Cari Kategori

SKRIPSI PENERAPAN METODE MONTESSORI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK ANAK PRASEKOLAH DI TK X

(KODE PEND-AIS-0038) : SKRIPSI PENERAPAN METODE MONTESSORI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK ANAK PRASEKOLAH DI TK X



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan adalah masalah yang penting dalam kehidupan, bukan saja sangat penting bahkan masalah pendidikan itu sama sekali tidak dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan bangsa dan negara. Bahkan maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara itu.
Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai dan sikapnya, serta keterampilannya. Pendidikan pada hakekatnya mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih. Istilah mendidik menunjukkan usaha yang lebih ditujukan pada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan dan lain-lain. Istilah mengajar berarti memberi pelajaran tentang ilmu yang berdampak bagi perkembangan kemampuan intelektual manusia. Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi dan pekerti dan pendidikan jiwa.
Anak merupakan bibit penerus pembangunan dan sebagai generasi muda yang saat ini berada pada masa prasekolah (4-6 tahun) yang pada tahun 2020 mereka akan beranjak dewasa, pada masa itu dipahami sebagai era globalisasi. Suatu era persaingan bebas di berbagai hal dengan segala dampak positif dan negatifnya. Oleh karena itu dalam rangka menyongsong era globalisasi tersebut harus ada kepedulian terhadap potensi anak sejak dini. Anak harus dipersiapkan secara mantap baik dari segi fisik maupun mental yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan pada anak prasekolah merupakan kegiatan pendidikan yang dimaksudkan sebagai usaha untuk mengembangkan seluruh segi kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani antara pendidikan keluarga ke pendidikan sekolah. Namun demikian pendidikan prasekolah atau taman kanak-kanak merupakan tempat belajar dan bermain yang menyenangkan bagi anak. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan pendidikan anak usia dini pada jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA) atau berbentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan bagi anak prasekolah khususnya pendidikan taman kanak-kanak (TK) merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai dengan sifat-sifat alami anak. Sedangkan yang dimaksud dengan taman kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar.
M. Al-Athiya Al-Abrasyi mengutip dari Nabi Muhammad SAW mengenai pendidikan anak, selalu menganjurkan kepada kita semua untuk selalu mempersiapkan anak-anak kita dalam menyongsong masa depan yang akan datang. Beliau bersabda :
Artinya : "Didiklah Anak-anakmu, mereka itu dijadikan buat menghadapi masa yang lain dari masa kamu".
Masa kanak-kanak adalah masa yang peka untuk menerima macam-macam rangsangan dari lingkungan dan banyak berpengaruh bagi perkembangan jasmani dan rohaninya, serta untuk menentukan keberhasilan anak didik dalam mengikuti pendidikan dikemudian hari.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang memberikan kontribusi besar terhadap proses pembentukan pribadi anak. Proses pembinaan secara efektif dan intensif melalui proses internalisasi nilai-nilai ajaran Islam secara bertahap ke dalam pribadi anak yang berlangsung sesuai dengan tingkat perkembangannya, yang dilakukan oleh guru lewat pembelajaran tersebut. Pembelajaran juga sebagai upaya untuk membelajarkan anak didik. Dalam definisi ini terkandung makna adanya upaya pemikiran dan penggunaan pendekatan dan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran yang telah diterapkan sebelumnya dapat tercapai dengan benar. Sedangkan metode sendiri artinya cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, makin tepat memilih suatu metode akan dapat diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuannya tersebut, khususnya dalam bidang pengajaran di sekolah. Kenyataannya telah menunjukkan bahwa manusia dalam segala hal selalu berusaha mencari efisiensi-efisiensi kerja dengan jalan memilih dan menggunakan suatu metode yang dianggap terbaik untuk mencapai tujuannya. Demikian pula halnya dalam lapangan pengajaran di sekolah, para pendidik berusaha memilih metode pengajaran yang setepat-tepatnya yang dipandang lebih efektif daripada metode-metode lainnya, sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru itu benar-benar menjadi milik murid.
Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar yang ideal meliputi ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan pembahasan tingkah laku seluruh ranah ini khususnya ranah psikomotorik, alangkah baiknya menggunakan metode yang lebih mengutamakan ranah psikomotorik untuk anak prasekolah, mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka hampir tidak mungkin untuk menunjukkan dan mensimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul daripada metode belajar mengajar yang lainnya, dalam usaha mencapai semua tujuan, oleh semua guru, untuk semua murid dalam situasi dan kondisi dan untuk selamanya.
Banyak metode untuk belajar yang telah diterapkan di sekolah, tetapi untuk anak prasekolah metode yang dapat diterapkan atau untuk masa-masa 4-6 tahun adalah metode pembelajaran Montessori, yang dianggap dapat membantu untuk mengembangkan pola-pola pikir dan kreativitas anak. Metode pembelajaran Montessori adalah metode pembelajaran yang dalam prakteknya lebih menekankan pada tiga bagian, yaitu pendidikan berdasarkan dengan motorik, sensorik dan bahasa, sedangkan pendidikan yang diberikan pada tahun-tahun pertama kehidupan anak sangat penting karena masa-masa tersebut masa formatif, terutama fisik dan mental.
Metode Montessori ini diperuntukkan bagi anak usia prasekolah di mana anak lebih banyak bermain dalam kehidupannya, sehingga Montessori memberikan metode pembelajaran yang efektif bagi anak usia prasekolah yang bertujuan untuk memberikan stimulus-stimulus bagi kemampuan motorik anak dan mengasah kemampuan intelektual dan kontrol serta mempersiapkan anak untuk memasuki latihan yang lebih kompleks. Terkait dengan pembelajaran Montessori tersebut, maka diberikan latihan motorik melalui berbagai permainan yang dapat merangsang motorik anak.
Ketika anak memasuki prasekolah pada sekolah Montessori pada usia 2,5 tahun, latihan dasar dimulai dengan mengenal kehidupan praktis sehari-hari. Tujuannya memperkenalkan pendatang dan dalam ruang lingkup yang menyeluruh, menghargai sesama dan pekerjaan, serta menggunakan alat peraga dengan benar. Anak-anak selanjutnya diperkenalkan latihan penginderaan. Anak-anak diharapkan memiliki pengalaman nyata yang membantu pengembangan pikiran abstrak. Tidak ada batasan usia dalam memperkenalkan setiap latihan atau alat peraga, meskipun materi prasekolah Montessori ilmunya dipersingkat sesuai dengan perkiraan kemampuan anak di masing-masing usia.
Metode Montessori selalu melibatkan olah otak dan tubuh, kemudian pengalaman baru yang menjadi dasar pengetahuan, dari apa yang mereka lakukan merupakan pengalaman baru yang terletak di dalam otak dan mereka akan memprogram latihan tersebut berulang kali ke otak sehingga tugas menjadi baku dan dapat dikerjakan secara otomatis, dengan melatih keterampilan panca sensorimotor, alat peraga sensorik memungkinkan anak menerima pengetahuan dunia fisik dan membuat keputusan tentang berbagai kualitas, pengalaman sensorik adalah pertumbuhan intelektual. Penyempurnaan sensorik merupakan tujuan akhir, ketika anak meraba, melihat, merasakan, mendengarkan dan mencicipi, ia membuat kategori di otak untuk setiap sensorik baru.
Metode Montessori lebih mengutamakan motorik anak sehingga anak dapat memahami prinsip atau keterampilan yang dirancang sesuai dengan kemampuan anak, yang tidak memberatkan dan membebani, sehingga akan membuat anak prasekolah akan selalu semangat dan senang.
Dalam pembelajaran yang diterapkan sekolah TK X dengan menggunakan metode Montessori maka seorang guru memperkenalkan pembelajaran dikehidupan nyata melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk anak tersebut, di mana metode Montessori lebih mengutamakan motorik anak.
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian data skripsi ini dengan judul "Penerapan Metode Montessori Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik Anak Prasekolah Di TK X".

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan metode Montessori di TK X?
2. Bagaimana kemampuan psikomotorik anak prasekolah di TK X?
Dari berbagai masalah yang di terangkan di atas, penulis membatasi pada upaya meningkatkan kemampuan psikomotorik anak prasekolah dalam penerapan metode Montessori.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dibahas adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui penerapan metode Montessori di TK X.
b. Untuk mengetahui psikomotorik anak prasekolah di TK X

D. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel dalam hal ini adalah kata kunci yang berkaitan dengan variabel penelitian untuk menghindari perbedaan atau kurang jelasnya makna yang ditimbulkan.
1. Penerapan : pengenaan
2. Metode Montessori : cara atau ide sederhana berdasarkan nalar dan kebenaran, dimana metode ini pada dasarnya menitikberatkan pada usaha pemanfaatan kecenderungan serta kesanggupan murid dengan jalan menyediakan lingkungan yang menantang serta benda obyek indera yang bertujuan. Di dalam metode Montessori di sekolah TK X menyiapkan seorang anak untuk sanggup mengerjakan kegiatan yang dibimbing guru dengan melakukan kegiatan yang serupa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Upaya : sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan suatu target yang dituju. Sesuatu yang dilakukan tersebut melalui metode Montessori dengan adanya bantuan dari seorang guru bisa meningkatkan kemampuan pada anak prasekolah.
4. Meningkatkan : Menaikkan, taraf, derajat, mempertinggi, memperhebat, mengangkat. Maksudnya membantu mengembangkan perkembangan psikomotorik anak prasekolah melalui metode Montessori.
5. Psikomotorik : dalam psikologi, maka motor diartikan sebagai istilah yang menunjukkan kepada hal, keadaan dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya, demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya (penyaluran cairan atau getah), berarti motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkat atau menghasilkan stimulus atau rangsangan terhadap kegiatan-kegiatan organ-organ fisik. Maksudnya gerakan-gerakan olah otak, otot,saraf dapat membantu meningkatkan kemampuan psikomotorik dengan seorang anak mengamati baru menyimpan kegiatan dalam otak kemudian bertindak, mempraktekkan. Maka apa yang anak lakukan atau praktekkan itu sudah dikatakan berhasil membantu perkembangan psikomotoriknya.
6. Anak prasekolah : anak yang berusia 3-6 tahun.
Dapat dijelaskan bahwa maksud judul skripsi di atas adalah penerapan metode Montessori sebagai upaya meningkatkan kemampuan psikomotorik anak prasekolah di TK X. Di mana proses perkembangan anak yang dipandang memiliki keterkaitan tinggi dengan kegiatan belajar siswa, yakni proses perkembangan yang progressif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan anak.

E. Metodologi Penelitian
Dalam suatu penelitian, metodologi menjadi sangat penting bagi seorang peneliti, ketepatan dalam menggunakan suatu metode akan dapat menghasilkan data yang tepat pula dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Adapun metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yaitu mengadakan penelitian pada konteks dari suatu kebutuhan sebagaimana adanya (alami) berdasarkan fakta empiris hanya dilakukan pembatasan dan interfensi oleh peneliti.
1. Jenis penelitian dan pendekatannya
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu berusaha memberikan data secara sistematis dan cermat tentang fakta-fakta aktual. Pendekatan kualitatif deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan data kualitatif, yaitu pengumpulan data dengan cara gejala-gejala untuk memahaminya tidak mudah menggunakan alat ukur, melainkan dengan naluri dan perasaan. Dalam hal ini data yang dimaksud dalam kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah dan situasi-situasi yang ada di sekolah.
2. Sumber Data
a. Kepustakaan (Library Research)
Adalah sumber data yang digunakan untuk mencari landasan teori tentang permasalahan yang diteliti dengan menggunakan literatur-literatur yang ada, baik dari buku, majalah, surat kabar, maupun dari internet yang ada hubungannya dengan teori pembahasan skripsi ini sebagai bahan landasan teori, utamanya menyangkut data tentang metode Montessori.
b. Penelitian Lapangan
Adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian, yaitu mencari data dengan terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang lebih konkrit yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, kemudian subyek penelitiannya guru dan siswa. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode yang dianggap sesuai dengan permasalahan dan saling melengkapi antara metode satu dengan yang lain, adapun metode tersebut adalah :
1) Metode observasi (pengamatan)
Metode ini digunakan untuk mengamati fenomena yang diselidiki secara langsung, metode observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Maka dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk melihat keadaan siswa, keadaan gedung, fasilitas, sarana dan prasarana pembelajaran yang ada di sekolah melalui wawancara, document.
2) Metode interview (wawancara)
Suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dengan proses hanya jawab lisan, yang mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam wawancara ini penulis mewancarai guru yang mengajar di TK X untuk dapat di ambil keterangannya mengenai keadaan siswa.
3) Metode Dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transaksi, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan lain-lain. Bisa juga hasil keahlian anak, metode dokumentasi merupakan metode yang tepat dan sesuai dalam memperoleh data sebagai sumber data dan bahan wacana dalam sebuah penelitian.
4) Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan merupakan data awal yang masih perlu diolah kembali. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengolahan data sebagai berikut : c. Metode induktif
Yaitu metode yang mengulas fakta yang bersifat khusus atau bisa dikatakan suatu logika yang bertitik tolak dari khusus ke umum.
d. Metode deduktif
Yaitu suatu cara berpikir yang bertolak dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat khusus dengan memakai kaidah logika tertentu. Dalam penelitian ini untuk memperoleh deskripsi secara jelas, penulis berangkat dari sebuah konsep umum yaitu metode Montessori kemudian kami tarik pada kemampuan psikomotorik anak prasekolah.
e. Metode interpretasi
Yaitu suatu metode yang mempunyai logikanya sendiri. Tetapi logika argumentasi, maksudnya berbagai interpretasi yang diperoleh dari sebuah teks, bukan benar dan tidaknya tafsiran yang diberikan, tetapi argumentasinya yang di landaskan dalam memberikan penafsiran serta kedekatannya dengan fenomena yang terjadi dan berkaitan dengan teks tersebut yang menjadi titik perhatian.

F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pemahaman dalam penulisan skripsi ini, maka perlu adanya penyusunan yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, di dalamnya berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Definisi Operasional, Metodologi Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
Bab II : Landasan teori, meliputi metode Pembelajaran Montessori, yang berisikan pengertian metode montessori, manfaat dan tujuan metode montessori, konsep metode montessori, prinsipprinsip metode montessori, kekurangan dan kelebihan metode montessori, serta biografi sosial Maria Montessori. Kemampuan psikomotorik, yang terdiri dari pengertian psikomotorik, proses perkembangan psikomotorik. Prinsip perkembangan psikomotorik, urutan perkembangan psikomotorik, keterampilan psikomotorik. Dan penerapan metode montessori sebagai upaya meningkatkan kemampuan psikomotorik anak prasekolah di TK X.
Bab III : Laporan hasil penelitian, yang berisikan gambaran umum obyek penelitian, terdiri dari sejarah singkat berdirinya TK X, letak geografis dan denah TK X, visi misi dan struktur organiasi TK X, keadaan sarana dan prasarana. Penyajian data berisikan deskriptif penerapan metode montessori di TK X, deskripsi upaya meningkatkan kemampuan psikomotorik anak prasekolah di TK X, dan Analisis data.
BAB V : Penutup, kesimpulan dan saran.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 08:07:00

SKRIPSI PENERAPAN METODE KARYAWISATA SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN INTERAKSI SOSIAL DI TK X

(KODE PEND-AIS-0037) : SKRIPSI PENERAPAN METODE KARYAWISATA SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN INTERAKSI SOSIAL DI TK X


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Setiap bangsa, setiap individu, pada umumnya menginginkan pendidikan. Dengan pendidikan (pendidikan formal), makin banyak dan makin tinggi pendidikan maka makin baik. Dalam pendidikan formal yang biasanya memegang peranan utama ialah guru yaitu mengontrol reaksi dan respons murid. Anak-anak biasanya belajar di bawah tekanan dan bila perlu dengan paksaan tertentu, kelakuannya dikuasai dan diatur dengan berbagai aturan. Kurikulum juga ditentukan oleh petugas pendidikan, bukan oleh murid sendiri, sehingga tidak selalu bahan itu menarik minat anak atau fungsional dalam kehidupan anak. Karena itu guru berusaha menarik minat anak, menggunakan paksaan atau macam-macam motivasi ekstrinsik.
Mengganti metode dalam mengajar sangat diperlukan untuk mengatasi kejenuhan ketika proses belajar mengajar akan berlangsung. Beberapa metode mengajar yang dapat dipilih oleh guru antara lain : metode ceramah, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode tanya jawab, metode karyawisata. Metode sosio drama serta metode demonstrasi. Pemilihan metode ini harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, karena salah satu penunjang keberhasilan pendidikan adalah penggunaan metode mengajar yang tepat.
Ahli pendidikan sependapat bahwa tidak ada satu metode mengajarpun yang dipandang paling baik, karena baik dan tidaknya metode mengajar sangat tergantung kepada tujuan pengajaran, materi yang diajarkan, jumlah peserta didik, fasilitas penunjang, kesanggupan individual dan lain-lain.
Metode karyawisata dapat dijadikan pilihan ketika anak mengalami kejenuhan belajar dalam ruang kelas terus menerus. Apalagi dengan metode mengajar yang monoton. Mereka butuh suasana baru, karena kehidupan di antara ke empat dinding kelas sangat terbatas. Di luar kelas mereka berhadapan dengan kehidupan yang kaya akan hal-hal yang dapat mereka pelajari. Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti "kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar."
Meskipun kegiatan ini di luar kelas, namun karyawisata bukan piknik melainkan "memindahkan" kelas untuk sementara keluar. Karyawisata memanfaatkan sumber-sumber yang ada di lingkungan dan mempererat hubungan antara sekolah dan lingkungan masyarakat. Metode karyawisata biasanya digunakan sebagai pelengkap materi pokok yang dipelajari di kelas atau dari buku-buku. Dari sudut didaktis karyawisata banyak mempunyai kebaikan seperti membangkitkan minat, aktifitas, dan sebagainya. Karyawisata/fieltrip dapat berupa perjalanan keliling sekolah atau ke tempat yang lebih jauh.
Saat karyawisata berlangsung, kelas dapat melakukan berbagai aktifitas seperti mempelajari proses sosial, mempelajari masalah sosial, dan sebagainya. Mempelajari masalah sosial pada saat karyawisata berlangsung memberikan manfaat yang sangat besar bagi peserta didik, dimana manusia diciptakan selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu berintegrasi, saling tolong menolong, ingin maju, ingin berkumpul, ingin menyesuaikan diri, hidup dalam kebersamaan, dan sebagainya. Pada saat karyawisata semua siswa berbaur menjadi satu. Saling bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, menyesuaikan diri dengan orang lain, serta berkumpul inilah diharapkan interaksi sosial diantara siswa akan semakin terjalin dengan baik.
Ketika anak berinteraksi dengan lingkungannya, ia lambat laun mendapat kesadaran akan dirinya sebagai pribadi. Ia belajar untuk memandang dirinya sebagai obyek seperti orang lain memandang dirinya. Ia dapat membayangkan kelakuan apa yang diharapkan orang lain daripadanya. Ia dapat mengatur kelakuannya seperti yang diharapkan orang lain daripadanya. Dengan menyadari dirinya sebagai pribadi ia dapat mencari tempatnya dalam struktur sosial, dapat mengharapkan konsekuensi positif bila berkelakuan menurut norma-norma atau akibat negatif atas kelakuan yang melanggar aturan. Demikianlah akhirnya ia lebih mengenal dirinya dalam lingkungan sosialnya, dapat menyesuaikan kelakuannya dengan harapan masyarakat, dan menjadi anggota masyarakat melalui proses sosialisasi yang dilaluinya. Jadi dalam interaksi sosial itu memperoleh "Self Concept" atau suatu konsep tentang dirinya.
Meskipun sekolah hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak, namun memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi, salah satunya melalui metode karyawsisata. Anak mengalami perubahan dalam kelakuan sosial setelah ia masuk sekolah. Di sekolah anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru yang memperluas ketrampilan sosialnya. Ia juga berkenalan dengan anak yang berbagai ragam latar belakangnya dan belajar untuk menjalankan peranannya dalam struktur sosial yang dihadapi di sekolah.
Masalah yang dihadapi anak akan semakin beragam seiring meluasnya sosialisasi yang mereka lakukan. Hal ini tentu akan menjadi sebuah pengalaman baru, yang mungkin tidak mereka dapatkan ketika hanya berada dalam lingkungan keluarga. Dengan munculnya masalah-masalah tersebut anak akan termotivasi untuk mencari jalan keluarnya. Mereka akan berfikir bagaimana cara menyelesaikan masalah yang dihadapi baik secara individu maupun kelompok, yang mungkin saja akan berbeda dengan cara orang dewasa. Dari sinilah, pengalaman-pengalaman sosial anak hendaknya lebih dikembangkan lagi agar kelak mereka tumbuh menjadi manusia yang berguna bagi dirinya maupun orang lain, mampu menempatkan diri dalam masyarakat, serta manusia yang peduli sosial. Sebagai mana Tuhan Yang Maha Esa juga menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, disamping manusia sebagai makhluk pribadi.
Berkaitan dengan pemikiran di atas, penulis menganggap perlu untuk dibahas lebih mendalam dalam bentuk skripsi yang berjudul : "Penerapan Metode Karyawisata Sebagai Upaya Menumbuhkan Interaksi Sosial di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X."

B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami beberapa istilah yang terkandung dalam judul skripsi ini, maka perlu ditegaskan beberapa batasan arti yang berkaitan.
Adapun istilah-istilah tersebut adalah :
1. Metode Karyawisata
Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Atau suatu strategi belajar mengajar, di mana guru dan muridnya mengunjungi suatu tempat tertentu yang relevan untuk memperoleh sejumlah pengalaman empiris.
2. Interaksi Sosial
Interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.
Jadi Interaksi sosial yang dimaksud di sini adalah hubungan antar anak didik yang terjadi di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X.
3. Anak TK/Usia Prasekolah
Anak usia prasekolah adalah saat anak-anak belajar bagaimana bergaul dengan orang lain, pertama kali dalam lingkungan bermain, baru kemudian dalam dunia sesungguhnya. Biechler dan Nowman berpendapat bahwa anak pra sekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun.
Jadi yang dimaksud anak TK di sini adalah sekelompok anak dengan usia tertentu yang mulai belajar bergaul dengan orang lain dalam sebuah program pendidikan prasekolah.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan masalah ini perlu agar pengkajian masalah dapat lebih tuntas, mendalam dan terarah. Masalah dalam penelitian ini adalah pengkajian terhadap pelaksanaan metode karyawisata di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X. Metode tersebut dijadikan upaya untuk menumbuhkan interaksi sosial anak didik.
Secara konkrit masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana pelaksanaan metode karyawisata di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X ?
b. Bagaimana interaksi sosial yang terjadi pada anak didik TK X, Kecamatan X, Kabupaten X ?
c. Mengapa metode karyawisata dijadikan upaya untuk menumbuhkan interaksi sosial di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut : Untuk mengetahui tentang pelaksanaan metode karyawisata di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X.
- Untuk mengetahui tentang interaksi sosial yang terjadi pada anak di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X. Untuk mengetahui kenapa metode karyawisata menumbuhkan interaksi sosial di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut :
a. Bahan masukan bagi sekolah, khususnya TK X, Kecamatan X, Kabupaten X dalam penerapan metode karyawisata.
Kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan karyawisata selama ini semoga bisa diperbaiki, sehingga dapat memberikan manfaat seperti yang diharapkan.
b. Sebagai alat ukur bagi penulis dalam usaha menerapkan disiplin ilmu selama dalam perkuliahan.
c. Sebagai bahan bacaan kepustakaan khususnya yang berkaitan dengan metode karyawisata serta manfaatnya dalam dunia pendidikan.

E. Kajian Pustaka
Soemiarti Patmonodewo dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak Prasekolah mengungkapkan bahwa bermain akan membantu anak dalam menjalin hubungan sosial. Bermain merupakan cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia lingkungannya. Bermain di sekolah dapat membantu perkembangan anak apabila guru cukup memberikan waktu, ruang, materi dan kegiatan bermain bagi murid-muridnya. Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar menampilkan emosi yang diterima lingkungannya dan juga belajar bersosialisasi agar kelak terampil dan berhasil menyesuaikan diri dalam kelompok teman.
Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh Siti Rahayu Haditono, dalam bukunya Masa Balita (Suatu tinjauan Psikologis Praktis) beliau mengungkapkan bahwa bermain dengan anak-anak sebaya merupakan latihan yang paling baik bagi penyesuaian sosialnya. Latihan untuk penyesuaian sosial sudah harus dimulai pada masa balita.
Dari kedua pendapat diatas, dapat diketahui bahwa bermain merupakan metode yang sangat efektif bagi anak dalam menjalin hubungan sosial. Karena itu hampir semua program pendidikan prasekolah menyelenggarakan kegiatan bermain dalam porsi besar bagi anak didiknya.
Hubungan sosial antar anak didik dapat dijalin melalui bermain sebagaimana dua pendapat diatas, namun, ada metode lain yang ternyata bisa dijadikan upaya menjalin hubungan sosial yaitu melalui karyawisata. TK X, Kecamatan X, Kabupaten X merupakan salah satu lembaga pendidikan prasekolah yang menerapkan metode karyawisata sebagai upaya menjalin interaksi sosial bagi anak didiknya.
Masalah interaksi sosial anak prasekolah/TK telah banyak yang mengkaji dalam bentuk buku atau skripsi. Sebagian besar memandang dari sudut yang sama, yaitu melalui metode bermain. Karena itu penulis ingin mengkaji masalah ini kembali, namun dari sudut pandang yang berbeda, yaitu melalui metode karyawisata dengan pertimbangan bahwa masalah ini masih relevan untuk dikaji.

F. Fokus Penelitian
Variabel penelitian dalam skripsi ini adalah metode karyawisata dan interaksi sosial. Metode karyawisata merupakan variabel bebas (independent variable) dengan indikator :
- Pengenalan lingkungan sekitar
- Mempelajari masalah sosial
- Pengenalan dunia industri
- Pengenalan dunia pertanian
Dari indikator-indikator tersebut yang menjadi fokus penelitian adalah mempelajari masalah sosial.
Sedangkan interaksi sosial merupakan variabel terikat (dependent variable) dengan indikator :
- Mampu menempatkan diri dalam masyarakat
- Memahami karakter orang lain
- Memahami lingkungan sekitar-Mampu berkomunikasi dengan baik
Dari indikator-indikator tersebut yang menjadi fokus penelitian adalah mampu berkomunikasi dengan baik.

G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa pada dasarnya menyatakan keadaan sebenarnya (natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan. Sedangkan pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan induktif.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dengan menggunakan indra penglihatan, yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Metode ini dilakukan pada saat pelaksanaan karyawisata.
b. Interview/Wawancara
Wawancara/Interview adalah "Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat/direkam dengan alat perekam (tape recorder)".
c. Dokumentasi
Merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data yang bersifat dokumentatif. Metode ini digunakan untuk memadukan sumber tertulis dengan keadaan sebenarnya tentang obyek yang diteliti.
3. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan bentuk deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi. Setelah data diperoleh melalui berbagai cara antara lain melalui wawancara, pengamatan dan dokumentasi maka selanjutnya dilakukan proses seleksi data yang diarahkan sesuai tema dan masalah penelitian. Data tersebut kemudian diolah, disusun dan disajikan, baru kemudian ditarik kesimpulan.

H. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi penulis akan mengelompokkan menjadi 5 (lima) bab. Sebelum penyajian bab demi bab, didahului dengan halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, deklarasi, kata pengantar, dan daftar isi.
Adapun ke lima bab tersebut adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Dalam pendahuluan akan disajikan latar belakang masalah, penegasan istilah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, fokus penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teori
Dalam bab ini akan disajikan landasan teori yang akan memaparkan masalah metode karyawisata dan interaksi sosial.
Bab III : Kajian obyek penelitian
Pelaksanaan metode karyawisata dan interaksi sosial di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X. Yang akan memaparkan tinjauan umum TK X, Kecamatan X, Kabupaten X, pelaksanaan metode karyawisata di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X, dan interaksi sosial di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X Bab IV : Analisis hasil penelitian
Penerapan metode karyawisata sebagai upaya menumbuhkan interaksi sosial di TK X, Kecamatan X, Kabupaten X.
Bab V : Penutup
Pada bagian ini berisi kesimpulan, saran-saran dan penutup.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 08:06:00

SKRIPSI PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TK X

(KODE PEND-AIS-0036) : SKRIPSI PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TK X




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pemeliharaan, perawatan dan pendidikan anak merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh kedua orang tua dan para pendidik. Lantaran anak-anak merupakan cikal bakal generasi penerus dari sebuah bangsa dan sekaligus merupakan sebuah amanat dari Allah SWT yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana firman Allah SWT:
"Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu sebagai ujian dan (cobaan) dan sesungguhnya di sisi Allah lah yang besar". (QS. Al-Anfal: 28)
Dalam siklus kehidupan manusia, masa kanak-kanak merupakan periode yang paling penting, namun sekaligus juga merupakan periode yang memerlukan perhatian dan kesungguhan dari pihak-pihak yang bertanggungjawab mengenai kehidupan anak-anak.
Masa kanak-kanak merupakan sebuah periode pembentukan watak, kepribadian dan karakter dari seorang manusia agar mereka tidak memiliki kekuatan dan kemampuan serta mampu berdiri tegak dalam meniti kehidupan. Oleh sebab itu kedua orang tua dan pendidik dituntut untuk memenuhi kebutuhan anak-anak agar mereka terpelihara serta dapat menerapkan semua petunjuk dan pedoman yang diberikan kepada mereka untuk bekal kehidupan kelak dikemudian hari.
Proses pemeliharaan, perawatan dan pendidikan anak sebenarnya sama halnya dengan menabur benih, jika cara menabur benih tersebut dilakukan dengan benar di atas lahan pertanian yang subur pula, maka tentunya akan menghasilkan tanaman dan buah yang baik pula. Demikian pula pendidikan yang baik, lurus dan mulia akan menghasilkan generasi yang baik, lurus, dan mulia pula. Dan sebaliknya pendidikan yang sesaat, keliru dan tidak bertanggungjawab akan menghasilkan suatu generasi penerus dan tidak dapat diharapkan.
Pemikiran sosial dalam Islam setuju dengan sosial modern yang mengatakan bahwa keluarga merupakan unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat di mana hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya sebagian besar bersifat hubungan-hubungan langsung. Di sinilah berkembang individu dan terbentuknya tahap-tahap awal proses pemasyarakatan dan melalui interaksi dengannya ia memperoleh keterampilan, minat, nilai-nilai emosi dan sikapnya dalam hidup. Dengan itu ia memperoleh ketenteraman dan ketenangan.
Berkenaan dengan pendidikan dikemukakan antara lain sebagai berikut; ‘’pendidikan berlangsung seumur hidup dan di laksanakan di dalam lingkungan, rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggungjawab antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Tanggungjawab pendidik diselenggarakan dengan kewajiban mendidik.secara umum mendidik ialah membantu anak didik di dalam perkembangan dari daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.Bimbingan itu adalah aktif dan pasif. Dikatakan "pasif” artinya sipendidik tidak mendahului "masa peka" akan tetapi menunggu dengan seksama dan sabar. Sedangkan bimbingan aktif terletak di dalam ; (a) pengembangan daya-daya yang sedang mengalami masa pekanya (b) pemberian pengetahuan dan kecakapan yang penting untuk masa depan si anak dan (c) membangkitkan motif-motif yang dapat menggerakkan sianak untuk berbuat sesuai dengan tujuan hidupnya.
Pemberian bimbingan ini dilakukan oleh orang tua di dalam lingkungan rumah tangga, para guru di dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Sedangkan pendidikan Islam adalah mengembangkan atau membantu tumbuh suburnya agama tersebut pada manusia (anak), dalam pengertian bagaimana pendidik agama membelajarkan anak, agar mereka mampu mengaktualkan imannya melalui amal-amal saleh untuk mencapai prestasi iman (taqwa).
Pendekatan keagamaan dalam pendidikan anak dimaksudkan adalah bagaimana cara pendidik memproses anak didik melalui kegiatan bimbingan, latihan atau pengajaran keagamaan, termasuk di dalamnya mengarahkan, mendorong dan memberi semangat kepada anak agar taat dan mempunyai cita rasa beragama Islam, untuk mencapai tujuan pendidikan pada anak TK tersebut.
Menurut Zakiah Daradjat (1976), bahwa perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang di laluinya terutama pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun. Masa ini merupakan masa yang sangat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan agama anak untuk masa berikutnya.
Ajaran agama yang diberikan pada anak bukan pengajaran dan pemberian pengertian yang muluk-muluk, karena keterbatasan kemampuan dan kesanggupan anak dalam perbendaharaan bahasa atau kata-kata. Pendidikan keagamaan pada anak lebih bersifat teladan atau peragaan hidup secara riil, dan belajar dengan cara meniru-niru, menyesuaikan dan mengintegrasi diri dalam suatu suasana. Karena itu latihan-latihan keagamaan dan pembiasaannya itulah yang harus lebih ditonjolkan, misalnya latihan ibadah sholat, do'a, membaca Al-Qur'an, menghafalkan ayat-ayat pendek, sholat berjamaah di musholla atau masjid, latihan dan pembiasaan akhlak atau ibadah sosial dan sebagainya. Dengan demikian lama kelamaan anak akan tumbuh rasa senang dan terdorong untuk melakukan ajaran-ajaran agama tanpa ada paksaan atau suruhan dari luar, tetapi justru merupakan dorongan dari dalam dirinya.
Dalam proses pendidikan,metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana yang membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh manusia didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.
Bila metode, cara, tehnik yang digunakan pada lembaga taman kanak-kanak tidak sesuai dengan proses pembelajaran maka tujuan pendidikan untuk mencetak generasi akhlakul karimah tidak akan berhasil.
Berdasarkan pokok pemikiran di atas penulis tertarik untuk meneliti dan mengangkat menjadi skripsi dengan judul "penanaman nilai-nilai agama Islam pada siswa taman kanak-kanak (studi kasus di RA X) dengan alasan sebagai berikut:
1. Fase kanak-kanak merupakan fase yang paling baik untuk menerapkan dasar-dasar hidup beragama, oleh karena itu penanaman nilai-nilai yang baik sangat dibutuhkan oleh manusia kapanpun dan di manapun.
2. Untuk menciptakan pribadi seorang anak yang shaleh dan shalehah, maka dibutuhkan cara-cara metode yang sesuai dengan kebutuhan anak tersebut.
3. Setiap lembaga mempunyai fungsi dan tujuan dalam melaksanakan proses pendidikannya, adapun fungsi utama pendidikan itu adalah untuk menumbuhkan kreatifitas peserta pendidik dan menanamkan nilai yang baik karena itu tujuan akhir pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi kreatif peserta didik agar menjadi manusia yang baik, menurut pandangan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa.

B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah fahaman dalam memahami judul skripsi ini, penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang digunakan yaitu:
1. Penanaman, penanaman adalah proses (perbuatan, cara) menanamkan.
Jadi yang dimaksud penanaman di sisni adalah bagaimana usaha seorang guru menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak didiknya yang dilandasi oleh pemahaman terhadap berbagai kondisi pembelajaran yang berbeda-beda.
2. Nilai Agama Islam
Nilai adalah seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran keterikatan atau perilaku.
Jadi nilai agama Islam adalah seperangkat keyakinan yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran yang bersumber pada ajaran agama Islam.
3. Taman Kanak-Kanak
Taman Kanak-Kanak adalah jenjang pendidikan pra sekolah untuk anak-anak (yang berumur 3-6 tahun).

C. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah dan penegasan istilah seperti dikemukan di atas, maka pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses penanaman nilai-nilai agama Islam di Taman Kanak-Kanak?
2. Bagaimana metode penanaman nilai-nilai agama Islam di Taman Kanak-Kanak?
3. Bagaimana hasil dari penggunaan metode penanaman nilai-nilai agama Islam?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui proses penanaman nilai-nilai agama Islam di Taman Kanak-Kanak.
2. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan dalam penanaman nilai agama Islam di Taman Kanak-Kanak.
3. Untuk mengetahui hasil dari penggunaan metode penanaman nilai-nilai agama Islam.

E. Metodologi Penelitian
Adapun mengenai sumber data yang digunakan pada metodologi penelitian, penulis membaginya dalam dua bagian:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara lansung dari masyarakat, baik yang dilakukan secara wawancara observasi dan alat lainnya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tinjauan historis, sarana dan prasarana, keadaan gedung, guru siswa dan karyawan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan kepustakaan yang merupakan data penunjang sebagai data pendukung sebagai bahan perbandingan, penjelasan atau analisis yang dianggap relevan dengan kajian ini. Sumber sekunder yang dimaksud adalah buku-buku atau bentuk karya tulis lain yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai agama Islam.
Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Proses penanaman nilai-nilai agama Islam di Taman Kanak-Kanak, meliputi pengembangan agama Islam di Raudlatul athfal, metode penanaman nilai-nilai agama Islam.
b. Hasil penggunaan metode penanaman nilai-nilai agama Islam.

F. Metode Penelitian
Ada dua metode dalam penulisan penelitian ini, yaitu:
1. Metode Pengumpulan Data
Ada dua metode yang dipakai penulis dalam mengumpulkan data yang pertama library research, salah satu yang perlu dilakukan dalam persiapan penelitian adalah mendayagunakan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dan juga informasi yang tersedia. Pemamfaatan perpustakaan ini diperlukan baik untuk penelitian lapangan maupun penelitian bahan dokumentasi (data sekunder). Tidak mungkin suatu poenelitian dapat dilakukan dengan baik tanpa orientasi pendahuluan di perpustakaan. Dalam hal ini penulis akan memanfaatkan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan yang berupa: buku-buku ilmiah, majalah dan lain sebainya yang ada kaitannya dengan nilai-nilai agama Islam. Field research yaitu data yang diambil dari lapangan dengan menggunakan metode:
a. Metode Observasi
Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Metode observasi ini peneliti gunakan untuk mengetahui proses penanaman nilai-nilai agama Islam di RA X.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.19 Interviu ini penulis gunakan untuk menambah keterangan/informasi tentang bagaimana metode penanaman nilai-nilai agama Islam. Interviu ini peneliti lakukan dengan guru-guru di RA X.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger agenda dan sebagainya.
Metode ini peneliti pergunakan untuk mendapatkan keterangan RA X, yang meliputi tinjauan historis, letak geografis, struktur organisasi, keadaan para pengajar dan siswa, serta sarana dan prasarana.
2. Metode Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data, maka tahap berikutnya adalah analisis data.
Adapun metode yang penulis gunakan adalah:
a. Metode induktif yaitu suatu analisa dengan mengambil kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta khusus menuju umum.
b. Metode deduktif yaitu menarik kesimpulan dimulai dari pernyataan untuk menuju pernyataan khusus dengan menggunakan penalaran.
c. Metode Diskriptif yaitu representasi obyektif terhadap fenomena yang ditangkap. Metode tersebut menuturkan dan mentafsirkan data yang ada, data yang mula-mula dikumpulkan, disusun, dijelaskan dan dinalisis.
Yang penulis maksudkan di sini adalah menggambarkan serta menjelaskan tentang metode yang digunakan dan hasil penggunaan dari metode dalam penanaman nilai agama Islam.

G. Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Bagian muka, yang berisi tentang: Halaman Judul, nota pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian isi yang terdiri dari:
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri atas :
A. Latar belakang masalah
B. Penegasan istilah
C. Permasalahan
D. Tujuan penelitian
E. Metode penelitian
F. Sistematika penulisan skripsi
BAB II : Perkembangan dan Penanaman Agama Pada Masa Kanak-Kanak, terdiri dari sub bab, yaitu :
A. Perkembangan pada usia kanak-kanak, meliputi :
1. Periode masa kanak-kanak
2. Gejala-gej ala perilaku yang menonjol
B. Penanaman nilai-nilai agama pada masa kanak-kanak, meliputi :
1. Nilai-nilai pokok agama Islam.
2. Tujuan penanaman agama Islam pada masa kanak-kanak.
3. Pendekatan penanaman nilai-nilai agama Islam pada masa kanak-kanak.
4. Metode penanaman nilai-nilai agama Islam.
BAB III : Pelaksanaan Pendidikan di RA X, meliputi :
A. Situasi umum RA X.
B. Proses penanaman nilai-nilai agama Islam.
C. Pendekatan yang dipakai dalam proses penanaman nilai-nilai agama Islam.
D. Metode yang dipakai dalam proses penanaman nilai-nilai agama Islam.
BAB IV : Analisa tentang Proses Penanaman Nilai-nilai Agama Islam pada Siswa Taman Kanak-kanak, berisi :
A. Input penanaman nilai-nilai agama Islam.
B. Proses penanaman nilai-nilai agama Islam.
C. Output proses penanaman nilai-nilai agama Islam.
D. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam proses penanaman nilai-nilai agama Islam.
BAB V : Penutup, meliputi :
A. Kesimpulan.
B. Saran-saran.
C. Penutup.
3. Bagian Akhir, terdiri dari :
Daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan penulis dan lampiran-lampiran.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 08:04:00

TESIS PERAN KOMUNIKASI KELUARGA TERHADAP KECENDERUNGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA STUDI KASUS PADA KELUARGA PECANDU DI KECAMATAN X

(KODE : PASCSARJ-0078) : TESIS PERAN KOMUNIKASI KELUARGA TERHADAP KECENDERUNGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA STUDI KASUS PADA KELUARGA PECANDU DI KECAMATAN X (PRODI : KAJIAN KETAHANAN NASIONAL)



BAB 1
PENDAHULUAN

Masalah penyalahgunaan narkotika telah sejak lama menjadi salah satu masalah global yang dihadapi banyak bangsa di dunia. Semula manfaat narkotika digunakan dalam dunia kedokteran, tetapi akibat penyalahgunaannya melahirkan banyak kerusakan dan kejahatan. Sebegitu mengkhawatirkannya masalah ini hingga PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) menyatakan perang melawan narkotika/narkoba (Fight Against Drugs) sebagai salah satu dari Millenium Development Goals (MDG/Tujuan Pembangunan Millenium) yang diharapkan dapat dicapai semua negara berkembang pada tahun 2015.
Dalam lingkup Asia Tenggara, semua negara ASEAN kecuali Brunei Darussalam telah mengakui adanya masalah yang mereka hadapi terkait dengan penyalahgunaan narkoba (UNODC Regional Workshop on Demand Reduction, X, Oktober 2007). Secara tradisional, Asia Tenggara memiliki potensi besar untuk menjadi lahan subur penyalahgunaan narkoba dikarenakan adanya segitiga emas penghasil dan penyalur gelap narkoba di wilayah ini yang terdiri dari Myanmar, Kamboja dan Thailand (UNODC Regional Meeting, Myanmar, Juni 2006), yang memungkinkan distribusi produk narkotika melalui media transportasi darat, laut, maupun udara ke semua negara di wilayah ini, tak luput juga Indonesia.

1. Latar Belakang
Peredaran narkotika di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir semakin marak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional dan Puslitkes UI tahun 2006, diasumsikan terdapat sekitar 3,2 juta orang penyalahguna narkotika di Indonesia (BNN: 2006). Diindikasikan, besarnya jumlah ini disebabkan Indonesia bukan lagi tempat transit, tetapi sudah menjadi daerah tujuan pasar narkotika Internasional bahkan menjadi produsen beberapa jenis narkotika tersebut (contoh: extacy dan shabu).
Mengkhawatirkannya, target utama pasar narkotika ini adalah para remaja. Misalnya di X saja, pada tahun 2000 ditenggarai ada lebih dari 166 SMTP dan 172 SLTA yang menjadi pusat peredaran narkotika dengan lebih dari 2000 siswa terlibat di dalamnya. Angka inipun masih akan lebih besar, karena fenomena ini seperti gunung es, yaitu yang tampak hanya permukaannya saja dan sebagian besar yang lain belum terlihat. Diperkirakan setiap 1 penyalahguna narkotika yang dapat diidentifikasi, ada 10 orang lainnya yang belum ketahuan.
Penyalahgunaan narkotika menjadi ancaman yang memprihatinkan dalam beberapa sudut pandang. Sudut pandang pertama dari sisi dampak buruk narkoba itu sendiri yang dapat mempengaruhi sisi fisik dan psikologis manusia, antara lain: dapat menghilangkan rasa sakit, rasa tidak enak, menimbulkan perasaan nikmat, gembira dan mengawang-awang di atas mimpi, menimbulkan rasa kuat, tegar dan percaya diri. Namun demikian dibalik sifat zatnya yang memabukkan, terdapat efek samping yang membahayakan bagi kesehatan penggunanya. Penyalahgunaan zat tersebut yang dapat merusak sel-sel syaraf otak sehingga terjadi perubahan perilaku dan penyimpangan norma-norma sosial, adat, agama dan kesusilaan.
Menurut American Psychiatric Association dalam Hawkins (1985), penyalahgunaan narkoba dapat mengakibatkan suatu gangguan pada kondisi mental dan fisik penggunanya yang ditandai dengan suatu keadaan dimana fisik dan jiwa pemakainya tidak dapat berfungsi secara normal tanpa penggunaan obat tersebut. Dengan kata lain, penyalahgunaan narkoba akan merusak fisik (organ tubuh, seperti jantung, lever, ginjal, dll), yang diakibatkan oleh penggunaan obat-obatan dengan dosis tinggi dalam jangka waktu lama; serta penularan penyakit berbahaya akibat penggunaan jarum suntik tidak steril secara bersama-sama (HIV/AIDS dan Hepatitis C). Selain itu juga merusak mental baik secara permanen maupun parsial, yang disebabkan oleh kerusakan pada otak akibat penyalahgunaan narkoba tersebut.
Sudut pandang kedua dari sisi ekonomi, narkoba dapat mendatangkan uang dengan mudah dan cepat dalam jumlah yang besar, dikenal sebagai " Narko Dolar". Hal inilah yang menyebabkan orang tertarik memproduksi narkoba, karena dengan modal yang kecil dapat mendapatkan keuntungan hingga 20 (dua puluh) kali lipatnya. Perputaran uang yang cepat dan besar menjadikannya sulit untuk diberantas seperti jamur di musim hujan, selama masih ada permintaan maka pemasokan dan distribusi akan terus berjalan, meskipun dengan sembunyi-sembunyi. Dengan adanya keuntungan yang besar tersebut, sindikat narkoba dapat menerapkan sistem keamanan yang berlapis-lapis dan menggunakan alat modern, yang menyebabkan aparat keamanan tidak dapat menuntaskan pemutusan jaringan narkoba tersebut.
Sudut pandang ketiga terkait dengan keamanan negara, dimana narkoba dijadikan sebagai alat subversif untuk menghancurkan suatu negara melalui kekuatan dari dalam, yaitu untuk menghancurkan suatu bangsa dengan merusak generasi muda dan aparat pemerintah melalui ketergantungannya terhadap narkoba yang menyebabkan kerusakan mental dan otak. Dengan menjadikan generasi muda dan aparat pemerintahan tergantung pada narkoba, maka mereka cenderung mudah diarahkan sesuai kemauan pelaku subversif, karena generasi muda tersebut tidak memiliki kemampuan dalam berpikir secara kritis dan sehat.
Bagaimana narkoba dapat menjadi alat subversif, hal ini tidak lepas dari sifat narkoba yang membuat penggunanya menjadi ketergantungan atas zat tersebut. Sebagaimana yang diketahui dari akibat penyalahgunaan narkoba adalah ketergantungan untuk mengkonsumsi zat tersebut secara terus-menerus dalam dosis yang cenderung meningkat. Bila mengonsumsian terputus maka yang bersangkutan akan mengalami gejala putus zat/withdrawl sindrome yang sangat menyakitkan. Gejala sakaw inilah yang cenderung dihindari oleh penyalahguna-selain mencari efek "melayang" (perasaan bebas dari segala masalah yang mereka hadapi sebagai efek dari pemakaian narkotika)-sehingga mereka cenderung mengkonsumsi narkoba terus menerus meskipun sebenarnya ingin menghentikan pemakaian. Kecenderungan tidak dapat berhenti ini memicu tingginya angka kriminalitas-yaitu tindakan melanggar hukum untuk memberi narkoba dengan segala cara (merampok, mencuri, menjambret, dan tindakan kriminal lainnya)-yang pada gilirannya akan menimbulkan kerawanan sosial dan mengarah pada instabilitas keamanan negara. Situasi negara yang tidak aman dan didukung oleh generasi pemimpin yang tidak memiliki kecakapan dan kepiawaian akan memudahkan intervensi pihak asing untuk menjajah kembali.
Narkoba mencari pangsa pasar di tempat-tempat dinamika kehidupan masyarakat seperti lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan tempat kerja, dan lingkungan pergaulan. Menurut penelitian Dadang Hawari (1997) bahwa permasalahan penyalahgunaan/ketergantungan narkoba sudah sedemikian kompleks sehingga dapat merupakan ancaman dari sudut pandang mikro (keluarga) maupun makro (masyarakat, bangsa dan negara) yang pada gilirannya membahayakan ketahanan nasional. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan ancaman bagi suatu bangsa yang apabila tidak segera ditangani secara serius dapat menghancurkan dan melenyapkan kelangsungan hidup suatu bangsa.
Mengatasi permasalahan ini, sudah banyak usaha yang dilakukan. Dari segi pencegahan, pihak-pihak yang berwenang sudah melakukan berbagai tindakan untuk menangkal masuknya zat-zat terlarang itu ke Indonesia. Namun, terlepas dari hasil tindakan para aparat tersebut, keluarga sendiri dapat menciptakan kondisi di mana narkotika sulit untuk masuk, seperti dengan membentuk kepribadian positif yang kuat pada anak.
Selain berpotensi mencegah anak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba, keluarga juga dapat berperan sebaliknya, seperti membuka peluang penyalahgunaan pada anak. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan tim Atma Jaya (1995) terhadap beberapa mantan penyalahguna, bahwa faktor keluarga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap penyalahgunaan narkoba pada anak. Penelitian tersebut menyebutkan beberapa tipe keluarga yang memiliki resiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba pada anak, seperti keluarga tidak harmonis, keluarga dengan konflik, keluarga dengan orang tua yang memiliki riwayat penyalahgunaan zat dan keluarga neurosis.
Dengan demikian keluarga memiliki kontribusi yang besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Apakah seseorang akan memiliki kepribadian positif atau negatif, tergantung pada pola asuh yang diterapkan, pengetahuan orang tua dalam pengasuhan anak, pola interaksi dan komunikasi yang terbangun dalam keluarga tersebut.
Signifikansi hubungan antara keluarga dan penyalahgunaan narkoba antara lain tergambar dalam sebuah penelitian berjudul "Talking About Drugs: How Family and Media Shape Youth Risk Behavior" (Berbicara Tentang Narkoba: Bagaimana keluarga dan Media Membentuk Perilaku Beresiko Pada Remaja)" yang dilakukan oleh Granka, Laura dan Scheufele dan dibawakan pada Pertemuan Tahunan Asosiasi Komunikasi Internasional (Annual Meeting of The International Communication Association) di kota New York, 10 Oktober 2008. Penelitian yang dilakukan pada 233 mahasiswa di Amerika Serikat dan 187 Mahasiswa di Singapura yang berusia antara 18-27 tahun mendapatkan hasil sebagai berikut:
1. Nilai-nilai keluarga yang kuat akan menurunkan perilaku beresiko pada remaja
2. Keterikatan keluarga yang kuat dan pola komunikasi yang terbuka akan mendorong remaja untuk lebih sering mendiskusikan perilaku beresiko dengan orangtua mereka.
3. Peningkatan dalam pembicaraan keluarga tentang perilaku yang beresiko akan menurunkan kecenderungan remaja terhadap perilaku tersebut
4. Perilaku beresiko pada remaja cenderung meningkat pada saat orangtua tidak mendampingi.
Pada sebuah pertemuan tingkat Asia Tenggara yang diadakan oleh UNODC, Februari 2007, Malaysia dan Thailand mempresentasikan upaya pencegahan di masing-masing negara yang dititik beratkan pada keluarga sebagai target utama sebagai tindak lanjut penilaian kebutuhan (Need Assessment) yang telah dilakukan berkaitan dengan masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja.
Di tingkat lokal, beberapa penelitian telah lebih dulu mengungkapkan adanya hubungan antara keluarga dengan masalah penyalahgunaan narkoba, antara lain penelitian yang dilakukan Yayasan Cinta Anak Bangsa pada Mei-Oktober 2003 di 90 kelurahan di 5 wilayah X dengan hasil bahwa 1 dari 10 keluarga di X terancam narkoba. Di Sulawesi Tenggara, Granat (Gerakan Anti Narkotika) mencatat banyak kasus keterlibatan anak dalam narkoba bermula dari masalah keluarga. Hal ini didukung juga dengan laporan dari Yayasan Pelita Ilmu yang menjalankan Program Penanganan Narkoba di wilayah Tanah Abang sejak tahun 2001, dimana hasil Konseling Pendahuluan (Pre-Counselling) kepada pasien yang datang untuk mengobati kecanduan menunjukkan hasil 18% dari mereka menggunakan narkoba sebagai pelarian dari masalah keluarga dan ketidaknyamanan di rumah, hasil yang jika dikalikan dengan 4593 jumlah dampingan akan mencatat jumlah 824 orang, sebuah jumlah yang cukup besar untuk ruang lingkup sebuah kecamatan.
Besarnya peranan keluarga dalam membentuk karakter dan kepribadian anak ini merupakan potensi yang sangat besar yang dapat dimanfaatkan untuk menangkal pengaruh buruk lingkungan yang akan dihadapi dikemudian hari. Selain itu merupakan tugas keluarga mempersiapkan anak untuk menghadapi berbagai situasi dan pergaulan yang ada di masyarakat, karena keluarga merupakan tempat anak pertama kali berinteraksi dan bersosialisasi sejak kecil. Salah satunya dengan penanaman nilai-nilai moral dan agama sejak usia dini, sehingga anak terbiasa mengikuti aturan dan norma yang berlaku di masyarakat dan merasa malu bila melanggar aturan tersebut.
Selain membekali dengan nilai-nilai moral dan etika, anak juga perlu dibekali dengan kemampuan interpersonal yang baik. Kemampuan ini bukan dalam hal sandang, pangan dan papan, namun lebih menekankan pada kemampuan berinteraksi dalam menjalani kehidupan dalam hubungannya dengan sosialisasi dan pemenuhan atas tugas-tugasnya dikemudian hari sebagai manusia dengan cara yang normal dan wajar. Hal ini penting mengingat anak-lah yang akan menjalani kehidupan dengan segala permasalahannya. Kemampuan yang dimaksud antara lain pengetahuan yang luas, kemampuan berkomunikasi yang baik, kemampuan membuat keputusan yang tepat, kemampuan untuk menolak dengan tegas, berani mengungkapkan pendapat, dan lain-lain.
Dengan demikian keluarga memikul tanggung jawab yang besar dalam mengarahkan pembentukan kepribadian seorang anak. Untuk itu diperlukan kerja sama yang baik antara kedua orang tua dalam pengasuhan anak tersebut agar hak-hak anak terpenuhi sehingga anak dapat memenuhi kewajibannya dikemudian hari dengan baik. Dalam hal pengasuhan, terdapat beberapa faktor yang dapat menentukan kepribadian seseorang salah satunya adalah faktor komunikasi dalam keluarga.
Komunikasi dalam keluarga memegang peranan penting dalam membentuk pola pikir dan kepribadian anak. Hal ini masuk akal, karena hampir 80 % waktu kita digunakan untuk berkomunikasi. Berhasil tidaknya keluarga dalam mendidik anak sangat dipengaruhi oleh pola komunikasi yang terbentuk ada di dalamnya. Bila pesan yang disampaikan orang tua dapat ditangkap oleh anak secara jelas, berarti proses komunikasi berjalan dengan baik. Sebaliknya bila pesan tidak diterima dan tidak ditangkap dengan jelas oleh anak, maka komunikasi antar anggota keluarga tidak berjalan dengan baik. Bila hal ini terjadi akan berakibat kesalahpahaman dalam penerimaan pesan dan proses pengasuhan dapat terganggu bahkan terhambat.
Fenomena sekarang seringkali dihadapkan pada situasi di mana setiap orang, termasuk orang tua, seolah membangun dunia sendiri yang terpisah dari orang lain, bahkan anggota keluarganya sendiri. Komunikasi keluarga menjadi "barang mahal dan barang langka" karena masing-masing sibuk dengan urusan, pikiran dan perasaannya masing-masing. Akhirnya, komunikasi yang tercipta di dalam keluarga, adalah komunikasi yang sifatnya informatif dan superfisial (hanya sebatas permukaan), dimana yang diutarakan dan dikomunikasikan adalah topik umum selayaknya berbincang dengan orang-orang lainnya yang membuat hubungan antara orang tua-anak semakin berjarak dan semu.
Akibatnya, masing-masing pihak makin sulit mencapai tingkat pemahaman yang dalam dan benar terhadap apa yang dialami, dirasakan, dipikirkan, dibutuhkan dan dirindukan satu sama lain. Dalam pola hubungan komunikasi seperti ini, tidak heran jika ada orang tua yang terkejut melihat anaknya tiba-tiba menunjukkan sikap aneh, seperti penurunan prestasi belajar, memberontak, agresif, dan tindakan kenakalan anak (remaja) lainnya, termasuk penyalahgunaan narkoba. Orang tua yang merasa "kecolongan" cenderung akan bersikap defensif dengan mencari penyebab diluar dirinya sendiri, seperti menyalahkan anak, menyalahkan pihak lain-sekolah, guru, teman, lingkungan atau malah saling menyalahkan antara ayah dengan ibu. Seringkali orang tua lupa, bahwa setiap masalah adalah hasil dari sebuah interaksi setiap orang yang terlibat di dalamnya. Setiap orang, punya kontribusi dalam mendorong munculnya masalah, termasuk masalah penyalahgunaan narkoba pada anak.
Melihat pentingnya faktor komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang, maka penelitian ini bermaksud mengangkat model-model komunikasi yang terjadi dalam keluarga penyalahguna narkoba.
Penulis ingin mengetahui pola komunikasi keluarga yang bagimanakah yang dapat menyebabkan seorang anak (dalam hal ini anak remaja) cenderung pada penyalahgunaan narkoba.

2. Rumusan Permasalahan
Merujuk pada latar belakang yang disajikan, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang peran komunikasi dalam keluarga terhadap kecenderungan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Adapun rumusan permasalahan yang ingin diteliti sebagai berikut:
a. Tipologi pola komunikasi keluarga yang bagaimanakah yang memiliki potensi tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja?
b. Tipologi sistem keluarga yang bagaimanakah yang memiliki potensi tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja?
c. Upaya-upaya apa sajakah yang dapat dilakukan keluarga untuk membentengi remaja dari bahaya penyalahgunaan narkoba dilihat dari sudut pandang komunikasi dan sistem keluarga?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Seperti telah disebutkan dalam latar belakang dan rumusan permasalahan, penelitian ini akan memfokuskan pada hubungan komunikasi keluarga dan penyalahgunaan narkoba pada anggota keluarga tersebut. Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh hasil sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis tipologi pola komunikasi keluarga yang berpotensi tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem keluarga yang berpotensi tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja.
c. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan keluarga untuk membentengi remaja dari bahaya penyalahgunaan narkoba dari sudut pandang komunikasi dan sistem keluarga.
3.2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan, khususnya yang berkenaan dengan penanganan bidang Narkoba dari sisi pencegahan.
b. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembuat kebijakan pemerintah khususnya Badan Narkotika Nasional dalam membuat strategi Pencegahan melalui unit terkecil yaitu keluarga.

4. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Dalam sebuah penelitian, subyek yang akan diteliti haruslah memiliki kesesuaian dengan rumusan permasalahan dan hasil yang ingin diperoleh dari penelitian tersebut. Untuk itu, penulis menetapkan beberapa batasan dan ruang lingkup yang digunakan untuk menentukan keluarga yang menjadi responden dalam penelitian ini.
4.1. Batasan Penelitian
Untuk memperoleh hasil yang maksimal, penulis menetapkan beberapa batasan yang digunakan sebagai penyaring untuk memperoleh keluarga yang akan menjadi subyek dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
a. Keluarga utuh dalam artian kedua orangtua tidak bercerai. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias karena perceraian orangtua sudah seringkali disebutkan dalam banyak penelitian sebagai penyebab kenakalan remaja, termasuk penyalahgunaan narkoba. Dengan batasan ini penulis mengharapkan dapat menjaga orisinalitas penelitian ini.
b. Mewakili kedua tipe perekonomian keluarga, baik menengah ke bawah maupun menengah ke atas
c. Mewakili keberagaman tipe tempat tinggal, karenanya dalam penelitian ini akan ditemukan subyek yang bertempat tinggal baik di perkampungan maupun kompleks perumahan.
d. Mewakili kelurahan yang berbeda di kecamatan Y sehingga diharapkan cukup mewakili untuk menggambarkan keseluruhan kecamatan Y.
4.2. Ruang Lingkup Wilayah
Responden yang diambil sebagai objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah keluarga dengan anak penyalahguna narkoba yang berdomisili di Kecamatan Y.
4.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Pembahasan penelitian ini berkaitan dengan ruang lingkup komunikasi keluarga dalam keluarga pecandu untuk mencari hubungan dan menganalisis pola komunikasi dalam keluarga pecandu tersebut yang dapat mengarahkan remaja pada penyalahgunaan narkoba. Sedangkan batasan usia responden penyalahguna narkobanya dibatasi pada usia remaja, dengan batasan usia 15-24 tahun (WHO) pada saat pertama kali menggunakan narkoba.
Dengan demikian penelitian ini terkait dengan beberapa aspek, antara lain:
a. Aspek situasi penyalahgunaan narkoba di kecamatan Y dan gambaran keluarga pecandu
b. Aspek pola hubungan komunikasi keluarga pecandu antara ayah, ibu, anak, adik dan kakak (keluarga inti).
c. Aspek tipe sistem keluarga yang dapat menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba.
d. Aspek upaya yang dapat diterapkan untuk mencegah anggota keluarga pada penyalahgunaan narkoba.

5. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan sarana untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya maka penulis menentukan metode penelitian sebagai berikut:
5.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya (Moelong).
5.2. Tipe Penelitian
Penulisan ini diuraikan secara deskriptif terhadap peran komunikasi keluarga terhadap kecenderungan penyalahgunaan narkoba pada anak. Dan memberikan gambaran mengenai langkah-langkah dalam membentengi keluarga terhadap penolakan penawaran Narkoba.
5.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Kecamatan Y dengan masing-masing keluarga yang menjadi subyek penelitian bertempat tinggal di kelurahan yang berbeda sehingga dapat mewakili Kecamatan ini secara keseluruhan. Karakteristik keluarga yang diamati dalam penelitian ini sesuai dengan batasan penelitian yaitu keluarga utuh yang kedua orangtua tidak bercerai dan mewkili baik ekonomi lemah maupun berkecukupan.
5.4. Teknik Pengumpulan Data
Sumber utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moelong). Dalam penelitian ini data primer adalah informasi dan data yang diperoleh informan kunci (key informan) dan informan yang ada di lapangan (field research).
5.4.1. Data Primer :
Data primer didapatkan melalui wawancara dan observasi. Wawancara merupakan metode penelitian yang datanya dikumpulkan melalui wawancara dengan responden/key informan. (Irawan). Dalam pencarian informan untuk diwawancarai, peneliti menyeleksi individu yang akan menjadi sasaran wawancara atau pengamatan untuk memperoleh keterangan dan data untuk keperluan informasi (informan). Sedangkan observasi yang akan dilakukan adalah dengan observasi non-partisipasi, artinya penulis tidak ikut ambil bagian secara langsung di dalam kehidupan atau situasi orang-orang yang diobservasi. Selanjutnya hasil wawancara dan observasi tesebut akan disusun dalam sebuah catatan lapangan untuk mendapatkan gambaran lengkap pelaksanaan penelitian.
5.4.2. Data Sekunder :
Data Sekunder di peroleh penulis dari perpustakaan dan dokumen-dokumen sumber yang membahas tentang Komunikasi Keluarga dan Penanganan Bahaya Narkoba.
5.5. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperoleh siap maka data tersebut akan dianalisa dengan pendekatan kualitatif yaitu pengolahan data berwujud kegiatan sistematik terhadap data baik primer maupun data sekunder kemudian dianalisa secara kritis untuk ditarik kesimpulan dan sarannya. Data yang terkumpul akan diinventarisir dan kemudian diklasifikasikan untuk dimasukkan ke dalam salah satu pola komunikasi model Mulyana dan sistem keluarga model Fitzpatrick. Nantinya kedua model tersebut akan digabungkan untuk dianalisis tingkat kerentanan anak (remaja) tersebut terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba.
6. Sistematika Penulisan
Bab 1, Pendahuluan. Menguraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, kerangka teori dan konsep, metode penelitian serta sistematika penulisan.
Bab 2, Tinjauan Pustaka. Membahas secara umum tentang pengertian analisa, peran, komunikasi keluarga di lingkungan keluarga yang gagal membentengi diri dari penolakan Narkoba.
Bab 3 memuat tentang profil umum keluarga penyalahguna yang menjadi sumber informasi penelitian ini. Bab ini akan menampilkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan kepada keluarga tersebut, yang juga akan mencakup tentang kondisi dan latar belakang orang tua penyalahguna tersebut.
Bab 4 merupakan bab yang akan membahas dan menganalisa hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti. Dalam bab ini akan dibahas dan dikaji secara mendalam komunikasi keluarga yang bagaimana yang memiliki resiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba pada anak serta upaya yang dapat dilakukan keluarga untuk menghindari hal tersebut.
Bab 5 adalah bab terakhir dalam penulisan laporan penelitian ini, yang akan berisi tentang kesimpulan atas uraian dan bab-bab terdahulu dan memberi saran yang bersifat implementasif.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 16:10:00

TESIS PEMASANGAN JAMINAN HIPOTIK KAPAL LAUT DAN PELAKSANAAN EKSEKUSINYA SEBAGAI PELUNASAN PINJAMAN

(KODE : PASCSARJ-0076) : TESIS PEMASANGAN JAMINAN HIPOTIK KAPAL LAUT DAN PELAKSANAAN EKSEKUSINYA SEBAGAI PELUNASAN PINJAMAN (PRODI : HUKUM KENOTARIATAN)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Seiring dengan pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah sekarang ini, tidak hanya harga kebutuhan sehari-hari yang semakin tinggi harganya, namun harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi harganya pula. Hal itulah, yang mendasari setiap orang untuk berusaha mencari nafkah demi kelangsungan hidup dan masing-masing perusahaan saling bersaing dalam dunia bisnis guna meningkatkan eksistensinya serta untuk mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin.
Dalam perjalanannya tiap perusahaan mungkin tidak mempunyai sejumlah dana yang cukup guna membiayai kegiatan usahanya. Hal ini dikarenakan, setiap pemilik perusahaan tidak ingin seluruh kekayaan pribadinya habis digunakan untuk membiayai perusahaan mereka, mengingat banyak resiko yang mungkin terjadi yang dapat saja membawa mereka jatuh ke dalam kemiskinan.
Resiko kegagalan ataupun ketidaksuksesan usaha yang mungkin terjadi, di mana pemilik perusahaan telah mengeluarkan sejumlah dana dari harta pribadinya dan ternyata di kemudian hari mereka mendapatkan hasil yang tidak diharapkan.
Ada banyak cara yang digunakan guna mendapatkan modal untuk menjalankan usaha mereka dengan jalan yang lebih aman, tanpa melibatkan harta pribadi mereka.
Salah satunya yaitu dengan meminjam sejumlah dana dari bank dengan pengembalian secara angsuran.
Hal tersebut sudah banyak sekali dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, namun ada persyaratan yang diajukan oleh pihak bank selaku kreditur dalam memberikan kredit yaitu mereka meminta suatu jaminan baik dalam bentuk benda bergerak maupun dalam bentuk benda tidak bergerak, yang nilai nominal jaminan tersebut lazimnya melebihi jumlah kredit yang diberikan kepada debitur serta tiap nominal pinjaman akan dikenakan bunga pinjaman.
Nilai jaminan yang lebih besar dari pinjaman tersebut menjadi pegangan bagi pihak bank, apabila pihak debitur lalai melakukan pembayaran angsuran kredit ataupun tidak mampu membayar kembali sejumlah uang yang sudah diterima dan dipinjam dari pihak bank.
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sedangkan definisi agunan menurut Undang-Undang Perbankan, yaitu "agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
Jaminan yang diperlukan oleh pihak bank selaku kreditur haruslah jaminan dalam bentuk benda dan mempunyai nilai yang cukup guna melunasi utang debitur. Ada beberapa pengertian tentang benda, yaitu:
Pengertian yang paling luas dari perkataan benda ialah segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang. Di sini benda berarti obyek sebagai lawan dari subyek atau orang dalam hukum. Ada juga perkataan benda itu dipakai dalam arti yang sempit, yaitu sebagai barang yang dapat terlihat saja.
Benda dibagi dalam tiga macam menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu:
1. Benda yang bertubuh dan tidak bertubuh (Pasal 503);
2. Benda bergerak dan tidak bergerak (Pasal 504);
3. Benda yang dapat habis dan tidak dapat habis (Pasal 505).
Dari penggolongan macam-macam benda menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut di atas yang mempunyai akibat hukum dan yang sangat berkaitan dengan penulisan ini adalah penggolongan benda bergerak dan benda yang tidak bergerak. Suatu benda dapat tergolong dalam benda yang tidak bergerak yaitu karena sifatnya, tujuan pemakaiannya dan memang ditentukan demikian oleh undang-undang.
Adapun benda yang tidak bergerak karena sifatnya ialah tanah dan segala sesuatu yang melekat atau tumbuh di atasnya, misalnya pohon-pohon, tumbuh-tumbuhan kecil. Benda tidak bergerak karena tujuan pemakaiannya ialah mesin alat-alat yang dipakai di dalam pabrik, yang sebetulnya benda bergerak tetapi oleh pemiliknya dalam pemakaian dihubungkan atau diikatkan pada benda yang tidak bergerak yang merupakan benda pokok.
Selanjutnya ialah benda tidak bergerak karena memang demikian ditentukan oleh undang-undang, seperti kapal laut yang berukuran minimal 20 meter kubik isi kotor dan hak-hak atas benda-benda yang tidak bergerak, misalnya hak memungut hasil atas benda tak bergerak, hak memakai atas benda tak bergerak, hipotik dan lain-lain.
Suatu benda termasuk golongan benda yang bergerak karena sifatnya dan ditentukan oleh undang-undang. Suatu benda yang bergerak karena sifatnya menurut Pasal 509 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ialah benda yang dapat dipindahkan, misalnya meja, alat-alat perabot rumah tangga, perhiasan-perhiasan, dan lain-lain.
Benda bergerak karena ketentuan undang-undang menurut Pasal 511 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ialah hak-hak atas benda yang bergerak, misalnya hak memungut hasil (vruchtgebruik) atas benda bergerak, hak pemakaian (gebruik) atas benda bergerak.
Uraian tentang benda bergerak dan tidak bergerak telah dijelaskan di atas. Jadi baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak dapat dijadikan jaminan atau agunan kepada bank atas pinjaman kredit yang diajukan oleh pihak debitur.
Telah diketahui bahwa suatu pemberian jaminan atau agunan dari debitur kepada bank selaku kreditur merupakan perjanjian tambahan (accessoir) dari suatu perjanjian pokok, yaitu perjanjian kredit.
Keberadaan perjanjian penjaminan tergantung pada perjanjian pokok, jika perjanjian pokok hapus karena telah dilunasinya utang, maka perjanjian penjaminan ikut hapus, namun apabila pihak debitur ingkar janji atau wanprestasi, pihak kreditur berhak melelang barang jaminan dan mengambil hasil lelang guna pelunasan utangnya.
Banyak benda yang dapat dijadikan jaminan guna pelunasan suatu kredit kepada bank, namun dalam penulisan ini benda yang akan dibahas lebih mendalam adalah benda tidak bergerak berupa kapal laut. Pada asasnya menurut Pasal 510 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, kapal-kapal, perahu-perahu, perahu-tambang, gilingan-gilingan dan tempat-tempat pemandian yang dipasang di perahu atau yang berdiri, terlepas dari benda sejenis itu adalah benda bergerak, akan tetapi jika kapal-kapal itu didaftar, kapal tersebut tidak mempunyai status yang sama lagi dengan benda bergerak.
Kapal-kapal yang dapat dibukukan dalam register kapal adalah kapal yang beratnya paling sedikit dua puluh meter kubik isi kotor (Pasal 314 ayat 1 KUHD). Kapal yang terdaftar ini diperlakukan seperti benda tidak bergerak, jika dijaminkan, lembaga yang dipergunakan adalah hipotik. Untuk kapal-kapal yang tidak didaftar lembaga jaminannya adalah gadai atau fidusia.
Lazimnya kapal laut yang dijaminkan kepada pihak bank digunakan sebagai jaminan dari sebuah perusahaan pelayaran yang membutuhkan sejumlah dana untuk pembiayaan pembelian kapal dan pembiayaan perbaikan kapal. Sama seperti benda-benda jaminan lainnya, pemberian jaminan berupa kapal laut haruslah didahului dengan adanya suatu perjanjian pokok yaitu perjanjian pemberian fasilitas kredit antara pihak debitur dengan pihak kreditur.
Pengertian kapal menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang adalah:
Kapal adalah semua perahu, dengan nama apapun dan dari macam apapun juga, kecuali ditentukan atau diperjanjikan lain, maka kapal itu dianggap meliputi segala alat perlengkapannya. Yang dimaksudkan dengan alat perlengkapan kapal ialah segala benda yang bukan suatu bagian daripada kapal itu sendiri, namun diperuntukkan untuk selamanya dipakai tetap dengan kapal itu.
Sedangkan pengertian kapal laut menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu "kapal laut adalah semua kapal yang dipakai untuk pelayaran di laut atau yang diperuntukkan untuk itu.”
Kapal-kapal Indonesia yang berukuran paling sedikit dua puluh meter kubik isi kotor, dapat dibukukan di dalam suatu register kapal menurut ketentuan yang akan ditetapkan dalam suatu undang-undang tersendiri.
Undang-Undang yang dimaksud di atas adalah Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang mulai berlaku tanggal 7 Mei 2008 sebagai pengganti dari Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.
Sebagimana diatur dalam Pasal 354 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran tersebut yang menyebutkan bahwa "pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang No 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti yang baru berdasarkan undang-undang ini.
Sedangkan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, yaitu Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan dinyatakan tetap berlaku, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 353 bahwa:
Dapat disimpulkan bahwa ketentuan mengenai pendaftaran kapal diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan.
Dengan dijaminkannya kapal laut yang sudah terdaftar tersebut dengan hipotik guna menjamin pelunasan kredit dari pihak debitur, maka ketentuan-ketentuan mengenai hipotik dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dimulai dari Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 tentang hipotik berlaku bagi pembebanan jaminan hipotik atas kapal laut.
Terhadap hipotik kapal, ketentuan hipotik yang diatur dalam Pasal 314 ayat 4 dan Pasal 315 a, b, c Kitab Undang-Undang Hukum Dagang merupakan lex spesialis terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Maka apabila Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak mengaturnya secara khusus, semua ketentuan hipotik yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tetap berlaku.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, "hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, untuk mengambil penggantian dari padanya bagi pelunasan suatu perikatan."15
Dari rumusan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa hipotik merupakan hak kebendaan atas benda tidak bergerak yang timbul karena perjanjian, yaitu suatu bentuk jaminan yang harus diperjanjikan terlebih dahulu. Hipotik sebagai hak kebendaan hanya terbatas pada hak untuk mengambil penggantian dari benda tidak bergerak bersangkutan untuk pelunasan suatu perikatan saja.16
Mengingat bentuk dari kapal laut yang sangat besar dan nilainya yang sangat tinggi, dalam praktek pengadaan kapal melalui pemberian kredit maupun pembebanan jaminan hipotik kapal laut memiliki berbagai kendala, terutama dalam hal penyediaan jaminan atas kredit yang diberikan. Kendala-kendala tersebut diharapkan oleh semua pihak yang terkait agar dapat segera diatasi sehingga dapat meningkatkan perekonomian negara kita khususnya di bidang perbankan.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas mengenai pembebanan jaminan hipotik kapal laut, maka penulis sangat tertarik untuk membahas lebih mendalam mengenai jaminan kebendaan yang berupa jaminan hipotik kapal laut atas perjanjian kredit yang diberikan kepada perusahaan pelayaran dan meneliti kendala-kendala yang ada dalam pemasangan dan pelaksanaan eksekusinya. Penulis kemudian memberi judul pada penulisan tesis ini tentang Pemasangan Jaminan Hipotik Kapal Laut dan Pelaksanaan Eksekusinya Sebagai Pelunasan Pinjaman (Studi kasus PT Bank X dengan PT Pelayaran Y).

B. Pokok Permasalahan
Adapun beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan tesis ini, yaitu:
1. Bagaimana pemasangan jaminan hipotik kapal laut pada PT Bank X?
2. Bagaimana pelaksanaan eksekusi berdasarkan grosse akta hipotik kapal laut?

C. Metode Penelitian
Dalam menjawab pokok permasalahan yang diteliti dalam penulisan tesis ini, penulis menggunakan penelitian normatif. Penulisan normatif ini dimaksudkan untuk meneliti tentang asas-asas hukum dan sistematika hukum yang berlaku di Indonesia.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat publik. Sumber data sekunder dalam bidang hukum terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari Penetapan Pengadilan No. 18/EKS/2005/PN.JKT.UT, dan Peraturan Perundang-undangan, seperti Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, H.I.R., Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan, dan Peraturan Presiden No. 44 tahun 2005 tentang Pengesahan Konvensi Internasional Tentang Piutang Maritim dan Mortgage 1993 dan Intruksi Presiden No. 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional serta Keputusan Menteri Keuangan Perhubungan No. 14 Tahun 1996 tentang Penyederhanaan Tata Cara Pengadaan dan Pendaftaran Kapal.
Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer berupa literatur-literatur dan buku-buku yang berkaitan dengan hukum benda, hukum perjanjian, hukum pendaftaran kapal, hukum jaminan hipotik kapal laut dan hukum acara perdata serta tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Analisis data dilakukan secara kualitatif, karena dari data yang diperoleh penulis menganalisanya dan kemudian memberikan kesimpulan-kesimpulan dari data yang telah dianalisa berupa uraian-uraian. Dengan demikian hasil penelitian yang diperoleh dalam penulisan ini bersifat analisa hukum.

D. Sistematika Penulisan
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan dari permasalahan, maka sistematika penulisan ini dibuat menjadi tiga bab, yaitu:
Bab pertama adalah bab mengenai pendahuluan yang memuat mengenai latar belakang, pokok permasalahan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua adalah bab mengenai kapal laut sebagai jaminan pelunasan kredit dan pelaksanaan eksekusinya, yang dibagi menjadi tiga sub bab yaitu landasan teori tentang kapal laut sebagai jaminan, pemasangan jaminan hipotik atas kapal laut pada PT Bank X dan pelaksanaan eksekusi berdasarkan grosse akta hipotik kapal laut.
Dalam landasan teori tentang kapal laut sebagai jaminan, penulis membahas mengenai pengertian kapal dan kapal laut, status hukum kapal laut dalam hukum perdata, sumber hukum pendaftaran kapal laut, proses pendaftaran kapal laut, jaminan hipotik atas kapal laut, akibat hukum pendaftaran hipotik atas kapal laut dan jaminan kebendaan lainnya atas kapal laut.
Dalam pemasangan jaminan hipotik atas kapal laut pada PT Bank X, penulis membahas mengenai prosedur pemasangan jaminan hipotik atas kapal laut bernama "XY" milik PT Pelayaran Y (debitur) yang dijadikan jaminan atas pinjaman kreditnya pada PT Bank X (kreditur).
Dalam pelaksanaan eksekusi berdasarkan grosse akta hipotik kapal laut, penulis membahas mengenai eksekusi jaminan hipotik pada umumnya dan pelaksanaan eksekusi kapal laut "XY" berdasarkan Penetapan Pengadilan No. 18/Eks/2005/PN.JKT.UT.
Bab ketiga adalah bab penutup yang merupakan bab terakhir dari seluruh uraian yang berupa kesimpulan dari permasalahan-permasalahan yang telah dibahas.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 16:07:00

TESIS HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PEGAWAI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KOTA X

(KODE : PASCSARJ-0074) : TESIS HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PEGAWAI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KOTA X (PRODI : ADMINISTRASI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA)



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Tujuan penyelenggaraan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sebagaiman diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah dapat dipelajari dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Semakin tinggi pertumbuhan PDRB di suatu daerah mengindikasikan pertumbuhan kesejahteraan masyarakat. Hubungan kondisional ini terjadi karena indikator-indikator pertumbuhan PDRB di suatu daerah mencakup pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita, perluasan lapangan kerja, dan pemerataan hasil pembangunan.
Pertumbuhan PDRB di suatu daerah tidak hanya dipengaruhi oleh mekanisme pasar yang semakin mengglobal, tetapi dipengaruhi juga oleh kebijakan pemeritnah yang berupaya mengarahkan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan Pemerintah Daerah yang mempengaruhi atau mengarahkan pertumbuhan ekonomi di daerah antara lain dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang perindustrian, perdagangan dan koperasi. Karena itu, pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi di suatu daerah menjadi sangat penting dalam proses penumbuhan perekonomian daerah. Bila pelaksanaan berbagai kebijakan dan kegiatan pembangunan di sektor perindustrian dan sektor perdagangan yang diselenggarakan oleh pemerintah berlangsung efektif, maka efektivitas pembangunan tersebut merupakan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam konteks ini, kinerja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota X (Disperindagkop) menjadi sangat penting bagi penumbuhan perekonomian di Kota X.
Kinerja Disperindagkop yang optimal dalam melaksanakan berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di bidang perindustrian, perdagangan dan koperasi tentu tidak hanya bertujuan mewujudkan kondisi perekonomian yang kondusif bagi para pelaku ekonomi, tetapi sekaligus juga menstimulasi perluasan lapangan kerja. Oleh sebab itu, pelaksanaan tugas dan fungsi Disprindagkop menjadi hal penting yang bernilai stratgis bagi penumbuhan perekonomian di Kota X yang dikenal dengan sebutan "Kota Hujan". Untuk itu Disperindagkop Kota X menyusun visi dan misi organisasi guna menjabarkan kebijakan Pemerintah Kota X di bidang perekonomian.
Untuk mewujudkan kinerja Disperindagkop Kota X yang optimal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, maka dengan sendirinya diperlukan dukungan kinerja pegawai yang maksimal. Dukungan kinerja pegawai yang maksimal hanya bisa diwujudkan melalui peningkatan produktivitas kerja pegawai yang tinggi, efektivitas kerja pegawai yang maksimal dalam melaksanakan kegiatan, dan efisiensi kerja pegawai yang optimal dalam menggunakan sumber daya anggaran, terutama efektif dan efisien dalam memberikan layanan publik kepada para pelaku ekonomi. Dengan demikian peningkatan kinerja pegawai Disperidagkop Kota X dapat dijadikan salah satu issue aktual untuk mengkritisi penyelenggaraan organisasi satuan kerja perangkat Daerah Kota X.
Peningkatan kinerja pegawai Disperindagkop Kota X yang optimal dalam melaksanakan berbagai program dan kegiatan pembangunan di bidang perindustrian, perdagangan dan koperasi sangat diperlukan, karena dari pengamatan langsung terungkap bahwa kinerja pegawai dinas tersebut belum optimal, terutama dalam memberikan layan publik kepada para pelaku ekonomi di Kota X. Belum optimalnya kinerja pegawai Disperindagkop Kota X antara lain terungkap dari :
- produktivitas kerja pegawai yang cenderung rendah; yang terungkap dari pemanfaat waktu kerja yang tidak maksimal, dan lambannya pelayanan publik kepada para pihak yang berkepentingan dengan perizinan usaha;
- efektivitas kerja pegawai tidak maksimal dalam melaksanakan kegiatan pembangunan; yang terungkap dari tidak masikmalnya capaian indikator kinerja pada sejumlah kegiatan yang bernilai strategis untuk meningkatkan peran koperasi dalam perekonomian masyarakat; dan
- efisiensi kerja pegawai yang cenderung rendah dalam melaksanakan fungsi anggaran kinerja pada masing-masing unit kerja; yang terungkap dari kinerja anggaran yang kurang transparan dan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja yang kurang akurat.
Sementara itu, disiplin sejumlah pegawai dalam mematuhi dan melaksanakan peraturan juga tampak lemah. Lemahnya disiplin pegawai ini dapat menurunkan kualitas pelayanan publik yang profesional dan transparan. Pelayanan publik yang tidak profesional dan tidak transparan sering menjadi keluhan para pihak yang berkepentingan dengan pelayanan tersebut.
Dampak dari kinerja pegawai yang belum optimal itu tentu tidak terbatas hanya pada persoalan-persoalan internal Disperindagkop Kota X; tetapi dapat juga berdampak pada aktivitas-aktivitas para pelaku ekonomi di Kota X. Bahkan bisa lebih dari itu. Misalnya, pelayanan perizinan usaha yang berbelit-belit, menyita waktu lama dan menyerap biaya tinggi tentu tidak hanya menghambat kelancaran usaha tetapi sekaligus juga dapat menghambat upaya perluasan lapangan kerja melalui pengembangan berbagai usaha. Oleh sebab itu, upaya peningkatan kinerja pegawai Disperidagkop Kota X yang profesional dan akuntabel dalam melaksanakan berbagai program dan kegiatan pembangunan serta profesional dan transparan dalam melaksanakan fungsi pelayanan publik perlu dilakukan secara terpola, menyeluruh dan berkesinambungan.
Dalam konteks itu, belum optimalnya kinerja pegawai Disperindagkop Kota X tampak menjadi suatu fenomena sumber daya manusia dalam birokrasi yang tidak berdiri sendiri. Artinya, terdapat sejumlah faktor yang berkorelasi dengan kinerja pegawai pada dinas tersebut.
Mengacu pada fenomena tersebut, peneliti berasumsi bahwa pola Kepemimpinan yang berlangsung dalam di antara atasan dan bawahan dan Motivasi kerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaan merupakan dua faktor yang berkorelasi positif dan siginfikan dengan Kinerja Pegawai Disperindagkop Kota X.
Asumsi terhadap fenomena kinerja pegawai tersebut didasarkan pada premise major atau argumen sebagai berikut :
Kepemimpinan sebagai suatu proses komunikasi dan interaksi sosial yang saling mempengaruhi di antara unsur-unsur pimpinan atau atasan dengan unsur-unsur staf atau bawahan yang berlangsung dalam situasi kerja tertentu, merupakan faktor determinan terhadap perilaku kerja para pegawai dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Oleh sebab itu, dalam dimensi situasional, kepemimpinan itu tentu dapat berkorelasi positif dan signifikan dengan kinerja pegawai. Artinya, kepemimpinan yang baik dapat mendukung terwujudnya kinerja pegawai yang baik juga; dan sebaliknya, kepemimpinan yang lemah dapat menyebabkan kinerja pegawai menjadi lemah. Premise major ini yang dikemukakan Soebagio (1999:19) berdasarkan beberapa pendapat berikut :
a. Ralph Stogdil : Leadership is the process of influencing group activities toward goal setting and goal achievement
b. Robert Tanebeum and Fred Massarik : Leadership is an interpersonal influences, exercised in situation and directed, through the communication process, toward the attainment of a specified goal or goals.
Motivasi yang dapat diartikan sebagai suatu dorongan kebutuhan, keinginan atau harapan pegawai dalam bekerja, merupakan faktor internal pegawai yang mempengaruhi perilaku kerja para pegawai dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Oleh sebab itu, dalam dimensi kondisional, motivasi itu dapat berkorelasi positif dan signifikan dengan kinerja pegawai. Artinya, motivasi kerja yang kuat dapat memperkuat kinerja pegawai; dan sebaliknya motivasi kerja yang lemah dapat menyebabkan kinerja pegawai menjadi lemah. Premise major ini merujuk pendapat Koontz yang mengatakan "Motivation refers to the drive and effort to statisfy a want or goal", dan Jones yang mengatakan bahwa "Motivation is concerned with how behavior is activated, maintened, directed and stopped."
Dalam perspektif pandangan yang demikian itu, jika Kepemimpinan dan Motivasi dipandang sebagai faktor penyebab (antecedent), dan Kinerja Pegawai Disperindagkop Kota X dipandang sebagai akibat (konsekuensi), maka patut diasumsikan bahwa di antara Kepemimpinan dan Motivasi dengan Kinerja Pegawai pada dinas tersebut terjalin suatu hubungan kausalitas (causality correlation). Dengan pernyataan lain, lemahnya Kinerja Pegawai Disperindagkop Kota X disebabkan lemahnya kepemimpinan yang berlangsung di antara unsur-unsur pimpinan dengan unsur-unsur staf dan lemahnya motivasi kerja para pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.
Asumsi dan argumen yang terpapar di atas agaknya dapat dijadikan titik pangkal untuk menyusun suatu konsep penelitian. Selanjutnya, guna mengaktualisasikan asumsi tersebut dan berdasarkan asumsi disusun konsep penelitian dengan memilih judul penelitian berikut : "HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PEGAWAI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KOTA X", Kajian hubungan kausalitas di antara Kepemimpinan dan Motivasi dengan Kinerja Pegawai Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota X. Judul penelitian ini dipilih dengan alasan-alasan sebagai berikut :
Pertama, fenomena Kinerja Disperindagkop Kota X dan korelasinya dengan lemahnya faktor kepemimpinan dan lemahnya faktor Motivasi merupakan obyek kajian bagi penerapan Ilmu Administrasi pada kekhususan pengembangan sumber daya manusia, karena fenomena tersebut dapat merepresentasikan permasalahan sumber daya manusia dalam birokrasi. Dengan demikian Kepemimpinan, Motivasi dan Kinerja Pegawai dapat diangkat sebagai obyek pengkajian untuk menerapkan Ilmu Administrasi pada kekhususan pengembangan sumber daya manusia.
Kedua, penelitian dengan judul yang dipilih diharapkan dapat mengahasilkan suatu temuan yang berguna untuk dijadikan rekomendasi bagi upaya peningkatan kinerja pegawai Disperindagkop Kota X.

B. Pokok Permasalahan
Kinerja pegawai Disperindagkop Kota X yang belum optimal tampak menjadi fenomena yang berkorelasi dengan sejumlah faktor. Sejumlah faktor yang dimaksud dapat diidentifikas dari dua sudut pandang, yakni sudut pandang internal Disperindagkop dan sudut pandang eksternal dinas tersebut.
Dari sudut pandang internal organisasi beberapa faktor yang dapat berkorelasi positif dengan Kinerja Pegawai Disperindagkop antara lain : deskripsi kewenangan, tugas dan fungsi organisasi; budaya organisasi; kepemimpinan yang berlangsung di antara unsur-unsur pimpinan dan unsur-unsur staf; kompetensi pegawai; motivasi pegawai; kondisi sumber daya anggaran; serta kondisi sarana dan prasarana organisasi. Dari sudut pandang eksternal organisasi beberapa faktor yang dapat berkorelasi positif dengan Kinerja Pegawai Disperindagkop antara lain : Kebijakan daerah di bidang perindustrian, perdagangan dan koperasi; kebijakan kepala daerah yang mengatur penyelanggaraan sistem administrasi satuan kerja perangkat daerah; rencana strategis daerah, rencana kerja tahunan dinas; arah kebijakan umum daerah; kebijakan alokasi anggaran daerah untuk Diperindagkop; kondisi dinamis perekonomian daerah terutama kinerja para pelaku ekonomi; kondisi dinamis kehidupan sosial budaya masyarakat; dan sumber daya ekonomi daerah serta situasi perekonomian nasional.
Semua faktor yang teridentifikasi dapat berkorelasi positif dengan Kinerja Pegawai Disperindagkop Kota X itu dapat saling mempengaruhi, namun semua tidak bisa diteliti sekaligus. Karena itu, dipandang perlu pembatasan masalah penelitian, agar masalah yang dijadikan obyek
penelitian menjadi jelas dan terfokus.
Selanjutnya, berdasarkan asumsi terhadap fenomena Kinerja Pegawai Disperindagkop, maka masalah yang dijadikan obyek penelitian dibatasi hanya pada analisis hubungan Kepemimpinan dan Motivasi dengan Kinerja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota X. Berdasarkan batasan masalah yang ditetapkan, maka pokok permasalahan diangkat dengan pertanyaan (research questions) sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai Disperindagkop Kota X?
2. Apakah terdapat hubungan Motivasi dengan Kinerja Pegawai Disperindagkop Kota X?
3. Apakah terdapat hubungan Kepemimpinan dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Pegawai Disperindagkop Kota X?

C. Tujuan dan Signikansi Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dan signifikansi penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Penelitian
Dengan pokok permasalahan yang ditetapkan maka tujuan penelitian adalah untuk :
a. Membahas hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai Disperindagkop Kota X.
b. Membahas hubungan Motivasi dengan Kinerja Pegawai Disperindagkop Kota X.
c. Membahas hubungan Kepemimpinan dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Pegawai Disperindagkop Kota X.
2. Signifikansi Penelitian
Signifikansi (kebermaknaan) yang diharapkan dari seluruh rangkaan kegiatan penelitian dan hasil penelitian adalah sebagai berikut :
a. Siginifikansi Praktis
Bagi pihak yang diteliti, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan konseptual untuk merumuskan kebijakan peningkatan kinerja pegawai melalui peningkatan efektivitas kepemimpinan dan peningkatan motivasi kerja pegawai. Bagi peneliti, seluruh rangkaian kegiatan penelitian serta hasil penelitian dapat memperluas wawasan keilmuan dan mengefektifkan penyelesaian tugas akhir studi.
b. Signifikansi Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat mencakup temuan-temuan empiric serta konsep baru yang dapat dijadikan rujukan studi tentang fenomena kinerja pegawai pada satuan kerja perangkat daerah dan korelasinya dengan masalah kepemimpinan birokrasi dan motivasi kerja pegawai. Hasil penelitian juga diharapkan dapat dapat dijadikan kontribusi bagi pengembangan Ilmu Administrasi yang terarah untuk pengembangan sumber daya manusia.

D. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian disusun dengan
sistematika penulisan sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan : Berisi deskripsi Latar Belakang tentang fenomena kinerja pegawai Disperindagkop Kota X yang belum optimal dalam mendukung kinerja organisasi yang optimal dalam melaksanakan kebijakan dan kegiatan pembangunan di bidang perindustrian, perdagangan dan koperasi; Pokok Permasalah yang diajukan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian; Tujuan dan Signifikansi Penelitian yang diharapkan dari seluruh proses dan hasil penelitian; dan Sistematika Penulisan.
2. Bab II Tinjauan Literatur dan Metode Penelitian : berisi Tinjauan Literatur yang mencakup deskripsi Teori Kepemimpinan, Teori Motivasi dan Teori Kinerja yang dijadikan landasan teoritik penyusunan konsep operasiobnal variable penelitian; dan deskripsi Metode Penelitian yang mencakup Model Analisis statistika, rancangan Hipotesis yang diuji, Operasional Konsep untuk pengukuran dan pengujian, serta uraian Metode Penelitian yang mencakup Pendekatan Penelitian, Jenis Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel, Teknik Analisis Data dan Keterbatasan Penelitian
3. Bab III Gambaran Umum Obyek Penelitian : berisi deskripsi Stuktur Organisasi Diperindagkop; uraian Tugas Pokok dan Fungsi Disperindagkop; uraian Kegiatan Disprindakop dan Capaian Indikator Kinerja Disperindagkop Kota X.
4. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian : berisi deskripsi Karakteristik Responden Penelitian, dan Pembahasan Hasil Penelitian yang meiputi Analisis Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai, Analisis Hubungan Motivasi dengan Kinerja Pegawai, dan Analisis Pembahasan Hubungan Kepemimpinan dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Pegawai.
5. Bab V Kesimpulan dan Saran : berisi pokok-pokok Kesimpulan yang ditarik dari pembahasan hasil penlitian; dan Saran yang disampaikan kepada pihak yang diteliti serta pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 16:03:00

TESIS BUSINESS PLAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TANAMAN NILAM DENGAN LAHAN 20 HA DI PROPINSI X

(KODE : PASCSARJ-0072) : TESIS BUSINESS PLAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TANAMAN NILAM DENGAN LAHAN 20 HA DI PROPINSI X (PRODI : ILMU MANAJEMEN)




BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Latar belakang penulisan rencana bisnis ini adalah untuk membangun sebuah usaha yang terintegrasi dalam pengembangan komoditas minyak nilam, yang merupakan tanaman asli Indonesia. Eksploitasi yang akan dilakukan dimaksudkan untuk menggali potensi dari sumber daya asli Indonesia untuk dimanfaatkan secara optimal atas segala potensinya untuk kepentingan stake holder.
Dari sektor pertanian, dengan segala output yang dihasilkan, merupakan sektor yang cukup tangguh dibanding sektor lainnya. Hal tersebut telah teruji saat Indonesia dilanda krisis ekonomi. Produk dari sektor pertanian justru menjadi salah satu sumber pendapatan devisa bagi negara. Umumnya, komoditas tersebut berasal dari perkebunan, salah satunya produk perkebunan dalam bentuk minyak atsiri. Penilitian yang telah saya lakukan memberikan informasi bahwa tanaman nilam (Patchouli) yang banyak tumbuh dan dibudidayakan oleh petani tradisional Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dan dalam spektrum produk yang
Minyak atsiri atau essential oils merupakan output tanaman tradisional yang banyak digunakan dalam industri kimia sebagai salah satu bahan baku produk wewangian (parfum), farmasi, kosmetika, pengawetan barang, dan kebutuhan dasar industri lainnya.
Dari 70 jenis minyak atsiri atau essential oils merupakan output tanaman tradisional, sekitar 9-12 macam atau jenis minyak atsiri disuplai dari Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia termasuk negara produsen besar yang cukup diandalkan dan menjadi negara pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik. Kondisi tersebut disebabkan faktor dan kondisi iklim serta jenis dan tingkat kesuburan tanah subur yang dimiliki Indonesia, yang sesuai dengan syarat tumbuh dari tanaman nilam.
Dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri tersebut, didapatkan hasil berupa minyak alam (patchouli oil), minyak sereh wangi (citronella), akar wangi (vetyver), kenanga (cananga), kayu putih (cajeput), cengkih (cloves), cendana (sandalwood), lada (peper), serta minyak (cajeput), cengkih (cloves), cendana (sandalwood), lady (peper), serta minyak melati (yasmin). Khusus minyak nilam, sekitar 70% pangsa pasar dunia dikuasai oleh minyak nilam Indonesia (diperkirakan sekitar rata-rata minimal 1.000 ton per tahun). Tanaman Nilam (Pogostemon cablin) dengan hasil minyak nilam (patchouli oil) merupakan penghasil devisa terbesar dari ekspor minyak atsiri. Produksi minyak nilam Indonesia per tahunnya mencapai rata-rata di atas USD 20 juta (dolar Amerika).
Dari angka tersebut dapat dikatakan bahwa tanaman nilam, dengan hasil minyak nilam, mempunyai prospek pasar paling baik dan paling luas dibandingkan dengan tanaman atsiri lainnya. Dari transaksi perdagangan domestik dan jalur ekspor, jenis minyak nilam menempati urutan teratas dalam jumlah dan volume transaksi. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya bila eksistensi dan peluang yang dimiliki Indonesia dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Pengelolaan bisnis nilam memerlukan terobosan dan langkah strategis sehingga pengelolaannya dilakukan secara profesional dan berkelanjutan (kontinu). Penyediaan sarana dan teknik penyulingan hendaknya dilakukan dengan teknologi yang lebih sophisticated agar kontinuitas output yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pasar dengan suatu kualitas baik.

1.2. Tujuan Penyusunan Rencana Bisnis
Tujuan penulisan rencana bisnis "Pengembangan perkebunan tanaman Nilam" sebagai berikut:
- Menunjukkan bahwa tanaman nilam (Patchouli) yang banyak tumbuh dan dibudidayakan oleh petani tradisional Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dan dalam spectrum produk yang luas.
- Memberikan gambaran perusahaan perkebunan yang solid dan kokoh, sehingga dapat meningkatkan mutu produk pertanian.
- Memudahkan pelaku usaha perkebunan nilam untuk mencari informasi dan pembelajaran tentang pola tani budidaya yang baik.
- Menganalisis kelayakan investasi Pengembangan perkebunan tanaman Nilam.

1.3. Metoda Pengumpulan Data
Metoda pengumpulan data dalam penulisan rencana bisnis adalah dengan beberapa cara, diantaranya.
- Observasi langsung ke beberapa lahan pertanian tanaman Nilam di Indonesia sebagai sumber data primer.
- Studi pustaka dengan mengumpulkan artikel dan data sekunder dari beberapa sumber.
- Melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan sejumlah perkumpulan petani untuk diajak bekerjasama dalam melakukan pengembangan perkebunan tanaman Nilam.
- Depth Interview dengan para petani Tanaman Nilam.

1.4. Ruang Lingkup Masalah
Dalam penulisan rencana bisnis ini dilakukan batasan-batasan untuk adanya kesamaan dalam memahami beberapa asumsi yang digunakan. Batasan-batasan tersebut diantaranya:
Industri: Berdasarkan klasifikasi dari Departement Perindustrian dan Perdagangan, Industri pengembangan tanaman nilam yang akan dimasuki adalah termasuk kedalam Industri Komoditas.
Lingkup Bisnis: Menyediakan Daun tanaman Nilam kering untuk Diolah menjadi minyak Nilam.
Pasar sasaran: Industri Pengolahan Minyak Nilam di Indonesia
Mitra Bisnis: Yang dianggap sebagai mitra bisnis langsung adalah para petani tanaman Nilam yang sudah ada di Indonesia.

1.5. Sistematika Pembahasan
Proses penulisan rencana bisnis ini dilakukan melalui berbagai bagian yaitu:
BAB 1. Pendahuluan: membahas latar belakang dan tujuan penulisan rencana bisnis ini serta batasan-batasan untuk kesamaan pemahaman asumsi yang digunakan.
BAB 2. Pemilihan Lokasi: membahas dan menganalisis lokasi pengembangan perkebunan Nilam. Terutama di X karena minyak nilam dari X telah dikenal memiliki kualitas terbaik dari Indonesia dan sudah digunakan di berbagai kegiatan industri yang terkait di dunia sehingga telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang diunggulkan Indonesia untuk sumber devisa Negara.
BAB 3. Tinjauan Tanaman Nilam: membahas detail mengenai manfaat dan potensi Nilam di Indonesia serta membahas bagaimana ciri khas dan karakter serta jenis-jenisnya yang dimiliki tanaman nilam seperti layaknya tanaman lain di Indonesia dimana pengenalan tanaman nilam sangat penting dilakukan mengingat saat ini nilam telah menjadi bahan baku unggulan ekspor minyak Indonesia.
BAB 4. Struktur Organisasi: membahas dan menganalisis profil perusahaan yang terdiri dari visi, misi, dan tujuan.
BAB 5. Analisis Aspek Sumber Daya Manusia: membahas tujuan dan sasaran bagian sumber daya manusia serta menganalisis struktur organisasi, budaya dan pola kepemimpinan, dalam rangka perencanaan dan pengelolaan sumber daya manusia yang ada di perkebunan.
BAB 6. Analisis Aspek Operasional: membahas proses dan persiapan bagian operasi perkebunan nilam serta menganalisis aktivitas penanaman dan panen perkebunan serta pemenuhan permintaan terhadap daun kering nilam.
BAB 7. Analisis Aspek Finansial: membahas tujuan dan sasaran keuangan serta menganalisis kelayakan investasi yang dilakukan.
BAB 8. Kesimpulan dan Saran: membahas mengenai kesimpulan dan saran dari layak atau tidaknya bisnis ini dijalankan selaras dengan yang telah di bahas pada analisis-analisis sebelumnya.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 15:59:00