Skripsi Analisis Konteks Wacana Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa pada hakekatnya merupakan suatu sistem simbol yang tidak hanya merupakan urutan bunyi-bunyi secara empiris, melainkan memiliki makna yang sifatnya nonempiris. Dengan demikian bahasa merupakan suatu simbol yang memiliki makna, merupakan alat komunikasi manusia, penuangan emosi manusia serta merupakan sarana dalam menuangkan pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam mencari kebenaran dalam kehidupannya (Kaelan, 2002 : 7-8). Bahasa juga memiliki tataran yang terdiri atas fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana, istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan, wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar dan digunakan dalam komunikasi. Wacana digunakan sebagai dasar pemahaman suatu teks sangat diperlukan oleh setiap orang berbahasa dalam berkomunikasi dan saling bertukar informasi. Wacana harus dipertimbangkan dari segi isi dan unsur-unsur pendukungnya sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam kegiatan berkomunikasi. Secara berurutan, rangkaian bunyi membentuk kata, rangkaian kata membentuk frase, dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya rangkaian kalimat membentuk wacana (Rani dkk, 2006:3).
Konteks merupakan acuan umum semua hal menyertai sebuah wacana. Istilah konteks tidak hanya terdapat dalam sebuah wacana tetapi juga terjadi dalam kegiatan atau peristiwa tutur. Seorang penganalisis sebuah wacana harus mempertimbangkan konteks tempat terdapatnya bagian wacana agar lebih mudah dalam memahami isi sebuah wacana. Ada teks dan teks lain yang menyertainya, teks menyertai teks itu adalah konteks (Halliday dan Hasan, 1992:6).
Konteks memegang peranan penting dalam wacana karena konteks dapat mambantu pembaca untuk lebih mudah dalam memahami isi wacana. Konteks dapat mengandung sebuah pesan atau informasi yang terkandung dalam sebuah wacana.
Konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur, dan unsur-unsur dalam konteks itu berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam setiap komunikasi bahasa. Sehingga unsur-unsur dalam konteks itu mempunyai peranan penting dalam proses atau kegiatan komunikasi. Unsur-unsur dalam konteks dapat memberi tanda keterangan bagi eksistensi dalam hubungannya dengan pembicara yang memperkenalkan pada suatu percakapan (Djajasudarma,1994:29&37).
Analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar dari kalimat (Purwo,1993:21). Dengan analisis wacana, kita jadi lebih mengetahui tentang unsur-unsur suatu wacana sehingga kita lebih mudah dalam memahami isi suatu wacana. Data yang dipakai dalam analisis wacana harus mencerminkan hal-hal khusus yang menarik bagi penganalisis. Data yang dipelajari pada analisis wacana merupakan penggalan (bagian) wacana dalam penganalisis wacana selalu memutuskan permulaan dan akhir dari bagian dari wacana tersebut.
Novel merupakan modifikasi dunia modern yang paling logis dan merupakan kelanjutan dari dunia epik. Eksistensi suatu novel disebabkan oleh perhatian manusia dimana saja, sepanjang masa yang tercurah pada manusia (laki-laki dan perempuan) serta gambaran yang kompleks tentang hasrat dan tingkah laku manusia, passion and action. Kebebasan suatu karakter didalam novel mencerminkan kebebasan pandangan pengarang, tanpa dibuat-buat. Sebuah novel akan menjadi lebih logis sepanjang batas yang melengkapi kebenaran puitik karena suatu kenyataan dan kelogisan menunjukkan tingkat konsentrasi pengarangnya. Di dalam sebuah novel terdapat suatu fase di mana antara dialog dan karakter-karakter tertentu mengalami konfrontasi dan dikonfrontasikan pengarangnya (Atmaja, 1986:44-60). Novel dan cerpen sebagai karya fiksi yang mempunyai perbedaan terletak pada segi panjang cerita. Cerita pada novel lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas menyajikan sesuatu secara lebih rinci, lebih detail dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks, mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel tersebut (Nurgiyantoro, 1994:4-10).
Peneliti tertarik untuk mengkaji novel karena novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas dan lebih kompleks isi dan permasalahannya dan lebih rinci. Menurut Fielding dalam Atmaja(1986:44) novel merupakan modifikasi dunia modern yang paling logis dan novel relevan untuk situasi kini.
Peneliti memilih novel yang berjudul Dadaisme dengan alasan novel ini merupakan karya pertama Dewi Sartika dan novel ini menjadi pemenang pertama dalam sayembara novel tahun 2003. Alasan lain yang membuat peneliti tertarik adalah tentang isi cerita yang menarik untuk dibaca dan dipahami konteks wacananya.
Dewi Sartika adalah penulis muda berbakat yang menulis novel Dadaisme ketika masih menuntut ilmu di perguruan tinggi. Hasil karya yang cemerlang dan memenangkan sayembara novel membuat peneliti tertarik untuk mengkaji novelnya.
Peneliti mengambil judul ”Analisis Konteks Wacana dalam Novel Dadaisme” karena setelah peneliti membaca novel Dadaisme peneliti tertarik untuk mendiskusikan dan mengkaji konteks wacana dalam novel Dadaisme.
Konteks memegang peranan penting dalam suatu wacana karena konteks itu dapat memberikan sebuah informasi atau pesan.
1.2 Ruang Lingkup
Bahasa memiliki tataran yaang terdiri atas fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.Wacana adalah satuan bahasa yang paling besar dan digunakan dalam komunikasi (Djajasudarma,1994:2). Konteks adalah bagian dari wacana yang dibentuk oleh berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan situasi. Analisis wacana adalah cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar dari kalimat (Purwo,1993:21).
1.3 Batasan Masalah
Konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur seperti penutur, pendengar, topik, kode, saluran (channel), latar, pesan, dan peristiwa. Latar dapat berupa tempat, waktu, gerak tubuh, dan roman muka.Pesan mempunyai sifat informatif, persuasif, dan koersif. Sedangkan peristiwa mempunyai faktor yang menandai terjadinya peristiwa yaitu setting, participan, end, act key, instrumen, norma, dan genre. Dalam penelitian ini Peneliti hanya akan meneliti latar (setting), pesan (massage), dan peristiwa (event) yang ada dalam cerita novel Dadaisme karena dari semua unsur konteks, ketiga unsur ini adalah yang paling penting dan paling mendominasi dalam novel Dadaisme.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
a) Bagaimana latar (setting) dalam novel Dadaisme ?
b) Bagaimana pesan (massage) dalam novel Dadaisme?
c) Bagaimana peristiwa (event) dalam novel Dadaisme?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar (setting), pesan (massage), dan peristiwa (event) dalam novel Dadaisme.
1.6 Manfaat Penelitian
Semua kegiatan pasti akan mempunyai manfaat, begitu juga dalam penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1.6.1 Pembaca
Manfaat bagi pembaca adalah untuk memberikan ilmu tambahan dan wawasan tentang konteks wacana dalam novel Dadaisme.
1.6.2 Pengarang
Manfaat bagi pengarang yaitu dapat menjadi novel Dadaisme lebih populer dan menjadi novel best seller.
1.6.3 Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk memberi pemahaman tentang konteks wacana dalam novel Dadaisme dengan baik dan benar. Selain itu, memberi pengalaman bagi peneliti yang dapat digunakan dalam pemahaman sebuah wacana.
1.7 Penjelasan Judul
Untuk mempermudah pemahaman terhadap konteks wacana dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna/situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian.
2. Wacana adalah ucapan, tutur/satuan bahasa terlengkap yang realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku, atau artikel.
3. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.