Cari Kategori

STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS RADIO FM PADA MINAT PEMASANG IKLAN

STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS RADIO FM PADA MINAT PEMASANG IKLAN



BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan public relations dalam suatu organisasi atau perusahaan adalah sebuah indikasi bahwa public relations memiliki peran penting dalam perputaran sistem dan manajemen yang ada dalam perusahaan atau organisasi. Keberadaannya mampu menyentuh dan menerobos aspek-aspek sosial dan kepentingan publik.
Public relations pada praktiknya memiliki keterkaitan dengan ilmu komunikasi karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh dan mata rantai yang menunjang kegiatan public relations. Kegiatan komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan public relations. Bagi publik relations melaksanakan fungsi dan kegiatannya, berpusat pada komunikasi. Ini berarti bahwa tidak ada aktivitas tanpa ada komunikasi secara langsung ataupun tidak langsung, verbal maupun non verbal dengan bentuk apapun. Begitu juga organisasi, lembaga itu menempatkan komunikasi sebagai salah satu unsur administrasi.
Karena public relations merupakan metode ilmu komunikasi sebagai salah satu kegiatan yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu organisasi. Menurut De Fleur dan Dennis dari perspektif ilmu komunikasi yang dikutip Yosal Iriantara dalam bukunya Community Relations, Public relations adalah sebuah proses komunikasi dimana individu atau unit-unit masyarakat berupaya untuk menjalin relasi yang terorganisasi dengan berbagai kelompok atau publik untuk tujuan tertentu. Sebagai proses komunikasi, public relations merupakan kegiatan yang terorganisir dan bertujuan sehingga bisa dibedakan dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan begitu saja dan tak memiliki tujuan yang jelas. Sedangkan sebagai kegiatan, public relations bertujuan untuk membantu publik untuk memahami organisasi dan produk organisasi tersebut.
Strategi dalam hal ini, digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukan arah saja, tetapi harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.
Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi.
Strategi komunikasi harus selalu berawal dari perlunya untuk secara spesifik dan ideal mengkomunikasikan tujuan. Tujuan yang paling utama adalah mencapai posisi khusus yang akan melampaui tujuan bagi audiens yang berbeda-beda. Posisi itu sendiri harus diperoleh melalui analisis. Strategi public relations harus mempertimbangkan cara-cara yang dapat mengintegrasikan semua aktivitasnya, dan cara yang paling praktis serta definitif saat ini adalah mendasarkan program-program public relations pada analisis audiens atau stakeholder.
Saat ini media di Indonesia berkembang begitu pesat. Kebutuhan masyarakat akan informasi juga turut meningkat. Kemajuan teknologi juga turut mempengaruhi perkembangan media massa saat ini, bentuk penyajian informasi yang beragam, mulai dari berupa tulisan, gambar, audio, visual dan audio visual hadir dalam kemasan yang menarik.
Radio adalah salah satu media masa elektronik yang mampu merealisasikan tujuan serta efisien dan murah. Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah, merakyat dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga pendengarnya.
Dalam dunia radio juga tidak lepas dari peranan public relations yang merupakan unsur penting dalam struktur perusahaan khususnya perusahaan radio swasta seperti Radio X FM. Secara komersil, atau sektor swasta dari setiap perekonomian, bidang public relations bertugas untuk menarik minat pemasang iklan.
Tidak mudah bagi public relations sebuah stasiun radio dalam menarik minat pemasang iklan, mengingat saat ini banyak sekali media massa-media massa yang lebih canggih dan lebih efisien dari radio. Televisi contohnya, media massa ini lebih banyak diminati oleh khalayak karena merupakan media massa audio visual.
Dalam hal ini kenapa peneliti mengambil Radio X FM sebagai objek penelitian karena Radio X FM merupakan radio yang baru berdiri sekitar tiga tahun tetapi mampu memperoleh penghargaan bergengsi dari sebuah majalah musik, yang dinobatkan sebagai The Phenomenal Station oleh editor Rolling Stone karena dianggap sebagai radio yang berhasil membawa musik Indonesia terbaik kepada masyarakat Jakarta.
Dengan kekurangan dan kelebihan suatu stasiun radio, public relations dituntut untuk mampu meyakinkan pemasang iklan agar mau bergabung dengan Radio X FM.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian strategi komunikasi yang digunakan Radio X FM yang menyebabkan banyaknya pemasang iklan yang berniat pada radio tersebut dan penelitian ini diberi judul "STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS RADIO X FM TERHADAP MINAT PEMASANG IKLAN".

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Seperti diketahui bersama tentang kekurangan dan kelebihan radio, Banyak hal menyebabkan ketertarikan orang untuk memasang iklan di Radio X FM. Agar pembahasan ini terfokus pada satu permasalahan maka peneliti membatasi penelitian ini pada strategi komunikasi yang digunakan oleh public relations Radio X FM yang mencakup tugas promosi dari sales sebagai bagian dari public relations dalam menarik minat pemasang iklan.
2. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas tentang kelebihan dan kekurangan radio, maka dengan ini peneliti perumusan masalahnya sebagai berikut : 
a. Apa strategi komunikasi yang digunakan public relations Radio X FM dalam menarik minat pemasang iklan ?
b. Apakah strategi komunikasi yang digunakan public relations Radio X FM sudah efektif ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu : 
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui strategi komunikasi yang digunakan public relations dalam menarik minat pemasang iklan.
b. Untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan public relation Radio X FM dalam menarik minat pemasang iklan sudah efektif.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian Ilmu Pengetahuan Komunikasi dalam bidang teori yang membahas public relation.
b. Bagi Jurusan/Fakultas Komunikasi diharapkan dapat membantu pengayaan kurikulum tentang public relations yang dikembangkan dalam organisasi ataupun perusahaan.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi penelitian serupa di masa mendatang. Selain itu juga dapat memberi masukan bagi akademis dan para public relations tentang bagaimana strategi public relations terhadap minat pemasang iklan di industri radio.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini akan diuraikan sebagai berikut : 
BAB I PENDAHULUAN meliputi : Menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI memuat pengertian tentang public relations dan ruang lingkupnya, strategi komunikasi public relations, pengertian radio dan pengertian periklanan.
BAB III GAMBARAN UMUM membahas sekilas tentang gambaran umum Radio X FM dan gambaran umum public relations Radio X FM
BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN PENELITIAN
Bab analisis dan pembahasan ini berisi, strategi komunikasi public relations serta efektif tidaknya strategi yang digunakan public relation Radio X FM dalam menarik minat pemasang iklan. 
BAB V PENUTUP meliputi simpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 11:07:00

PENGARUH STRATEGI HUMAS TERHADAP CITRA PERUSAHAAN DI KANTOR BANK INDONESIA

PENGARUH STRATEGI HUMAS TERHADAP CITRA PERUSAHAAN DI KANTOR BANK INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang pengertian "Strategi Humas dan Citra Perusahaan" sebagai objek yang diteliti, perlu diperhatikan lebih dahulu mengenai pemahaman istilah strategi. Harold Koontz menjelaskan kata "strategi" berasal dari Bahasa Yunani "strategos" memiliki makna cara yang berbeda untuk digunakan. Selanjutnya Harold Koontz menjelaskan strategi adalah menganalisa situasi yang terjadi pada saat sekarang ini untuk menetapkan sasaran (Koontz Harold, Cyril O’Donnell, 1959 : 88).
Strategi komunikasi antara berbagai tingkat dalam organisasi harus konsisten. Seringkali terjadi keputusan strategis yang dibuat pada tingkat-tingkat yang berbeda kurang dipahami. Oleh karena itu, peran spesialis public relations adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan secara menyeluruh. Penerapan menyeluruh ini tidak berarti 'umum' atau 'sama'.
Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Oleh karena itu, para personelnya kini jauh lebih dituntut untuk mampu menjadikan orang-orang lain memahami sesuatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga atau perusahaan yang diwakilinya.
Sekarang ini banyak sekali perusahaan atau organisasi memahami perlunya memberi perhatian yang cukup untuk membangun suatu citra yang menguntungkan bagi perusahaan tidak hanya dengan melepaskan diri terhadap terbentuknya suatu kesan publik negatif. Dengan kata lain, citra perusahaan adalah fragile commodity (komoditas yang rapuh/mudah pecah). Namun, kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang (Seitel, 1992 : 193).
Menurut Bill Canton dalam Skatendel (1990) mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi). Jadi, citra itu dengan sengaja perlu diciptakan agar bernilai positif. Citra itu sendiri merupakan salah satu asset terpenting dari suatu perusahaan atau organisasi (Soemirat, Soleh & Ardianto, Elvinaro, 2004 : 111-112).
PR adalah salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama. Citra perusahaan dalam hal ini adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanan saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi bagus, umumnya menikmati enam hal. Pertama, hubungan yang positif dengan para pemuka masyarakat. Kedua, hubungan positif dengan pemerintah setempat. Ketiga, resiko krisis yang lebih kecil. Keempat, rasa kebanggaan dalam organisasi dan di antara khalayak sasaran. Kelima, saling pengertian antara khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal. Dan terakhir, meningkatkan kesetiaan para staf perusahaan (Anggoro, M. Linggar, 2000 : 67).
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam kaitannya dengan sejarah perjalanan bangsa telah mengalami berbagai perubahan. Berdasarkan UU No. 11 Tahun 1953 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1953, maka Bank Indonesia tidak hanya bertindak sebagai Bank Sentral yang dengan tugasnya sebagai Bank Sirkulasi tetapi juga sebagai Bank Komersil sampai dengan akhir tahun 1965. Dalam rangka upaya penataan perekonomian dan perbankan nasional maka secara murni sebagai Bank Sentral yang tugas utamanya mendorong kelancaran pembangunan. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menetapkan Bank Indonesia sebagai Lembaga Negara yang Independen di bidang tugasnya berada di luar pemerintahan dan lembaga lainnya.
Tidak semua karya gemilang yang dapat dihasilkan oleh PRO/humas merupakan pembangunan citra perusahaan di mata khalayak sasaran maupun masyarakat luas. Bahkan sebaliknya di tangan Public Relations yang buruk dan lemah visinya, hasilnya bisa nol dan bahkan juga terjadi minus. Bukannya akan membentuk citra baik bagi perusahaan malah sebaliknya kehilangan citra karena merosotnya kepercayaan. Banyak dibuktikan di lapangan, kalau sudah kehilangan kepercayaan masyarakat, akan sulit untuk meraihnya kembali dan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa berhasil kembali.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh strategi humas terhadap citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia X.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 
"Apakah strategi humas berpengaruh terhadap citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia X ?"

C. Pembatasan Masalah
Untuk mempertajam lingkup masalah yang diteliti, ada beberapa asumsi yang dianjurkan dalam pembatasan masalah, yaitu : 
1. Studi tentang Pengaruh Strategi Humas Terhadap Citra Perusahaan di Kantor Bank Indonesia X cukup aktual untuk dipecahkan pada saat sekarang ini melalui tahapan pengumpulan data, klasifikasi data, dan analisis data.
2. Studi tentang Pengaruh Strategi Humas Terhadap Citra Perusahaan di Kantor Bank Indonesia X merupakan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk melakukan analisis hubungan tentang pengaruh strategi humas terhadap citra perusahaan.
3. Unit analisis dalam penelitian adalah pegawai Kantor Bank Indonesia X. 
4. Dilihat dari letak geografis antara lokasi penelitian dengan tempat tinggal penulis cukup ideal untuk menjamin keberlangsungan penelitian.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 
1. Tujuan Penelitian
Karena penelitian ini ditetapkan sebagai penelitian korelasional, maka tujuannya adalah : 
1. Untuk mengetahui variabel penelitian yang paling berpengaruh dalam meningkatkan citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia sekaligus menguji hipotesis dari kegiatan penelitian ini.
2. Untuk mengetahui pengaruh strategi humas terhadap citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia X.
2. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang positif kepada mahasiswa FISIP khususnya terhadap Departemen Ilmu Komunikasi mengenai dunia Public Relations.
2. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menguji pengalaman teoritis penulis selama mengikuti studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 11:05:00

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KEMAMPUAN KERJA PEGAWAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KEMAMPUAN KERJA PEGAWAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan organisasi pencapaian tujuan dengan segala prosesnya membutuhkan komunikasi yang efektif. Para anggota organisasi mutlak perlu berkomunikasi satu sama yang lain. Komunikasi merupakan bagian integral dari suatu proses manajemen melalui komunikasi yang efektif, kerja sama yang harmonis dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan (Nitisemito, http://www.scribd.com dikutip tanggal 5 Mei 2010).
Seperti yang dikatakan pula oleh Terry (http://www.scribd.com dikutip tanggal 5 Mei 2010) bahwa komunikasi menempati urutan teratas mengenai apa saja yang harus dibuat dan dikerjakan untuk menghasilkan motivasi efektif, usaha-usaha komunikatif berpengaruh terhadap antusiasme kerja. Melalui komunikasi maka dapat memberikan keterangan tentang pekerjaan yang membuat karyawan dapat bertindak dengan rasa tanggung jawab pada diri sendiri yang pada waktu bersamaan dapat mengembangkan semangat kerja para karyawan. Adanya kerja sama yang harmonis ini diharapkan dapat meningkatkan kerja para pegawai, karena komunikasi berhubungan dengan keseluruhan proses pembinaan perilaku manusia dalam organisasi.
Menurut Rathakrishnan, 2006, komunikasi merupakan aspek dan elemen yang penting dalam sebuah organisasi. Komunikasi dalam organisasi mempunyai hubungan yang rapat dan saling mempengaruhi. Para pengurus menghabiskan 95% dari pada masa bekerja mereka untuk berkomunikasi, manakala pekerja bawahan menggunakan 60 persen daripada masa bekerja mereka dalam berbagai bentuk komunikasi. Ini menunjukkan proses komunikasi dalam organisasi boleh melibatkan setiap anggota organisasi.
Dengan demikian pelaksanaan komunikasi organisasi sangat diperlukan untuk melancarkan tugas-tugas pegawai. Sering terlihat dalam kehidupan sehari-hari jika hubungan antara pimpinan dan bawahan kurang baik maka para pegawai dalam melaksanakan tugasnya akan semakin malas. Tetapi sebaliknya jika hubungan atasan dan bawahan baik maka mereka juga dalam melaksanakan pekerjaan akan semakin baik pula. Berkaitan dengan hal tersebut selain komunikasi setiap organisasi tidak terlepas dari peran pemimpinnya baik organisasi publik maupun swasta, Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan kerja (produktivitas) para pegawai, organisasi harus menjalankan usaha-usaha pengembangan pegawai atau karyawannya. Jadi, pengembangan pegawai adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja pegawai dalam mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan.
Peranan sumber daya manusia terhadap lembaga negara tergantung kepada jumlahnya secara kuantitatif dan kualitas dari sumber daya manusia itu sendiri yang disifati dengan tinggi rendahnya kemampuan sumber daya manusia, menurut Standar Nasional Indonesia 19-9004-2002 terdiri dari unsur pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman. Oleh karena itu penyediaan pendidikan dan pelatihan bagi para personil dimaksudkan untuk memastikan bahwa personil sadar akan relevansi dan kegiatan mereka serta bagaimana sumbangan mereka bagi pencapaian sasaran mutu Quality objectives.
Menurut Purnomo (2004 : 4) "kemampuan merupakan kesanggupan seseorang baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk menjalankan tugas sesuai dengan profesi yang dimilikinya". Lebih lanjut diungkapkan bahwa "kemampuan kerja adalah keadaan pada seorang pegawai yang secara penuh kesanggupan, berdaya guna dan berhasil guna melaksanakan pekerjaannya, sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal."
Kemampuan juga berhubungan erat dengan kemampuan fisik atau kemampuan mental yang dimiliki orang untuk melaksanakan pekerjaan dan bukan yang diinginkan (Gibson, 1990 : 53). Gibson menyebutkan beberapa kemampuan yang harus dimiliki seorang pegawai agar dapat mencapai efektivitas dan efisiensi kerja.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan yang ada dalam diri seseorang adalah salah satu unsur kematangan, berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan, latihan dan suatu pengalaman, sehingga berguna untuk melaksanakan pekerjaan dan memperoleh hasil yang optimal. Kemampuan kerja pegawai merupakan aspek penting dalam organisasi. Pegawai yang memiliki kemampuan kerja dalam melaksanakan tugas akan senantiasa bekerja percaya diri dan siap untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi. Komunikasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya akan mempengaruhi kinerja yang diberikan dengan ditandai oleh tingkat produktivitas, kestabilan yang dimiliki dalam melaksanakan tugas, kedisiplinan yang kuat, loyalitas yang tinggi, tanggung jawab serta efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan tugas. Kedua aspek tersebut jika bersatu secara utuh dalam kondisi baik akan menjadikan pegawai berperilaku sesuai dengan tuntutan organisasi yang dikehendaki. Oleh karena itu apapun bentuk organisasinya aspek kemampuan kerja dan komunikasi perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pimpinan organisasi tersebut, termasuk di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X.
Satuan Polisi Pamong Praja Kota X mempunyai tujuan yaitu, rangka pembangunan nasional, arah kebijakan program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima/PKL diarahkan untuk mencapai kondisi lingkungan yang tertib dan nyaman. Usaha dari pemerintah dalam hal ini Kota X mengimplementasikan program berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 11 Tahun 2000 tentang Program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja yang mempunyai wewenang dalam hal tersebut.
Program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja terdapat beberapa kasus yang salah satunya yaitu : 
- Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mendirikan bangunan permanen yang seharusnya bangunan tersebut dapat dibongkar pasang seperti yang tertera pada Peraturan Daerah Th. 2000 pada bab V Pasal 8 yang menjelaskan : 
Untuk melakukan kegiatannya. Pedagang Kaki Lima dilarang : 
a. Merombak, menambah, mengubah fungsi dan fasilitas lokasi PKL yang telah disediakan dan atau telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
b. Mendirikan bangunan permanen di lokasi PKL yang telah ditetapkan.
c. Memindahtangankan ijin tempat usaha PKL kepada pihak lain.
d. Melakukan kegiatan usaha di luar lokasi PKL yang telah ditetapkan.
e. Menempati lahan/lokasi PKL yang tidak ditunjuk dan ditetapkan oleh Walikota.
f. Menempati lahan/lokasi PKL untuk kegiatan tempat tinggal (hunian).
Suatu istilah yang dimaksudkannya untuk menjelaskan suatu keadaan dimana dalam proses kebijakan selalu akan terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan (direncanakan) oleh pembuat kebijaksanaan dengan apa yang senyatanya dicapai (sebagai hasil atau presentasi dari pelaksanaan). Jika dihubungkan dengan proses implementasi program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X, masih dari jauh harapan oleh karena itu variabel komunikasi dan kemampuan kerja dipergunakan sebagai faktor yang mempengaruhi implementasi program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X.
Ketentraman dan ketertiban umum merupakan proses perubahan secara berencana yang berlangsung secara terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada keadaan yang lebih baik, Ketentraman dan ketertiban umum dilaksanakan secara bertahap dan meliputi seluruh aspek kehidupan sehingga terjadi peningkatan ketentraman dan ketertiban umum masyarakat. Salah satu upaya meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum dengan adanya program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima/PKL, yang diharapkan dapat tercapainya lingkungan yang aman tertib dan terkendali.
Dengan ditertibkannya suatu kebijakan yang diharapkan untuk dapat memperbaiki pembangunan melalui program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X. Program tersebut bersifat pemerataan yang diorientasikan kepada pedagang kaki lima agar dapat terciptanya lingkungan yang aman dan terkendali. Adapun maksud dari perda tersebut adalah memberikan arah dan pedoman serta landasan bagi aparat pemerintah dalam menegakkan ketentraman dan lingkungan yang aman. Sedangkan tujuan agar pelaksanaan pembangunan dapat terarah, terpadu, efektif, dan efisien untuk mewujudkan landasan yang mantap bagi visi pembangunan.
Hal ini disebabkan secara obyektif terdapat kondisi atau situasi yang menggambarkan hambatan pada segi sumber daya dan komunikasi. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut : 
1. Kemampuan kerja aparatur dalam menerapkan kebijakan yang belum memadai, hal tersebut disebabkan oleh : 
a. Kurangnya inisiatif dari para pelaksana untuk mengimplementasikan kebijakan karena harus menunggu perintah dari atasan untuk bertindak. 
b. Kurangnya pemahaman tentang isi kebijakan yang menyebabkan dibutuhkan peraturan/petunjuk pelaksana.
2. Selain faktor kemampuan kerja, juga ada beberapa kesulitan dalam pelaksanaan program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X yaitu faktor komunikasi yang disebabkan oleh : 
a. Koordinasi yang belum efektif sehingga jarangnya pertemuan diantara pelaksana.
b. Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga terjadi kesalahan persepsi dalam penyampaian informasi.
Berangkat dari latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul "HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KEMAMPUAN KERJA PEGAWAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA X" 

B. Perumusan Masalah
Satuan Polisi Pamong Praja Kota X mempunyai tujuan yaitu, rangka pembangunan nasional, arah kebijakan program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima/PKL diarahkan untuk mencapai kondisi lingkungan yang tertib dan nyaman. Usaha dari pemerintah dalam hal ini Kota X mengimplementasikan program berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 11 Tahun 2000 tentang Program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja yang mempunyai wewenang dalam hal tersebut.
Program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Di Kota X yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja terdapat beberapa kasus yang salah satunya yaitu : Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mendirikan bangunan permanen yang seharusnya bangunan tersebut dapat dibongkar pasang seperti yang tertera pada Peraturan Daerah Th. 2000 pada bab V Pasal 8.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah :
1. Apakah komunikasi berhubungan terhadap Implementasi Program di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X ?
2. Apakah kemampuan kerja berhubungan terhadap Implementasi Program di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X ?
3. Apakah komunikasi dan kemampuan kerja berhubungan terhadap Implementasi Program di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu : 
1. Untuk mengetahui hubungan efektifitas komunikasi terhadap Implementasi Program di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X
2. Untuk mengetahui hubungan kemampuan kerja pegawai terhadap Implementasi Program di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X
3. Untuk mengetahui hubungan komunikasi dan kemampuan kerja terhadap Implementasi Program di Satuan Polisi Pamong Praja Kota X
Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian yaitu : 
Manfaat akademis : 
1. Sebagai bahan pembanding antara praktik dan teori yang telah diperoleh selama kuliah dan merupakan media untuk mempraktikkan teori-teori atau ilmu yang telah dipelajari.
2. Menambah wawasan dibidang kehumasan sesuai dengan bidang yang telah dipilih.
3. Mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di Jurusan Ilmu Komunikasi.
Manfaat praktis : 
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi lembaga atau instansi terkait mengenai pentingnya peran kemampuan kerja dan komunikasi dalam suatu organisasi guna terwujudnya implementasi program pengaturan dan pembinaan PKL di Kota X.
2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para pihak dalam hal memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 10:55:00

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL LINGUISTIK DAN HASIL BELAJAR SISWA

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL LINGUISTIK DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia yaitu berbahasa. Berbahasa merupakan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Di sekolah dasar. pengajaran membaca merupakan salah satu aspek pokok pengajaran bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan sistem bunyi dan makna, unsur-unsur bahasa yang dipilih secara acak tanpa dasar atau tidak ada hubungan logis antara bunyi dengan maknanya, berbentuk ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, berfungsi selama manusia memanfaatkannya, sebagai penyatu keluarga. masyarakat, dan bangsa dalam kegiatannya. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam bereksplorasi di lingkungan akademik maupun kehidupan sosial. Kegemaran membaca sebaiknya dilatihkan kepada anak sejak usia dini yaitu pada tingkat sekolah dasar. Pembelajaran bahasa mencerminkan pengenalan diri dan budaya. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan pembelajaran yang melibatkan pengalaman siswa pada empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca. Dalam proses belajar mengajar, membaca mempunyai peranan yang sangat penting. Bahkan membaca merupakan faktor penentu bagi keberhasilan belajar seseorang.
Wiranto (2008) mengatakan guru mengeluhkan macetnya komunikasi guru dengan siswa yang disebabkan pasifnya siswa dengan sikap yang diam dalam seribu bahasa. Guru tersebut kesal bila dalam proses belajar mengajar dan bertanya untuk mendapatkan umpan balik tidak ada jawaban dari siswanya. Kesulitan siswa dalam memahami pelajaran dan pasifnya siswa dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan adalah karena siswa lemah dalam kemampuan membaca. Penyebabnya adalah karena mereka tidak terlatih atau membiasakan diri membaca sejak dini.
Membaca dalam kehidupan sehari-hari tidak harus membaca buku pelajaran saja tetapi bisa juga membaca novel, buku cerita, ensiklopedi, kamus, koran, maupun komik. Banyak orang bertanya, apa keuntungan yang kita dapatkan dari membaca novel, buku cerita, ensiklopedi, kamus, komik maupun koran. Menurut pendapat Elena (2007) mungkin pikiran pertama yang muncul dibenak orang mengenai manfaat membaca buku cerita maupun novel adalah untuk mendapatkan hiburan dari alur ceritanya. Tapi bukan itu saja, membaca buku dapat membantu memaparkan orang berbagai jenis kata dan kalimat baru, dan ini pun nantinya bisa memperkaya vokab orang tersebut dan meningkatkan kemampuan berkomunikasinya.
Membaca meningkatkan cara berpikir, membaca juga meningkatkan memori seseorang serta kemampuannya memahami teks. Membaca merangsang otak untuk berimajinasi. Penelitiannya menemukan bahwa pada saat menonton televisi tidak banyak bagian otak yang merespon, sedangkan pada saat orang membaca, bagian-bagian otak yang berbeda akan merespon. Hal itu disebabkan oleh imajinasi otak yang pada saat membaca dapat membayangkan hal-hal yang terjadi di dalam buku. Dari pernyataan Elena (2007) maka dapat disimpul-kan bahwa dengan kegiatan membaca novel, buku cerita, ataupun komik akan membantu merangsang otak untuk berkonsentrasi dan berimajinasi. Dengan demikian maka apabila otak sudah terbiasa berkonsentrasi dan berimajinasi akan memper-mudah seseorang untuk belajar.
Menurut Nadia (2005) kebiasaan membaca sejak dini ternyata dapat menggali bakat dan potensi anak. Membaca juga dapat memacu day a nalar dan melatih konsentrasi. Menurut pengalamannya, dengan mengenalkan buku bacaan pada anaknya sejak kecil dapat meningkatkan prestasi anaknya di sekolah. Terbukti anaknya sudah bisa membaca pada usia 4 tahun dan mampu mengarang dengan baik pada saat berusia 7 tahun. Nadia juga menegaskan bahwa peran orang tua sangat penting untuk mendampingi anak dalam membaca. Orang tua harus mengawasi buku apa saja yang mereka baca. Jangan sampai buku tersebut berdampak negatif pada anak dan menjadikan anak malas untuk belajar. Anak-anak boleh membaca komik tetapi hanya sekedar untuk hiburan saja dan memacu daya imajinasinya. Dengan memperhatikan kebiasaan membaca yang baik dan penggunaan metode membaca maka dapat dipastikan kita akan memahami isi dari bacaan yang nantinya juga akan berpengaruh pada hasil belajar, karena tinggi rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang menurut Merson (dalam Tulus, 2004) adalah faktor kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, cara belajar dimana kebiasaan membaca yang baik termasuk dalam cara belajar dari seorang siswa, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah. Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa kebiasaan membaca dan kecerdasan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Melalui kegiatan membaca seseorang dapat menambah informasi dan memperluas ilmu pengetahuan. Dengan membaca membuat orang menjadi cerdas, kritis dan mempunyai daya analisa yang tinggi. Melalui kegiatan membaca juga selalu tersedia waktu untuk merenung, berfikir dan mengembangkan kreativitas berfikir. Bila seorang siswa tidak memiliki kebiasaan membaca serta perhatian yang besar terhadap membaca maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari pelajaran. Sebaliknya, apabila kegiatan membaca tersebut disertai dengan kebiasaan membaca serta perhatian besar terhadap obyek yang dipelajari, maka hasilnya diperoleh lebih baik. Tetapi tidak semua siswa mempunyai kesamaan kebiasaan dan kemampuan, dan tidak semua dari siswa belajar dengan cara yang sama. Setiap siswa memiliki kecerdasan berbeda-beda. Kecerdasan adalah kemampuan umum setiap individu dalam berbagai tingkat. Kecerdasan juga merupakan salah satu faktor utama penentu sukses atau gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences/Ml) seperti yang dicerminkan dalam namanya, merupakan suatu kompetensi kognitif (belajar, memahami) manusia lebih baik diuraikan dalam arti kumpulan kemampuan, bakat, atau keterampilan mental yang disebut "kecerdasan" Gardner (Saputri, 2006 : 2). Setiap individu memiliki kecerdasan majemuk namun kadar yang dimiliki berbeda-beda, ada yang hanya memiliki beberapa kecerdasan majemuk dan buta pada kecerdasan majemuk lain, tetapi gabungan dari beberapa kecerdasan majemuk itulah yang membuat adanya keunikan tersendiri pada tiap individu Gardner (Arunita, 2009 : 1). 
Kecerdasan Verbal-Linguistic adalah kecerdasan yang terkait dengan kata-kata dan secara luas komunikasi. Kecerdasan ini menggambarkan kemampuan memakai bahasa melalui membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan berbagai pengalaman sebelumnya, juga merupakan komponen penting dari kecerdasan ini. Orang yang berkecerdasan linguistik mampu membentuk dan mengenali kata dan polanya dengan penglihatan, pendengaran dan dalam beberapa kasus persentuhan. Orang berkecerdasan ini mampu menghasilkan dan menghaluskan bahasa dan menggunakan banyak bentuk dan format. Di ruang kelas, kecerdasan linguistik dirangsang melalui kegiatan bercerita, berdebat, berpidato dan bersandiwara. Membaca dan merespon berbagai variasi teks, juga menulis bermacam tema esai, cerita, surat, dan lelucon (English, 2005 : 24).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SDN X, menurut catatan jurnal harian perpustakaan diketahui bahwa rata-rata hanya 20 sampai 25 siswa atau sekitar 20,6% dari jumlah keseluruhan siswa SDN X yang aktif dalam kegiatan membaca maupun meminjam buku-buku atau koleksi bacaan lainnya, pada saat jam istirahat pertama maupun jam istirahat kedua. Selain hal tersebut, guru kelas IV di SDN X juga menuturkan bahwa "SDN X menetapkan nilai KKM untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 70, sedangkan berdasarkan hasil ulangan harian serta hasil Ujian Akhir Semester I pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, hanya 27 dari 39 siswa kelas IV yang nilai rata-ratanya di atas KKM yang ditetapkan, selebihnya ada 12 siswa yang nilainya belum memenuhi KKM". Hal tersebut bisa saja dipengaruhi oleh faktor kebiasaan membaca dan kecerdasan siswa.
Berlatar belakang dari uraian tersebut serta berbagai hasil penelitian sebelumnya membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL-LINGUISTIC DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 
1. Adakah hubungan positif dan signifikan antara kebiasaan membaca dan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri X.
2. Adakah hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan Verbal-Linguistic dan hasil belajar siswa kelas IV di SDN X.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 
1. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kebiasaan membaca dan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri X.
2. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kecerdasan Verbal-Linguistic dan hasil belajar siswa IV tinggi di SD Negeri X.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah dapat memberikan manfaat secara teoritis serta manfaat praktis pada masyarakat luas, khususnya di bidang pendidikan. 
1. Manfaat teoritis
a. Untuk peneliti sebagai sarana dalam membantu proses belajar mengajar.
b. Meningkatkan daya kreatifitas dan inovatif sehingga diharapkan menjadi guru yang profesional. 
2. Manfaat praktis
a. Sumbangan untuk lembaga pendidikan khususnya sekolah dalam usahanya meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Sebagai bahan informasi guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Memberikan alternatif bagi guru untuk mendorong siswa dalam menumbuhkan kebiasaan membaca dan kecerdasan verbal-linguistic dalam menunjang pembelajaran sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 10:22:00

MEDIA E-PEMBELAJARAN DARI BTIKP DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI

Sudung belaja yang ber-URL di http://www.jambi-belajar.orgmerupakan portal E-Pembelajaran yang dikelola oleh Balai Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (BTIKP) Dinas Pendidikan Provinsi Jambi yang menyediakan berbagai fasilitas ataupun fitur pembelajaran via online bagi siswa maupun guru SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK.


Fasilitas E-Learning yang dapat diakses ataupun diunduh dari “Sudung Belaja” Provinsi Jambi ini diantaranya :





5.     Bukudan lain-lain.

Semoga dengan adanya situs E-Learning “Sudung Belaja” dari BTIKP Disdik Provinsi Jambi ini, kualitas pendidikan di provinsi Jambi pada khususnya dan di seluruh Indonesia pada umumnya dapat semakin meningkat dan terus menjadi lebih baik. Amiin…

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 20:44:00

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI SD



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bab I, pasal 2 ayat (3) Undang-undang Sisdiknas No. 20/2003., Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam diri peserta didik sebenarnya sudah terdapat banyak kemampuan yang dimiliki, namun sebagai guru kadang kita lupa dan mengabaikan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Dalam memasuki era globalisasi pada saat ini, peran membaca sangat penting dalam segala hal. Melihat pentingnya membaca untuk mencapai kemajuan dan kesuksesan, maka minat baca harusnya mulai ditanamkan sejak dini. Sebab, minat baca pada anak tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh stimulus yang diperoleh dari lingkungan anak. Keluarga yang merupakan lingkungan anak pertama adalah salah satu hal yang mempengaruhinya. Selain itu sekolah juga merupakan faktor yang penting.
Sekolah merupakan tempat dimana proses transfer ilmu berlangsung, peranan tenaga pendidik yang ada di sekolah, sangat menentukan arah transfer ilmu yang sedang dan akan berjalan. Sekolah dituntut untuk dapat memfasilitasi. Sehingga hasil akhir yang didapat, sekolah tersebut memilki siswa-siswa yang unggul dan berprestasi. Pastinya, bukan hanya para guru saja yang harus banyak berperan, tetapi juga sarana pendukung yang dapat membantu para siswanya di dalam hal kegiatan belajar-mengajar, mutlak disediakan oleh sekolah, seperti perpustakaan dan laboratorium pendukung.
Perpustakaan sekolah misalnya, merupakan sarana yang melayani siswa dalam mencari segala informasi dalam belajarnya. Perpustakaan sekolah didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti digariskan dalam kurikulum sekolah. Sebagai sebuah lembaga yang memberikan kontribusinya dalam bidang pendidikan, maka perpustakaan memiliki nilai-nilai pendidikan, edukatif dan ilmu pengetahuan. Orang yang mau membaca dan belajar, dapat memanfaatkan Perpustakaan sebaik-baiknya. Pendek kata, siapapun yang ingin pandai, menambah pengetahuan, keterampilan, dan wawasannya mesti belajar (membaca),
Mendasarkan pada hasil penelitian Programme for International Student Assessment, diketahui minat baca siswa di Indonesia rendah dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur. Karena dari 42 negara yang menjadi responden, siswa Indonesia menduduki peringkat ke-39, sedikit di atas Albania dan Peru. Demikian juga dengan penguasaan materi dari bacaan, siswa Indonesia hanya mampu menyerap 30% dari materi bacaan yang tersaji dalam bahan bacaan. Kusuma (dalam http://suherlicentre.blogspot.com).
Fakta di atas menunjukkan bahwa di Indonesia, menumbuhkan minat membaca pada siswa menjadi kebutuhan yang mendesak dan penting. Kebutuhan ini didasarkan pada kenyataan bahwa di sekolah, sebagian besar interaksi belajar mengajar dilakukan dengan pemberian tugas-tugas yang melibatkan buku-buku yang harus dibaca siswa. Soewarso dan Widiarto (2010 : 91), menegaskan, khusus pada mata pelajaran IPS, dalam interaksi belajar mengajar, hampir seluruhnya tergantung pada bacaan. Dalam IPS kegiatan mengumpulkan berbagai informasi mutlak untuk dilakukan, dan untuk mendapatkan informasi ini diperoleh dari kegiatan membaca.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi : Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Dalam ilmu sosial terdapat ketrampilan-ketrampilan yang mutlak harus dimiliki, yaitu bertanya, menggali, menyajikan dan menganalisis informasi. mengembangkan dan menguji generalisasi serta membaca dan menulis secara kritis.
Salah satu tujuan pembelajaran IPS SD adalah memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. Bekal untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya siswa harus membaca buku-buku dan informasi bacaan lainnya. Kegiatan ini penting untuk membantu memberikan informasi bagi pembaca, yang mendorong pembaca berpikir kritis dengan keingintahuan yang tinggi sehingga secara tidak langsung akan mencapai kompetensi yang diharapkan yang ditunjukkan oleh tingginya hasil belajar IPS yang dicapai.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SDN X, menurut catatan jurnal harian perpustakaan diketahui bahwa rata-rata hanya 20 sampai 25 siswa atau sekitar 35 % dari jumlah keseluruhan siswa SDN X yang aktif dalam kegiatan membaca maupun meminjam buku-buku atau koleksi bacaan lainnya, pada saat jam istirahat pertama maupun jam istirahat kedua. Itu pun yang banyak melakukan adalah kelas tinggi. Selain hal tersebut, di SDN X menetapkan nilai KKM untuk mata pelajaran IPS adalah 60, sedangkan berdasarkan hasil ulangan harian pertama pada mata pelajaran IPS ,28 dari 39 siswa kelas IV yang nilai diatas KKM yang ditetapkan. selebihnya ada 11 siswa yang nilainya belum memenuhi KKM. Sedang untuk kelas V dari 33 siswa 11 siswa tidak tuntas dan kelas VI dari 36 ada 6 siswa yang kurang dari KKM. Hal tersebut bisa saja dipengaruhi oleh faktor minat membaca seperti yang dituturkan salah satu guru di SDN X. 
“Untuk memahami pelajaran IPS diperlukan banyak informasi yang harus diserap oleh anak, jika hanya bergantung pada saat pelajaran saja maka kurang, dengan kegiatan membaca di luar jam pelajaran maka anak akan belajar mencari sendiri informasi-informasi yang ada di buku yang dibutuhkan untuk meningkatkan hasil belajar IPS-nya”.
Berlatar belakang dari uraian tersebut serta berbagai hasil penelitian sebelumnya membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI SEKOLAH DASAR NEGERI X”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : adakah hubungan antara minat baca dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas tinggi Sekolah Dasar Negeri X.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara minat baca dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas tinggi SDN X.

D. Manfaat Penelitian 
1. Dari segi Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut. 
2. Dari segi Praktis : 
Bagi guru hasil penelitian diharapkan memberi wawasan untuk mengembangkan pembelajaran dengan mendorong minat baca siswa melalui tugas-tugas pembelajaran IPS. Sedangkan bagi siswa hasil penelitian diharapkan dapat membuat siswa mencintai kegiatan membaca, dan memanfaatkan perpustakaan. Bagi lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar, diharapkan penelitian ini dapat membuat menyadarkan bahwa minat baca perlu dikembangkan dalam diri peserta didik.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 10:25:00

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI LESSON STUDY

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI LESSON STUDY (MATEMATIKA KELAS II)



BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, (UU RI no. 14 2005 : 8). Dunia pendidikan di negeri ini mengalami krisis tentang mutu pembelajaran yang rendah dan output dan outcome yang kualitasnya rendah, Sa'dun Akbar & Luluk Faridatuz Z (2009 : 2). Masalah tersebut merupakan sebagian masalah yang memicu dikembangkannya kurikulum dari behavioristik dan kognitivistik ke arah konstruktivistik. Agar siswa-siswa dapat belajar secara konstruktivistik maka pada KTSP mengarahkan praktik pembelajaran di kelas rendah dilakukan secara tematik dengan pemanfaatan situasi kehidupan real.
Krisis pembelajaran yang melanda dunia pendidikan saat ini membuat kekhawatiran tersendiri bagi perkembangan kualitas generasi penerus di negeri ini. Lemahnya tingkat berfikir siswa menjadi sebuah tantangan besar bagi para pendidik. Oleh karena itu guru dituntut untuk mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat agar siswa memperoleh pengetahuan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini berarti bahwa siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata.
Guru memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran guna menentukan dan mengarahkan segala kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar tersebut diarahkan dan diupayakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan, bukan sekedar formalitas saja akan tetapi harus diikuti dengan kemampuan pendidik itu sendiri sesuai tugas-tugasnya. Seorang guru yang berinteraksi dengan anak didik di sekolah tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan melainkan juga menanamkan sikap serta nilai-nilai moral dan keterampilan yang baik. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar erat kaitannya dengan pola dan strategi pendidikan yang diterapkan oleh guru dalam mengorganisasikan dan mengelola kelas. Sehubungan dengan hal tersebut maka wawasan, pengetahuan serta keterampilan mengajar guru harus terus ditingkatkan. Melalui kolaborasi antara guru dengan dosen dalam melakukan penelitian dimungkinkan dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan serta keterampilan mengajar guru.
Kenyataan di lapangan menunjukkan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru dan berorientasi pada materi dan disajikan tanpa konteks. Materi pembelajaran seolah-olah berdiri sendiri tidak berhubungan dengan konteks kehidupan siswa. Dengan demikian, materi pembelajaran dipelajari siswa bukan menjadi wahana untuk pencapaian kompetensi, namun lebih sebagai sesuatu yang dihafal, diingat sebanyak mungkin. Hal ini menjadikan pembelajaran tidak menarik bagi siswa dan siswa menjadi tidak mampu menerapkan ilmu yang dipelajarinya untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Selama ini proses pembelajaran tematik di Kelas II SDN X guru dalam mengajar belum menerapkan pembelajaran tematik ataupun membuat RPP tematik dan guru juga tidak menggunakan alat peraga untuk mengaktifkan siswa, guru hanya menjelaskan materi kepada siswa setelah itu memberikan tugas sebagai kegiatan akhir pembelajaran, sehingga keaktifan siswa selama proses pembelajaran kurang tampak. Selain hal di atas didapati strategi pembelajaran kurang bervariasi tidak melibatkan partisipasi aktif siswa. Dengan metode pembelajaran tersebut terlihat aktivitas pada saat proses belajar sedang berlangsung kurang dan rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan sehingga berdampak pada kualitas pembelajaran rendah. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang diajarkan dan tidak akan meningkatkan hasil belajar. Akibatnya pencapaian nilai akhir siswa tidak seperti yang diharapkan. 
Dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006 (2006 : 845) disebutkan bahwa pembelajaran pada kelas I sd. III dilaksanakan melalui pendekatan Tematik, sedangkan pada kelas IV sd. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Oleh karena itu para guru khususnya di kelas rendah harus melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan tematik.
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain : 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain (Puskur dalam Wahyuningsih, 2010 : 1).
Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya : 1). Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2). Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; 3). pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4). kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; 5). Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; 7). Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan (Depdiknas, 2007 : 37).
Di sisi lain untuk mengatasi dan meningkatkan mutu pendidikan matematika yang selama ini sangat rendah. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh guru dalam mempersiapkan siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Khususnya pembelajaran matematika dapat ditunjukkan melalui kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, mulai dari pemahaman terhadap landasan kurikulum, pengembangan silabus, penyusunan rencana, pelaksanaan pembelajaran dan LKS, sampai pada penyusunan adalah evaluasi pembelajaran yang berorientasi pada permasalahan tersebut. Dalam rangka mewujudkan kondisi ideal guru dan pembelajaran, maka melalui kegiatan pembinaan profesi guru diharapkan dapat mengatasi hal-hal tersebut. Salah satu upaya pembinaan profesi guru melalui pengkajian pembelajaran yang berfokus pada upaya pemberdayaan guru sesuai dengan kapasitas serta permasalahan yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan proses-proses guru bekerja sama untuk merencanakan, mengajar, dan mengamati suatu pembelajaran yang dikembangkan secara kooperatif. Sementara itu, seorang guru mengimplementasikan pembelajaran dalam kelas, yang lain mengamati, dan mencatat pertanyaan dan pemahaman siswa. Penggunaan proses LS dengan program-program pengembangan yang profesional tersebut merupakan wahana untuk mengembalikan guru kepada budaya mengajar yang proporsional, Lewis & Tsuchida dalam Santyasa, I Wayan (2009 : 3).
Adapun pendapat menurut Mulyana, Slamet dalam Sudrajat, Akhmad (2010 : 1) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Lewis, Caterine dalam Sudrajat, Akhmad (2010 : 3-4) mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat : (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan "The Eyes to See Students" (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (observer), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pembelajaran tematik melalui Lesson Study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Diantaranya pada penelitian yang dilakukan oleh Suherneti, Nita memperoleh hasil bahwa Pelaksanaan tahapan Lesson Study menunjukkan peningkatan karena sudah memahami makna sebagai observer dan penyempurnaan kekurangan siklus ke 1 tahapan Lesson Study. Pelaksanaan Lesson Study berbasis KKG dapat menumbuhsuburkan kegiatan gugus sekolah, dan ditindaklanjuti untuk menjadi Lesson Study berbasis sekolah dan dapat melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, sehingga pada akhirnya setiap guru dapat melaksanakan Open Lesson. Selain itu penelitian yang juga dilakukan oleh Sudrajat, Akhmad memperoleh hasil bahwa Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Sedangkan penelitian yang lain oleh Akbar, Sa'dun & Z, Luluk Faridatuz mendapatkan hasil bahwa Penerapan pembelajaran tematik dengan tema lingkungan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan aktivitas belajar siswa, meningkatkan kreativitas siswa, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, meningkatkan kualitas interaksi dalam proses pembelajaran, dan meningkatkan pemahaman konsep tentang lingkungan di kelas 3 SDN X.
Berdasarkan permasalahan tersebut diketahui bahwa faktor utama penyebab rendahnya kualitas pembelajaran adalah guru kesulitan merancang strategi pembelajaran untuk mengaktifkan siswa. Untuk mengatasi permasalahan kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi guru harus memberikan pengajaran lebih mudah dan menggunakan metode yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga siswa dapat menerima, mengerti dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti merasa penting untuk melakukan Penelitian dengan judul “MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI LESSON STUDY PADA SISWA KELAS II SDN X”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu : 
1. Apakah pembelajaran tematik melalui Lesson Study dapat meningkatkan aktivitas guru SDN X ?
2. Apakah pembelajaran tematik melalui Lesson Study dapat meningkatkan aktivitas siswa SDN X ?
3. Apakah pembelajaran tematik melalui Lesson Study dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN X ?

C. Pemecahan masalah
Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka peneliti menerapkan Lesson Study dalam pembelajaran tematik.
Berkenaan dengan masalah tersebut menurut Mulyana, Slamet dalam Sudrajat, Akhmad (2010 : 4) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See).
Dalam penelitian ini juga mempersiapkan instrument pengumpulan data. Seperti : lembar pengamatan, alat tes, catatan lapangan, dan dokumentasi.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan di capai dalam PTK ini adalah : 
1. Untuk meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran tematik melalui Lesson Study pada SDN X.
2. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran tematik melalui Lesson Study pada SDN X.
3. Untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran tematik melalui Lesson Study pada siswa kelas II SDN X.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : 
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Sebagai umpan balik atau bahan masukan bagi guru agar dapat meningkatkan kreatifitas dan mengadakan perbaikan.
b. Bagi Siswa
Melalui penelitian ini siswa dapat meningkatkan hasil belajar.
c. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai masukan bagi sebuah instansi yang dipimpinnya untuk menyelenggarakan pembelajaran yang lebih baik.
2. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan teori baru guna menunjang peningkatan kualitas pembelajaran tematik melalui Lesson Study pada siswa kelas II.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 09:56:00