tokoh idola siswa kelas VI SDN X.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
a. Bagi Guru
1) Dapat memberikan sumbangan kepada guru dalam pembelajaran khususnya pelajaran Bahasa Indonesia.
2) Dapat memperluas wawasan guru dalam melaksanakan pembelajaran
b. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan keterampilan berbicara.
2) Mendapatkan motivasi untuk terus belajar Bahasa Indonesia.
c. Bagi Sekolah
1) Mendapatkan pembelajaran yang berkualitas sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
2) Pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara.
2) Mendapat pengalaman dalam menggunakan media pembelajaran.
b. Bagi Siswa
1) Mendapat motivasi belajar agar kemampuan berbicara meningkat.
2) Mendapatkan pembelajaran yang sesuai tingkat perkembangannya.
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai kegiatan untuk meningkatkan keterampilan berbicara.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang berhubungan dengan keterampilan berbicara.