Cari Kategori

SEJARAH PERINGATAN HARI PRAMUKA DI INDONESIA

Mungkin ada di antara peserta didik yang belum mengetahui sejarah yang menjadi sebab mengapa hari gerakan Pramuka diperingati setiap tanggal 14 Agustus? HUT gerakan Pramuka yang diperingati setiap tanggal 14 Agustus ini berlaku secara nasional di Indonesia bukan? Oleh karena pentingnya kepramukaan khususnya sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada kurikulum 2013 di seluruh sekolah jenjang pendidikan dasar hingga menengah, berikut penjelasannya :


Masa Hindia Belanda

Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemuda Indonesia mempunyai "saham" besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepanduan nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepanduan itu tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya berorganisasi yang Bhinneka.

Organisasi kepanduan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang "Nederlandsche Padvinders Organisatie" (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi "Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916.

Organisasi Kepanduan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah Javaansche Padvinders Organisatie; berdiri atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916.

Kenyataan bahwa kepanduan itu senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di atas dapat diperhatikan pada adanya "Padvinder Muhammadiyah" yang pada 1920 berganti nama menjadi "Hizbul Wathan" (HW); "Nationale Padvinderij" yang didirikan oleh Budi Utomo; Syarikat Islam mendirikan "Syarikat Islam Afdeling Padvinderij" yang kemudian diganti menjadi "Syarikat Islam Afdeling Pandu" dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.

Hasrat bersatu bagi organisasi kepanduan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.

Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders / Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu Kebangsaan).

PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.

Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepanduan Indonesia baik yang bernapas utama kebangsaan maupun bernapas agama. kepanduan yang bernapas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernapas agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathan, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie(IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).

Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan "All Indonesian Jamboree". Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem" disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.

Masa Bala Tentara Dai Nippon

"Dai Nippon" ! Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang pada waktu itu. Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepanduan, dilarang berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepanduan tetap menyala di dada para anggotanya.Karena Pramuka merupakan suatu organisai yang menjungjung tinggi nilai persatuan.Oleh karena itulah bangsa jepang tidak mengijinkan Pramuka tetap lahir di bumi pertiwi.

Masa Republik Indonesia

Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepanduan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepanduan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Konggres Kesatuan Kepanduan Indonesia.

Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.

Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri,. Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).

Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian juga bagi para anggota pergerakan kepanduan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950.

Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupakan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepanduan di Indonesia, jadi keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.

Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organi-sasi kepanduan mengadakan konfersensi di Jakarta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi. Pada 1953 IPINDO berhasil menjadi anggota kepanduan sedunia

Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepanduan putera, sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke Australia.

Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta.

Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepanduan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepanduan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.

Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepanduan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan Novem-ber 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik "Penasionalan Kepanduan".

Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.

Nah, masa-masa kemudian adalah masa menjelang lahirnya Gerakan Pramuka.

Kelahiran Gerakan Pramuka - Sejarah Pramuka Indonesia

Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.

Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepanduan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.

Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powell (Lampiran C Ayat 8).

Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka.

Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.

Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan (Hamengku Buwono IX), Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial).

Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.

Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :

1.  Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA.

2.  Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Meiadalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.

3.   Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.

4.  Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.

Gerakan Pramuka Diperkenalkan

Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.

Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.

Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang.

Namun dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.

Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.

Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.

Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.

Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai.

Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.

Referensi artikel : Wikipedia Indonesia 

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 11:13:00

DWISATYA, DWIDARMA, TRISATYA DAN DASADARMA PRAMUKA ; KODE KEHORMATAN

Kode Kehormatan Pramuka terdiri atas janji yang disebut Satya Pramuka dan ketentuan moral yang disebut Darma Pramuka.

Satya Pramuka diucapkan secara sukarela oleh seorang calon anggota atau calon pengurus Gerakan Pramuka pada saat pelantikan menjadi anggota atau pengurus. Satya Pramuka dipergunakan sebagai pengikat diri pribadi demi kehormatannya untuk diamalkan; dan dipakai sebagai dasar pengembangan spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.


Kemudian Darma Pramuka adalah nilai dasar untuk membina dan mengembangkan akhlak mulia, Darma Pramuka juga merupakan, Darma Pramuka menjadi sistem nilai yang harus dihayati, dimiliki, dan diamalkan dalam kehidupan anggota Gerakan Pramuka di masyarakat, serta sebagai landasan gerak bagi Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan pendidikan kepramukaan yang diwujudkan dalam kegiatan untuk mendorong peserta didik manunggal dengan masyarakat, bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa kebersamaan dan gotong royong; dan sebagai kode etik bagi organisasi dan anggota Gerakan Pramuka.

Kode Kehormatan Pramuka adalah budaya organisasi yang melandasi sikap dan perilaku setiap anggota Gerakan Pramuka. Kode Kehormatan Pramuka ditetapkan dan diterapkan sesuai dengan golongan usia

dan perkembangan rohani dan jasmani anggota Gerakan Pramuka, yaitu:

Kode Kehormatan bagi Pramuka Siaga

Janji dan komitmen diri yang disebut Dwisatya, selengkapnya berbunyi:

Dwisatya :

Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh :

Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menurut aturan keluarga, setiap hari berbuat kebaikan.

Ketentuan moral adalah darma pramuka selanjutnya di sebut Dwidarma, selengkapnya berbunyi:

Dwidarma :

1.   Siaga berbakti pada ayah dan ibundanya.
2.   Siaga berani dan tidak putus asa.

Kode kehormatan bagi Pramuka Penggalang

Janji dan komitmen diri yang disebut Trisatya, selengkapnya berbunyi:

Trisatya :

”Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, menolong sesama hidup, dan mempersiapkan diri membangun masyarakat, serta menepati Dasadarma”.

Ketentuan moral adalah darma pramuka selanjutnya di sebut Dasadarma selengkapnya berbunyi:

Dasadarma :

1.     Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.     Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
3.     Patriot yang sopan dan kesatria.
4.     Patuh dan suka bermusyawarah.
5.     Rela menolong dan tabah.
6.     Rajin, terampil, dan gembira.
7.     Hemat, cermat, dan bersahaja.
8.     Disiplin, berani, dan setia.
9.     Bertanggungjawab dan dapat dipercaya.
10.  Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Kode kehormatan bagi Pramuka Penegak, Pramuka Pandega, dan Anggota Dewasa

Janji dan komitmen diri yang disebut Trisatya, selengkapnya berbunyi:

Trisatya :

”Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, menolong sesama hidup, dan ikut serta membangun masyarakat, serta menepati Dasadarma”.

Ketentuan moral adalah darma pramuka selanjutnya di sebut Dasadarma selengkapnya berbunyi:

Dasadarma :

1.     Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.     Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
3.     Patriot yang sopan dan kesatria.
4.     Patuh dan suka bermusyawarah.
5.     Rela menolong dan tabah.
6.     Rajin, terampil, dan gembira.
7.     Hemat, cermat, dan bersahaja.
8.     Disiplin, berani, dan setia.
9.     Bertanggungjawab dan dapat dipercaya.
10.  Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 11:50:00

SISTEM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN, TUJUAN GERAKAN PRAMUKA DAN PRINSIP DASAR KEPRAMUKAAN DI INDONESIA

Pendidikan kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Sistem pendidikan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur, dan terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, agar terbentuk kepribadian dan watak yang berakhlak mulia, mandiri, peduli, cinta tanah air, serta memiliki kecakapan hidup.

Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Pendidikan kepramukaan merupakan proses pembinaan dan pengembangan potensi kaum muda agar menjadi warganegara yang berkualitas serta mampu memberikan sumbangan positif bagi kesejahteraan dan kedamaian masyarakat baik nasional maupun internasional dan pendidikan kepramukaan secara luas diartikan sebagai proses pembinaan yang berkesinambungan bagi kaum muda, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Tujuan Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar menjadi :

a.   manusia yang memiliki :

1)  kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa;

2)     kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia;

3)     jasmani yang sehat dan kuat; dan

4)     kepedulian terhadap lingkungan hidup.

b. warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara.

Prinsip Dasar Kepramukaan

Nilai dan Prinsip Dasar Kepramukaan sebagai norma hidup setiap anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan kepada setiap peserta didik melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi dengan bantuan tenaga pendidik, sehingga pengamalannya dapat dilakukan dengan inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, setiap anggota Gerakan Pramuka wajib menerima nilai dan Prinsip Dasar Kepramukaan.

Pengamalan nilai dan Prinsip Dasar Kepramukaan dilaksanakan dalam bentuk :

(1)   menaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi laranganNya serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya;

(2) memiliki kewajiban untuk menjaga, memelihara persaudaraan dan perdamaian di masyarakat, memperkokoh persatuan, serta mempertahankan Pancasila, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan kebhinekaan;

(3)   melestarikan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar dapat menunjang dan memberikan kenyamanan dan kesejahteraan hidup masyarakat;

(4)  mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama berdasarkan prinsip peri-kemanusiaan yang adil dan beradab;

(5)  memahami potensi diri pribadi untuk dikembangkan dengan cerdas guna kepentingan masa depannya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan

(6)   mengamalkan Satya dan Darma Pramuka dalam kehidupan sehari-hari.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 11:37:00

Penetapan Biaya Standar Sebagai Alat Pengendali Biaya Produksi

Judul : Skripsi Penetapan Biaya Standar Sebagai Alat Pengendali Biaya Produksi

Isi :
HALAMAN JUDUL, HALAMAN PERSETUJUAN, HALAMAN PENGESAHAN, HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN, KATA PENGANTAR, DAFTAR ISI, DAFTAR TABEL, DAFTAR GAMBAR, ABSTRAKSI, BAB I PENDAHULUAN, 1.1. Latar Belakang Masalah, 1.2. Perumusan Masalah, 1.3. Pembatasan Masalah, 1.4. Tujuan Penelitian, 1.5. Manfaat Penelitian, BAB II TINJAUAN PUSTAKA, 2.1. Pengertian Biaya Dan Penggolongan Biaya, 2.1.1. Pengertian Biaya, 2.1.2. Penggolongan Biaya, 2.2. Pengertian Akuntansi Biaya Dan Tujuan Akuntansi Biaya, 2.2.1. Pengertian Akuntansi Biaya, 2.2.2. Tujuan Akuntansi Biaya, 2.3. Biaya Produksi, 2.3.1. Pengertian Biaya Produksi, 2.3.2. Penggolongan Biaya Produksi, 2.4. Biaya Standar, 2.4.1. Pengertian Biaya Standar, 2.4.2. Jenis Standar, 2.4.3. Penentuan Biaya Standar, 2.5. Analisis Selisih Biaya Produksi, 2.6. Pengendalian Biaya Produksi, 2.6.1. Pengertian Pengendalian Biaya Produksi, 2.6.2. Tujuan Pengendalian Biaya Produksi, 2.6.3. Alat Pengendalian Biaya Produksi, BAB III METODOLOGI PENELITIAN, 3.1. Definisi Penelitian, 3.2. Lokasi Penelitian, 3.3. Jenis Penelitian, 3.4. Jenis Dan Sumber Data, 3.5. Teknik Pengumpulan Data, 3.6. Teknik Analisis Data, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, 4.1. Hasil Penelitian, 4.1.1. Sejarah Perusahaan, 4.1.2. Lokasi Perusahaan, 4.1.3. Struktur Organisasi, 4.1.4. Proses Produksi, 4.1.5. Pemasaran, 4.1.6. Tujuan Perusahaan, 4.1.7. Informasi Akuntansi, 4.2. Pembahasan Hasil Penelitian, 4.2.1. Permasalahan, 4.2.2. Bukti Masalah, 4.2.3. Perhitungan, 4.2.4. Sebab Masalah, 4.2.5. Akibat Masalah, 4.2.6. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, 5.1. Kesimpulan, 5.2. Saran, DAFTAR PUSTAKA, LAMPIRAN.



Rangkuman :

ABSTRAKSI

Dalam upaya pengendalian terhadap penggunaan faktor-faktor produksi diperlukan suatu pedoman yang telah ditetapkan terlebih dahulu, yang digunakan sebagai dasar untuk menilai dan menentukan langkah apa yang selanjutnya akan ditentukan. Pedoman atau standar merupakan pedoman yang ditentukan di muka seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan atau yang dibutuhkan dalam memproses bahan baku menjadi produk yang siap dijual dan merupakan pedoman di dalam pelaksanaan sesungguhnya. Dengan membandingkan biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya yang distandarkan akan diketahui suatu perbedaan atau penyimpangan didalam pembiayaan. Penyimpangan yang terjadi tersebut dikatakan sebagai selisih yang dapat dinilai apakah selisih tersebut efisien atau tidak, yang pada akhirnya dapat diketahui pula apakah biaya produksi efisien atau tidak.

Analisis selisih perlu dilakukan agar dapat diketahui sebab terjadinya penyimpangan terhadap penggunaan biaya produksi. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan telah menetapkan biaya standar dan melakukan selisih secara berkelanjutan. Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) PG. Toelangan Sidoarjo adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang kegiatan proses produksinya dapat menghasilkan produk gula SHS IA.

Pengeluaran biaya produksi terus meningkat dari tahun 2003 sampai 2006 disebabkan karena fluktuasi harga bahan baku, penggunaan mutu bahan baku yang jelek, ketidak-efisienan tenaga kerja, pembayaran tarif upah yang tidak sesuai, semakin tinggi jam berhenti mesin. Perusahaan berusaha untuk mengendalikan biaya produksi tersebut dengan membuat anggaran yang berpedoman pada realisasi tahun sebelumnya tanpa diimbangi dengan menganalisa penyebab timbulnya selisih yang terjadi sehingga tidak diketahui penyebab dan akibat penyimpangannya. Akibatnya terjadi peningkatan harga pokok produksi yang berdampak pada penurunan laba perusahaan. Efisiensi biaya produksi dapat dicapai perusahaan dengan mengetahui terlebih dahulu berapa biaya produksi yang digunakan pada suatu produk tertentu, yaitu dengan menetapkan biaya standar. Biaya produksi standar tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk mengendalikan biaya produksi yang terjadi dalam operasi pabrik.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 13:01:00

Analisis Konteks Wacana Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika

Skripsi Analisis Konteks Wacana Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa pada hakekatnya merupakan suatu sistem simbol yang tidak hanya merupakan urutan bunyi-bunyi secara empiris, melainkan memiliki makna yang sifatnya nonempiris. Dengan demikian bahasa merupakan suatu simbol yang memiliki makna, merupakan alat komunikasi manusia, penuangan emosi manusia serta merupakan sarana dalam menuangkan pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam mencari kebenaran dalam kehidupannya (Kaelan, 2002 : 7-8). Bahasa juga memiliki tataran yang terdiri atas fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana, istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan, wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar dan digunakan dalam komunikasi. Wacana digunakan sebagai dasar pemahaman suatu teks sangat diperlukan oleh setiap orang berbahasa dalam berkomunikasi dan saling bertukar informasi. Wacana harus dipertimbangkan dari segi isi dan unsur-unsur pendukungnya sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam kegiatan berkomunikasi. Secara berurutan, rangkaian bunyi membentuk kata, rangkaian kata membentuk frase, dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya rangkaian kalimat membentuk wacana (Rani dkk, 2006:3).

Konteks merupakan acuan umum semua hal menyertai sebuah wacana. Istilah konteks tidak hanya terdapat dalam sebuah wacana tetapi juga terjadi dalam kegiatan atau peristiwa tutur. Seorang penganalisis sebuah wacana harus mempertimbangkan konteks tempat terdapatnya bagian wacana agar lebih mudah dalam memahami isi sebuah wacana. Ada teks dan teks lain yang menyertainya, teks menyertai teks itu adalah konteks (Halliday dan Hasan, 1992:6).

Konteks memegang peranan penting dalam wacana karena konteks dapat mambantu pembaca untuk lebih mudah dalam memahami isi wacana. Konteks dapat mengandung sebuah pesan atau informasi yang terkandung dalam sebuah wacana.

Konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur, dan unsur-unsur dalam konteks itu berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam setiap komunikasi bahasa. Sehingga unsur-unsur dalam konteks itu mempunyai peranan penting dalam proses atau kegiatan komunikasi. Unsur-unsur dalam konteks dapat memberi tanda keterangan bagi eksistensi dalam hubungannya dengan pembicara yang memperkenalkan pada suatu percakapan (Djajasudarma,1994:29&37).

Analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar dari kalimat (Purwo,1993:21). Dengan analisis wacana, kita jadi lebih mengetahui tentang unsur-unsur suatu wacana sehingga kita lebih mudah dalam memahami isi suatu wacana. Data yang dipakai dalam analisis wacana harus mencerminkan hal-hal khusus yang menarik bagi penganalisis. Data yang dipelajari pada analisis wacana merupakan penggalan (bagian) wacana dalam penganalisis wacana selalu memutuskan permulaan dan akhir dari bagian dari wacana tersebut.
Novel merupakan modifikasi dunia modern yang paling logis dan merupakan kelanjutan dari dunia epik. Eksistensi suatu novel disebabkan oleh perhatian manusia dimana saja, sepanjang masa yang tercurah pada manusia (laki-laki dan perempuan) serta gambaran yang kompleks tentang hasrat dan tingkah laku manusia, passion and action. Kebebasan suatu karakter didalam novel mencerminkan kebebasan pandangan pengarang, tanpa dibuat-buat. Sebuah novel akan menjadi lebih logis sepanjang batas yang melengkapi kebenaran puitik karena suatu kenyataan dan kelogisan menunjukkan tingkat konsentrasi pengarangnya. Di dalam sebuah novel terdapat suatu fase di mana antara dialog dan karakter-karakter tertentu mengalami konfrontasi dan dikonfrontasikan pengarangnya (Atmaja, 1986:44-60). Novel dan cerpen sebagai karya fiksi yang mempunyai perbedaan terletak pada segi panjang cerita. Cerita pada novel lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas menyajikan sesuatu secara lebih rinci, lebih detail dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks, mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel tersebut (Nurgiyantoro, 1994:4-10).

Peneliti tertarik untuk mengkaji novel karena novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas dan lebih kompleks isi dan permasalahannya dan lebih rinci. Menurut Fielding dalam Atmaja(1986:44) novel merupakan modifikasi dunia modern yang paling logis dan novel relevan untuk situasi kini.

Peneliti memilih novel yang berjudul Dadaisme dengan alasan novel ini merupakan karya pertama Dewi Sartika dan novel ini menjadi pemenang pertama dalam sayembara novel tahun 2003. Alasan lain yang membuat peneliti tertarik adalah tentang isi cerita yang menarik untuk dibaca dan dipahami konteks wacananya.

Dewi Sartika adalah penulis muda berbakat yang menulis novel Dadaisme ketika masih menuntut ilmu di perguruan tinggi. Hasil karya yang cemerlang dan memenangkan sayembara novel membuat peneliti tertarik untuk mengkaji novelnya.

Peneliti mengambil judul ”Analisis Konteks Wacana dalam Novel Dadaisme” karena setelah peneliti membaca novel Dadaisme peneliti tertarik untuk mendiskusikan dan mengkaji konteks wacana dalam novel Dadaisme.

Konteks memegang peranan penting dalam suatu wacana karena konteks itu dapat memberikan sebuah informasi atau pesan.

1.2 Ruang Lingkup
Bahasa memiliki tataran yaang terdiri atas fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.Wacana adalah satuan bahasa yang paling besar dan digunakan dalam komunikasi (Djajasudarma,1994:2). Konteks adalah bagian dari wacana yang dibentuk oleh berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan situasi. Analisis wacana adalah cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar dari kalimat (Purwo,1993:21).

1.3 Batasan Masalah
Konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur seperti penutur, pendengar, topik, kode, saluran (channel), latar, pesan, dan peristiwa. Latar dapat berupa tempat, waktu, gerak tubuh, dan roman muka.Pesan mempunyai sifat informatif, persuasif, dan koersif. Sedangkan peristiwa mempunyai faktor yang menandai terjadinya peristiwa yaitu setting, participan, end, act key, instrumen, norma, dan genre. Dalam penelitian ini Peneliti hanya akan meneliti latar (setting), pesan (massage), dan peristiwa (event) yang ada dalam cerita novel Dadaisme karena dari semua unsur konteks, ketiga unsur ini adalah yang paling penting dan paling mendominasi dalam novel Dadaisme.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
a) Bagaimana latar (setting) dalam novel Dadaisme ?
b) Bagaimana pesan (massage) dalam novel Dadaisme?
c) Bagaimana peristiwa (event) dalam novel Dadaisme?

1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar (setting), pesan (massage), dan peristiwa (event) dalam novel Dadaisme.

1.6 Manfaat Penelitian
Semua kegiatan pasti akan mempunyai manfaat, begitu juga dalam penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1.6.1 Pembaca
Manfaat bagi pembaca adalah untuk memberikan ilmu tambahan dan wawasan tentang konteks wacana dalam novel Dadaisme.
1.6.2 Pengarang
Manfaat bagi pengarang yaitu dapat menjadi novel Dadaisme lebih populer dan menjadi novel best seller.
1.6.3 Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk memberi pemahaman tentang konteks wacana dalam novel Dadaisme dengan baik dan benar. Selain itu, memberi pengalaman bagi peneliti yang dapat digunakan dalam pemahaman sebuah wacana.

1.7 Penjelasan Judul
Untuk mempermudah pemahaman terhadap konteks wacana dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna/situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian.
2. Wacana adalah ucapan, tutur/satuan bahasa terlengkap yang realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku, atau artikel.
3. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 13:00:00

DOWNLOAD BUKU KURIKULUM 2013 SMP KELAS 8 EDISI REVISI TERBARU 2014 LENGKAP

Links Download Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas VIII SMP Edisi Revisi 2014:

1.       Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Bahasa Indonesia
2.       Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Bahasa Inggris
3.       Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP IPA
4.       Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP IPS                      
5.       Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Matematika
6.       Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
7.       Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
8.       Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
9.       Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
10.    Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti
11.    Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
12.    Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Penjaskes
13.    Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP PPKn
14.    Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Prakarya
15.    Buku Guru Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Seni Budaya

Links Download Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas VIII SMP Edisi Revisi 2014:

1.       Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Bahasa Indonesia
2.       Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Bahasa Inggris
3.       Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP IPA Semester 1
4.       Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP IPA Semester 2
5.       Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP IPS                    
6.       Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Matematika Semester 1
7.       Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Matematika Semester 2
8.       Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
9.       Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
10.    Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
11.    Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
12.    Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti
13.    Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
14.    Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Penjaskes
15.    Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP PPKn
16.    Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Prakarya
17.    Buku Siswa Kurikulum 2013 Kelas 8 SMP Seni Budaya

Sumber links file : http://bse.mahoni.com

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:59:00