Cari Kategori

HUBUNGAN KOMPENSASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PETUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

TESIS HUBUNGAN KOMPENSASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PETUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

A. Latar Belakang Masalah
Sebagai bangsa yang mempunyai cita-cita untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, maka diperlukan upaya bertahap, berencana dan berkesinambungan melalui perjuangan dan pembangunan dengan semangat dan kemauan yang kuat serta pantang mundur. Pembaharuan yang demikian itu perlu didukung oleh suasana yang sesuai, yaitu berupa tata kehidupan masyarakat yang tertib dan teratur. Atau dengan kata lain diperlukan mentalitas nasional yang sesuai dengan watak pembangunan, yang arahnya adalah menuju kepada pertumbuhan, perubahan dan kemajuan. Apabila manusia yang menjadi subyek dan objek pembangunan tersebut tidak memiliki mentalitas pembangunan yang sesuai, maka akan sangat mengganggu jalannya pembangunan.

Kondisi objektif menunjukkan bahwa sikap mental seperti dikehendaki di atas belum sepenuhnya tampak nyata dan belum dikembangkan secara mendalam maupun secara konsepsional. Contoh dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari banyaknya terjadi pelanggaran-pelanggaran aturan dan tata tertib yang berlaku, antara lain membuang sampah sembarangan, cara berlalu lintas yang tidak tertib, penyalahgunaan wewenang, pungutan liar, datang ke kantor terlambat dan pulang sebelum waktunya, mangkir, dan lain-lain. Kesemuanya merupakan gejala erosi disiplin. Karena itu perlu menumbuhkan sikap mental baru dalam masyarakat dengan menanamkan dan mengembangkan sikap mental yang disebut disiplin. Setiap masyarakat yang hendak hidup tertib dan teratur memerlukan sikap dan perilaku pada warganya yang berdisiplin (Kimsean: 2004: 315).

Perkembangan dan pertumbuhan masyarakat yang secara dinamis disertai dengan peningkatan taraf hidup dan pendidikan masyarakat ditambah dengan berkembangnya kemajuan dibidang teknologi dan informatika menjadikan peningkatan proses empowering dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, aparatur pemerintah juga diharapkan mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan dinamis sebagaimana yang terjadi di masyarakat. Menghadapi kondisi demikian profesionalisme sumber daya aparatur pemerintah sudah merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan dapat menjadi contoh serta panutan bagi masyarakat dan semua fenomena tersebut menuntut peran yang lebih besar dari Petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang mempunyai tugas secara fungsional salah satunya sebagai penegak Peraturan Daerah.

Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sering kali dipandang kurang mampu melaksanakan tugas-tugas penegakan Peraturan Daerah dan kurang mampu menyesuaikan diri pada perubahan-perubahan sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat, dan sering ditemukan praktek-praktek pelanggaran hukum semacam pungutan liar, penyalahgunaan wewenang (power abuse), perlakuan yang diskriminasi terhadap pelanggar Peraturan Daerah dan tindakan indispliner lainnya. Fenomena yang dihadapi dan merupakan salah satu hambatan yang sangat berat bagi Petugas Satpol PP adalah sulitnya ditemui Petugas yang "bersih", yang konsisten terhadap tugas dan fungsi sebagai aparat penegak peraturan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa disiplin kerja Petugas Satpol PP belum memadai apabila dilihat dari tugas dan fungsinya. Dampak logis dari peningkatan kuantitas dan kualitas pelanggaran Peraturan Daerah mengakibatkan terganggunya ketertiban umum seperti menjamurnya pedagang kaki lima di tempat-tempat terlarang, maraknya pengemis, anak jalanan dan pengamen liar maupun pelanggaran-pelanggaran lainnya (Anwar: 2004: 2).

Pemerintah sudah hampir tiga dasa warsa mencanangkan program disiplin nasional untuk memperoleh rasa sikap mental pegawai yang produktif. Karena disiplin bisa mendorong produktivitas kerja atau disiplin merupakan sarana yang penting untuk mencapai produktivitas kerja para para pegawai dalam birokrasi (Kimsean: 2004: 325). Namun menurut Sinungan (2008: 5), "masih banyak faktor yang menghambat terwujudnya produktivitas kerja, seperti budaya konsumtif, sikap hidup destruktif, sikap nrimo, sikap status oriented, sikap pasif terhadap hidup dan budaya jam karet".

Adanya kecenderungan sikap mental Petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota X yang tidak mendukung ke arah produktivitas kerja seperti yang disampaikan oleh Sinungan di atas, terlihat pada rendahnya tingkat disiplin dengan terjadinya berbagai tindak pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota X. Sebagai gambaran, dapat dilihat dalam tabel berikut :

* Tabel sengaja tidak ditampilkan *

Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa selama kurun waktu dua tahun, setiap bulannya selalu terjadi pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota X. Tindakan disiplin yang dilakukan oleh pimpinan Satpol PP terhadap petugas yang melakukan pelanggaran disiplin pada umumnya dengan memberikan hukuman secara fisik guna memaksa petugas tersebut untuk tidak mengulangi pelanggaran yang telah dilakukannya atau dengan memberikan sanksi administrasi berupa teguran.

Upaya peningkatan disiplin kerja sebagai dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja pegawai, yang secara tidak langsung merupakan cerminan dari efisiensi organisasi. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan organisasi, pegawai dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap pimpinan berusaha selalu agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Seorang pimpinan dikatakan efektif dalam kepemimpinannya, jika para bawahannya berdisiplin baik. Untuk memelihara dan meningkatkan disiplin yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhinya.

Namun demikian, penegakan disiplin tidak selalu harus melalui pendekatan represif seperti tindakan-tindakan hukuman fisik tetapi dapat juga melalui perlakuan karyawan secara manusiawi dan senantiasa berupaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Oleh karena selain imbalan atau kompensasi dalam bentuk material, pegawai juga menginginkan kebutuhan lainnya seperti memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan dan suasana lingkungan kerja yang baik.

Kimsean (2004: 328) menyatakan bahwa, apabila pegawai merasa bahagia dalam pekerjaannya maka mereka pada umumnya mempunyai disiplin. Sebaliknya apabila moral pegawai rendah, maka pegawai akan menyulitkan diri dengan kebiasaan yang tidak baik, misalnya pegawai sering datang terlambat ke kantor. Pada umumnya pegawai itu menyetujui saja perintah, akan tetapi dengan perasaan yang kurang senang. Dalam keadaan yang demikian, apakah pimpinan akan memberi hukuman kepada pegawai, dengan jalan menghukum pegawai atau mengadakan beberapa tindakan disiplin yang resmi lainnya terhadap mereka, tidak akan memperbaiki keadaan itu.

Dari pendapat Kimsean di atas bahwa menghukum pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin tanpa terlebih dahulu menganalisa sebab-sebab dari tindakannya itu hanya akan membuat hal-hal yang lebih buruk dan akan menimbulkan perasaan tidak puas dari pegawai yang bersangkutan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya permasalahan baru sebagai akibat ketidakpuasan pegawai terhadap hukuman yang diterima pegawai tersebut..

Adalah kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa motivasi dasar bagi kebanyakan orang menjadi pegawai suatu organisasi tertentu adalah untuk mencari nafkah. Berarti bahwa apabila disatu pihak seseorang menggunakan pengetahuan, keterampilan, tenaga dan sebagian waktunya untuk berkarya pada suatu organisasi, di lain pihak anggota Pol PP mengharapkan menerima imbalan tertentu sehingga imbalan sebagai balas jasa yang diberikan oleh organisasi/perusahaan terhadap para pegawainya harus dikelola dengan baik.

Fathoni (2006: 270) mengemukakan bahwa :
suatu sistem imbalan yang baik adalah sistem yang mampu menjamin kepuasan pada anggota organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi memperoleh, memelihara dan memperkerjakan sejumlah orang yang dengan berbagai sikap dan perilaku positif bekerja dengan produktif bagi kepentingan organisasi.

Dengan demikian atas dasar pendapat tersebut, jika para anggota organisasi/pegawai diliputi oleh rasa tidak puas atas kompensasi yang diterimanya, dampak bagi organisasi akan sangat bersifat negatif. Lebih lanjut Fathoni menyatakan bahwa :
Jika ketidak puasan tersebut tidak terselesaikan dengan baik merupakan hal yang wajar apabila para anggota organisasi menyatakan keinginan untuk memperoleh imbalan yang bukan saja jumlahnya lebih besar, tetapi juga lebih adil. Dikatakan wajar, sebab ada kaitannya dengan berbagai segi kehidupan kekaryaan para anggota organisasi seperti prestasi kerja, keluhan, tingkat kemangkiran yang tinggi dll.

Dari pendapat di atas, organisasi harus menjamin bahwa pemberian kompensasi harus fair atau adil, dengan menerapkan perlakuan yang sama kepada seluruh pegawai yang ada di organisasi itu. Agar penerapan kebijakan kompensasi dapat dipahami oleh semua pegawai, diperlukan adanya keterbukaan atau transparansi kepada setiap pegawai. Pada umumnya pegawai akan menerima perbedaan-perbedaan kompensasi yang didasarkan pada perbedaan tanggung jawab, kemampuan, pengetahuan, produktivitas atau kegiatan-kegiatan manajerial. Perbedaan pembayaran atas dasar ras, kelompok etnis atau jenis kelamin dilarang oleh hukum dan kebijaksanaan umum.

Sistem penggajian petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota X didasarkan atas status petugas tersebut. Petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang berstatus Pegawai Negeri Sipil berjumlah 66 orang memperoleh gaji sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Gaji Pokok Pegawai Negeri Sipil sedangkan petugas Satuan Polisi pamong Praja Kota X yang berstatus Tenaga Kontrak Kerja berjumlah 75 orang memperoleh gaji sesuai dengan Keputusan Walikota X Nomo 876.45-48 Tahun 2007 tentang Penetapan Gaji Bagi Pegawai Tenaga Kontrak Kerja di Lingkungan Pemerintah Kota X Tahun Anggaran 2008 dengan besaran sebagaimana tabel berikut :

* Tabel sengaja tidak ditampilkan *

Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa jumlah gaji yang diterima oleh petugas Satuan Polisi pamong Praja Kota X yang berstatus Tenaga Kontrak Kerja (53,2 %) setiap bulannya berkisar antara Rp. 680.000,-sampai dengan Rp. 800.000,- yang jika dibandingkan dengan beban tugasnya selaku penegak Peraturan Daerah sangat jauh dari memadai.

Pada dasarnya pemberian kompensasi yang dituangkan dalam aturan-aturan organisasi yang jelas dan tegas akan menimbulkan rasa percaya pada diri pegawai bahwa dengan hasil prestasi dan disiplin kerja yang ditunjukan akan mendapat imbalan yang sesuai. Dengan demikian, secara substantial pegawai yang memiliki disiplin kerja tinggi sebagai sumber daya manusia di dalam suatu organisasi sangatlah penting untuk meningkatkan produktivitas organisasi. sebagaimana yang dinyatakan oleh Hasibuan (2007: 121), bahwa :
tujuan pemberian kompensasi antara lain adalah sebagai ikatan kerjasama, kepuasan kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin serta pengaruh serikat buruh dan pemerintah. Dengan pemberian balas jasa/kompensasi yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.

Pemberian kompensasi yang layak akan menimbulkan kepuasan kerja pegawai dan kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai, sebagaimana yang dinyatakan oleh Fathoni (2006: 175) bahwa "kepuasan kerja mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan, artinya jika kepuasan diperoleh dari pekerjaan maka kedisiplinan karyawan baik. Sebaliknya, jika kepuasan kerja kurang tercapai dari pekerjaannya maka kedisiplinan karyawan rendah".

Sejalan dengan itu, Dessler dalam Handoko (2001: 196) mengemukakan bahwa, karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan dan (kadang-kadang) berprestasi kerja lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja.

Kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet (banyak dimensi). Suatu kesimpulan menyeluruh tentang kepuasan hanya akan menyembunyikan pertimbangan subyektif dari pegawai mengenai kepuasannya sehubungan dengan gaji, keselamatan kerja, supervisi, relasi-relasi antar perorangan dalam kerja, peluang-peluang di masa yang akan datang, dan pekerjaan itu sendiri. Kepuasan kerja dari pegawai itu sendiri mungkin mempengaruhi kehadirannya pada kerja, dan keinginan untuk ganti pekerjaan juga bisa mempengaruhi kesediaan untuk bekerja.

Oleh karena itu, sikap perusahaan dalam meningkatkan disiplin terhadap pegawai harus lebih ditekankan pada aspek prestasi kerja, perlakuan terhadap pegawai, pemenuhan atas kebutuhan pegawai baik secara materil maupun non materil dan pemenuhan kebutuhan lain yang akan mendatangkan kepuasan kerja guna mendukung pelaksanaan tugasnya.

Dari uraian di atas, kompensasi dan kepuasan kerja memiliki keterkaitan erat dengan disiplin pegawai. Sebagaimana dinyatakan oleh Handoko (2001: 197), balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap pekerjaannya dan disisi lain, meskipun hanya merupakan salah satu faktor dari banyak faktor pengaruh lainnya, kepuasan kerja mempengaruhi tingkat perputaran karyawan dan absensi.

Jadi, jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan karyawan akan semakin baik pula. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik. Hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pemuasan kebutuhan pegawai sebagai individu dan menunjang keberhasilan pegawai didalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari dan bila kepuasan kerja meningkat, perputaran pegawai dan absensi menurun atau sebaliknya, kepuasan kerja yang lebih rendah akan mengakibatkan perputaran pegawai lebih tinggi dan pegawai yang kurang mendapatkan kepuasan kerja cenderung akan lebih sering absen. Mereka sering tidak merencanakan untuk absen, tetapi bila ada alasan untuk absen, untuk mereka lebih mudah menggunakan alasan-alasan tersebut.

Untuk itu, dituntut adanya perubahan, perbaikan dan peningkatan disiplin kerja Petugas Satpol PP dengan cara pemenuhan kompensasi dan kepuasan kerja yang memadai.

Dengan demikian diharapkan disiplin kerja petugas Satpol PP akan meningkat dan dapat mensubstitusi kuantitas petugas yang ada, sehingga pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan kedinasan lainnya dapat terlaksana secara maksimal.

B. Perumusan Masalah
Kedisipinan adalah fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi mencapai hasil yang optimal.

Berdasarkan pokok masalah di atas dan untuk lebih memudahkan operasionalisasi pelaksanaan penelitian, maka dapat dirumuskan pokok permasalahnya sebagai berikut :
1. Apakah kompensasi berhubungan dengan kepuasan kerja Petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota X ?
2. Apakah kepuasan kerja berhubungan dengan disiplin kerja Petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota X ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitian di atas, yaitu ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi disiplin kerja Petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota X. Faktor-faktor ini jumlahnya sangat banyak, karena keterbatasan yang dimiliki penulis, maka tujuan penelitian ini dibatasi sebagi berikut :
1. Untuk menjelaskan hubungan antara kompensasi dengan kepuasan kerja Petugas Lapangan Satuan Polisi Pamong Praja Kota X;
2. Untuk menjelaskan hubungan antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja Petugas Lapangan Satuan Polisi Pamong Praja Kota X.

D. Signifikasi Penelitian
Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan kontribusi bagi dunia ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu administrasi khususnya.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Memberikan gambaran mengenai disiplin kerja Petugas Satuan Polisi Pamong Praja, dengan memperhatikan faktor-faktor Kompensasi dan Kepuasan Kerja.
2. Dapat memberikan manfaat sebagai salah satu bahan masukan dan sumbangan pemikiran yang berarti bagi Pemerintah Kota X dalam rangka menyusun rencana pengembangan organisasi di masa yang akan datang sebagai rencana strategis.

E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi uraian tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan dan signifikasi penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN LITERATUR DAN METODE PENELITIAN
Berisi tentang tinjauan literatur yang mendasari penelitian, yaitu teoti-teori tentang kompensasi dan hubungannya dengan disiplin kerja, kepuasan kerja dan hubungannya disiplin kerja, model analisis untuk menggambarkan hubungan antar variabel, hipotesis penelitian, operasionalisasi konsep dan uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yaitu pendekatan penelitian yang digunakan, jenis/tipe penelitian, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, uji validitas dan reabilitas guna mengukur tingkat validitas dan keterandalan instrumen penelitian, teknik analisis data serta keterbatasan penelitian.
BAB III : GAMBARAN UMUM SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA X
Berisi uraian tentang gambaran umum karakteristik Satuan Polisi Pamong Praja Kota X, yang meliputi organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota X, visi, misi dan kebijakan strategis Satuan Polisi Pamong Praja Kota X, masalah dan tantangan Satuan Polisi Pamong Praja Kota X.
BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berisi penjelasan hasil temuan lapangan yang dikaitkan dengan konsep-teori yang digunakan serta analisis hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang berisi tentang pengujian hipotesis hubungan antara kompensasi dengan kepuasan kerja dan kepuasan kerja dengan disiplin kerja.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan akhir atas jawaban pertanyaan penelitian yang didasarkan atas hasil analisis dan saran-saran.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 09:09:00

Efektivitas Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pengajaran IPA Terhadap Prestasi Belajar Siswa SD X

Skripsi Efektivitas Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pengajaran IPA Terhadap Prestasi Belajar Siswa SD X

A. Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks, karena terkait dengan masalah kuantitas, masalah kualitas, masalah relevansi dan masalah efektivitas. Masalah kuantitas timbulsebagai akibat hubungan antara pertumbuhan sistem pendidikan dan pertumbuhan penduduk.

Masalah kualitas adalah masalah bagaimana meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Masalah kualitas pendidikan merupakan masalah yang cukup serius di dalam rangka kelangsungan hidup brbangsa dan bernegara, dakam konteks hubungan bangsa dengan beradapan dunia. Penanganan masalah aspek kualitas berhubungan erat dengan penanganan aspek kuantitas, oleh karenannya perlu ada keseimbangan antara keduanya.

Masalah relevansi timbul dari hubungan antara sistem pendidikan dan pembangunan nasional, dan harapan masyarakat tentang peningkatan output pendidikan. Masalah efektivitas merupakan masalah kemampuan pelaksanaan pendidikan. Sedangkan masalah efisiensi pada hakekatnya juga merupakan masalah pengelolaan pendidikan.

Sehubungan dengan aspek permasalahan aspek di atas pemerintah telah banyak melakukan serangkaian kegiatan secara terus menerus melalui tahapan pembangunan di bidang pendidikan. Kesemunya diarahkan pada pencapaian peningkatan mutu pendidikan atau menyangkut aspek kualitas pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembangunan pendidikan sekarang harus mengalami perubahan. Misalnya penyampaian pelajaran tidaklah cukup dengan mengutarakan secara tulisan saja. Ini berarti bahwa sistem intruksional menghendaki para pengajar berusaha menjadikan keterlibatan mental maupun fisik siswa dalam proses pengajaran. Sehingga pengajaran yang efektif dan berhasil guna dapat tercapai untuk menunjang pencapaian tujuan. Hal ini menuntut pihak pengajar sedapat mungkin mencari pola organisasi pengajaran yang tepat sebagai alternatif yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan. Salah satu acuannya adalah analisis materi atau strukturisasi konsep.

Untuk mewujudkan harapan tersebut di atas, perlu dilakukan pembaharuan pendidikan yang dituangkan dalam berbagai program pembaharuan pendidikan. Misalnya perubahan kurikulum, pemberdayaan guru-guru bidang studi melalui penataran, pengadaan buku-buku paket serta pemilihan metode dan pendekatan pengajaran yang tepat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “Apakah penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA berpengaruh atau efektif terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar X khususnya mata pelajaran IPA ”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan penelitian yakni untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA berpengaruh atau efektif terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar X khususnya mata pelajaran IPA.
2. Manfaat Penelitian
Secara umum diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peserta didik, pendidik, lembaga pendidikan dalam meningktakan kualitas pendidikan. Secara khusus penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang bagaimana pengaruh pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan melakukan pengajaran IPA di Sekolah Dasar.

D. Variabel dan Definisi Operasional.
Agar dapat dipahami arah dan tujuan penelitian ini, dipandang perlu memberikan gambaran tentang variabel penelitian yang sekaligus sebagai batasan operasional.
1. Pendekatan Keterampilan proses
Yang dimaksudkan di sini adalah pendekatan dalam melakukan keinginan pengajaran IPA yang menekankan pada keterampilan mengamati, mengumpulkan data, menemukan persamaan dan perbedaan materi yang dikaji. Pada gilirannya diharapkan siswa dalam belajarnya menggunakan pengetahuan atau perolehnya.
2. Prestasi Belajar IPA
Prestasi belajar yang dimaksud di sini adalah hasil perolehan siswa setelah dilakukan testing terhadap materi yang telah diajarkan dengan pendekatan keterampilan proses.

E. Hipotesis Penelitian
Untuk memberikan arah terhadap kesimpulan yang hendak dicapai, maka perlu dirumuskan hipotesis, sebagai berikut : Penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA berpengaruh secara efektif terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar X, khususnya mata pelajaran IPA.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 09:05:00

Pengaruh Iklan Pond’s White Beauty Melalui Media Cetak Dan Atribut Produk Terhadap Perilaku Konsumen

Skripsi Analisis Pengaruh Iklan Pond’s White Beauty Melalui Media Cetak Dan Atribut Produk Terhadap Perilaku Konsumen (Study Pada Mahasiswa FKIP Pendidikan Ekonomi )


A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan dunia yang pesat, perkembangan kondisi pasar sekarang ini telah membawa pengaruh terhadap strategi yang harus diterapkan oleh perusahaan dalam menawarkan dan memasarkan produk mereka.

Bergulirnya waktu ke waktu konsumen semakin well-informed, di mana segala produk yang diinginkan dapat diketahui dengan cepat melalui informasi yang tersedia. Oleh sebab itu, perusahaan harus pintar dalam memilih cara yang tepat untuk meginformasikan produk perusahaannya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk meraih sukses dalam mencapai pasar sasaran suatu perusahaan, diperlukan strategi yang tepat sasaran. Oleh sebab itu diperlukan seorang pemasar yang mampu membaca situasi dan kondisi pasar secara tepat. Untuk mencapai sasaran dalam suatu usaha pemasaran selalu membutuhkan alat dalam penyampaian informasi kepada konsumennya, salah satunya adalah dengan cara mengeluarkan iklan tentang produk suatu perusahaan yang menarik bagi konsumen, yang pada akhirnya konsumen juga akan tertarik untuk menggunakan produk yang diiklankan. Penyampaian iklan akan membantu dalam mengenalkan produk kepada konsumen, iklan mempunyai peranan penting dalam menancapkan merek suatu produk ke pikiran konsumen.

Pola hidup masyarakat modern sangat tergantung oleh keadaan dunia luar, baik dari segi pola pikir, sikap maupun tingkah laku yang berkembang di dunia luar akan cepat diamati kemudian diikuti. Segala sesuatu yang membuat seseorang tampil lebih menarik akan mendapat respon dari masyarakat secara cepat. Kosmetik sebagai salah satu alat untuk mempercantik diri menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan oleh seseorang yang ingin tampil lebih menarik. Pada umumnya masyarakat luas beranggapan bahwa dengan memiliki kulit yang putih dan bersih akan nyaman, menarik dan memiliki nilai lebih.

Keadaan seperti ini merupakan suatu peluang bagi produsen produk kecantikan untuk mengeluarkan suatu produk yang sedang dibutuhkan oleh pasar tersebut. Promosi yang gencar dari perusahaan produk pemutih yang marak juga menyebabkan semakin kuatnya tingkat konsumerisme pada produk pemutih.

Strategi untuk lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang suatu produk pemutih, maka perusahaan berusaha mengenalkan produknya dengan meluncurkan berbagai promosi yang diharapkan dapat menarik minat masyarakat untuk menggunakan produk pemutih dari perusahaan tersebut, mengingat semakin banyaknya perusahaan kosmetik yang meluncurkan produk sejenis. Berbagai perusahaan bersaing dengan menggunakan berbagai media promosi untuk memasarkan produknya, seperti baliho, iklan televisi, iklan media cetak, sponsorship, dll.

Pond’s White Beauty sebagai salah satu produk pemutih wajah yang bersaing mencoba untuk terus exist di pasarnya. Untuk menghadapi persaingan antar perusahaan kosmetik yang meluncurkan produk sejenis dalam menarik minat konsumen tentu saja diperlukan promosi yang juga menarik bagi konsumen.

Selain menggunakan media televisi, salah satu cara yang digunakan oleh perusahaan pemutih wajah Pond’s White Beauty adalah dengan mempromosikan produknya melalui berbagai media cetak yang diharapkan masyarakat luas akan lebih mengenal produknya. Selain itu, iklan di media cetak juga dimanfaatkan untuk mendongkrak citra dari perusahaan di mata masyarakat, selain menunjukkan sebagai perusahaan yang modern juga menjadi salah satu indikator bahwa perusahaan tersebut mampu bersaing di pasaran.

Sebuah produk mesti diposisikan untuk menyampaikan seperangkat keuntungan yang akan didapatkan oleh konsumen apabila menggunakan produk tersebut. Iklan dirancang untuk menyampaikan seperangkat simbol-simbol dan citra yang menunjukkan bagaimana merek menyodorkan keuntungan sehingga tercipta sikap positif terhadap merek tersebut dan mendorong konsumen untuk mencoba produk (trial). Iklan juga berfungsi agar setelah konsumen melakukan pembelian, pilihan terhadap merek dapat terus diperkuat lagi untuk mempengaruhi konsumen untuk membeli ulang merek tersebut pada masa yang akan datang.

Saat ini media cetak sudah menjadi bagian hidup masyarakat modern dari segala lapisan, baik eksekutif puncak, staf biasa, mahasiswa, ibu rumah tangga maupun remaja di mana dan kapan saja. Saat ini sudah tidak dapat dihitung lagi berapa banyak iklan yang disampaikan melalui media cetak. Iklan-iklan ini dibuat semenarik mungkin dan dengan tingkat kreatifitas yang tinggi yang diharapkan konsumen akan tertarik pada produk yang diiklankan. Fenomena semakin merakyatnya media cetak di berbagai kalangan menarik perhatian penulis untuk meneliti bagaimana perilaku konsumen dalam menyikapi iklan produk pemutih wajah Pond’s White Beauty melalui media cetak tersebut. Karena dengan mengeluarkan promosi yang baik maka masyarakat luas akan tertarik dan kemudian mengkonsumsi produk perusahaan tersebut. Namun sayangnya tidak semua perusahaan yang lalai dan menyadari akan pentingnya promosi atau iklan yang dikemas secara menarik dapat berpengaruh positif pada perilaku konsumen terhadap produk tersebut.

Keberhasilan suatu produk juga tidak terlepas dari atribut produk yang juga ditawarkan oleh produk tersebut, meliputi merek, kemasan, kualitas dan harga. Dalam penelitian ini pemilihan atribut yang digunakan meliputi harga, kemasan dan distribusi atau kemudahan mendapatkan produk. Alasan utama mahasiswa FKIP Pendidikan Ekonomi X Angkatan XXXX/XXXX sebagai sampel dalam penelitian ini karena ketersediaan data, waktu yang cukup untuk menemui responden dan untuk menghemat biaya. Selain itu mahasiswa merupakan komponen yang dapat menilai iklan pemutih wajah Pond’s White Beauty dan menjadi pangsa pasar produk pemutih wajah Pond’s White Beauty.

Sehubungan dengan peran iklan dalam pembentukan perilaku konsumen terhadap produk dan atribut produk, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi seberapa besar pengaruh iklan pemutih wajah Pond’s White Beauty melalui media cetak dan atribut produk dalam membentuk perilaku (minat) konsumen di kalangan mahasiswa FKIP Pendidikan Ekonomi X Angkatan XXXX/XXXX. Dari uraian di atas maka penulis mempunyai keinginan untuk meneliti masalah dengan judul “ANALISIS PENGARUH IKLAN PEMUTIH WAJAH POND’S WHITE BEAUTY MELALUI MEDIA CETAK DAN ATRIBUT PRODUK TERHADAP PERILAKU KONSUMEN (STUDY PADA MAHASISWA FKIP PENDIDIKAN EKONOMI X ANGKATAN XXXX/XXXX)”.

B. Identifikasi Masalah
Menurut Winarno Surakhmad (1990: 34) masalah adalah “Kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya. Masalah harus dapat dirasakan sebagai suatu rintangan yang mesti dilalui (dengan jalan melaluinya) apabila akan berjalan terus. Masalah menampakkan diri sebagai tantangan”. Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Seiring dengan perkembangan kondisi pasar, maka perusahaan memerlukan suatu cara untuk menginformasikan dan memasarkan produknya dengan cepat. Selain itu, perusahaan harus mempunyai suatu strategi yang tepat untuk mencapai pasar sasaran. Apakah perusahaan pemutih wajah Pond’s White Beauty mempunyai strategi yang cepat dan tepat mencapai pasar sasaran?
2. Menghadapi persaingan antar perusahaan kosmetik dalam menarik perhatian konsumen, maka perusahaan-perusahaan kosmetik tersebut berusaha mempromosikan produknya dengan berbagai media, selain itu iklan juga dapat mendongkrak citra suatu perusahaan. Apakah perusahaan pemutih wajah Pond’s White Beauty sudah mempromosikan produknya dengan maksimal?
3. Keberhasilan suatu produk sangat ditentukan oleh promosi dan atribut produk yang ditawarkan. Iklan melalui media cetak adalah iklan yang efektif karena media cetak sangat familiar di berbagai lapisan masyarakat dan mudah ditemui di mana saja. Namun sayangnya tidak semua perusahaan yang menyadari bahwa iklan yang dikemas secara menarik dan atribut produk juga dapat berpengaruh positif pada keberhasilan produk. Apakah perusahaan pemutih wajah Pond’s White Beauty sudah melakukan promosi dan menawarkan atribut produk yang menarik bagi masyarakat?

C. Pembatasan Masalah
Berbagai masalah yang muncul secara bersamaan seringkali menyulitkan untuk diteliti seluruhnya. Pembatasan masalah dilakukan agar tidak menyulitkan pelaksanaan penelitian secara keseluruhan dan penulis dapat memusatkan perhatian sehinga masalah tersebut dapat dikaji lebih mendalam. Adapun pembatasan masalah yang penulis maksudkan di sini adalah:
1. Ruang Lingkup Masalah
a) Iklan
Menurut W. J. Stanton (1993: 206) iklan adalah “Bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran orang untuk membeli. Sedangkan menurut Rhenald Kasali (1992: 121) iklan adalah “Pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk seseorang supaya membeli. Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman putih.
Pada penelitian ini akan yang akan dijadikan obyek penelitian adalah iklan Pond’s White Beauty melalui media cetak dilihat dari segi kreatifitas iklan, kualitas gambar, bahasa dan warna.
b) Atribut Produk
Menurut Tjiptono (1995: 88) atribut produk adalah “Unsur-Unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, garansi dan pelayanan”. Sedangkan menurut Gitosudarmo (1995: 188) atribut produk adalah “Suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh pembelinya. Sifat-sifat tersebut antara lain warna, aroma, daya tahan, kuantitas, kesan baik, kuantitas dan desain”. Pada penelitian ini akan mengamati atribut produk yang meliputi harga, kemasan dan distribusi.
b) Perilaku Konsumen
Menurut Basu Swastha dan Hani Handoko Perilaku konsumen adalah “Kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut”.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian untuk diambil datanya. Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Pendidikan Ekonomi Angkatan XXXX/XXXX X.
3. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini obyek yang digunakan adalah :
a) Iklan Media Cetak
b) Atribut Produk
c) Perilaku Konsumen
4. Tempat Penelitian
Sesuai judul dalam penelitian ini maka tempat penelitiannya adalah di FKIP Pendidikan Ekonomi X.
5. Variabel Penelitian
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas :
a. Paparan iklan Pond’s White Beauty melalui media cetak
b. Atribut produk
2. Variabel terikat : Perilaku konsumen

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh iklan Pond’s White Beauty melalui media cetak dan atribut produk terhadap perilaku konsumen.
2. Apakah ada pengaruh iklan Pond’s White Beauty melalui media cetak terhadap perilaku konsumen.
3. Apakah ada pengaruh atribut produk terhadap perilaku konsumen.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh iklan Pond’s White Beauty melalui media cetak dan atribut produk dalam membentuk perilaku konsumen.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh iklan Pond’s White Beauty melalui media cetak dalam membentuk perilaku konsumen.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh atribut produk dalam membentuk perilaku konsumen.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu managemen pemasaran, khususnya komunikasi pemasaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pemasar : penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan mengenai faktor-faktor yang paling berhubungan dengan perilaku konsumen sehingga dapat dijadikan dasar untuk menyusun strategi pemasaran, termasuk strategi komunikasi.
b. Bagi konsumen : penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumen sehingga dapat dijadikan dasar untuk membeli produk yang sama.
c. Bagi penulis : penelitian ini sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku perguruan tinggi.
d. Bagi kalangan akademis : penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi dalam melakukan penelitian sejenis.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 09:03:00

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

TESIS EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA KELAS XI IPS SMA NEGERI

A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertangung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur. Dalam kaitannya dengan masalah pendidikan, Toeti Soekamto ( 1993 : 1) menyatakan :
Dewasa ini pendapat umum di Indonesia menyatakan bahwa pendidikan tidak memberikan hasil seperti apa yang diharapkan, selain itu program-program intruksional yang ada dianggap masih belum memadai dalam kualitas, sehingga siswa tidak dapat belajar dengan baik karena tidak dapat menangkap apa yang diajarkan guru di sekolah.

Di sekolah, guru merasa kesulitan menerapkan model pembelajaran yang menjadikan siswa aktif di dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini dapat dilihat dari praktek pembelajaran matematika di kelas, seringkali di dalam proses pembelajaran guru bertanya tentang konsep matematika yang sedang dibahas, banyak siswa yang diam sambil menundukkan kepala dan hanya beberapa siswa tertentu yang berani mencoba menjawab, kemudian siswa diminta untuk menanyakan hal yang menjadi kesulitannya, keadaan kelas menjadi sunyi (siswa diam). Terlebih lagi jika siswa diberi tugas di kelas maupun tugas rumah untuk mengerjakan soal, banyak siswa yang hanya menyalin pekerjaan temannya dan jarang ditemukan ide-ide baru siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Sampai saat ini masih banyak siswa yang memandang bahwa guru sebagai satu-satunya sumber belajar dan pemegang otoritas tertinggi di kelas, jadi siswa sangat tergantung pada guru dan kurang mempunyai inisiatif untuk mempelajari materi yang akan diajarkan guru di kelas. Kenyataan ini tentu saja tidak terlalu mengejutkan karena hasil belajar anak-anak Indonesia tergolong relatif rendah terutama pada mata pelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari prestasi dalam Ujian Nasional ( EBTANAS) selama ± 20 tahun terakhir, rata-rata untuk tingkat SMA sekitar 4,6 ( Marpaung 2005). Hasil Try Out uji coba Ujian Nasional tahun pelajaran XXXX/XXXX SMA kabupaten X untuk matematika rata-rata 3,35 program IPA dan 2,89 untuk program IPS ( MKKS kabupaten X ). Bila didasarkan data tersebut disimpulkan bahwa kemampuan anak Indonesia dalam memahami matematika masih sangat rendah.

Fakta empiris menunjukkan bahwa para guru menggunakan model pembelajaran konvensional. Banyak perilaku siswa yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran, seperti tidak tahu kalau ditanya atau lupa, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu. Pembelajaran yang kurang tepat yaitu menghapalkan semua materi. Pembelajaran matematika yang sering dilakukan guru adalah model konvensional, dengan metode ceramah dan pendekatan mekanistik, yaitu algoritma aritmatika dan rumus matematika diinformasikan dan dilatihkan melalui tugas kepada siswa, dan diakhiri dengan melatihkan aplikasinya. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan caranya sendiri, siswa pasip, tidak terlibat secara langsung. Pembelajaran menggambarkan suatu kegiatan guru aktif memberikan informasi, sedangkan kegiatan siswa menyimak, mencatat, dan mengerjakan tugas.

Sejalan dengan paradigma baru, pendidikan yang menekankan peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Pemerintah mendorong pelaksanaan pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang berorientasi pada Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan ( PAIKEM ). Pembelajaran ini menekankan siswa yang aktif, siswa yang kreatif dapat mengembangakan ide-idenya yang tidak harus sama dengan guru. Siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan. Dan juga guru disini hanya sebagai fasilisator, pembimbing siswa, tetapi guru juga harus kreatif mengembangkan inovasi pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak monoton. Pembelajaran yang membuat siswa aktif dan membuat siswa tidak terpaksa, sehingga suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Model pembelajaran portofolio, mengarah pembelajaran yang berorientasi PAIKEM. Model pembelajaran portofolio adalah suatu proses pembelajaran dalam mempelajari suatu materi tertentu yang prosesnya dari awal sampai akhir, dan kumpulan hasil pekerjaan peserta didik tersebut dikumpulkan atau didokumentasi yang disimpan dalam satu bendel. Model pembelajaran portofolio mengandung lima prinsip dasar, yaitu : belajar siswa aktif, kelompok belajar kooperatif, pembelajaran partisipatorik, mengajar yang reaktif, dan belajar yang menyenangkan. Aktivitas siswa hampir di seluruh proses pembelajaran, dari mulai perencanaan di kelas, kegiatan lapangan, dan pelaporan, aktivitas siswa membuat portofolio. Melalui model ini para siswa diberi keleluasaan untuk memilih topik yang menarik dirinya tetapi yang sesuai dengan topik yang dipelajari, yang selanjutnya mencari data dan informasi. Pengalaman terjun ke masyarakat atau institusi adalah salah satu pengalaman belajar riil yang menyenangkan bagi mereka karena bisa belajar di luar kelas atau sekolahan.

Hasil belajar seorang siswa dalam proses pembelajaran ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal adalah sikap pada diri siswa yaitu sikap siswa terhadap matematika, sebagai reaksi afektif pada diri siswa yang merupakan hasil belajar dan diketahui sebagai kecenderungan mendekati atau menghindar dari matematika, dan diwarnai oleh unsur senang atau tidak senang terhadap matematika. Menurut Haris dalam Mar'at ( 1981 : 19) menyatakan bahwa sikap adalah sebagai suatu konstruk psikologik atau variabel tersembunyi yang perlu ditafsirkan dari reaksi yang dapat diawasi dan memiliki konsistensi. Reaksi tersebut diketahui sebagai kecenderungan mendekati atau menghindar dari obyek, disamping diwarnai oleh unsur senang atau tidak senang sesuai dengan identitasnya. Selanjutnya Shaver dalam Mar'at (1981 : 21) menyatakan untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap obyek tertentu mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Komponen kognisi akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang obyek. Komponen afeksi menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan ( senang / tidak senang ) terhadap obyek. Komponen konasi akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan/kesiapan untuk bertindak terhadap obyek.

Sikap siswa terhadap matematika merupakan faktor yang mempengaruhi dalam hasil belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran yang berlangsung hendaknya dapat menumbuhkan sikap positip terhadap matematika, sehingga akan diperoleh hasil yang optimal.

Mengingat pentingnya kemampuan matematika bagi siswa dalam proses belajar selanjutnya, maka masalah rendahnya hasil belajar matematika siswa di SMA perlu diupayakan pemecahannya.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1.Secara umum pembelajaran matematika di SMA belum mengarah pada PAIKEM ini dikarenakan kurangnya pemahaman guru tentang PAIKEM. Ada kemungkinan lemahnya kemampuan matematika para siswa dikarenakan pembelajaran matematika yang didesain guru belum mengarah ke pola PAIKEM. Hal ini dapat diteliti apakah jika pemahaman guru tentang PAIKEM ditingkatkan maka kemampuan matematika siswa lebih baik.
2. Lemahnya kemampuan siswa dalam menguasai matematika yang cenderung rendah di SMA Kabupaten X, kemungkinan diakibatkan rendahnya sikap siswa terhadap matematika. Terkait dengan ini perlu dikaji apakah benar bahwa sikap siswa terhadap matematika berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada akhir pembelajaran.
3. Karakteristik siswa berbeda-beda, maka ada kemungkinan bahwa suatu model pembelajaran matematika tidak selalu cocok bagi semua siswa. Model pembelajaran matematika mungkin cocok bagi siswa tertentu, tetapi tidak cocok bagi siswa lain. Demikian juga mungkin cocok untuk siswa yang sikap terhadap matematika tinggi, tetapi tidak cocok untuk siswa yang sikap terhadap matematika rendah, dan sebaliknya. Terkait dengan ini maka perlu diteliti apakah model pembelajaran matematika di SMA Kabupaten X tergantung dari sikap siswa terhadap matematika.
4. Di SMA Kabupaten X pembelajaran matematika cenderung dengan model konvensional. Ada kemungkinan proses belajar tersebut merupakan penyebab lemahnya hasil belajar matematika. Terkait dengan ini apakah jika model pembelajaran matematika diubah maka hasil belajar matematika menjadi lebih baik.

C. Pemilihan masalah
Karena keterbatasan peneliti, maka dalam penelitian ini hanya menyelesaikan masalah nomor 2,3,4 pada identifikasi masalah di atas, yaitu : 2) apakah benar bahwa sikap siswa terhadap matematika berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada akhir pembelajaran, 3) apakah model pembelajaran matematika di SMA Kabupaten X tergantung dari sikap siswa terhadap matematika, 4) apakah jika model pembelajaran matematika diubah maka hasil belajar matematika menjadi lebih baik.

D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemilihan masalah, terdapat dua hal yang dipersoalkan. Hal pertama adalah efekti vitas model pembelajaran matematika, dalam arti apakah suatu model pembelajaran memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran yang lain. Hal kedua adalah apakah efektivitas penelitian ini dapat dilakukan dengan benar dan terarah, maka dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai berikut :
Ada dua model pembelajaran matematika yang dicoba diteliti pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika ( dalam pokok bahasan statistika ), yaitu model pembelajaran portofolio dan model pembelajaran konvensional.
2. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPS semester pertama tahun pelajaran XXXX/XXXX di SMA Negeri Kabupaten X Propinsi X. Peneliti pilih program IPS, karena siswa program IPS selama proses pembelajaran sikap terhadap matematika dirasa rendah.
3. Sikap siswa terhadap matematika dimaksudkan adalah reaksi afektif pada diri siswa sebagai kecenderungan menghindar atau mendekati dari matematika, dan diwarnai unsur senang atau tidak senang terhadap matematika.
4. Hasil belajar matematika adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal statistika yang dicerminkan oleh nilai tes matematika pada pokok bahasan statistika.

E. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi, pemilihan dan pembatasan masalah maka masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaranportofolio lebih baik dari siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional ?
2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika tinggi lebih baik dari siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika lebih rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan sikap siswa terhadap matematika terhadap hasil belajar matematika?

F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran portofolio lebih baik dari pada yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai sikap terhadap matematika sedang maupun rendah.
3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan sikap siswa terhadap matematika terhadap hasil belajar matematika.

G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah pada proses pembelajaran matematika terutama yang berkaitan dengan model pembelajaran portofolio dan sikap siswa terhadap matematika. Dengan mengetahui kadar kekuatan pengaruh tersebut diharapkan dapat menunjukkan seberapa penting variabel tersebut mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat memperluas wawasan tentang cara belajar matematika terutama dalam mengembangkan cara belajar dengan model portofolio, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
b. Bagi guru
Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat mengenal lebih dekat tentang model pembelajaran portofolio dan implementasinya terhadap hasil belajar matematika siswa.
c. Bagi Sekolah
Melalui penelitian ini diharapkan sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan pemegang otoritas di sekolah dapat memperoleh informasi sebagai masukan dalam menentukan kabijaksanaan terkait dengan proses pembelajaran matematika di kelas.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 09:01:00

GAMBARAN STRES DAN COPING PADA IBU DENGAN ANAK GAY YANG TELAH COMING OUT

SKRIPSI GAMBARAN STRES DAN COPING PADA IBU DENGAN ANAK GAY YANG TELAH COMING OUT

1.1. Latar Belakang
Pada umumnya setiap individu menginginkan dan memerlukan hubungan yang kuat dan baik dengan keluarganya. Hanya di dalam keluargalah seseorang mendapatkan penerimaan yang tulus untuk eksistensi dirinya. Setiap anggota keluarga memiliki keistimewaan yang dapat melonggarkan kesabaran sampai pada batasnya. Bahkan sampai pada masa tersulit, keluarga merupakan tempat di mana kita dapat dimaafkan, diterima, dan diberikan awal yang menyenangkan. Keluarga adalah tempat di mana problem-problem harus dicurahkan untuk ditafsirkan, dipecahkan, didiskusikan, dipelajari mengapa problem tersebut muncul dan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya (Pearsall, 1996). Keluarga juga merupakan lembaga paling utama dan yang pertama bertanggung jawab di tengah masyarakat dalam menjamin kesejahteraan sosial dan kondisi kesehatan manusia, karena di tengah keluargalah manusia dilahirkan serta dididik sampai menjadi dewasa (Kartono, 1992).

Sebagai orangtua, ibu memikul tanggungjawab terhadap kehidupan anaknya. Menurut Martin dan Colbert (1997), kehidupan orangtua dan anak terkait selama periode kehidupan. Menjadi seorang ibu merupakan suatu hal yang didambakan oleh para wanita yang telah menikah. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, memiliki anak sebagai pelengkap bagi terbentuknya suatu keluarga yang utuh, masih dianggap sebagai sesuatu yang sangat berarti. Anak dapat memberikan kebahagiaan, membuat orangtua terhindar dari rasa kesepian, dan memberikan berbagai manfaat emosional lainnya. Anak juga dirasakan penting sebagai generasi penerus, pengikat hubungan dengan pasangan, serta jaminan hidup di hari tua (Heriningrum, 1995). Setiap pasangan suami istri tentunya mengharapkan memiliki anak yang sehat dan normal, namun apa yang akan dilakukan keluarga, dalam hal ini khususnya ibu, apabila anak lelakinya mengatakan "Ibu...saya adalah seorang gay" , apa yang akan ibu katakan dan lakukan?

Pengakuan yang dilakukan oleh anak lelaki tersebut di atas dikenal dengan istilah coming out. Coming out merupakan suatu proses bagi gay ketika ia mengakui bahwa ia adalah seorang gay, baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain (Miracle, 2003). Coming out ini merupakan tindakan yang sangat sulit bagi kaum gay, karena masih adanya tekanan yang sangat besar dalam masyarakat untuk menjadi 100% heteroseksual dan untuk menghindari semua fantasi seksual dan perasaan kepada seseorang yang berjenis kelamin sama (Rimmel & Weiner, 1995). Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat Indonesia masih terikat nilai-nilai agama dan budaya. Seksualitas masih dianggap tabu untuk dibicarakan sebab masyarakat menganggap seks sebagai sesuatu yang alamiah. Seks adalah kodrat dan tidak perlu dikomunikasikan, apalagi diajarkan kepada anak-anak. Seksualitas itu sendiri menyangkut hak-hak manusia untuk menentukan pilihan-pilihan atas isu-isu yang intim dan menantang, otonomi, pilihan, dan pengambilan keputusan, termasuk orientasi seksual (Hidayana, 2004).

Dalam masyarakat yang memiliki sikap negatif terhadap gay, maka banyak gay yang segan untuk mengakui kepada teman atau keluarga bahwa ia adalah gay (Wells & Kline, dalam Nevid, Rathus & Rathus, 1995). Dalam lingkungan masyarakat seperti ini, mengakui bahwa dirinya gay dapat membawa resiko yang besar untuk kehilangan pekerjaan, pertemanan dan kehidupan sosial (Padesky, dalam Nevid, Rathus & Rathus, 1995). Seringkali kaum homoseksual mendapatkan ejekan yang ditujukan pada dirinya melalui humor, verbal abuse, ataupun kekerasan fisik (Greene & Herek, 1994). Oleh karena itu, coming out bisa sangat beresiko.

Pada masa remaja atau dewasa muda, hubungan gay dengan keluarganya seringkali mendapat cobaan ketika terjadi proses coming out. Bagi banyak gay, memberitahukan kepada keluarga adalah proses coming out yang paling sulit, karena ditolak oleh orangtua dan saudara kandung merupakan hal yang lebih menyakitkan dibandingkan ejekan-ejekan dari orang yang tidak dikenal atau ucapan yang sangat kasar dari orang yang baru dikenal (Miracle, 2003). Mereka merasa cemas dan sering merasa bersalah bahwa keputusan mereka untuk memberitahu keluarga apabila dirinya adalah seorang gay dapat membuat kecewa dan menimbulkan rasa marah (Greene, 1994).

Dalam banyak keluarga, tindakan ini dapat menyebabkan konflik, ketidaksetujuan dan penolakan sehingga menyebabkan buruknya hubungan kekeluargaan dalam jangka waktu yang lama untuk memunculkan pengertian dari pihak keluarga (Papalia, 2001). Banyak orangtua yang mengusir anak gay dan lesbian mereka dari rumah dan menghentikan dukungan finansial (Warren, dalam Miracle, 2003). Woog (dalam Miracle, 2003) mengatakan bahwa, orangtua juga dapat memberikan reaksi marah atau perasaan bersalah terhadap tindakan apa yang "salah" dalam membesarkan anak mereka tersebut. Biasanya proses membuka diri terhadap keluarga ini terbatas pada ibu dan saudara perempuan (Mays, Chatters, Cochran, & Mackness, dalam Papalia, 2001).

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa orangtua dari anak gay yang melakukan coming out juga merasakan perasaan negatif (dalam hal ini stres) seperti yang dirasakan oleh anak gaynya. Ayah juga mengalami stres, tapi ibu dari anak gay yang melakukan coming out pada keluarganya dapat merupakan orang yang lebih rentan dan paling berpotensi untuk mengalami stres. Hal ini berkaitan dengan peran ibu, dimana ibu biasanya dianggap sebagai figur yang paling penting dalam lingkungan anak (Phoenix dkk., 1991). Dohrenwend (dalam Carter & Goldrick, 1989) juga menyatakan bahwa, wanita, dalam hal ini ibu, cenderung mengalami tingkat perubahan dan ketidak stabilan emosi yang lebih tinggi dalam hidup mereka dibandingkan dengan pria, serta lebih rentan terhadap stres di dalam kehidupannya. Hal ini didukung dengan pendapat Carter & Goldrick (1989), bahwa wanita dalam keluarga lebih responsif terhadap sekelompok orang, dimana ia merasa lebih bertanggung jawab terhadap suami, anak, orangtua, dan mertua. Adanya perasaan yang berlebih ini mengakibatkan wanita merasakan beban yang berlebih pula ketika stres yang tidak diduga terjadi, misalnya adanya penyakit, perceraian atau permasalahan pada anak, sehingga dapat dikatakan bahwa ibu mengalami stres ganda (doubly stressed). Ibu dihadapkan pada stres yang terjadi dan lebih responsif secara emosional terhadap stres tersebut (Gore, dalam Carter & Goldrick, 1989).

Setelah coming out pada anak dan konflik terjadi, terdapat perubahan dalam kehidupan berkeluarga yang dievaluasi sebagai situasi yang penuh tekanan dan tuntutan. Lazarus (1976) mengatakan bahwa apabila suatu keadaan atau situasi yang rumit tersebut pada akhirnya dirasakan sebagai keadaan yang menekan dan mengancam serta mampu melampaui sumber daya yang dimiliki individu untuk mengatasinya, maka situasi ini dinamakan stres.

Stres melibatkan banyak variabel dan proses yang merupakan penilaian individu terhadap hubungan dengan lingkungannya yang dianggap relevan dengan kesejahteraan psikologisnya, atau yang melampaui sumber daya dalam dirinya. Penilaian tersebut mengarahkan individu pada proses coping yang sesuai dengan dirinya (Lazarus & Folkman; dalam Appley & Trumbull, 1986).

Coping merupakan suatu cara yang berorientasi intrapsikis untuk mengelola atau menguasai, menerima, mengurangi dan memperkecil tuntutan lingkungan, tuntutan internal dan konflik-konflik diantaranya (Lazarus & Launier; dalam Taylor, 1999). Ada berbagai macam cara yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stres, antara lain dengan mengontrol respon emosi yang timbul akibat stres tersebut, atau mengubah situasi yang dinilai stressful. Individu berusaha mengatasi stres yang dialaminya melalui proses kognitif dan transaksi tingkah laku dengan lingkungan yang melibatkan penilaian secara terus-menerus (Lazarus & Folkman; dalam Sarafino, 1998). Dari penjelasan sebelumnya, dalam menghadapi berbagai perubahan setelah anak coming out, terjadi stres pada diri ibu. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengambil ibu sebagai fokus utama penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai stres dan coping yang dialami ibu dengan anak gay yang sudah coming out.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif digunakan karena peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai gambaran stres dan coping yang dialami ibu dengan anak gay yang sudah coming out. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam dan pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman umum dengan bentuk pertanyaan yang fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan masing-masing subjek. Pedoman umum wawancara merupakan alat pengumpul data yang dibuat peneliti berdasarkan literatur ilmiah mengenai stres dan coping. Melalui wawancara mendalam peneliti akan mendapatkan gambaran stres dan sumber stres pada diri subjek serta seberapa jauh subjek menampilkan strategi coping dalam mengatasi stres tersebut.

1.2. Rumusan Permasalahan
Adapun permasalahan utama yang ingin dijawab dalam penelitian adalah "Bagaimanakah gambaran stres dan coping pada ibu dengan anak gay yang telah coming out?"
Formulasi permasalahan utama tersebut diuraikan dalam beberapa sub permasalahan sebagai berikut:
1. Masalah-masalah apa sajakah yang muncul pada kehidupan ibu ketika anaknya mengakui tentang preferensi seksualnya?
2. Bagaimanakah gambaran stres yang terjadi pada ibu dengan anak gay yang telah coming out?
3. Bagaimanakah gambaran coping pada ibu dengan anak gay yang telah coming out?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran stres, serta proses coping pada ibu dengan anak gay yang telah coming out pada keluarganya.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini pada umumnya dapat menjadi masukan yang berharga bagi masyarakat dan mahasiswa psikologi, khususnya dalam melihat gambaran stres dan coping ibu yang memiliki anak homoseksual yang berbeda dengan ibu yang memiliki anak heteroseksual dalam menjalani kehidupannya. Menjalani stres dan proses coping bagi ibu yang memiliki anak gay dapat merupakan masalah tersendiri karena hal-hal yang harus dihadapi oleh mereka pun dapat berbeda dengan ibu yang memiliki anak heteroseksual.

1.5. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing meliputi beberapa sub bab tersendiri. Berikut adalah gambaran mengenai isi masing-masing bab.
Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, yang dibagi ke manfaat teoritis dan praktis, dan sistematika penulisan.
Bab 2 berisi tinjauan kepustakaan yang terdiri dari teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian. Teori-teori yang digunakan adalah teori mengenai homoseksual, coming out, teori stres dan coping.
Bab 3 berisi metode penelitian yang digunakan yang terdiri dari pendekatan penelitian, partisipan penelitian, pengumpulan data, prosedur penelitian, serta proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
Bab 4 berisi analisis hasil dan interpretasi yang terdiri dari analisis per kasus pada ketiga subjek ibu dengan anak gay yang sudah coming out dan dilanjutkan dengan analisis antar kasus.
Bab 5 berisi kesimpulan mengenai gambaran stres dan coping yang dialami ketiga subjek.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 08:58:00

MATERI PELAJARAN MATEMATIKA SMP / MTs KELAS VIII (DELAPAN)

Materi Pembelajaran Bidang Studi Matematika SMP / MTs Kelas 8
Semester I (Ganjil) :
1.      Bab I. Faktorisasi Suku Aljabar.
2.      Bab II. Relasi dan Fungsi.
3.      Bab III. Persamaan Garis Lurus.
5.      Bab V. Teorema Pythagoras. 
·           Glosarium / Kamus Matematika Kelas VIII.
·           Kunci Jawaban dan Petunjuk Penyelesaian Soal.

Materi Pembelajaran Bidang Studi Matematika SMP / MTs Kelas 8
Semester II (Genap) :
1.      Bab VI. Lingkaran.
2.      Bab VII. Bangun Ruang Sisi Datar.
·           Glosarium / Kamus Matematika Kelas VIII.
·           Kunci Jawaban dan Petunjuk Penyelesaian Soal.

Untuk buku materi pelajaran kurikulum 2013 edisi revisi baru tahun 2014 untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah selengkapnya, silahkan download pada artikel berikut… Semoga bermanfaat dan terimakasih…

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 08:57:00

Analisis Terhadap Pilihan Penggantian Mesin Untuk Meningkatkan Produktivitas

Skripsi Analisis Terhadap Pilihan Penggantian Mesin Untuk Meningkatkan Produktivitas 

1.1 Latar Belakang Masalah
Dengan dimasukinya era globalisasi ekonomi dan perekonomian pada era informasi (information ege economy). Diikuti dengan perkembangan teknologi yang sekarang ini begitu pesat. Maka persaingan dunia usaha akan semakin kompetitif, hal tersebut menyebabkan perusahaan dituntut untuk terus berupaya dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam iklim persaingan tersebut perusahaan harus mengikuti perkembangan lingkungan internal dan eksternal. “Persaingan abad industri telah bergeser pada abad informasi (Kaplan & Norton, XXXX). Hal ini akan mendorong kebutuhan akan suatu informasi menjadi suatu hal yang sanggat essensial, sehingga iklim persaingan bisnis yang ada berubah dari persaingan teknologi menjadi persaingan informasi. Hal ini menyebabkan perlunya peninjauan kembali sistem manajemen yang digunakan oleh perusahaan untuk mampu bertahan dan berkembang dalam persaingan bisnis. 

Perusahaan tidak dapat diukur melalui sistem manajemen tradisional, Dalam era informasi pengukuran yang diperlukan bukan hanya dari bidang keuangan saja penilaian lain seperti peningkatan kepercayaan customer terhadap layanaan jasa perusahaan, peningkatan kompetensi dan komitmen personnel, kedekatan hubungan kemitraan perusahaan dengan pemasok, maka dari itu hasil akhir yang didapat dari sistem informasi yang menjadi pemampu (enabler) bagi perusahan dalam merespon secara benar perubahan lingkungan yang terjadi, sehingga upaya bertahan dan berkembang dapat dicapai. Pada masa era persaingan industrial, tolok ukur kinerja perusahaan yang digunakan dari segi keuangan saja adalah tingkat pengembalian terhadap, Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Profit Margin dan Current Ratio. Meskipun aspek keuangan merupakan sumber segala keputusan, namun menilai kinerja perusahaan semata-mata dari aspek keuangan akan sangat menyesatkan karena kinerja keuangan tidak mampu mengukur kinerja asset-asset tak berwujud (Intangible Asset) dan asset-asset intelektual (sumber daya manusia) perusahaan. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan dalam jangka panjang, selain mengukur aspek keuangan maka aspek non keuangan juga perlu diukur karena informasi yang dihasilkan dapat menjadi alat pengendali pada tingkat operasional untuk melakukan pengukuran secara fisik terhadap input dan output sehingga bermanfaat untuk meningkatkan daya saing perusahaan.

Meningkatnya persaingan usaha terutama dalam pasar internasional, membuat setiap perusahaan yang berorientasi eksport harus menjaga konsistensinya hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran kinerja Balanced Scorecard yang merupakan metode pengukuran dengan solusi yang terbaik untuk mengukur kinerja bisnis, karena Balanced Scorecard memiliki keistimewan dalam hal cukupan pengukurannya yang komprehensif, yaitu selain mempertimbangkan kinerja keuangan, juga mempertimbangkan kinerja non keuangan.

Pendekatan Balanced Scorecard mengukur dari empat perspektif yang berbeda, Yaitu : perspektif keuangan (financial perspective), perspektif pelanggan (custumer perspective), perspektif proses bisnis internal (internal business process perspective), serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth/infrastructure perspective).

Di Indonesia, perusahaan furniture sudah cukup banyak dan salah satu diantaranya adalah PT. X yang bergerak sebagai produsen furniture.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, PT. X dituntut untuk dapat mempertahankan eksistensi dan meningkatkan kemampuannya, pihak manajemen perusahaan harus memiliki daya tanggap, efisiensi dan profesional dalam menjalankan usahanya, salah satunya dengan mempertimbangkan penggantian sistem pengukuran kinerja PT. X yang saat ini masih bertumpu pada pengukuran kinerja keuangan. Melihat hal ini penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang konsep pengukuran kinerja PT. X berdasarkan Balanced Scorecard.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah :
a. Bagaimanakah alat ukur kinerja yang ditetapkan perusahaan saat ini ?
b. Bagaimana penerapan Balanced Scorecard sebagai alat ukur kinerja PT. X ?

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai latar belakang dan rumusan masalah, maka secara garis besar penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui alat ukur kinerja yang ditetapkan perusahan saat ini.
b. Untuk mengetahui kinerja PT. X apabila diukur dengan metode Balanced Scorecard.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Perusahaan
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard.
b. Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Balanced Scorecard secara nyata sehingga penulis dapat membandingkan antara teori yang diberikan dengan kenyataan yang ditemui dalam praktek.
c. Pihak Lain
Sebagai tambahan wacana dan khasanah pengetahuan yang bisa digunakan untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini dibagi kedalam beberapa bab, sebagai berikut. :
Bab 1 : Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Diakhiri dengan penjelasan sistematika penulisan skripi.
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
Pada bab ini diuraikan tentang tinjauan pustaka yang mencakup landasan teori yang mengungkapkan berbagai teori tentang Balanced scorecard sebagai pengukuran kinerja perusahaan, konsep-konsep dan argumentasi-argumentasi untuk membantu memecahkan masalah penelitian yang telah dirumuskan serta penelitian sebelumnya.
Bab 3 : Metode Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan mengenai pendekatan penelitian yang digunakan, ruang lingkup penelitian, rancangan penelitian, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data serta teknik analisis.
Bab 4 : Analisa Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum subyek penelitian, data yang dikumpulkan, serta analisis terhadap data yang dikumpulkan, kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil analisis tersebut, dengan metode Balanced Scorecard
Bab 5 : Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan disertai saran-saran yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 08:57:00