Cari Kategori

Prinsip-prinsip Bimbingan Belajar


Prinsip-prinsip Bimbingan Belajar

Tugas guru disekolah banyak sekali, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang sistematis, terinci untuk setiap pelajaran yang ia berikan. Berdasarkan rencana tersebut guru melaksanakan pengajaran dan membuat evaluasi atas proses dan hasil pengajaran yang telah dilaksanakan. Didalam pelaksanaan pengajaran tugas guru bukan hanya memberikan pelajaran, tetapi juga harus memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang lambat agar perkembangannya sejajar dengan yang lain. Maka yang normal dan cepat belajar pun tetap memerlukan bimbingan dari guru agar ia mencapai perkembangan yang sesuai dengan kemampuannya. Dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya memperhatikan beberapa Prinsip-prinsip Bimbingan Belajar :

  1. Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa baik yang pandai, cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru, sebab secara potensial semua siswa bisa mempunyai masalah. Masalah yang dihadapi oleh siswa pandai berbeda dengan siswa cukup dan juga siswa kurang.
  2. Sebelum memberikan bantuan, guru terlebih dahulu harus berusaha memahami kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang melatarbelakangi kesulitan tersebut. Setiap masalah atau kesulitan mempunyai latarbelakang tertentu yang berbeda dengan masalah lain atau pada siswa yang lainnya.
  3. Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya, bantuan hendaknya disesuaikan dengan jenis masalah serta tingkat kerumitan masalah.
  4. Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi. Karena perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan masalah yang dihadapi siswa, perbedaan individual guru serta kondisi sesaat, maka dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya menggunakan teknik bimbingan yang bervariasi.
  5. Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama dengan staf sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung jawab semua guru serta staf sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif dan efisien diperlukan kerjasama yang harmonis antara staf sekolah dalam membantu mengatasi kesulitan siswa.
  6. Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya, orang tua melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah, tetapi tidak berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut. Orang tua dituntut untuk memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar ada keserasian antara bimbingan belajar yang diberikan guru disekolah dengan orang tua dirumah maka diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak.
  7. Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas, di laboratorium dsb, ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi) baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar diberikan pada saat pelajaran berlangsung, yaitu saat mengerjakan tugas-tugas atau latihan, saat diskusi kelas, praktikum dll. Bimbingan juga dapat diberikan diluar jam pelajaran, sebelum pelajaran dimulai, setelah pelajaran selesai atau sore hari, disekolah ataupun di rumah.

Untuk mengoptimalkan perkembangan belajar siswa, maka perlu diberikan bimbingan belajar. Pelaksanaan bimbingan belajar sebaiknya digunakan Prinsip-prinsip Bimbingan Belajar dan teknik-teknik bimbingan yang biasa dipakai dalam bimbingan dan konseling. Penerapan prinsip dan teknik bimbingan dan konseling. Banyak masalah belajar yang dihadapi oleh para siswa disekolah, seperti: prestasi belajar rendah, motivasi belajar rendah, ketidakstabilan emosi dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut dapat dilatar belakangi oleh faktor internal maupun eksternal. Maka untuk membantu mengatasi masalah-masalah tersebut diberikan berbagai jenis bimbingan belajar. Bimbingan belajar diberikan dalam bentuk layanan pengumpulan data, pemberian informasi, konseling, bimbingan kelompok serta upaya-upaya tindak lanjut. Bimbingan belajar yang diberikan bisa menggunakan pendekatan pengembangan dalam rangka mengembangkan potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa

Banyak sekali kemungkinan masalah yang dihadapi oleh para siswa disekolah. Masalah pendidikan dan pengajaran meliputi kesulitan dan hambatan-hambatan dalam penyesuaian tugas-tugas kurikulum dan perkembangan belajar. Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru dalam pendidikan dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui kegiatan belajar ini siswa dapat berkembang lebih optimal. Perkembangan belajar siswa selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka mengahadapi berbagai kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam beberapa gejala masalah, seperti prestasi belajar rendah, kurang atau tidak ada motivasi belajar, belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik terhadap pelajaran, guru maupun sekolah.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 21:09:00

Tahapan dan Proses Hipnosis


Tahapan dan Proses Hipnosis
            indeksprestasi.blogspot.com - Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam proses hipnosis:
a.    Pre-induction
      Proses meyakinkan calon suyet untuk mau dihipnosis.
b.    Induction
      Proses membawa suyet ke dalam kondisi hipnosis.
c.    Deepening
Proses untuk memperdalam level kesadaran seseorang. Makin dalam kondisi  trance seseorang, maka makin mudah  menerima berbagai macam sugersti, termasuk sugesti yang  tidak masuk akal
d.    Depth Level Test
Tes atau pengamatan dan kedalaman “trance” dari suyet.
e.    Suggestion
Pemberian sugesti pada saat suyet sudah dalam kondisi “trance”/ tidur hipnosis.
f.      Termination
Tahapan pengakhiran Subyek dikembalikan ke kondisi normal
g.     Post Hypnotic
Kondisi Suyet setelah termination
(Willy Wonk, 2010: 47).

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 21:08:00

Unsur-Unsur Disiplin


Unsur-Unsur Disiplin

indeksprestasi.blogspot.com - Knoff (Unaradjan, 2003:11) menyatakan, untuk membuat seseorang menjadi disiplin maka dilakukan suatu intervensi disiplin. Pendisiplinan berhubungan erat dengan tingkah laku siswa yang menyimpang atau salah. Tingkah laku yang menyimpang adalah tingkah laku seperti yang terlihat dan dinilai oleh orang lain, seperti guru ataupun petugas administrasi sekolah yang biasanya berada dalam posisi yang lebih otoriter. Terdapat beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan dalam memberikan pelatihan untuk mendisiplinkan anak, Hurlock (1978: 84) mengemukakan empat unsur pokok disiplin, yaitu:

1.    Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk berbuat atau bertingkah laku, tujuannya adalah membekali siswa dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi dan kelompok tertentu. Peraturan memiliki dua fungsi penting yaitu, fungsi pendidikan, sebab peraturan merupakan alat memperkenalkan perilaku yang disetujui anggota kelompok kepada siswa, dan fungsi preventif karena peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Peraturan dianggap efektif apabila setiap pelanggaran atas peraturan mendapat konsekuensi yang setimpal, apabila tidak maka peraturan tersebut akan kehilangan maknanya. Peraturan yang efektif dapat membantu seorang siswa agar merasa terlindungi sehingga siswa tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak pantas. Isi setiap peraturan harus mencerminkan hubungan yang serasi diantara anggota keluarga, memiliki dasar yang logis untuk membuat berbagai kebijakan, dan menjadi model perilaku yang harus terwujud di dalam keluarga. Proses penentuan setiap peraturan dan larangan bagi siswa bukan merupakan sesuatu yang dapat dikerjakan seketika dan berlaku untuk jangka panjang, peraturan dapat diubah agar dapat disesuaikan dengan perubahan keadaan, pertumbuhan fisik, usia dan kondisi saat ini di dalam keluarga. 20

2.    Hukuman
Hukuman berasal dari kata latin yaitu punier yang berarti menjatuhkan hukuman kepada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Tersirat di dalamnya bahwa kesalahan, perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam arti siswa mengetahui perbuatan itu salah tetapi tetap melakukannya. Tidak cukup hanya dengan mengetahui peraturan saja, tetapi harus disertai dengan pengertian terhadap arti dari peraturan selengkapnya. Tujuan hukuman menurut Hadisubrata (1988) dalam Tulus 2004: 56) yaitu untuk mendidik dan menyadarkan siswa bahwa perbuatan yang salah mempunyai akibat yang tidak menyenangkan. Hukuman diperlukan juga untuk mengendalikan perilaku disiplin, tetapi hukuman bukan satu-satunya cara untuk mendisiplinkan anak atau siswa. Hukuman memiliki tiga fungsi, (a) menghalangi pengulangan tindakan, (b) mendidik, sebelum siswa mengerti peraturan, siswa dapat belajar tindakan tersebut benar atau salah dengan mendapat hukuman, (c) memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima di masyarakat.

3.    Penghargaan
4.    Istilah penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan atas hasil yang baik. Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi dapat juga berbentuk pujian, kata-kata, senyuman atau tepukan di punggung. Penghargaan mempunyai tiga peranan penting yaitu, (a) penghargaan mempunyai nilai mendidik, (b) penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial, dan (c) penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan tiadanya penghargaan akan melemahkan perilaku.
5.    Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku, diajarkan dan dipaksakan dalam hukuman yang diberikan kepada siswa yang tidak menyesuaikan pada standar, dan dalam penghargaan bagi siswa yang menyesuaikan. Konsistensi mempunyai tiga fungsi yaitu, (a) mempunyai nilai mendidik yang besar, (b) konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang baik di masyarakat dan menjauhi tindakan buruk, dan yang terakhir (c) konsistensi membantu perkembangan siswa untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai otoritas. Siswa yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk berperilaku sesuai dengan standar sosial yang berlaku dibanding dengan siswa yang berdisiplin secara tidak konsisten.

Masalah umum yang muncul dalam disiplin adalah tidak konsistennya penerapan disiplin. Terdapat perbedaan antara tata tertib yang tertulis dengan pelaksanaan di lapangan, begitupun dalam sanksi atau hukuman ada perbedaan antara pelanggar yang satu dengan yang lainnya. Ketidakkonsistennya penerapan disiplin akan membingungkan siswa, diperlukan sikap konsisten dan konsekuen guru dan orang tua dalam implementasi disiplin. Soegeng (1994 dalam Tu’u 2004: 56) mengatakan, “Dalam menegakkan disiplin bukanlah ancaman atau kekerasan yang diutamakan, yang diperlukan adalah ketegasan dan keteguhan di dalammelaksanakan peraturan, hal itu merupakan modal utama dan syarat mutlak untuk mewujudkan disiplin”. Penerapan peraturan sekolah dan sanksi terhadap siswa yang melanggar peraturan sekolah harus dilakukan secara konsisten dan konsekuen. Artinya tidak berubah-ubah sesuai keadaan dan tidak bertindak semena-mena, tindakan yang diambil harus sesuai dengan apa yang dikatakan dan disusun dalam peraturan yang berlaku. Menurut Harris Clemes dan Reynold Bean (dalam Tulus, 2004: 61), pentingnya sikap konsisten ini disebabkan sebagai berikut.

  1. Sikap konsisten menunjukkan penerapan disiplin tidaklah main-main, berlaku sesuai ucapan atau aturan yang ada.
  2. Penerapan aturan dan hukuman yang konsisten sangat besar pengaruhnya pada siswa, dibandingkan keseimbangan dan hukuman yang kejam.
  3. Sikap konsisten akan menolong dan membuat siswa merasa terlindungi.
  4. Penerapan disiplin yang konsisten akan menghasilkan ketertiban yang baik.
  5. Sikap tidak konsisten akan mengkhawatirkan siswa, sebab mereka tidak tahu tindakan apa yang akan diberikan bagi yang melanggar.
  6. Sikap tidak konsisten dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan siswa.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 21:07:00

Tujuan Penerapan Disiplin di Sekolah


Tujuan Penerapan Disiplin di Sekolah

Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (Tulus, 2004: 35-36) mengemukakan tujuan disiplin sekolah sebagai berikut.

  1. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang
  2. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.
  3. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya.
  4. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah.
  5. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
  6. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya serta lingkungannya, kebiasaan baik menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.

Selanjutnya Brown dan Brown (www.azamsite.com) mengemukakan pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut.

  1. Rasa hormat terhadap otoritas/kewenangan.
Disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah atau personil sekolah lainnya.
  1. Upaya untuk menanamkan kerja sama.
Disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
  1. Kebutuhan untuk berorganisasi.
Disiplin dapat dijadikan sebagai upaya menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
  1. Rasa hormat terhadap orang lain.
Dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan mengetahui dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
  1. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan.

Melalui disiplin, siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya. Kedisiplinan siswa dalam belajar sangatlah penting, oleh karena itu adanya sikap disiplin yang tertanam pada siswa mempunyai tujuan agar dapat menjaga hal-hal yang menghambat atau mengganggu kelancaran proses belajar-mengaja, juga dapat membuat anak didik terlatih dan mempunyai kebiasaan yang baik serta bisa mengontrol setiap tindakannya sehingga akan membentuk pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda.

Setiap tindakan yang dilakukan siswa akan dampak pada perkembangan mereka sehingga mereka akan menyadari bahwa hakikat segala apa yang diperbuat akan kembali pada diri mereka sendiri. Jika melihat dari ayat-ayat tersebut di atas, disiplin yang dikaitkan dengan tujuan maka dapat ditarik benang merah bahwa tujuan disiplin adalah menanamkan dan menumbuhkan rasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki, sebab percaya diri di setiap perbuatan baik atau buruk yang dilakukannya akan di tanggung sendiri konsekuensinya. Selain tujuan-tujuan di atas masih ada beberapa tujuan disiplin antara lain, sebagai berikut:

1.    Dalam bukunya Subari, disiplin mempunyai tujuan untuk penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya peraturan itu.
2.    Dalam bukunya Emile Durkeim, disiplin mempunyai tujuan ganda yaitu: mengembangkan suatu peraturan tertentu dalam tindak tanduk manusia dan memberinya suatu sasaran tertentu dan sekaligus membatasi cakrawalanya.
3.    Menurut Kartini Kartono, “menanamkan disiplin pada anak untuk menolong anak memperoleh keseimbangan antara kebutuhannya untuk berdikari dan penghargaan terhadap hak-hak orang lain.
4.    Sahertian menyatakan bahwa tujuan disiplin adalah
  1. Menolong anak menjadi matang pribadinya dan berubah dari sifat ketergantungan ke arah tidak ketergantungan
  2. Mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan situasi dan kondisi dalam belajar mengajar supaya mengikuti segala peraturan yang ada dengan penuh perhatian.
5.    Muhtar Yahya berpendapat, tujuan disiplin adalah bahwa perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 21:07:00

MELALUI OPERATOR DINAS PENDIDIKAN MEMPERBAIKI DATA SEKOLAH

Untuk memperbaiki kesalahan lokasi, alamat dan nama sekolah, Operator sekolah berkordinasi dengan Dinas Pendidikan setempat dan melakukan VerValSP dan Wilayah.

Data PD yang sudah lulus pada tahun ajaran 2013/2014 tidak muncul karena datanya sudah ditarik oleh sekolah lanjutan masing-masing PD.

MELALUI OPERATOR DINAS PENDIDIKAN MEMPERBAIKI DATA SEKOLAH
Sekolah yang tidak mendokumentasikan data VervalPD dan akan dilakukan penulisan Ijazah PD yang sudah lulus pada tahun ajaran 2013/2014, datanya bisa dilihat di pencarian NISN : http:.nisn.data.kemdikbud.go.id, atau berkordinasi dengan sekolah lanjutan masing-masing PD.

Data PD kelas 1 atau murid baru, yang sudah dientrikan melalui DAPODIKDAS dan belum muncul di vervalPD, ataupun data PD yang belum direstore ke lokal dikarenakan proses update antar server VervalPD dan DAPODIKDAS masih berlangsung.

Terimakasih atas perhatian dan kerja samanya. Salam Satu Data Berkualitas…!

Sumber : Bpk. Taufik Lone – Selasa, 16 September 2014

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:14:00