Cari Kategori

SKRIPSI SOLUSI MENGEMBANGKAN KREATIFITAS BELAJAR BAGI ANAK BERBAKAT DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK X

(KODE PEND-AIS-0042) : SKRIPSI SOLUSI MENGEMBANGKAN KREATIFITAS BELAJAR BAGI ANAK BERBAKAT DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK X




BAB I
PENDAHULUAN


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menghadapi anak berbakat dan kreatif, orang tua atau guru harus mencari cara perlakuan khusus. Meskipun tidak berlaku umum, konsep kreatifitas berhubungan dengan sifat bawaan yang disertai dengan kecerdasan dan keunggulan. Sesuatu dapat dikatakan hasil kreatifitas jika merupakan pembaharuan dan memiliki fungsi yang memasyarakat. Biasanya kreatifitas lahir dari tuntutan untuk memenuhi kebutuhan utama manusia.
Banyak orang yang belum menyadari pentingnya pengembangan kreatifitas pada anak. Masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa kreatifitas semata-mata berhubungan bakat artistik.
Menurut seorang ahli, kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang beragam, diikuti dengan logika serta pengertian-pengertian yang bersifat intuitif dalam menciptakan sesuatu keadaan atau benda-benda. Kita bisa melihat dengan jelas bila anak itu bermain ia menciptakan khayalannya dan spontanitasnya.
Clark memunculkan konsep dimensi kreatif dalam keberbakatan merumuskan bahwa kreatifitas merupakan ekspresi tertinggi dari keberbakatan yang bersifat terintegrasi yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia. Konsep tersebut mencakup kondisi berfikir rasional yang sifatnya terukurkan dan dapat dikembangkan melalui berbagai latihan secara sadar dan dirancang. Penginderaan adalah kondisi tulen dalam menciptakan produk baru dan menurut pengembangan baik mental ataupun fisik atau ketrampilan tinggi dalam bidang tertentu. Rasa adalah kondisi emosional yang dilepaskan dari penciptaanya untuk diteruskan kepada konsumen dan menghasilkan respon emosional. Kondisi intuisi adalah kesadaran tertinggi yang secara paradoksal digali dari alam sadar dan bukan rasio sadar serta dikembangkan untuk mencapai pencerahan.
Menurut teori psikoanalistik, aebagaimana yang dikemukakan oleh Sigmund freud, carl jung, ernest kris dan Lawrence kubie menuliskan bahwa proses kreatif yang di gambarkan oleh clark dan beranjak dari teori jung adalah lundisi relatif (relax) dari ego yang menjadikan alam bahwa sadar berfungsi bebas mengembangkan ide senghingga terjadi integrasi antara kehidupan imajinasi dengan masalah yang dihadapi. Atas dasar itu, kesadaran yang tertinggi rementara proses kreatif itu berlangsung.
Jadi dari para ahli dari atas dapat disimpulkan bahwa kreatifitas itu merupakan suatu pruses yang mengikutkan segala pola berpikir rasional yang menjadi alam sadar dan segala yang nersifat intuisi bebas mengembangkan ide. Manusia itu bebas dalam arti mempunyai daya untuk memilih dari sekian banyak kemungkinan mengharap atau menuntut kebebasan untuk berpikir dan bertindak dalam arti mempunyai daya yang datang dari luar dirinya itu benar-benar urang kreatif.
Untuk mengembangkan kreatifitas, piran tidak hanya perlu mendapatkan latihan saja, tetapi juga harus diisi dengan bahan-bahan yang dapat menjadi bahan untuk mancetuskan sebuah ide. Bahan yang terbaik untuk pencetus ide adalah pengalaman-pengalaman yang dialami sendiri merupakan bahan bakar yang terkaya, karena pengalaman ini cenderung selalu kita ingat dan akan muncul setiap diperlukan.
Diantara masalah terpenting yang harus diperhatikan dan ditangani secara baik oleh para pendidik adalah mengetahui bakat dan pekerjaan yang sesuai dengan anak yang kelak menjadi cita-cita hidupnya. Bakat yang ada pada dasarnya merupakan modal emas untuk meraih prestasi besar karena adanya berbagai faktor bisa menjadi sia-sia. Faktor Distraktor itu dapat dikategorikan kepada faktor internal dan eksternal. Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari anak itu sendiri, hal ini terjadi karena adanya frustasi. Sebagai contoh bahwa seorang anak merasa cukup punya bakat dalam bidang musik, tapi mengingat tidak adanya piano atau gitar yang dapat dipakai untuk mengembangkan bakatnya kemudian frustasi. Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu yang bersangkutan atau lingkungan sebagai contoh orang tuanya kurang mampu dalam memberikan sarana yang memadai untuk itu.
Sesungguhnya setiap orang mempunyai bakat kreatif, walaupun masing-masing dalam jenis dan derajatnya berbeda-beda. Maka yang penting bagi pendidik orang tua dan guru ialah bahwa setiap anak mempunyai bakat kreatif dan bahwa bakat kreatif itu perlu dipupuk sejak dini, agar dapat diwujudkan secara optimal. Ada beberapa pertimbangan dasar mengapa kreatifitas perlu dipupuk sedini mungkin. Pertama kerana usia pra sekolah merupakan masa yang sangat subur untuk mengembangkan kreatifitas anak-anak usia pra sekolah sebagimana telah dilukiskan sebelum memiliki banyak kepribadian kreatif hendaknya pendidik tidak menyia-nyiakan bakat alamiah anak usia pra sekolah ini. Keadaan anak prasekolah menguntungkan untuk pengembangan kreatifitas, karena pada masa ini masih banyak waktu luang untuk melakukan kegiatan-kegiatan kreatif. Kedua bahwa usia pra sekolah merupakan masa yang kritis untuk perkembangan kreatifitas dan proses-proses intelektual lainnya.
Proses-proses mental yang dikembangkan pada usia dini akan menjadi bagian menetap dari individu dan akan mempunyai dampak terhadap perkembangan intelektual selanjutnya. Perkembangan dini dari berfikir, bersikap dan berperilaku kreatif akan membentuk dasar yang kuat baik bagi prestasi orang dewasa dalam ilmu teknologi dan seni maupun untuk menikmati hidup secara lebih mendalam.
Seorang anak memulai kehidupan sekolah, ia bergairah mencari pengalaman-pengalaman baru dan ia condong untuk belajar. Oleh karena itu, kita melihat bahwa sekolah membantu dalam menyandarkan anak akan keadaan yang sedang dilalui dalam masa pertumbuhan yang terus menerus. Mereka memperhatikan setiap hal yang baru yang terjadi padanya dan mereka terdorong untuk melakukan setiap pekerjaan yang baru, dari rangkaian yang mereka sukai.
Menurut Dr. Muhammad Khalifah Barakat ada berbagai cara dalam menghadapi atau melihat bakat anak-anak agar selalu hidup dan kuat menjadi pendorong bagi mereka dalam belajar antara lain:
a. Ketahuilah bakat dari masing-masing murid anda dan setiap mereka diberi pelajaran dengan baik apa kecondongannya yang menonjol.
b. Hendaknya kita selalu menjadikan murid-murid anda sebagai titik tolak dan mengarahkan mereka kepada bakatnya masing-masing, dimana saja anda temukan, serta jadikanlah bakat-bakat tersebut asas dari pendidikan dan pengajaran mereka.
c. Wajib dikembalikan bakat kodrati yang umum yang terdapat pada murid-murid yang sebaya.
d. Bantulah murid-murid untuk merasakan adanya hubungan sekolah dengan kehidupannya melalui adanya hubungan sekolah dengan pribadi anak.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik mengangkat tema :
"Solusi mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat dalam proses belajar mengajar". Karena kreatifitas dalam belajar sangat perlu dikembangkan dan digali terutama pada anak yang mempunyai bakat sebagai modal emas untuk meraih prestasi belajar demi kesuksesan cita-citanya.

B. Penegasan Judul
Sebelum penulis memaparkan lebih lanjut, maka terlebih dahulu akan penulis kupas beberapa istilah dari judul diatas untuk menghindari kesalahan dalam memahami isi tulisan ini, yaitu :
1. Solusi menurut Kamus Ilmiyah Populer berarti pemecahan dan penyelesaian suatu masalah. Yang dimaksud oleh penulis disini adalah bagaimana menyelesaikan problem anak berbakat dalam mengembangkan kreatifitasnya.
2. Kreatifitas Belajar Anak Berbakat
a. Kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang beragam diikuti dengan logika serta pengertian-pengertian yang bersifat intuitif menciptakan suatu benda akan khayalan.
b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah individu melalui interaksi dengan lingkungan.
c. Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai kemampuan yang unggul, mempu memberikan prestasi yang tinggi. Yang dimaksud oleh penulis bahwa kreatifitas belajar pada anak berbakat adalah suatu proses perubahan tingkah dalam berfikir yang beragam dengan logika serta pengertian yang bersifat intuitif untuk mampu memberikan prestasi yang tinggi.
3. Taman Kanak-Kanak
Adalah suatu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Maksud TK dalam hal ini adalah sekolah persiapan untuk anak usia 4-5 tahun sebelum anak memasuki sekolah yang sebenarnya.
4. Proses Belajar Mengajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Maksudnya belajar dalam hal ini adalah kegiatan yang tidak hanya memfokuskan pada pemahaman dan ingatan tetapi juga pengalaman dan mengalami.
Sedangkan mengajar adalah proses menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/murid di sekolah.
Jadi proses belajar mengajar merupakan suatu proses dimana adanya pengolahan informasi oleh guru kepada siswa yang diharapkan kepada pencapaian tujuan yang diharapkan.

II. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang penulis kemukakan dapat penulis angkat dalam hal berbagai permasalahan yaitu :
a. Bagaimanakah solusi mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat?

III. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah :
a. Untuk memperdalam pengetahuan tentang bagaimana solusi mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat.

IV. METODE PENELITIAN
Metode penulisan skripsi yang penulis gunakan adalah :
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan grand teori meksudnya bahwa pengumpulan data pada hakekatnya berpedoman pada usaha untuk mengembangkan suatu teori, maka pengembangan teori dan pengumpulan data bertalian erat.
2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kialitatif ini adalah pendekatan positivistik maksudnya bahwa penelitian kualitatif ini pada umumnya lebih melihat proses dari pada produk dari objek penelitian.
Dalam skripsi yang dikaji ini meneliti bagaimana proses mengembangkan kreatifitas belajar anak berbakat dalam lembaga taman kanak-kanak.
3. Metode Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah;
a. Observasi
Adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek baik langsung maupun tidak langsung karena pengamatan memungkinkan gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat. Obsevasi digunakan penulis untuk mengamati perkembangan kreatifitas belajar pada anak berbakat dalam proses belajar mengajar di TK X.
b. Wawancara
Adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung ataupun tidak langsung dengan sumber data. Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pengembangan kreatifitas belajar pada anak berbakat, problem dan solusi anak berbakat melalui informasi kepala sekolah, guru dan orang tua.
c. Dokumentasi
Adalah cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Dokumen ini dugunakan untuk mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variable yang diteliti meliputi catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah dan sebagainya untuk mendukung keperluan penelitian karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan.
2. Teknik Analisa data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripsi kualitatif. Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan dengan subyek penelitian berdasarkan data dan veriabel yang diperoleh. Apabila dalam penelitian yang pendekatannya lebih bersifat kualitatif tentu diskriptifnya tersebut lebih penting lagi.
Analisis data digunakan untuk mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lain-lainnya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang masalah yang diteliti dengan menyajikan sebuah temuan bagi orang lain.
Untuk menganalisa data yang telah ada, penulis berusaha mengikuti langkah-langkah berikut yang masih sangat bersifat umum, yakni:
a. Reduksi data
Data yang diperoleh di dalam lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting, dicari tema atau polanya. Data ini memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan dapat membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.
b. Display data
Data yang keseluruhannya diperoleh harus diusahakan untuk dibuat dalam berbagai macam matriks, grafik, networks dan charts. Dengan demikian peeliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpikan detail.
c. Pembuatan catatan obyektif
Peneliti mencatat sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi sebagaimana adanya, factual atau objektif deskriptif. Dalam hal ini data yang diperoleh di lapangan akan diklasifikasikan pada segment yang sesuai dan peneliti berhak mengedit data jika data tidak sesuai dengan situasi yang ada.
d. Mengambil kesimpulan dan verifikasi
Peneliti berusaha mencari makna data yang dikumpulkan untuk mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya dari data yang diperolehnya untuk diambil kesimpulan. Data yang telah disimpulkan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi merupakan pemeriksaan tentang kebenaran suatu laporan. Untuk mencapai intersubjektif consensus yakni persetujuan bersama agar lebih menjamin validitas atau comfirmability.

V. KAJIAN PUSTAKA
Pembahasan dan penelitian mengenai kreatifitas belajar dan anak berbakat telah banyak dilakukan oleh penulis sebelumnya terdapat beberapa kajian yang telah membahasnya.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih memfokuskan pada pembahasan pada pengembangan kreatifitas belajar pada anak berbakat. Dengan mengetahui cara mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat maka diharapkan dapat mengatahui ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya sebagai bagian dari penyaluran bakat dari peserta didik.
Dengan demikian dalam penelitian ini masih menemukan relevansi dan signifikansi untuk dilakukan.

VI. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang penulis maksudkan di dini adalah sebagai acuan dalam embahas skripsi dan sebagai acuan dalam membahas skripsi dan sebagai gambaran umum tentang hal-hal yang menjadi pembahasan di dalamnya.
a. Bagian muka
Bagian ini memuat halaman judul, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
b. Bagian isi
Bagian ini terdiri dari :
BAB I Mengenai latar belakang masalah, penegasan, judul, rumusan masalah, tujuan penelitian dan metode penelitian
BAB II Mengenai pengertian kreatifitas dan belajar, ciri-ciri kreatifitas belajar, faktor yang mempengaruhi kreatifitas belajarm tahap-tahap kreatifitas, mengenai pengertian anak berbakat, ciri-ciri anak berbakat, problema dan solusi anak berbakat, solusi mengembangkan kreatifitas belajar pada anak berbakat
BAB III Mengenai sejarah berdirinya TK X, proclema anak berbakat dan solusinya, usaha dan sarana pengembangan kreatifitas belajar pada anak berbakat di TK X.
BAB IV Mengenai Analisis Solusi Mengembangkan Kreatifitas Belajar Pada Anak Berbakat di TK X.
BAB V Kesimpulan, saran dan penutup.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 10:24:00

SKRIPSI PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI EDUCATIVE PUNISHMENT UNTUK ANAK USIA DINI DAN UPAYA SOLUSINYA DI TK X

(KODE PEND-AIS-0041) : SKRIPSI PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI EDUCATIVE PUNISHMENT UNTUK ANAK USIA DINI DAN UPAYA SOLUSINYA DI TK X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Para ahli psikologi dan pendidikan dan bahkan semua orang berpendapat bahwa setiap anak manusia berbeda secara lahir maupun batin, jangankan pada aspek biologis, pada aspek psikologis pun anak manusia berbeda. pendapat ini tidak dapat dibantah, karena memang demikianlah kenyataannya. Coba amati kehidupan dilingkungan masyarakat, anak manusia bukan hanya terdiri dari jenis kelamin wanita dan pria , tetapi juga terdiri dari kelompok umur, mulai dari anak kecil, anak usia pra sekolah, anak remaja, pemuda, dan orang dewasa, termasuk para orang tua lanjut usia. Secara psikologis mereka- mereka itu mempunyai perbedaan-perbedaan dengan karakter mereka masing-masing-masing, ada yang pemarah, ada yang berjiwa sosial, ada yang egois, ada yang cengeng, ada yang pemalas, ada yang bodoh, ada yang cerdas, ada yang rajin, ada yang pemurung, dan sebagainya yang semuanya itu dipengaruhi pembawaan dan lingkungan.
Masa usia dini merupakan masa unik dalam kehidupan anak-anak, karena masa ini merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus masa yang paling sibuk, masa ini adalah masa yang paling tepat untuk anak memulai belajar, karena dapat menumbuhkan nilai-nilai yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan kepribadian anak. Pendidikan yang diberikan kepada anak sejak usia dini merupakan suatu investasi yang sangat besar bagu keluarga, bangsa dan agama. Anak adalah generasi penerus keluarga dan penerus bangsa, betapa bahagianya orang tua yang melihat anak berhasil, baik dalam hal pendidikan, berkeluarga, bermasyarakat, dan berkarya. Untuk mewujudkan semua itu yang diperlukan adalah pendidikan.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada anak usia dini berada pada periode pre operasional yaitu di mana anak belum mampu menguasai operasional mental secara logis, yang dimaksud operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional atau Symbolic Fungtion, yaitu kemampuan untuk, merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang dengan menggunakan symbol (kata-kata, gesture /bahasa, gerak, dan benda). Dapat juga dikatakan sebagai Semiotic fungtio, kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol, (bahasa, gamabar, tanda/isyarat, benda, gesture, atau peristiwa).
Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi salah satu diantaranya adalah pendidikan yang dikhususkan untuk anak usia 4-6 tahun yaitu Taman kanak-Kanak atau yang biasa kita sebut dengan TK. Anak usia tersebut dipandang perlu untuk dikhususkan karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan usia anak diatasnya. Pendidikan anak usia dini mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju, karena menurut ilmu pendidikan pengembangan kapasitas manusia akan lebih mudah dilakukan sejak dini.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarganya. Apabila di lingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling memperhatikan, saling membantu (bekerja sama), dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga atau anggota keluarga, terjalin komunikasi antar anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan aturan, maka anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungannya dengan orang lain. kematangan penyesuaian anak akan sangat terbantu apabila anak dimasukkan ke Taman kanak-Kanak. TK sebagai "jembatan bergaul" merupakan tempat yang memberikan peluang kepada anak untuk belajar memperluas pergaulan sosialnya, dan mentaati peraturan.
TK dipandang mempunyai kontribusi yang baik bagi perkembangan sosial anak karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Suasana TK sebagian masih suasana keluarga.
2. Tata tertibnya masih longgar, tidak terlalu mengikat kebebasan anak.
3. anak berkesempatan untuk aktif bergerak, bermain, dan riang gembira yang kesemuanya mempunyai nilai paedagogis.
4. anak dapat mengenal dan bergaul dengan teman sebaya yang beragam (multi budaya) baik etnis, agama, dan budaya.
Ilmu pendidikan memberi landasan bagaimana cara mendidik anak, baik secara umum maupun khusus. Tercakup juga di dalamnya ilmu pembelajaran, tentang bagaimana cara membelajarkan usia dini. Ilmu pendidikan juga mencakup teknologi pendidikan, khususnya yang terkait dengan media dan alat-alat bermain anak yang sangat diperlukan mendidik anak. Disamping itu, ilmu tentang kurikulum dan menerjemahkan kurikulum ke dalam program pembelajaran dan satuan pembelajaran. Ilmu tentang evaluasi (asesmen) juga dibutuhkan untuk mengetahui kemajuan pembelajaran anak.
Setiap persoalan pendidikan anak dikaji dari berbagai sudut keilmuan secara terpadu. Sebagai contoh, untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar pada anak usia 3-4 tahun, kira-kira kegiatan apa yang tepat diberikan. Untuk menjawab hal itu perlu dikaji perkembangan fisik motorik anak usia TK dari segi biologis, psikologi belajar anak, dan ilmu pendidikan jasmani. Contoh lain ialah bagaimana cara menanamkan nilai-nilai kedisiplinan pada anak, untuk menjawab persoalan tersebut ilmu psikologi sangat diperlukan. Oleh sebab itulah seorang guru dituntut untuk menguasai ilmu tersebut karena ilmu psikologi adalah ilmu yang paling berperan dalam mendidik anak usia dini.
Berbicara mengenai pendidikan, tidak terlepas peranan pelaku pendidikan itu sendiri yaitu pendidik dan anak didik, selain itu sebuah lembaga pendidikan formal baik itu untuk anak usia dini, menengah, dan kuliah pasti memiliki sebuah tata tertib atau peraturan yang harus dipatuhi dan ditaati oleh para pelaku pendidikan. Tata tertib dan peraturan yang diberlakukan adalah untuk menjaga ketertiban suasana lingkungan belajar tetap kondusif, selain itu peraturan juga diberikan untuk anak agar bisa bersikap disiplin baik itu di sekolah atau pun di masyarakat kelak.
Setiap ada peraturan tentunya juga terdapat sanksi atau hukuman yang diberikan kepada setiap pelanggar ketertiban. Pemberian hukuman terhadap siswa terutama pada anak usia dini harus benar-benar memperhatikan psikologi anak, pemberian hukuman yang salah (tidak sesuai dengan psikologi anak) akan sangat mempengaruhi perkembangan mental dan jiwa anak. Jika hal itu terjadi, maka proses tumbuh kembang anak akan terganggu dan berdampak negatif pada tingkah lakunya.
Menghukum anak bukan perkara yang mudah karena masalah tidak hanya selesai saat seorang guru bisa menahan amarahnya, akan tetapi masalah yang paling penting adalah dampak dari hukuman tersebut, apakah anak mengalami perubahan positif atau malah sebaliknya anak mengalami perubahan yang negatif. Dalam beberapa fenomena yang terjadi adalah anak mengalami mogok belajar, dan cenderung bersikap pasif terhadap materi yang diberikan guru.
Demikianlah gambaran problematika yang dihadapi oleh para guru di TK X, sampai saat ini implementasi educative punishment belum dapat terealisasi dengan sempurna, karena fenomena yang terjadi setelah anak didik melakukan kesalahan dan mendapatkan sanksi sang guru, yang terjadi justru anak tidak mau mentaati perintah dari guru yang bersangkutan, dan bahkan ada beberapa anak yang bersikap acuh terhadap sanksi yang diberikan guru, dan problem yang paling serius adalah ketika anak memutuskan untuk berhenti atau keluar dari sekolah. Berangkat dari latar belakang yang telah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui
"Problematika Educative Punishment Untuk Anak Usia Dini dan Upaya Solusinya di TK X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan educative punishment ?
2. Bagaimana implementasi educative punishment dan apa saja problematika yang dihadapi para pendidik dalam memberikan hukuman pada anak di TK X?
3. Bagaimana solusi untuk memecahkan problematika yang dihadapi para pendidik/guru dalam upaya menerapkan educative punishment pada anak usia dini di TK X ?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini:
1. Untuk mengetahui implementasi educative punishment pada anak usia dini di TK X.
2. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi guru dalam implementasi educative punishment pada anak usia dini di TK X.
3. Ingin mengetahui solusi- solusi untuk memecahkan problematika yang dihadapi guru dalam upaya implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X.

D. Kegunaan Penelitian
Setelah disebutkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam pembahasan ini, penulis berharap ada manfaat bagi lembaga yang bersangkutan khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai :
1. Bagi penulis diharapkan mampu menambah wawasan pengetahuan dalam menghadapi problematika dalam implementasi educative punishment untuk anak usia dini.
2. Bagi lembaga yang dijadikan obyek penelitian, dapat digunakan untuk mengevaluasi sekaligus menentukan langkah yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang ada pada lembaga yang bertujuan.
3. Bagi staf pendidik atau guru dapat dijadikan sebagai bahan dalam menentukan metode dan teknik dalam memberikan hukuman untuk anak usia dini.

E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahp ahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis perlu memberikan penjelasan arti dari istilah-istilah yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :
1. Problematika : Problematika adalah suatu permasalahan yang belum dijumpai pemecahannya ketika itu. Sehingga dapat dikatakan, bahwa problematika adalah suatu masalah yang sulit, hingga sampai waktunya belum ditemukan jalan keluarnya atau pemecahannya.
2. Implementasi : penerapan, yaitu pelaksanaan atau proses educative punishment di TK X.
3. Educative Punishment : hukuman yang mendidik. Jadi yang dimaksud educative punishment dalam penelitian skripsi ini adalah sanksi atau hukuman yang diberikan kepada anak didik yang melakukan pelanggaran yang memperhatikan aturan dalam menghukum dan bertujuan untuk mendidik, bukan untuk menyakiti anak. 4. Anak Usia Dini : yang dimaksud anak usia dini dalam skripsi ini adalah anak yang sedang mengenyam pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) yaitu anak yang berusia sekitar 4-6 tahun.
5. Upaya : usaha/ikhtisar untuk mencapai suatu apa yang hendak dicapai atau untuk diinginkan. Adapun yang dimaksud upaya di sini adalah usaha yang dilakukan oleh guru terhadap anak usia dini untuk memberikan latihan dan pemahaman terhadap anak usia dini yang melakukan pelanggaran tentang kedisiplinan.
6. Solusi : solusi adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu solution yang maksudnya adalah cara pemecahan atau penyelesaiannya.
Jadi yang dimaksud " Problematika Educative Punishment Untuk Anak Usia Dini dan Upaya Solusinya di TK X" adalah berbagai hambatan permasalahan yang kini belum dijumpai jalan keluarnya dan dialami oleh para pendidik atau guru di TK X dalam hal pemberian hukuman terhadap anak usia dini serta berbagai solusinya atau jalan keluarnya guna mengatasi hambatan-hambatan dari permasalahan-permasalahan tersebut.

F. Metode Penelitian
Dalam penelitian yang sasaran utamanya adalah problematika guru Taman Kanak-Kanak dalam memberikan hukuman yang mendidik terhadap anak usia dini di TK X. Penulis menggunakan metode pembahasan dalam penyajian data yang relevan dalam permasalahan yang telah ditetapkan, dan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan Populasi dan Sampel
Dalam suatu penelitian lapangan seorang peneliti akan menghadapi populasi sebagai obyek penelitian, populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu obyek yang diteliti.
Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan anak didik sebagai sumber data, karena mengingat anak di bawah usia masih belum bisa dijadikan acuan, oleh karena itu penulis mengambil Kepala Sekolah, guru, dan staf karyawan sebagai subyek dalam penelitian ini.
2. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini ada dua macam yaitu :
1) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang biasanya berupa data verbal yang diperoleh dari pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis. Yaitu berupa :
a) Sejarah berdirinya TK X
b) Letak geografis
c) Sarana dan prasarana
d) Implementasi Educative punishment
2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran atau penjumlahan. yaitu berupa:
a) Jumlah siswa
b) Jumlah guru dan staf karyawan
c) Jumlah kelas
b. Sumber Data
Sumber data adalah subyek di mana data diperoleh dalam penelitian ini sumber data yang diambil penulis ada dua macam yaitu :
1) Library Reseach
Yaitu data yang diperoleh peneliti dengan cara mempelajari buku-buku atau literatur yang sesuai, yang digunakan untuk mencari landasan-landasan teori tentang unsur-unsur pada penelitian ini.
2) Field Reseach
Adalah sumber data yang diperoleh peneliti dari lapangan secara langsung untuk memperoleh data yang dibutuhkan, yaitu sebagai berikut :
1) Sumber data manusia, yang meliputi sebagai berikut :
a) Kepala Sekolah
b) Semua tenaga pendidik (guru)
c) Semua staf karyawan TK X.
2) Sumber data bukan manusia, meliputi arsip tentang data-data yang diperlukan yang terdapat di TK X.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh suatu data, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Metode observasi secara luas adalah pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan seluruh alat indera.
Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap fenomena atau gejala-gejala yang terdapat di lapangan untuk mengetahui situasi umum dari obyek yang diteliti dan untuk memperoleh data tentang kegiatan responden. Dan kelebihan yang diperoleh dari penelitian ini adalah data yang diperoleh adalah data segar, dalam arti data yang diperoleh dari subyek pada saat terjadinya tingkah laku dan keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung.
Dalam prakteknya metode ini lebih cenderung digunakan penulis untuk menggali data tentang :
1) Cara guru memberikan hukuman terhadap anak didik.
2) Respon anak terhadap hukuman yang diberikan guru tersebut.
3) Letak geografis.
4) Fasilitas dan sarana dan pra sarana yang terdapat di TK X.
b. Metode Interview
Metode interview adalah suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh keterangan pendirian koresponden melalui percakapan langsung atau tatap muka. Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada suatu penyelidikan.
Melalui metodologi ini penulis bermaksud dapat mencari data yang bersifat informasi tentang sikap dan respon dalam implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X. Penulis menggunakan metode ini ditujukana kepada Kepala Sekolah, guru, yang bertujuan untuk mengetahui metode dan strategi yang digunakan pada saat memberikan hukuman dan problem apa saja yang dihadapi ketika memberikan hukuman terhadap anak didik.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang merupakan catatan, transkrip, buku, surat kabar,majalah, notulaen, rapat lengger, legenda, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada TK X sebagai penunjang data. Data-data tersebut meliputi data Kepala Sekolah, pengajar, karyawan, jumlah siswa, sarana dan pra sarana, dan lain-lain yang dibutuhkan dalam proses penelitian di TK X.
4. Teknik Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini merupakan bagian terpenting, karena dengan analisis inilah data yang ada akan tampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir dalam penelitian.
Adapun teknik analisa data yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah teknik analisa deskriptif, sebagaimana yang sering digunakan dalam penelitian deskriptif adalah merupakan menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami sehubungan dengan kegiatan. Pandangan sikap yang tampak atau tentang proses belajar, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang tampak bertentangan yang meruncing, dan sebagainya.
Karena dalam penelitian ini tidak merupakan data berupa angka, maka teknik yang digunakan adalah teknik penelitian kualitatif deskriptif sedangkan menurut Suharsimi Arikunto pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu meluruskan hipotesa.
Setelah semua data terkumpul, maka selanjutnya data tersebut diolah dan disajikan dengan menggunakan teknik analisa deskriptif, dengan melalui tahapan-tahapan tertentu, yakni identifikasi, klasifikasi, dan kategorisasi, selanjutnya diinterpretasikan melalui penjelasan deskriptif, sehingga dapat dipertanggungj awabkan kebenarannya.

G. Sistematika Pembahasan
Dalam laporan penelitian ini pembahasan diperinci bab demi bab kemudian dari bab-bab diperinci lagi menjadi sub-bab.
Bab I berisi pendahuluan yang memuat pokok-pokok pikiran yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan dilanjutkan dengan sistematika pembahasan.
Bab II membahas tentang landasan teori yang meliputi dua subbab, subbab I menjelaskan tentang anak usia dini yang terdiri dari fase perkembangan anak manusia, pengertian anak usia dini, dan faktor-faktor yang mempengaruhi anak usia dini, sub bab II mengenai educative punishment yang meliputi pengertian educative punishment, fungsi educative punishment, dan cara menghukum anak usia dini.
Bab III berisi tentang laporan penelitian, yaitu terdiri dari subbab I gambaran umum obyek penelitian yang meliputi berikut : sejarah singkat berdirinya Taman Kanak-Kanak X, letak geografis TK X, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, keadaan sarana dan pra sarana, metode dan strategi pelaksanaan educative punishment di TK X. Subbab II berisi tentang penyajian dan analisis data yaitu meliputi : problematika yang dihadapi guru dalam implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X, faktor-faktor penunjang dan penghambat implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X, dan solusi-solusi dalam memecahkan problematika yang dihadapi oleh guru dalam implementasi educative punishment untuk anak usia dini di TK X.
Dari keseluruhan uraian dan pembahasan secara rinci sudah penulis paparkan, namun sebagai akhir dari uraian dalam pembahasan ini penulis dengan kesimpulan, saran, dan penutup sebagai rangkaian laporan penelitian yang penulis lakukan ditempatkan pada bab IV. Dengan berakhirnya bab yang ke IV ini, maka secara tertulis dalam sistematika pembahasan ini telah selesai.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 10:22:00

SKRIPSI PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PILAR HORMAT DAN SANTUN TERHADAP SOPAN SANTUN SISWA DI TK X

(KODE PEND-AIS-0040) : SKRIPSI PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PILAR HORMAT DAN SANTUN TERHADAP SOPAN SANTUN SISWA DI TK X



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia saat ini, telah memberi dampak yang besar dalam berbagai tatanan kehidupan bangsa. Banyak yang mengatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah terletak pada aspek moral. Terbukti dengan banyaknya berita tentang tawuran antar pelajar, kasus-kasus narkoba yang sering kita lihat di televisi tidak jarang pemakainya juga masih menyandang status pelajar, beberapa pelajar berada di "terali besi" karena menganiaya gurunya sendiri, anak yang tidak lagi memiliki sopan santun pada orang tua. Dan yang sangat parah lagi yaitu ada anak yang berani membunuh orang tuanya sendiri. Apabila ini tidak diperhatikan dan dicarikan solusinya secara cepat dan tepat, maka tampaknya bangsa Indonesia tidak akan bisa bangkit.
Kita harus menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki moral, lebih tegasnya yakni "memanusiakan manusia". Berbagai macam kurikulum telah dipergunakan di Negara kita tercinta ini yang tidak lain adalah untuk tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang telah teramanatkan dalam UUD 1945 pada umumnya dan pada khususnya dalam perundang-undangan pendidikan yang telah dibuat oleh pemerintah.
Mulai dari kurikulum 1975 kemudian dilanjutkan dengan kurikulum 1984, setelah itu diteruskan dengan penggunaan kurikulum 1994 yang terkenal dengan pendekatan CBSA-nya. Setelah itu muncul kembali sebagai penyempurna kurikulum 1994 itu yang dikenal dengan kurikulum 1999 (suplemen kurikulum sebelumnya). Perjalanan kurikulum pendidikan Indonesia tidak hanya berhenti sampai disini. Pemformatan ulang kurikulum terjadi lagi pada tahun 2004 yang menitik beratkan pada pengolahan bakat anak sesuai kompetensi masing-masing. Kurikulum ini dinamai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada kurikulum ini pemerintah mulai memberi angin segar pada peserta didik. Mengapa? Karena kurikulum sebelumnya yang menerapkan penekanan pada aspek kognitif saja sekarang telah bergeser pada tiga aspek yaitu Kognitif (pikiran), afektif (perasaan), dan terakhir Psikomotorik (ketrampilan). Jadi pada kurikulum ini pemerintah mulai mencoba untuk menggarap peserta didik menjadi manusia yang seutuhnya melalui tiga aspek tersebut dan yang terpenting adalah sesuai dengan bakat dan kompetensi masing-masing individu.
Demikian panjangnya perjalanan kurikulum pendidikan kita yang dilihat sepintas seperti melakukan kelinci percobaan pada peserta didik. Kalau kita menilik undang-undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 3, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab" maka kita dapat memahami bahwa tujuan utama pendidikan adalah membentuk insan yang beriman dan berakhlak mulia.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah belum sesuai dengan harapan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 3 tersebut. Oleh karena itu, ada seorang tokoh Indonesia yang bernama Ratna Megawangi yang telah menyelesaikan program Ph.D-nya di Tufts University Amerika, memunculkan sebuah model pendidikan alternatif yang disebut dengan "Pendidikan Karakter".
Ratna Megawangi berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya. Adapun nilai-nilai karakter yang ditanamkan kepada anak-anak adalah nilai-nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut yang selanjutnya dituangkan dalam kurikulum dan kegiatan anak-anak di sekolah. Pendidikan karakter ini pun tidak bertentangan dengan konsep KBK karena mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, feeling the good and acting the good yaitu sama-sama melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kita sering mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa mengajarkan anak-anak kecil ibaratnya seperti menulis di atas batu yang akan terbekas sampai usia tua, sedangkan mengajarkan pada orang dewasa diibaratkan seperti menulis di atas air yang akan cepat sirna dan tidak membekas.
Ungkapan itu tidak dapat diremehkan begitu saja karena karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar pendidikan mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.
Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal, sebagaimana sabda rasulullah SAW:
Artinya:
"Tidak ada anak yang dilahirkan kecuali dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya yahudi, nashrani dan majusi". (H.R. Imam Muslim)
Sesuai yang dikemukan oleh Thomas Lickona: "walaupun jumlah anak-anak hanya 25% dari total jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan". Oleh karena itu penanaman pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.
Sayangnya, sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, rasa). Lebih jauh lagi, mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan atau hanya sekedar "tahu"). Oleh sebab itu, Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sangat urgen untuk segera diimplementasikan di sekolah sebagai rumah kedua setelah keluarga (institusi yang pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak), terutama di sekolah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: "PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PILAR HORMAT DAN SANTUN TERHADAP SOPAN SANTUN SISWA TK X"

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun di TK X?
2. Bagaimana kondisi sopan santun siswa di TK X?
3. Bagaimana pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X?

C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi untuk mencegah terjadinya bahasan yang terlalu luas. Batasan-batasan tersebut sebagai berikut:
a. Dalam penelitian ini hanya menggunakan pendidikan karakter pilar hormat dan santun berdasarkan pemikiran Ratna Megawangi.
b. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkap pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun berdasarkan pemikiran Ratna megawangi.
c. Peneliti menggunakan penelitian populasi yaitu kelompok A di TK X.

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang pelaksanaan Pendidikan karakter pilar hormat dan santun di TK X.
2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan kondisi tentang sopan santun siswa di TK X.
3. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X.

E. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian ini mencakup dua hal yaitu
1. Manfaat Akademik Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan Pendidikan Agama Islam. Khususnya di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri dan di Indonesia pada umumnya.
2. Manfaat Sosial praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan semakin meningkatkan sopan santun siswa.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan selanjutnya untuk lebih menekankan pada pengajaran sikap sopan santun.
c. Bagi penulis
Penelitian ini akan memberi manfaat yang sangat berharga berupa pengalaman praktis dalam penelitian ilmiah. Sekaligus dapat dijadikan referensi ketika mengamalkan ilmu terutama di lembaga pendidikan.
d. Bagi almamater
Semoga hasil penelitian ini akan dapat memberi sumbangan yang berarti serta dapat menjadi bahan acuan dalam penelitian selanjutnya.

F. Hipotesa Penelitian
Hipotesis berasal dari kata "hypothesis" yang terdiri dari kata "hypo" dan "thesa". Hypo artinya lemah dan thesa artinya teori. Secara istilah hipotesis berarti teori yang belum diuji kebenarannya.
Dari data-data awal atau sementara yang didapatkan, penulis dapat menarik kesimpulan sementara, yaitu:
1. Hipotesis kerja atau hipotesis alternatif yang disimbolkan dengan (Ha), ini menjelaskan bahwa adanya pengaruh antara dua variabel yaitu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) jadi, dalam penelitian ini Ha-nya adalah Adanya pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X.
2. Hipotesis nihil (hipotesis statistik) yang disimbolkan dengan (Ho), ini berarti bahwa tidak ada pengaruh antara dua variabel, yaitu variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Jadi, dalam penelitian ini Ho-nya adalah Tidak Adanya pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X.

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam sebuah penelitian, untuk mendapatkan suatu keberhasilan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka penulis perlu menggunakan metode yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Mardalis metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang akan dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.
Dalam penelitian ini penulis memilih jenis penelitian kuantitatif korelatif yaitu metode untuk menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka-angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui dengan pendekatan korelasi (hubungan timbal balik).
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang akan diduga. Dikatakan juga bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek dalam penelitian.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelompok A TK X Tahun ajaran X yang berjumlah 3 siswa. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0,10 karena populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 responden. Maka penulis mengambil keseluruhan dari populasi. Dengan demikian penelitian ini bukan termasuk penelitian sampel melainkan penelitian populasi.
3. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
1. Data Kualitatif, yaitu data yang hanya dapat diukur secara tidak langsung. Dalam hal ini, data yang dimaksud antara lain, gambaran umum TK X, pelaksanaan pendidikan karakter.
2. Data Kuantitatif, adalah data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung karena berupa angka-angka. Adapun data yang dimaksud adalah: data tentang jumlah guru, siswa, karyawan, jumlah sarana dan prasarana, hasil angket serta data-data lainnya yang berupa angka.
b. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh. Adapun sumber data penelitian ini terdiri dari:
1. Field Literature
Adalah sumber data yang digunakan untuk mencari landasan teori tentang permasalahan yang diteliti dengan menggunakan buku-buku kepustakaan.
2. Field Research
Adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian, yaitu mencari data dengan cara terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang lebih konkrit yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data ini ada dua macam, yaitu:
a) Manusia meliputi: kepala sekolah, guru, orang tua dan siswa.
b) Non-manusia meliputi: dokumen sekolah, denah sekolah dan susunan organisasi sekolah.

H. Definisi Operasional
Agar dalam penulisan ini tidak terjadi kerancuan makna atau salah persepsi, maka dipandang perlu dalam penulisan ini dicantumkan definisi dari permasalahan yang diangkat:
Pengaruh : Yang ada atau timbul dari sesuatu (orang lain, benda) yang berkuasa ghaib dan sebagian
Pelaksanaan : Proses, cara, perbuatan melaksanakan
Pendidikan Karakter Pilar Hormat Dan Santun: Mengukir Karakter (akhlak) melalui proses knowing the good, loving the good, acting the good yaitu proses melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik dengan menanamkan nilai karakter hormat dan santun sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart dan hands.
Sopan Santun : Bertingkah laku yang baik, bertindak kepada orang lain yang membuat orang lain merasa bernilai, diperhatikan dan dihargai; tulus dalam mengucapkan "terimakasih" dan "maaf", dan itu terpancar dari ekspresinya. Adapun indikator sopan santun yang dapat diamati bagi anak TK menurut Ratna Megawangi adalah:
a. Anak dapat mengucapkan terima kasih jika dibantu
b. Anak menyapa atau mengucapkan salam ketika bertemu orang tua, guru, teman atau tetangga
c. Anak duduk pada saat makan
d. Anak makan tidak berantakan
e. Anak santun ketika berbicara di telepon
f. Anak tertib saat melakukan/mengikuti kegiatan
g. Anak meminta izin ketika ingin menggunakan barang milik orang lain
h. Anak ketika meminta tolong dengan cara yang baik
i. Anak meminta maaf jika melakukan kesalahan
j. Anak tidak mengucapkan kata-kata yang tidak patut (makian, umpatan, panggilan buruk kepada temannya)
TK X: Taman kanak-kanak karakter bertempat di X yang bernaung di bawah yayasan "Badan Waqaf Warisan Nilai Luhur Indonesia" (Indonesia Heritage Foundation) Jakarta yang bergerak di bidang pendidikan karakter untuk anak dan diprakarsai oleh Ibu DR. Ir. Ratna Megawangi, Msc sekaligus sebagai Direktur Utama IHF Jakarta.
Dari definisi di atas yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah adakah pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK X, karena melihat kondisi generasi kita sekarang mengalami dekadensi moral dan diharapkan pendidikan karakter ini dapat dijadikan sebagai solusi yang cepat dan tepat.

I. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan skripsi ini tersusun menjadi 4 (empat) bab, yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN; yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, hipotesa penelitian, metode penelitian (meliputi: jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data), definisi operasional dan sistematika pembahasan.
BAB II : LANDASAN TEORI, yang meliputi:
A. Pelaksanaan Pendidikan karakter pilar hormat dan santun
B. Sopan santun siswa
C. Pengaruh pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN, yang meliputi
A. Gambaran umum obyek penelitian
B. Penyajian data
C. Analisis data
BAB IV : PENUTUP, yang berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan skripsi ini dan sekaligus memberikan saran-saran.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 08:11:00

SKRIPSI PENGARUH PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS GERAK IRAMA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK SISWA DI TK X

(KODE PEND-AIS-0039) : SKRIPSI PENGARUH PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS GERAK IRAMA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK SISWA DI TK X



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Belajar dan hubungannya dengan perkembangan manusia merupakan masalah yang sangat fenomenal dan tidak ada habisnya untuk terus dikaji. Pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Tujuan pembelajaran tersebut telah termaktub dalam tujuan pendidikan yang ada dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yakni:
Berkembangnya potensi peserta didik agar mnjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangguang jawab.
Sehubungan dengan hal di atas, Islam juga mempunyai kualifikasi sendiri dalam memberikan kejelasan konseptual tentang tujuan pembelajaran yaitu terdapat dalam Q.S al-Alaq ayat 1-5:
Artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mempelajari (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajari manusia apa yang belum diketahuinya.
Secara kontekstual ayat tersebut memberikan informasi bahwa manusia adalah makhluk belajar, artinya manusia dapat menerima pelajaran dari Tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya. Jika diamati secara seksama, nampak bahwa hanya melalui proses belajar manusia dapat memahami sesuatu, baik secara potensial maupun aktualnya, sehingga ia dapat merancang pekerjaan untuk mengolah sesuatu yang dapat memberikan manfaat bagi kepentingan hidupnya.
Harapan yang cukup besar terhadap penyelenggaraan pembelajaran mendorong semakin berkembangnya pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan formal, terutama lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak.
Taman Kanak-Kanak adalah salah satu bentuk pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun yang membantu anak didik untuk mengembangkan semua potensi yang dimilikinya baik fisik, psikis, emosional, maupun kognitifnya. Sebagaimana yang terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak, bahwa tujuan program kegiatan belajar Taman Kanak-Kanak adalah:
"Untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya."
Perkembangan setiap anak berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungannya, oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan seharusnya memperhatikan keunikan-keunikan individual yang dimiliki oleh setiap siswa. Hal itu perlu diperhatikan bagi seorang guru yang merupakan the center of learning yang menentukan berhasil tidaknya sebuah proses pembelajaran dan sebagai penyelenggara pendidikan, sekaligus mengandung konsekuensi logis bagi dirinya untuk mampu melayani semua siswa sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya.
Implikasi dari prinsip perbedaan individual bagi guru tersebut berwujud untuk memperbaiki cara-cara pengajarannya terkait metode, media, pengenalan karakteristik siswa serta pemberian remedial teaching bagi siswa yang membutuhkan. Hal itu juga menjadi fokus perhatian bagi al-Ghozali, dalam pemikirannya tentang pendidikan, ia berpendapat bahwa:
Demikianlah guru yang diikuti, yang mengobati jiwa murid-muridnya dan hati orang yang diberi petunjuk, hendaknya tidak membebani mereka dengan berbagai latihan dan tugas dalam bidang khusus dengan beban metode yang khusus pula sebelum ia mengetahui akhlak serta penyakit mereka. Apabila dokter mengobati seluruh pasien dengan obat yang sama, maka ia akan membunuh banyak manusia. Demikian pula halnya dengan guru, apabila k mengarahkan seluruh murid kepada satu macam pola yang sama niscaya ia akan menghancurkan mereka dengan mematikan hati mereka. Oleh karena itu, hendaknya guru memperhatikan penyakit, keadaan, usia, dan tabiat serta motivasi peserta didiknya. Atas dasar itulah hendaknya ia memprogramkan pendidikannya.
Maka dari itu guru dapat menggunakan pembelajaran dengan menggunakan intervensi yang beraneka segi, yaitu pembelajaran berbasis gerak irama. Pembelajaran berbasis gerak irama adalah suatu program pembelajaran yang dibuat oleh guru kelas dengan memperhatikan keberadaan dan kebutuhan setiap peserta didik melalui pola gerak dan irama sesuai dengan perkembangan fisik, emosi, sosial dan intelektual dari setiap peserta didik.
Gerak irama adalah suatu ilmu (science) yang disusun secara sistematis, terarah dan berguna bagi kepentingan manusia, untuk menguasainya diperlukan latihan-latihan khusus secara teratur dan terarah.
Ilmu gerak irama merupakan ilmu terapan bagi seorang guru dalam kegiatan menyusun dan merancang program pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas bagi peserta didik yang telah mengalami kesulitan-kesulitan belajar. Keberhasilan seorang guru dalam mengatasi kesulitan belajar dengan menggunakan intervensi melalui pola gerak dan irama tersebut merupakan pembuktian kompetensi yang dimilikinya sebagai tenaga pengajar yang profesional.
Dalam proses pembelajaran, gerak irama berfungsi sebagai alat pembelajaran yang dapat meningkatkan kesegaran jasmani, kesehatan, ketrampilan gerak, daya nalar atau tingkat kecerdasan, kehidupan yang kreatif, dan kemampuan bermasyarakat atau bersosialisasi.
Alasan utama mengapa gerak irama dipakai sebagai salah satu intervensi dalam pembelajaran di sekolah adalah karena pola gerak dan irama mempunyai kepentingan dalam upaya mengembangkan potensi dan kemampuan setiap peserta didik untuk mencapai kompetensi dirinya secara bulat dan utuh.
Pembelajaran berbasis gerak irama tersebut sangat sesuai untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-Kanak, dikarenakan pembelajaran berbasis gerak irama dapat meningkatkan perkembangan psikomotorik siswa yang lebih baik dikembangkan pada masa kanak-kanak. Hal itu berdasarkan asumsi bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang paling ideal untuk mengembangkan kemampuan psikomotorik anak.
Perkembangan psikomotorik adalah perkembangan fungsi kepribadian manusia yang mengarah pada akibat-akibat motor dari proses mental (kerja otak). Aspek motorik tersebut berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku seperti perbuatan dan gerak jasmaniah.
Perlunya mempelajari keterampilan motorik pada masa kanak-kanak, dikarenakan tubuh anak masih lentur daripada tubuh orang dewasa, pada saat itu seorang anak juga kurang memiliki keterampilan yang bertentangan dengan hal-hal baru, mereka senang melakukan pengulangan dan memiliki waktu yang lebih lama untuk mempelajari keterampilan motorik dibanding ketika mereka telah dewasa.
Perkembangan individu tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya akan tetapi juga ditentukan oleh faktor dari luar seperti lingkungan dan pendidikan.
Individu dan perkembangannya adalah produk dari hereditas dan lingkungan, Keduanya sama-sama berperan penting bagi perkembangan individu, hereditas menumbuhkan fungsi-fungsi dan kapasitas sedangkan pendidikan dan lingkungan mengembangkan fungsi-fungsi kapasitas tersebut. Antara stimulus hereditas dan lingkungan berinteraksi saling mempengaruhi untuk menimbulkan proses perkembangan. Hal itu mengharuskan adanya usaha-usaha bagi pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar dan membimbing perkembangan anak ke arah perkembangan yang optimal.
Dengan melihat tujuan dan manfaat dari gerak irama, maka tidak menutup kemungkinan bahwa pembelajaran berbasis gerak irama dapat meningkatkan perkembangan psikomotorik siswa.
Mengingat pentingnya masalah tersebut di atas maka penulis mengkaji dan meneliti permasalahan tersebut dengan judul skripsi "Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Gerak Irama terhadap Perkembangan Psikomotorik Siswa di TK X ".

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama di TK X ?
2. Bagaimana perkembangan psikomotorik siswa di TK X ?
3. Adakah pengaruh pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama terhadap perkembangan psikomotorik siswa di TK X ?

C. Tujuan dan Signifikasi Penelitian
Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama di TK X.
2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan perkembangan psikomotorik siswa di TK X.
3. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama terhadap perkembangan psikomotorik siswa di TK
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis sendiri sebagai calon tenaga pendidik, tentunya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang menjadi profesi penulis.
2. Bagi lembaga pendidikan yang diteliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menyusun program pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien dalam proses pendidikan di lembaga tersebut.
3. Bagi lembaga pendidikan atau instansi terkait, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menyiapkan calon pendidik, sehingga dapat menghasilkan out put yang berkualitas dan profesional.

D. Batasan Masalah
Sangatlah penting bagi penulis dalam membatasi masalah untuk membuat pembaca mudah memahaminya. Dalam skripsi ini penulis hanya memfokuskan pada:
1. Pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran yang berdasarkan pola gerak siswa.
2. Perkembangan psikomotorik dalam hal ini adalah keterampilan motorik kasar dan motorik halus.
3. Pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama difokuskan pada kelas B2 TK X.

E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengintepretasikan judul skripsi ini, kiranya perlu dijelaskan beberapa istilah yang termaktub dalam judul skripsi ini, yaitu:
1. Pengaruh: daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang terkait membentuk watak, kepercayan dan perbuatan seseorang.
2. Pembelajaran berbasis gerak irama:
Suatu program pembelajaran yang dibuat oleh guru kelas dengan mengembangkan dan menumbuhkan pengalaman belajar peserta didik melalui pola gerak dan irama sesuai dengan perkembangan fisik, emosi, sosial dan intelektual dari setiap peserta didik.
3. Perkembangan : suatu perubahan yang bersifat kualitatif pada segi fungsional.
4. Psikomotor : berhubungan atau mengarah kepada akibat-akibat motor dari proses mental (kerja otak).
Dalam skripsi ini yang dimaksud dengan judul pengaruh pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama terhadap perkembangan psikomotorik siswa adalah pembelajaran yang dibuat oleh guru kelas dengan mengembangkan dan menumbuhkan pengalamam belajar peserta didik melalui pola gerak yang dipadukan dengan irama untuk meningkatkan perkembangan psikomotorik siswa.

F. Hipotesis Penelitian
Menurut Mardalis hipotesis berasal dari dua kata, yaitu "hypo" artinya "di bawah" dan "thesa" artinya "kebenaran" atau "pendapat", maka yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam penelitian. Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah:
1. Hipotesi s Alternatif (Ha)
Pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama berpengaruh terhadap perkembangan psikomotorik siswa di TK X.
2. Hipotesis Nihil (Ho)
Pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama tidak berpengaruh terhadap perkembangan psikomotorik siswa di TK X.

G. Variabel Penelitian
Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Dalam penelitian ini variabel ada dua, yaitu:
a. Variabel bebas: pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama
b. Variabel terikat: perkembangan psikomotorik siswa di TK X.

H. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat hal yang dapat diamati (observasi). Variabel penelitian perlu didefinisikan dengan beberapa alasan, antara lain:
a. Agar tidak menimbulkan kekaburan fokus penelitian dan menghilangkan kemungkinan salah penafsiran terhadap obyek yang menjadi fokus penelitian.
b. Mempersempit fokus, target populasi dan wilayah penelitian
c. Memudahkan membuat instrumen penelitian.
d. Memberikan makna kontekstual terhadap masalah yang menjadi fokus penelitian.
Definisi dari variabel penelitian tersebut adalah:
1. Pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama yaitu: suatu pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan pola gerak yang dimiliki oleh siswa yang dipadukan dengan irama atau ritme.
2. Perkembangan psikomotorik yaitu perkembangan kepribadian yang berhubungan dengan keterampilan motorik. Kemampuan motorik merupakan kemampuan dalam mengendalikan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

I. Metode Penelitian
Metode artinya, cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan penelitian. Maka yang dimaksud dengan metode penelitian adalah uraian yang mengemukakan secara teoritis tentang metode yang digunakan dalam penelitian mulai dari tahap pengumpulan data sampai dengan analisis data.
Untuk mengumpulkan data sampai dengan analisa data tentang "pengaruh pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama terhadap perkembangan psikomotorik siswa di TK X ", peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik analisa korelasi product moment.
1. Jenis penelitian
Ditinjau dari tempatnya, penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian ini bertujuan untuk mengambil informasi secara langsung tentang obyek penelitian.
Ada pertimbangan mengapa penulis melakukan penelitian lapangan ini, karena penulis bermaksud untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terhadap obyek penelitian, dalam hal ini tentang "pelaksanaan pembelajaran yang berbasis gerak irama terhadap perkembangan psikomotorik siswa di TK X "
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan dalam penelitian yang lebih banyak menggunakan angka-angka mulai dari proses pengumpulan data hingga menampilkan hasil penelitian.
3. Sumber data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh. Secara umum sumber data dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
b. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket
c. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak
d. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain.
Kemudian dalam penelitian ini sumber data terbagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Sumber data primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang akan memberikan data-data primer. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah:
1). Siswa kelas B2 TK X
Siswa kelas B2 TK X dijadikan sebagai sumber data primer untuk mengetahui kemampuan gerak siswa serta perkembangan psikomotorik siswa.
2). Kepala TK X
Kepala TK X dijadikan sebagai sumber data primer untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama dan perkembangan psikomotorik siswa.
3). Guru kelas B2 TK X
Guru kelas B2 TK X dijadikan sebagai sumber data primer unutk mengetahui pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama dan perkembangan psikomotorik siswa
b. Sumber data sekunder
Sumber data jenis ini peneliti gunakan untuk menggali data-data penguat bagi data primer, adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen serta buku-buku yang dapat dijadikan referensi yang berkaitan dengan "pengaruh pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama terhadap perkembangan psikomotorik siswa di TK X"
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Adapun yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas B-2 TK X. Tahun ajaran XXXX-XXXX yang berjumlah 23 siswa.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil yang dipilih. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, karena jumlah populasi yang akan diteliti kurang dari 100 orang. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto "Jika jumlah populasi yang akan diteliti kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

J. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari beberapa sub pokok bahasan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, batasan masalah, definisi operasional, hipotesis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, metode penelitian, dan yang terakhir sistematika pembahasan.
BAB II : Landasan Teori, terdiri dari beberapa sub pokok bahasan, yaitu: Tinjauan tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama, yang meliputi: Pengertian pembelajaran berbasis gerak irama, latar belakang digunakannya gerak irama dalam pembelajaran, sejarah perkembangan gerak, hubungan gerak dengan irama, pola gerak irama dalam pembelajaran, penyusunan pola gerak irama dalam pembelajaran. Tinjauan tentang perkembangan psikomotorik, yang meliputi: definisi perkembangan psikomotorik, faktor-faktor yang mempegaruhi perkembangan, prinsip-prinsip perkembangan psikomotorik, cara umum mempelajari ketrampilan motorik, perkembangan psikomotorik anak usia Taman Kanak-Kanak, bahaya perkembangan motorik, klasifikasi Tujuan Instruksional Khusus Ranah psikomotorik. Pengaruh pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama terhadap perkembangan psikomotorik siswa.
BAB III : Laporan Hasil Penelitian, terdiri dari sub pokok bahasa, yaitu: Gambaran umum obyek penelitian, yang meliputi sejarah berdirinya TK X, visi dan misi TK X, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, keadaan anak didik, keadaan sarana dan prasarana, serta pelaksanaan pembelajaran di TK X. Penyajian data meliputi pelaksanaan pembelajaran berbasis gerak irama, perkembangan psikomotorik siswa. Dan analisis data yang meliputi tiga pokok permasalahan yang ada dalam rumusan masalah. BAB IV : Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 08:09:00

SKRIPSI PENERAPAN METODE MONTESSORI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK ANAK PRASEKOLAH DI TK X

(KODE PEND-AIS-0038) : SKRIPSI PENERAPAN METODE MONTESSORI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK ANAK PRASEKOLAH DI TK X



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan adalah masalah yang penting dalam kehidupan, bukan saja sangat penting bahkan masalah pendidikan itu sama sekali tidak dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan bangsa dan negara. Bahkan maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara itu.
Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai dan sikapnya, serta keterampilannya. Pendidikan pada hakekatnya mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih. Istilah mendidik menunjukkan usaha yang lebih ditujukan pada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan dan lain-lain. Istilah mengajar berarti memberi pelajaran tentang ilmu yang berdampak bagi perkembangan kemampuan intelektual manusia. Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi dan pekerti dan pendidikan jiwa.
Anak merupakan bibit penerus pembangunan dan sebagai generasi muda yang saat ini berada pada masa prasekolah (4-6 tahun) yang pada tahun 2020 mereka akan beranjak dewasa, pada masa itu dipahami sebagai era globalisasi. Suatu era persaingan bebas di berbagai hal dengan segala dampak positif dan negatifnya. Oleh karena itu dalam rangka menyongsong era globalisasi tersebut harus ada kepedulian terhadap potensi anak sejak dini. Anak harus dipersiapkan secara mantap baik dari segi fisik maupun mental yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan pada anak prasekolah merupakan kegiatan pendidikan yang dimaksudkan sebagai usaha untuk mengembangkan seluruh segi kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani antara pendidikan keluarga ke pendidikan sekolah. Namun demikian pendidikan prasekolah atau taman kanak-kanak merupakan tempat belajar dan bermain yang menyenangkan bagi anak. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan pendidikan anak usia dini pada jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA) atau berbentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan bagi anak prasekolah khususnya pendidikan taman kanak-kanak (TK) merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai dengan sifat-sifat alami anak. Sedangkan yang dimaksud dengan taman kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar.
M. Al-Athiya Al-Abrasyi mengutip dari Nabi Muhammad SAW mengenai pendidikan anak, selalu menganjurkan kepada kita semua untuk selalu mempersiapkan anak-anak kita dalam menyongsong masa depan yang akan datang. Beliau bersabda :
Artinya : "Didiklah Anak-anakmu, mereka itu dijadikan buat menghadapi masa yang lain dari masa kamu".
Masa kanak-kanak adalah masa yang peka untuk menerima macam-macam rangsangan dari lingkungan dan banyak berpengaruh bagi perkembangan jasmani dan rohaninya, serta untuk menentukan keberhasilan anak didik dalam mengikuti pendidikan dikemudian hari.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang memberikan kontribusi besar terhadap proses pembentukan pribadi anak. Proses pembinaan secara efektif dan intensif melalui proses internalisasi nilai-nilai ajaran Islam secara bertahap ke dalam pribadi anak yang berlangsung sesuai dengan tingkat perkembangannya, yang dilakukan oleh guru lewat pembelajaran tersebut. Pembelajaran juga sebagai upaya untuk membelajarkan anak didik. Dalam definisi ini terkandung makna adanya upaya pemikiran dan penggunaan pendekatan dan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran yang telah diterapkan sebelumnya dapat tercapai dengan benar. Sedangkan metode sendiri artinya cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, makin tepat memilih suatu metode akan dapat diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuannya tersebut, khususnya dalam bidang pengajaran di sekolah. Kenyataannya telah menunjukkan bahwa manusia dalam segala hal selalu berusaha mencari efisiensi-efisiensi kerja dengan jalan memilih dan menggunakan suatu metode yang dianggap terbaik untuk mencapai tujuannya. Demikian pula halnya dalam lapangan pengajaran di sekolah, para pendidik berusaha memilih metode pengajaran yang setepat-tepatnya yang dipandang lebih efektif daripada metode-metode lainnya, sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru itu benar-benar menjadi milik murid.
Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar yang ideal meliputi ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan pembahasan tingkah laku seluruh ranah ini khususnya ranah psikomotorik, alangkah baiknya menggunakan metode yang lebih mengutamakan ranah psikomotorik untuk anak prasekolah, mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka hampir tidak mungkin untuk menunjukkan dan mensimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul daripada metode belajar mengajar yang lainnya, dalam usaha mencapai semua tujuan, oleh semua guru, untuk semua murid dalam situasi dan kondisi dan untuk selamanya.
Banyak metode untuk belajar yang telah diterapkan di sekolah, tetapi untuk anak prasekolah metode yang dapat diterapkan atau untuk masa-masa 4-6 tahun adalah metode pembelajaran Montessori, yang dianggap dapat membantu untuk mengembangkan pola-pola pikir dan kreativitas anak. Metode pembelajaran Montessori adalah metode pembelajaran yang dalam prakteknya lebih menekankan pada tiga bagian, yaitu pendidikan berdasarkan dengan motorik, sensorik dan bahasa, sedangkan pendidikan yang diberikan pada tahun-tahun pertama kehidupan anak sangat penting karena masa-masa tersebut masa formatif, terutama fisik dan mental.
Metode Montessori ini diperuntukkan bagi anak usia prasekolah di mana anak lebih banyak bermain dalam kehidupannya, sehingga Montessori memberikan metode pembelajaran yang efektif bagi anak usia prasekolah yang bertujuan untuk memberikan stimulus-stimulus bagi kemampuan motorik anak dan mengasah kemampuan intelektual dan kontrol serta mempersiapkan anak untuk memasuki latihan yang lebih kompleks. Terkait dengan pembelajaran Montessori tersebut, maka diberikan latihan motorik melalui berbagai permainan yang dapat merangsang motorik anak.
Ketika anak memasuki prasekolah pada sekolah Montessori pada usia 2,5 tahun, latihan dasar dimulai dengan mengenal kehidupan praktis sehari-hari. Tujuannya memperkenalkan pendatang dan dalam ruang lingkup yang menyeluruh, menghargai sesama dan pekerjaan, serta menggunakan alat peraga dengan benar. Anak-anak selanjutnya diperkenalkan latihan penginderaan. Anak-anak diharapkan memiliki pengalaman nyata yang membantu pengembangan pikiran abstrak. Tidak ada batasan usia dalam memperkenalkan setiap latihan atau alat peraga, meskipun materi prasekolah Montessori ilmunya dipersingkat sesuai dengan perkiraan kemampuan anak di masing-masing usia.
Metode Montessori selalu melibatkan olah otak dan tubuh, kemudian pengalaman baru yang menjadi dasar pengetahuan, dari apa yang mereka lakukan merupakan pengalaman baru yang terletak di dalam otak dan mereka akan memprogram latihan tersebut berulang kali ke otak sehingga tugas menjadi baku dan dapat dikerjakan secara otomatis, dengan melatih keterampilan panca sensorimotor, alat peraga sensorik memungkinkan anak menerima pengetahuan dunia fisik dan membuat keputusan tentang berbagai kualitas, pengalaman sensorik adalah pertumbuhan intelektual. Penyempurnaan sensorik merupakan tujuan akhir, ketika anak meraba, melihat, merasakan, mendengarkan dan mencicipi, ia membuat kategori di otak untuk setiap sensorik baru.
Metode Montessori lebih mengutamakan motorik anak sehingga anak dapat memahami prinsip atau keterampilan yang dirancang sesuai dengan kemampuan anak, yang tidak memberatkan dan membebani, sehingga akan membuat anak prasekolah akan selalu semangat dan senang.
Dalam pembelajaran yang diterapkan sekolah TK X dengan menggunakan metode Montessori maka seorang guru memperkenalkan pembelajaran dikehidupan nyata melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk anak tersebut, di mana metode Montessori lebih mengutamakan motorik anak.
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian data skripsi ini dengan judul "Penerapan Metode Montessori Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik Anak Prasekolah Di TK X".

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan metode Montessori di TK X?
2. Bagaimana kemampuan psikomotorik anak prasekolah di TK X?
Dari berbagai masalah yang di terangkan di atas, penulis membatasi pada upaya meningkatkan kemampuan psikomotorik anak prasekolah dalam penerapan metode Montessori.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dibahas adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui penerapan metode Montessori di TK X.
b. Untuk mengetahui psikomotorik anak prasekolah di TK X

D. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel dalam hal ini adalah kata kunci yang berkaitan dengan variabel penelitian untuk menghindari perbedaan atau kurang jelasnya makna yang ditimbulkan.
1. Penerapan : pengenaan
2. Metode Montessori : cara atau ide sederhana berdasarkan nalar dan kebenaran, dimana metode ini pada dasarnya menitikberatkan pada usaha pemanfaatan kecenderungan serta kesanggupan murid dengan jalan menyediakan lingkungan yang menantang serta benda obyek indera yang bertujuan. Di dalam metode Montessori di sekolah TK X menyiapkan seorang anak untuk sanggup mengerjakan kegiatan yang dibimbing guru dengan melakukan kegiatan yang serupa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Upaya : sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan suatu target yang dituju. Sesuatu yang dilakukan tersebut melalui metode Montessori dengan adanya bantuan dari seorang guru bisa meningkatkan kemampuan pada anak prasekolah.
4. Meningkatkan : Menaikkan, taraf, derajat, mempertinggi, memperhebat, mengangkat. Maksudnya membantu mengembangkan perkembangan psikomotorik anak prasekolah melalui metode Montessori.
5. Psikomotorik : dalam psikologi, maka motor diartikan sebagai istilah yang menunjukkan kepada hal, keadaan dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya, demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya (penyaluran cairan atau getah), berarti motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkat atau menghasilkan stimulus atau rangsangan terhadap kegiatan-kegiatan organ-organ fisik. Maksudnya gerakan-gerakan olah otak, otot,saraf dapat membantu meningkatkan kemampuan psikomotorik dengan seorang anak mengamati baru menyimpan kegiatan dalam otak kemudian bertindak, mempraktekkan. Maka apa yang anak lakukan atau praktekkan itu sudah dikatakan berhasil membantu perkembangan psikomotoriknya.
6. Anak prasekolah : anak yang berusia 3-6 tahun.
Dapat dijelaskan bahwa maksud judul skripsi di atas adalah penerapan metode Montessori sebagai upaya meningkatkan kemampuan psikomotorik anak prasekolah di TK X. Di mana proses perkembangan anak yang dipandang memiliki keterkaitan tinggi dengan kegiatan belajar siswa, yakni proses perkembangan yang progressif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan anak.

E. Metodologi Penelitian
Dalam suatu penelitian, metodologi menjadi sangat penting bagi seorang peneliti, ketepatan dalam menggunakan suatu metode akan dapat menghasilkan data yang tepat pula dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Adapun metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yaitu mengadakan penelitian pada konteks dari suatu kebutuhan sebagaimana adanya (alami) berdasarkan fakta empiris hanya dilakukan pembatasan dan interfensi oleh peneliti.
1. Jenis penelitian dan pendekatannya
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu berusaha memberikan data secara sistematis dan cermat tentang fakta-fakta aktual. Pendekatan kualitatif deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan data kualitatif, yaitu pengumpulan data dengan cara gejala-gejala untuk memahaminya tidak mudah menggunakan alat ukur, melainkan dengan naluri dan perasaan. Dalam hal ini data yang dimaksud dalam kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah dan situasi-situasi yang ada di sekolah.
2. Sumber Data
a. Kepustakaan (Library Research)
Adalah sumber data yang digunakan untuk mencari landasan teori tentang permasalahan yang diteliti dengan menggunakan literatur-literatur yang ada, baik dari buku, majalah, surat kabar, maupun dari internet yang ada hubungannya dengan teori pembahasan skripsi ini sebagai bahan landasan teori, utamanya menyangkut data tentang metode Montessori.
b. Penelitian Lapangan
Adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian, yaitu mencari data dengan terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang lebih konkrit yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, kemudian subyek penelitiannya guru dan siswa. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode yang dianggap sesuai dengan permasalahan dan saling melengkapi antara metode satu dengan yang lain, adapun metode tersebut adalah :
1) Metode observasi (pengamatan)
Metode ini digunakan untuk mengamati fenomena yang diselidiki secara langsung, metode observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Maka dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk melihat keadaan siswa, keadaan gedung, fasilitas, sarana dan prasarana pembelajaran yang ada di sekolah melalui wawancara, document.
2) Metode interview (wawancara)
Suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dengan proses hanya jawab lisan, yang mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam wawancara ini penulis mewancarai guru yang mengajar di TK X untuk dapat di ambil keterangannya mengenai keadaan siswa.
3) Metode Dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transaksi, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan lain-lain. Bisa juga hasil keahlian anak, metode dokumentasi merupakan metode yang tepat dan sesuai dalam memperoleh data sebagai sumber data dan bahan wacana dalam sebuah penelitian.
4) Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan merupakan data awal yang masih perlu diolah kembali. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengolahan data sebagai berikut : c. Metode induktif
Yaitu metode yang mengulas fakta yang bersifat khusus atau bisa dikatakan suatu logika yang bertitik tolak dari khusus ke umum.
d. Metode deduktif
Yaitu suatu cara berpikir yang bertolak dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat khusus dengan memakai kaidah logika tertentu. Dalam penelitian ini untuk memperoleh deskripsi secara jelas, penulis berangkat dari sebuah konsep umum yaitu metode Montessori kemudian kami tarik pada kemampuan psikomotorik anak prasekolah.
e. Metode interpretasi
Yaitu suatu metode yang mempunyai logikanya sendiri. Tetapi logika argumentasi, maksudnya berbagai interpretasi yang diperoleh dari sebuah teks, bukan benar dan tidaknya tafsiran yang diberikan, tetapi argumentasinya yang di landaskan dalam memberikan penafsiran serta kedekatannya dengan fenomena yang terjadi dan berkaitan dengan teks tersebut yang menjadi titik perhatian.

F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pemahaman dalam penulisan skripsi ini, maka perlu adanya penyusunan yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, di dalamnya berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Definisi Operasional, Metodologi Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
Bab II : Landasan teori, meliputi metode Pembelajaran Montessori, yang berisikan pengertian metode montessori, manfaat dan tujuan metode montessori, konsep metode montessori, prinsipprinsip metode montessori, kekurangan dan kelebihan metode montessori, serta biografi sosial Maria Montessori. Kemampuan psikomotorik, yang terdiri dari pengertian psikomotorik, proses perkembangan psikomotorik. Prinsip perkembangan psikomotorik, urutan perkembangan psikomotorik, keterampilan psikomotorik. Dan penerapan metode montessori sebagai upaya meningkatkan kemampuan psikomotorik anak prasekolah di TK X.
Bab III : Laporan hasil penelitian, yang berisikan gambaran umum obyek penelitian, terdiri dari sejarah singkat berdirinya TK X, letak geografis dan denah TK X, visi misi dan struktur organiasi TK X, keadaan sarana dan prasarana. Penyajian data berisikan deskriptif penerapan metode montessori di TK X, deskripsi upaya meningkatkan kemampuan psikomotorik anak prasekolah di TK X, dan Analisis data.
BAB V : Penutup, kesimpulan dan saran.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 08:07:00

SKRIPSI PENERAPAN METODE KARYAWISATA SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN INTERAKSI SOSIAL DI TK X

(KODE PEND-AIS-0037) : SKRIPSI PENERAPAN METODE KARYAWISATA SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN INTERAKSI SOSIAL DI TK X


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Setiap bangsa, setiap individu, pada umumnya menginginkan pendidikan. Dengan pendidikan (pendidikan formal), makin banyak dan makin tinggi pendidikan maka makin baik. Dalam pendidikan formal yang biasanya memegang peranan utama ialah guru yaitu mengontrol reaksi dan respons murid. Anak-anak biasanya belajar di bawah tekanan dan bila perlu dengan paksaan tertentu, kelakuannya dikuasai dan diatur dengan berbagai aturan. Kurikulum juga ditentukan oleh petugas pendidikan, bukan oleh murid sendiri, sehingga tidak selalu bahan itu menarik minat anak atau fungsional dalam kehidupan anak. Karena itu guru berusaha menarik minat anak, menggunakan paksaan atau macam-macam motivasi ekstrinsik.
Mengganti metode dalam mengajar sangat diperlukan untuk mengatasi kejenuhan ketika proses belajar mengajar akan berlangsung. Beberapa metode mengajar yang dapat dipilih oleh guru antara lain : metode ceramah, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode tanya jawab, metode karyawisata. Metode sosio drama serta metode demonstrasi. Pemilihan metode ini harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, karena salah satu penunjang keberhasilan pendidikan adalah penggunaan metode mengajar yang tepat.
Ahli pendidikan sependapat bahwa tidak ada satu metode mengajarpun yang dipandang paling baik, karena baik dan tidaknya metode mengajar sangat tergantung kepada tujuan pengajaran, materi yang diajarkan, jumlah peserta didik, fasilitas penunjang, kesanggupan individual dan lain-lain.
Metode karyawisata dapat dijadikan pilihan ketika anak mengalami kejenuhan belajar dalam ruang kelas terus menerus. Apalagi dengan metode mengajar yang monoton. Mereka butuh suasana baru, karena kehidupan di antara ke empat dinding kelas sangat terbatas. Di luar kelas mereka berhadapan dengan kehidupan yang kaya akan hal-hal yang dapat mereka pelajari. Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti "kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar."
Meskipun kegiatan ini di luar kelas, namun karyawisata bukan piknik melainkan "memindahkan" kelas untuk sementara keluar. Karyawisata memanfaatkan sumber-sumber yang ada di lingkungan dan mempererat hubungan antara sekolah dan lingkungan masyarakat. Metode karyawisata biasanya digunakan sebagai pelengkap materi pokok yang dipelajari di kelas atau dari buku-buku. Dari sudut didaktis karyawisata banyak mempunyai kebaikan seperti membangkitkan minat, aktifitas, dan sebagainya. Karyawisata/fieltrip dapat berupa perjalanan keliling sekolah atau ke tempat yang lebih jauh.
Saat karyawisata berlangsung, kelas dapat melakukan berbagai aktifitas seperti mempelajari proses sosial, mempelajari masalah sosial, dan sebagainya. Mempelajari masalah sosial pada saat karyawisata berlangsung memberikan manfaat yang sangat besar bagi peserta didik, dimana manusia diciptakan selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu berintegrasi, saling tolong menolong, ingin maju, ingin berkumpul, ingin menyesuaikan diri, hidup dalam kebersamaan, dan sebagainya. Pada saat karyawisata semua siswa berbaur menjadi satu. Saling bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, menyesuaikan diri dengan orang lain, serta berkumpul inilah diharapkan interaksi sosial diantara siswa akan semakin terjalin dengan baik.
Ketika anak berinteraksi dengan lingkungannya, ia lambat laun mendapat kesadaran akan dirinya sebagai pribadi. Ia belajar untuk memandang dirinya sebagai obyek seperti orang lain memandang dirinya. Ia dapat membayangkan kelakuan apa yang diharapkan orang lain daripadanya. Ia dapat mengatur kelakuannya seperti yang diharapkan orang lain daripadanya. Dengan menyadari dirinya sebagai pribadi ia dapat mencari tempatnya dalam struktur sosial, dapat mengharapkan konsekuensi positif bila berkelakuan menurut norma-norma atau akibat negatif atas kelakuan yang melanggar aturan. Demikianlah akhirnya ia lebih mengenal dirinya dalam lingkungan sosialnya, dapat menyesuaikan kelakuannya dengan harapan masyarakat, dan menjadi anggota masyarakat melalui proses sosialisasi yang dilaluinya. Jadi dalam interaksi sosial itu memperoleh "Self Concept" atau suatu konsep tentang dirinya.
Meskipun sekolah hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak, namun memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi, salah satunya melalui metode karyawsisata. Anak mengalami perubahan dalam kelakuan sosial setelah ia masuk sekolah. Di sekolah anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru yang memperluas ketrampilan sosialnya. Ia juga berkenalan dengan anak yang berbagai ragam latar belakangnya dan belajar untuk menjalankan peranannya dalam struktur sosial yang dihadapi di sekolah.
Masalah yang dihadapi anak akan semakin beragam seiring meluasnya sosialisasi yang mereka lakukan. Hal ini tentu akan menjadi sebuah pengalaman baru, yang mungkin tidak mereka dapatkan ketika hanya berada dalam lingkungan keluarga. Dengan munculnya masalah-masalah tersebut anak akan termotivasi untuk mencari jalan keluarnya. Mereka akan berfikir bagaimana cara menyelesaikan masalah yang dihadapi baik secara individu maupun kelompok, yang mungkin saja akan berbeda dengan cara orang dewasa. Dari sinilah, pengalaman-pengalaman sosial anak hendaknya lebih dikembangkan lagi agar kelak mereka tumbuh menjadi manusia yang berguna bagi dirinya maupun orang lain, mampu menempatkan diri dalam masyarakat, serta manusia yang peduli sosial. Sebagai mana Tuhan Yang Maha Esa juga menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, disamping manusia sebagai makhluk pribadi.
Berkaitan dengan pemikiran di atas, penulis menganggap perlu untuk dibahas lebih mendalam dalam bentuk skripsi yang berjudul : "Penerapan Metode Karyawisata Sebagai Upaya Menumbuhkan Interaksi Sosial di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X."

B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami beberapa istilah yang terkandung dalam judul skripsi ini, maka perlu ditegaskan beberapa batasan arti yang berkaitan.
Adapun istilah-istilah tersebut adalah :
1. Metode Karyawisata
Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Atau suatu strategi belajar mengajar, di mana guru dan muridnya mengunjungi suatu tempat tertentu yang relevan untuk memperoleh sejumlah pengalaman empiris.
2. Interaksi Sosial
Interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.
Jadi Interaksi sosial yang dimaksud di sini adalah hubungan antar anak didik yang terjadi di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X.
3. Anak TK/Usia Prasekolah
Anak usia prasekolah adalah saat anak-anak belajar bagaimana bergaul dengan orang lain, pertama kali dalam lingkungan bermain, baru kemudian dalam dunia sesungguhnya. Biechler dan Nowman berpendapat bahwa anak pra sekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun.
Jadi yang dimaksud anak TK di sini adalah sekelompok anak dengan usia tertentu yang mulai belajar bergaul dengan orang lain dalam sebuah program pendidikan prasekolah.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan masalah ini perlu agar pengkajian masalah dapat lebih tuntas, mendalam dan terarah. Masalah dalam penelitian ini adalah pengkajian terhadap pelaksanaan metode karyawisata di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X. Metode tersebut dijadikan upaya untuk menumbuhkan interaksi sosial anak didik.
Secara konkrit masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana pelaksanaan metode karyawisata di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X ?
b. Bagaimana interaksi sosial yang terjadi pada anak didik TK X, Kecamatan X, Kabupaten X ?
c. Mengapa metode karyawisata dijadikan upaya untuk menumbuhkan interaksi sosial di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut : Untuk mengetahui tentang pelaksanaan metode karyawisata di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X.
- Untuk mengetahui tentang interaksi sosial yang terjadi pada anak di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X. Untuk mengetahui kenapa metode karyawisata menumbuhkan interaksi sosial di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut :
a. Bahan masukan bagi sekolah, khususnya TK X, Kecamatan X, Kabupaten X dalam penerapan metode karyawisata.
Kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan karyawisata selama ini semoga bisa diperbaiki, sehingga dapat memberikan manfaat seperti yang diharapkan.
b. Sebagai alat ukur bagi penulis dalam usaha menerapkan disiplin ilmu selama dalam perkuliahan.
c. Sebagai bahan bacaan kepustakaan khususnya yang berkaitan dengan metode karyawisata serta manfaatnya dalam dunia pendidikan.

E. Kajian Pustaka
Soemiarti Patmonodewo dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak Prasekolah mengungkapkan bahwa bermain akan membantu anak dalam menjalin hubungan sosial. Bermain merupakan cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia lingkungannya. Bermain di sekolah dapat membantu perkembangan anak apabila guru cukup memberikan waktu, ruang, materi dan kegiatan bermain bagi murid-muridnya. Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar menampilkan emosi yang diterima lingkungannya dan juga belajar bersosialisasi agar kelak terampil dan berhasil menyesuaikan diri dalam kelompok teman.
Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh Siti Rahayu Haditono, dalam bukunya Masa Balita (Suatu tinjauan Psikologis Praktis) beliau mengungkapkan bahwa bermain dengan anak-anak sebaya merupakan latihan yang paling baik bagi penyesuaian sosialnya. Latihan untuk penyesuaian sosial sudah harus dimulai pada masa balita.
Dari kedua pendapat diatas, dapat diketahui bahwa bermain merupakan metode yang sangat efektif bagi anak dalam menjalin hubungan sosial. Karena itu hampir semua program pendidikan prasekolah menyelenggarakan kegiatan bermain dalam porsi besar bagi anak didiknya.
Hubungan sosial antar anak didik dapat dijalin melalui bermain sebagaimana dua pendapat diatas, namun, ada metode lain yang ternyata bisa dijadikan upaya menjalin hubungan sosial yaitu melalui karyawisata. TK X, Kecamatan X, Kabupaten X merupakan salah satu lembaga pendidikan prasekolah yang menerapkan metode karyawisata sebagai upaya menjalin interaksi sosial bagi anak didiknya.
Masalah interaksi sosial anak prasekolah/TK telah banyak yang mengkaji dalam bentuk buku atau skripsi. Sebagian besar memandang dari sudut yang sama, yaitu melalui metode bermain. Karena itu penulis ingin mengkaji masalah ini kembali, namun dari sudut pandang yang berbeda, yaitu melalui metode karyawisata dengan pertimbangan bahwa masalah ini masih relevan untuk dikaji.

F. Fokus Penelitian
Variabel penelitian dalam skripsi ini adalah metode karyawisata dan interaksi sosial. Metode karyawisata merupakan variabel bebas (independent variable) dengan indikator :
- Pengenalan lingkungan sekitar
- Mempelajari masalah sosial
- Pengenalan dunia industri
- Pengenalan dunia pertanian
Dari indikator-indikator tersebut yang menjadi fokus penelitian adalah mempelajari masalah sosial.
Sedangkan interaksi sosial merupakan variabel terikat (dependent variable) dengan indikator :
- Mampu menempatkan diri dalam masyarakat
- Memahami karakter orang lain
- Memahami lingkungan sekitar-Mampu berkomunikasi dengan baik
Dari indikator-indikator tersebut yang menjadi fokus penelitian adalah mampu berkomunikasi dengan baik.

G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa pada dasarnya menyatakan keadaan sebenarnya (natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan. Sedangkan pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan induktif.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dengan menggunakan indra penglihatan, yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Metode ini dilakukan pada saat pelaksanaan karyawisata.
b. Interview/Wawancara
Wawancara/Interview adalah "Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat/direkam dengan alat perekam (tape recorder)".
c. Dokumentasi
Merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data yang bersifat dokumentatif. Metode ini digunakan untuk memadukan sumber tertulis dengan keadaan sebenarnya tentang obyek yang diteliti.
3. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan bentuk deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi. Setelah data diperoleh melalui berbagai cara antara lain melalui wawancara, pengamatan dan dokumentasi maka selanjutnya dilakukan proses seleksi data yang diarahkan sesuai tema dan masalah penelitian. Data tersebut kemudian diolah, disusun dan disajikan, baru kemudian ditarik kesimpulan.

H. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi penulis akan mengelompokkan menjadi 5 (lima) bab. Sebelum penyajian bab demi bab, didahului dengan halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, deklarasi, kata pengantar, dan daftar isi.
Adapun ke lima bab tersebut adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Dalam pendahuluan akan disajikan latar belakang masalah, penegasan istilah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, fokus penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teori
Dalam bab ini akan disajikan landasan teori yang akan memaparkan masalah metode karyawisata dan interaksi sosial.
Bab III : Kajian obyek penelitian
Pelaksanaan metode karyawisata dan interaksi sosial di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X. Yang akan memaparkan tinjauan umum TK X, Kecamatan X, Kabupaten X, pelaksanaan metode karyawisata di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X, dan interaksi sosial di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X Bab IV : Analisis hasil penelitian
Penerapan metode karyawisata sebagai upaya menumbuhkan interaksi sosial di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X.
Bab V : Penutup
Pada bagian ini berisi kesimpulan, saran-saran dan penutup.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 08:06:00