Cari Kategori

TESIS KESIAPAN GURU MATEMATIKA SMP DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI KOTA X

(KODE : PASCSARJ-0025) : TESIS KESIAPAN GURU MATEMATIKA SMP DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI KOTA X (PRODI : PENDIDIKAN MATEMATIKA)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seiring waktu perubahan kurikulum ke arah yang lebih sempurna terus dilakukan oleh pemerintah. Kurikulum terbaru yang dikeluarkan pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan ini sebenarnya adalah penyempurnaan dari Kurikulum 2004. KTSP harus dilaksanakan mulai tahun 2007 sebagaimana diamanatkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) telah menyelesaikan Standar Isi dan Standar Kelulusan kemudian dikukuhkan menjadi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Ketentuan Pelaksanaannya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dikeluarkan pemerintah tahun 2004. Namun pelaksanaan kurikulum 2004 sendiri masih belum seperti yang diharapkan. Menurut Sugiyem (2006 : 76-77) kendala dari pelaksanaan kurikulum 2004 untuk mata pelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Gunungkidul di antaranya adalah masih rendahnya motivasi di kalangan guru Matematika untuk melaksanakan kurikulum Matematika secara benar. Pada umumnya guru terlanjur menyukai rutinitas dan tidak mudah untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan perkembangan meskipun secara teori seharusnya mereka mampu untuk melakukan perubahan.
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus dilaksanakan mulai tahun 2007 yang telah ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. Jadi mau tidak mau, siap tidak siap pada tahun 2007 semua komponen pendidikan harus menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pertanyaan yang muncul adalah apabila kurikulum terdahulu saja belum terlaksana dengan benar bagiamana kesiapan guru Matematika dalam melaksanakan kurikulum terkini ?
Tentunya dalam awal pelaksanaan KTSP sendiri menghadapi berbagai masalah dan kendala di lapangan. Namun perubahan ini harus dipahami dan dilaksanakan oleh berbagai pihak karena kurikulum memiliki kedudukan yang strategis dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran yang menentukan proses dan hasil pendidikan.
Menurut Indri Yuli Widya Rulanti (2008 : 78) kendala dari pelaksanaan KTSP untuk mata pelajaran Matematika di SMK jurusan Bisnis Manajemen di Kabupaten Magetan adalah siswa belum siap belajar dengan tuntutan KTSP yang menekankan kepada keaktifan siswa pada proses pembelajaran dan guru kesulitan dalam mencari materi bahan ajar karena terbatasnya materi bahan ajar untuk SMK jurusan Bisnis Manajemen serta minimnya literature terkini yang dapat digunakan guru untuk memperluas wawasan pembelajaran.
Matematika merupakan salah satu bagian dari kurikulum. Sehingga kurikulum matematika sendiri harus menyesuaikan dengan perubahan kurikulum yang ada saat ini. Dengan adanya perubahan kurikulum Matematika maka semua unsur pelaksana kurikulum tentunya harus mempunyai kesiapan dalam pelaksanaannya. Guru sebagai tokoh utama dalam pelaksanaan kurikulum harus mampu menyesuaikan dengan perubahan yang ada. Seperti halnya manusia lain guru juga tidak mudah berubah, karena telah terbiasa dengan cara-cara yang lama. Guru cenderung bersifat konsrvatif. Untuk menyesikaikan diri dengan perubahan maka perlu timbul kebutuhan dan motivasi untuk menerima perubahan yang dapat memberi perbaikan. Setiap guru mempunyai reaksi individual terhadap perubahan kurikulum. Pada umumnya guru akan bersikap kritis dan menilai apakah perubahan itu hanya bersifat teori, apakah dapat dilakukan dalam kelasnya, atau menganggap cara yang lama lebih bermanfaat dari yang baru atau terlampau banyak menuntut waktu dan tenaga.
Dalam perubahan kurikulum hendaknya diselidiki sikap dan reaksi guru terhadap perubahan. Perubahan hendaknya diterima dengan rasa komotmen agar berhasil baik. Guru memiliki pandangan sendiri tentang kurikulum dan keberhasilan perubahan tergantung pada kesesuaian dan nilai-nilai guru serta taraf partisipasinya dalam perubahan tersebut.
Dalam perubahan kurikulum maupun dalam pembinaan kurikulum hendaknya bekerja dalam pola yang terdiri atas komponen-komponen kurikulum. Setiap kurikulum memuat empat komponen, yaitu; 1) Tujuan, 2) Kegiatan atau pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, 3) Pengetahuan, yaitu isi atau bahan pelajaran yang diperoleh dan digunakan dalam proses belajar, 4) Penilaian atau evaluasi hasil belajar.
Kesiapan guru matematika SMP dalam melaksanakan KTSP dapat dilihat dari pengelolaan pembelajaran yang terdiri atas : (a) menyusun rencana pembelajaran yang meliputi : mampu membuat silabus, program tahunan, program semester, rencana pembelajaran dan perangkat pembelajaran lain yang dibutuhkan, (b) pelaksanaan interaksi belajar terdiri dari : memahami materi pelajaran, memilih alat peraga yang tepat dan memilih metode mengajar yang sesuai dengan masing-masing pokok bahasan, (c) penilaian prestasi belajar peserta didik dalam arti mampu melakukan evaluasi baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil pembelajaran, (d) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik (Depdiknas, 2007 : 18-19).

B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini dilakukan dalam rangka melihat kesiapan guru matematika dalam peaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun masalah yang dapat diidentifikasikan dalam penelitian ini adalah :
1. Tidak semua guru matematika memahami Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Adanya perbedaan pemahaman tentang profesi guru Matematika.
3. Masih banyak guru Matematika yang tidak menyiapkan perangkat mengajar secara lengkap.
4. Adanya kekhawatiran guru Matematika dalam pengembangan Silabus (Analisis Materi Pengajaran) pada KTSP.
5. Masih banyak guru yang belum siap melaksanakan KTSP.

C. Pembatasan Masalah
Penelitian dengan judul guru matematika SMP di Kota X dalam pelaksanaan KTSP dibatasi pada bagaimana kesiapan guru dalam:
1. Menyusun rencana pembelajaran yang meliputi : a) membuat silabus, b) program tahunan, c) program semester, dan d) rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari : a) memahami materi pelajaran, b) memilih media pembelajaran yang tepat, dan c) memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar.
3. Penilaian prestasi belajar peserta didik yang meliputi : a) evaluasi proses, dan b) evaluasi hasil pembelajaran.
4. Pelaksanaan tindak lanjut penilaian prestasi belajar peserta didik yang meliputi: a) perbaikan hasil penilaian prestasi belajar, dan b) pengayaan bagi peserta didik yang telah tuntas belajar.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kesiapan guru dalam menyusun rencana pembelajaran?
2. Bagaimana kesiapan guru dalam kegiatan pembelajaran?
3. Bagaimana kesiapan guru dalam pelaksanaan penilaian prestasi belajar peserta didik?
4. Bagaimana kesiapan guru dalam pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana :
1. Kesiapan guru matematika SMP di Kota X dalam menyusun rencana pembelajaran
2. Kesiapan guru matematika SMP di Kota X dalam kegiatan pembelajaran
3. Kesiapan guru matematika SMP di Kota X dalam pelaksanaan penilaian prestasi belajar peserta didik
4. Kesiapan guru matematika SMP di Kota X dalam pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar

F. Manfaat Penelitian
1. Bagi dinas pendidikan pemuda dan olah raga kota X, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang bagaimana yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru yang berprofesi sebagai guru matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP), sehingga dapat memberikan solusi terbaik dalam peningkatan kualitas guru Matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota X.
2. Bagi pengawas, penelitian ini diharapkan dapat memerikan masukan tentang pelaksanaan pembelajaran matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga pelaksanaan pembelajaran matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga pelaksanaan pembelajaran berikutnya menjadi lebih baik.
3. Bagi kepala sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang apa yang sudah dilaksanakan oleh guru dalam rangka menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk mata pelajaran matematika.
4. Bagi guru, sebagai tenaga terampil yang berhubungan langsung dengan peserta didik, penelitian ini bermanfaat sebagai alat evaluasi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dan sebagai alat evaluasi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dan sebagai informasi untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
5. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat memberikan tambahan pengetahuan tentang kurikulum yang baru saja diperoleh terutama untuk pelajaran matematika sekaligus sebagai sarana bagi mereka untuk dapat memberikan penilaian bagi guru matematika di sekolah mereka.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 13:47:00

TESIS KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI

(KODE : PASCSARJ-0024) : TESIS KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI (PRODI : PENDIDIKAN MATEMATIKA)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya alam yang banyak dan melimpah pada suatu negara belum merupakan jaminan bahwa negara tersebut akan makmur, jika pendidikan sumber daya manusianya terabaikan. Suatu negara yang memiliki sumber daya alam yang banyak jika tidak ditangani oleh manusia yang berkualitas maka pada suatu saat akan mengalami kekecewaan.
Upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia merupakan tugas besar dan memerlukan waktu yang panjang. Meningkatkan sumber daya manusia tidak lain harus melalui proses pendidikan yang baik dan terarah. Masa depan suatu negara sangat ditentukan oleh bagaimana negara tersebut memperlakukan pendidikan.
Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan, pendidikan merupakan aspek yang sangat penting karena dengan pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang terampil, kreatif dan inovatif. Untuk membentuk sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan jaman diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menekankan pada proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pendidikan formal yang dilakukan di sekolah-sekolah sampai sekarang tetap merupakan lembaga pendidikan utama yang merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia dengan didukung oleh pendidikan dalam keluarga dan masyarakat.
Pada kenyataannya mutu pendidikan kita saat ini masih rendah. Jika hal ini dibiarkan dan berlanjut terus maka lulusan kita sebagai generasi penerus bangsa akan sulit bersaing dengan lulusan dari negara lain. Lulusan yang dibutuhkan tidak sekedar mampu mengingat dan memahami informasi saja tetapi harus dapat menerapkan secara kontekstual melalui beragam kompetisi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan perubahan paradigma dalam pembelajaran, yaitu dari teacher centered learning beralih ke student centered learning.
Matematika sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah adalah sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam diri peserta didik. Demikian pula matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan matematika diperlukan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari. Karena itulah, peserta didik perlu memiliki pengetahuan matematika yang cukup untuk menghadapi masa depan.
Menyadari akan pentingnya peranan matematika, baik dalam penataan nalar dan pembentukan sikap maupun dalam penggunaan matematika, maka peningkatan prestasi belajar matematika di setiap jenjang pendidikan perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Oleh karena di dalam memasuki era globalisasi dan tinggal landas pembangunan nasional, semakin terasa adanya tuntutan yang tinggi akan kualitas manusia Indonesia.
Pada saat ini masih banyak dijumpai prestasi matematika di sekolah-sekolah mulai tingkat SD, SLTP, SMA maupun SMK yang masih rendah. Padahal nilai matematika memegang peranan penting dalam menentukan syarat kelulusan siswa karena matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang di ujikan pada ujian nasional. Rendahnya nilai matematika siswa disebabkan oleh sebagian besar siswa menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan kurang diminati karena banyak memuat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sukar dipelajari. Juga memuat banyak rumus-rumus dan hitungan-hitungan dalam pemecahan masalah yang rumit.
Dengan mengetahui masalah seperti tersebut di atas maka sebagai guru matematika perlu memahami dan mengembangkan berbagai metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika. Guru hendaknya dapat menyusun program pengajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian penghayatan terhadap matematika akan lebih mantap dan dapat menghilangkan anggapan siswa bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit.
Salah satu penyebab prestasi matematika siswa masih rendah adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang terdapat dalam matematika dan masih sulitnya siswa berkomunikasi secara matematik. Hal ini dikarenakan guru pada waktu mengajar belum menggunakan metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa berpikir dan melibatkan siswa secara aktif. Masih banyak guru dalam mengajar menggunakan metode pembelajaran secara konvensional, yaitu suatu metode pembelajaran yang berpusat pada guru.
Guru dalam mengajar untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara lisan atau ceramah, diselingi dengan tanya jawab dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah. Dalam metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru dari pada siswa sebagai peserta didik sehingga siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa hanya mendengarkan, memperhatikan dan mencatat apa yang diterangkan oleh guru, sehingga siswa tidak terlatih untuk berpikir mengembangkan ide untuk lebih memantapkan pemahaman tentang suatu konsep. Kenyataan lainnya adalah sering dijumpai sehari-hari di kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung banyak siswa yang belum belajar tentang materi yang akan diajarkan oleh guru.
Masih ada guru yang terpaku pada satu metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar secara terus menerus tanpa pernah memodifikasinya atau menggantikannya dengan metode lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai berbeda. Hal ini dapat mengakibatkan pencapaian tujuan pembelajaran oleh para siswa tidak optimal. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Pada pembelajarn matematika hendaknya disesuaikan dengan kekhasan pokok bahasan/subpokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa.
Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendorong siswa berpikir dan meningkatkan pemahaman siswa akan pelajaran matematika adalah metode pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Metode pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) adalah metode pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa. Pada metode pembelajaran TTW ini siswa terdorong untuk berpikir dan terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar. Siswa didorong untuk berpikir dengan cara menyuruh siswa membaca teks materi pelajaran, kemudian membuat catatan tentang ide yang diperoleh dari proses membaca. Tahap ini merupakan aktivitas siswa pada think. Catatan yang telah dibuat nantinya akan dibawa ke forum diskusi kelompok untuk dibacakan, dijelaskan dan dibagikan idenya kepada teman kelompoknya. Tahap ini merupakan cara komunikasi siswa dalam matematika dan merupakan aktivitas siswa pada talk. Kemudian setelah diskusi selesai setiap siswa mengungkapkan hasil diskusinya melalui tulisan. Berdasarkan tulisan yang telah dibuat siswa dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari. Tahap ini merupakan aktivitas siswa pada write.
Selain metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar, terdapat faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Salah satu faktor lain tersebut adalah motivasi belajar siswa. Motivasi merupakan faktor internal yang dimiliki oleh setiap siswa dan sangat mempengaruhi dalam mencapai prestasi belajar. Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri siswa agar berperilaku mau mengikuti pembelajaran untuk mencapai tujuan seperti apa yang kita kehendaki atau dapat diartikan sebagai usaha memberikan dorongan yang dilakukan oleh guru terhadap muridnya dengan tujuan agar mereka mau belajar dengan rasa penuh kesadaran, semangat tinggi, keikhlasan untuk mencapai tujuan organisasi sekolahan.
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat membuat siswa lebih kreatif. Dengan demikian akan tercipta pembelajaran yang lebih menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif. Pembelajaran tidak hanya sekedar menekankan pada penguasaan pengetahuan (logos), tetapi terlebih pada penekanan internalisasi tentang apa yang dipelajari, sehingga terbentuk dan terfungsikan sebagai milik nurani siswa yang berguna dalam kehidupannya (etos). Motivasi belajar seperti ini akan tercipta jika guru mengkondisikan situasi pembelajaran yang tidak membosankan. Melalui motivasi belajarnya, guru dan siswa mengkondisikan pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktivitas yang menyenangkan. Jadi motivasi belajar yang efektif dan efisien adalah memotivasikan para siswa untuk belajar giat berdasarkan kebutuhan ilmu mereka masing-masing secara memuaskan, yakni kebutuhan akan pengetahuan yang cukup bagi keperluan siswa, kebahagiaan hidup, kemajuan diri dan sebagainya.
Berdasarkan latar belakang seperti yang dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan metode pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dalam pembelajaran matematika berdasarkan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.

B. Identifikasi Masalah
1. Masih rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang terdapat pada pelajaran matematika sehingga siswa kesulitan dalam belajar matematika dan berakibat prestasi matematika siswa menjadi rendah.
2. Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar matematika sehingga diperlukan metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa berpikir dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan pemahaman matematika. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep matematika adalah metode Think-Talk-Write.
3. Masih rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar matematika siswa.
4. Pada penerapan metode pembelajaran matematika dengan metode TTW diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga prestasi belajar matematika siswa juga akan meningkat.

C. Pembatasan Masalah
1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada metode pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) untuk kelompok eksperimen dan metode pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol.
2. Motivasi belajar siswa adalah petunjuk pada tingkah laku belajar yang menggerakkan aktivitas belajar pada siswa. Motivasi belajar siswa dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu tinggi, sedang dan rendah.
3. Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksud adalah hasil belajar siswa pada pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan yang telah dicapai pada akhir penelitian ini.
4. Pada penelitian ini metode pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dan Konvensional diberikan pada siswa SMK dengan jurusan Mesin, Listrik, Elektro dan Bangunan.

D. Perumusan Masalah
1. Apakah prestasi belajar matematika pada siswa yang mendapatkan metode pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan dengan metode pembelajaran Konvensional?
2. Apakah prestasi belajar matematika pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi sedang dan rendah serta siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai rendah? 3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika?

E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbedaan prestasi matematika bagi siswa yang menggunakan metode pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dengan metode pembelajaran Konvensional.
2. Mengetahui perbedaan prestasi matematika bagi siswa yang mempunyai tingkat motivasi belajar yang berbeda.
3. Mengetahui interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.

F. Manfaat Penelitian
1. Memberi masukan pada guru atau calon guru matematika dalam menentukan strategi mengajar yang sesuai dengan materi ajar, sebagai alternatif untuk memberi variasi dalam pembelajaran.
2. Bahan pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru matematika.
3. Bahan masukan bagi guru dan siswa bahwa motivasi belajar siswa memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa.
4. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta tambahan referensi bagi guru matematika dan guru mata pelajaran lainnya guna memperluas wawasan pembelajarannya.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 13:46:00

TESIS HUBUNGAN MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VI SDN X

(KODE : PASCSARJ-0021) : TESIS HUBUNGAN MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VI SDN X (PRODI : BAHASA INDONESIA)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP (2007 : 73) di Sekolah Dasar, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Bangsa Indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek : mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Kemampuan atau keterampilan berbicara merupakan bagian dari pengajaran bahasa Indonesia Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar (2007 : 74) dijelaskan bahwa tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
Esensi bahasa adalah berbicara (berkomunikasi). Bahasa saat ini merupakan sesuatu yang dianggap penting akan keberadaannya dan peranannya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang bisa dinikmati oleh semua makhluk di belahan bumi ini, karena dengan bahasa, kita akan mengetahui berbagai macam informasi.
Bloomfield (1977 : 42) mengatakan bahwa semua aktivitas manusia yang terencana didasarkan pada bahasa. Bahasa sendiri mempunyai bentuk dasar berupa ucapan atau lisan. Jadi jelas bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi, dan komunikasi itu adalah berbicara.
Hal senada disampaikan oleh Bygate (1987 : 26) bahwa dalam berbicara sesorang harus mempunyai pengetahuan keterampilan perspektif motorik, dan keterampilan interaktif. Maka, agar dapat bercerita dengan baik seseorang harus mempunyai kompetensi kebahasaan yang memadai serta unsur-unsur yang menjadi syarat agar proses berbicaranya dapat lancar, baik dan benar. Unsur-unsur tersebut adalah lafal, intonasi, ejaan, kosakata dan sebagainya.
Sementara itu kemampuan atau keterampilan berbicara, dianggap sebagai salah satu kemampuan berbahasa yang dijadikan tolok ukur dalam menentukan kualitas kemampuan berpikir seseorang. Berbicara merupakan ekspresi dari gagasan-gagasan seseorang yang menekankan komunikasi yang bersifat dua arah, yaitu memberi dan menerima.
Apabila dicermati dalam keseharian, tidak semua siswa dalam berbicara memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain. Kemampuan itu adalah kemampuan dalam menyelaraskan atau menyesuaikan dengan tepat antara apa yang ada dalam pikiran atau perasaannya dengan apa yang diucapkannya, sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat memiliki pengertian dan pemahaman yang sama atau pas dengan keinginan si pembaca.
Pada hakikatnya, siswa telah menyadari bahwa kemampuan berbicara merupakan sarana untuk berkomunikasi, atau bekal melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Namun perlu diketahui bahwa setiap mendapat tugas berbicara siswa seringkali mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut dapat berupa kesulitan dalam pemilihan kosakata yang tepat, kurang lancar berbicara, maupun kurang jelas dalam mengungkapkan gagasannya.
Kosakata sebagai salah satu unsur bahasa memegang peranan penting dalam kegiatan berbicara. Melalui kata-kata, kita dapat mengekspresikan pikiran, gagasan, serta perasaan terhadap orang lain.
Keluhan tentang rendahnya keterampilan berbicara siswa, juga sering dilontarkan oleh beberapa guru Sekolah Dasar (SD). Padahal di jenjang Sekolah Dasar inilah merupakan awal dan dasar dalam pembinaannya. Namun, di sisi lain berdasarkan kondisi objektif yang ada harus diakui bahwa guru atau pengajar kurang intensif terhadap penanganan pembelajaran berbicara. Pemilihan metode yang kurang tepat, pengelolaan pembelajaran yang kurang optimal, rendahnya kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk berlatih dalam mengutarakan pendapatnya merupakan penyebab lain dari kegagalan siswa dalam berbicara.
Apabila dicermati lebih mendalam, faktor dalam diri siswa sebagai faktor dominan dalam pembelajaran berbicara. Faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya keterampilan berbicara adalah rendahnya pengetahuan tentang kaidah bahasa yang berlaku, minimnya penguasaan kosakata siswa, dan terbatasnya pengetahuan atau pengalaman yang akan disampaikan kepada lawan bicara atau pendengar. Selaras dengan hal tersebut, Henry Guntur Tarigan (1993 : 2) mengatakan bahwa kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi keterampilan berbicara adalah minat membaca. Minat membaca yang tinggi, siswa akan senang membaca dan pada gilirannya siswa memperoleh sejumlah konsep, pengetahuan, maupun teknologi. Dengan perolehan seperti itu akan mendukung siswa untuk terampil berbicara.
Satu di antara beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terwujudnya minat membaca yang tinggi adalah peranan perpustakaan sekolah. Perpustakaan sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan harus benar-benar dapat memainkan peranannya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa perpustakaan merupakan jantung sekolah. Sekolah yang perpustakaannya hidup akan berkembang pesat dan lebih maju, sebaliknya sekolah yang perpustakaannya mati, pengembangan ilmu pengetahuan dari sekolah tersebut juga akan terhambat. Seiring dengan keberadaan perpustakaan sekolah, pemerintah menaruh perhatian terhadap perkembangannya. Oleh karena itu digalakkan lomba perpustakaan sekolah. Semua itu untuk mendukung terciptanya pembelajar yang cerdas, terampil dan berkualitas.
Kegiatan membaca dapat bermakna dan berkualitas apabila didorong oleh minat membaca yang tinggi. Sayangnya, tidak semua siswa mempunyai minat membaca yang tinggi. Minat membaca yang rendah diduga sebagai pemicu rendahnya penguasaan kosakata. Dengan demikian siswa yang minat bacanya rendah akan rendah pula penguasaan kosakatanya. Hal itu akan berlanjut pada kegiatan berbahasa yang lain yang berbentuk berbicara.
Henry Guntur Tarigan (1984 : 53), menyatakan bahwa tanpa kemampuan berbicara yang memadai, siswa tidak dapat mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan baik. Keterampilan berbicara siswa tidak dapat dimiliki dengan tiba-tiba, tetapi harus melalui latihan yang teratur.
Mengacu beberapa perkiraan-perkiraan jawaban di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian guna menguji ada tidaknya hubungan signifikan antara minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara.
Untuk itu, penelitian ini bertolak dari anggapan bahwa minat membaca berpengaruh terhadap keterampilan berbicara. Keduanya diduga mempunyai hubungan yang sangat erat. Selain itu penguasaan kosakata seseorang juga dianggap berpengaruh terhadap keterampilan berbicara sehingga antara minat membaca, penguasaan kosakata, dan keterampilan berbicara saling berhubungan dan mempengaruhi.

B. Identifikasi Masalah
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh siswa. Namun demikian masih banyak keluhan tentang ketidakmampuan siswa berkomunikasi dengan lancar dan baik.
Berdasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keterampilan berbicara siswa ?
Apakah pengajaran bahasa Indonesia di sekolah benar-benar sudah mencakup beberapa keterampilan berbahasa ?
Apakah minat membaca dan penguasaan kosakata siswa berpengaruh terhadap keterampilan berbicara ?
Adakah faktor-faktor lain mempengaruhi keterampilan berbicara siswa ?
Apakah setiap siswa dalam berinteraksi menyebabkan rendahnya nilai berbicara ?
Apakah faktor lingkungan keluarga dan masyarakat sudah mendukung kegiatan berbicara siswa ?
Sejauh mana peranan perpustakaan sekolah dalam membangkitkan motivasi membaca siswa ?

C. Pembatasan Masalah
Berhubung banyak masalah yang timbul, maka dalam penelitian ini perlu dibatasi. Hal ini dimaksudkan agar lebih tajam dan mendalam dalam pembahasannya. Adapun masalah dalam penelitian ini dibatasai pada : Keterampilan berbicara khusunya berpidato dan kaitannya dengan minat membaca dan penguasaan kosakata.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Adakah hubungan antara minat membaca dengan keterampilan berbicara ?
2. Adakah hubungan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara ?
3. Adakah hubungan antara minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi ada tidaknya hubungan antara minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 X di Kecamatan X Kabupaten X.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya :
a. hubungan antara minat membaca dengan keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN X;
b. hubungan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN X;
c. hubungan antara minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara siswa kelas VI SDN X.

F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis kepada guru khusunya guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan kepada siswa SDN X, Kecamatan X, Kabupaten X serta para pembaca pada umumnya.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
a. memberikan informasi tentang ada tidaknya hubungan signifikan antara minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
b. memberikan masukan tentang sejauh mana hubungan antara minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara.
c. memberikan sumbangan kepada teori pembelajaran tentang berbicara serta variabel-variabel yang mendukung keterampilan berbicara.
d. menambah wawasan ilmu khususnya bidang pembelajaran bahasa Indonesia sehingga mendorong peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
a. Siswa
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah untuk mengetahui kemampuannya dalam hal keterampilan berbicara, minat membaca dan penguasaan kosakata sehingga mereka dapat mengukur kemampuannya.
b. Guru
Sebagai bahan pertimbangan tentang arti penting minat membaca dan penguasaan kosakata siswa bagi pengembangan keterampilan berbicara, sehingga mendorong para guru untuk mengajarkan empat keterampilan berbahasa secara merata.
Memberi masukan kepada guru bahasa Indonesia tentang komponen-komponen bahasa dan komponen lainnya yang mendukung keterampilan berbicara bahasa Indonesia.
Memberikan masukan kepada guru bahasa Indonesia dalam menentukan strategi pembelajaran berbicara yang tepat sehingga tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dapat tercapai.
c. Kepala Sekolah
Manfaat penelitian ini bagi kepala sekolah adalah untuk memberikan dorongan kepada guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar menerapkan pembelajaran yang integral.
d. Pengelola Pendidikan
Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kondisi faktual pembelajaran keterampilan berbicara di SD, khususnya di SDN X Kecamatan X Kabupaten X. Untuk pengembangannya, tambahan buku bacaan baru sangat diperlukan guna membangkitkan motivasi siswa dalam membaca.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 13:43:00

TESIS HUBUNGAN ANTARA KESEHATAN MENTAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI X

(KODE : PASCSARJ-0020) : TESIS HUBUNGAN ANTARA KESEHATAN MENTAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI X (PRODI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia begitu kompleks, selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan tersebut. Hal ini erat hubungannya dengan masalah pendidikan dan pengajaran. Dalam mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pembelajaran, yang salah satunya, tujuan pembelajaran akan dapat tercapai apabila si pebelajar memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Kehidupan manusia adalah dinamis, setiap orang dalam hidupnya selalu didorong oleh keinginan-keinginan yang harus dipuaskan. Dalam hidupnya ia selalu berjuang untuk memperoleh makanan, kehangatan, afeksi, kepuasan seks, keamanan ekonomi dan emosional, penghargaan dsb. Hal ini seperti dikemukakan oleh Maslow, sebagai aktualisasi diri.
Di sisi lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia memerlukan orang lain. Sehingga dalam menjalin hubungan sosial manusia harus dapat saling memberi dan menerima satu dengan yang lain. Dalam interaksi sosial juga diperlukan toleransi antar sesama agar tidak terjadi hal yang merugikan atau menyakitkan pihak lain. Untuk itu perlu adanya penyesuaian diri dengan orang lain ataupun lingkungan. Sebagian orang memiliki ketahanan psikis yang berbeda-beda, kebiasaan yang berbeda dan latar belakang sosial yang berbeda pula. Ini akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Sunarto dan Ny. B Agung Hartono (2006 : 221) menyebutkan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan pada umumnya, tujuan pendidikan pada khususnya diperlukan sikap disiplin. Kedisiplinan seseorang terkadang dirasakan sebagai sesuatu yang membelenggu diri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Disamping disiplin sangat bermanfaat bagi diri seseorang juga memberikan kontribusi dalam pergaulan dengan orang lain. Karena biasanya seseorang akan merasa kecewa terhadap perilaku yang tidak disiplin dari orang lain.
Kedisiplinan di kalangan pelajar pada sebagian pelajar cenderung kurang. Hal ini dapat kita lihat adanya siswa yang datang terlambat di sekolah, tidak masuk tanpa ijin, membolos dari sekolah, tidak mengerjakan tugas sekolah dsb. Timbul pertanyaan dalam benak kita, bagaimana motivasi belajar bagi siswa-siswa yang melakukan tindak indisipliner tersebut ?.
Tertarik pada permasalahan tersebut dan sesuai dengan bidang tugas penulis sebagai Guru Pembimbing ( konselor ) penulis memberanikan diri untuk mencoba mengadakan penelitian dengan tema kedisiplinan. Adapun judul yang penulis pilih adalah :
“HUBUNGAN ANTARA KESEHATAN MENTAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI DI KECAMATAN X KABUPATEN X TAHUN PELAJARAN XXXX/XXXX”

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah di depan, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
Kesehatan mental adalah kondisi jiwa dimana seseorang dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain dan dengan lingkungan dimana ia berada. Perilaku orang yang sehat mentalnya ; ceria, percaya diri, humoris, bahagia, memiliki keseimbangan emosi dsb. Dalam kaitannya dengan kedisiplinan siswa yang sehat mentalnya akan mampu menyesuaikan diri terhadap diri sendiri, orang lain dan dengan aturan yang ada di sekolah. Senantiasa ada kepatuhan dalam dirinya terhadap praturan yang ada dan dimanifestasikan dalam bentuk sikap dalam pergaulan.
Motivasi belajar adalah dorongan untuk melakukan aktivitas belajar untuk berprestasi atau mencapai kompetensi. Dorongan itu dapat bersumber murni dari siswa yang disebut instrinsik, atau karena rangsangan dari luar diri siswa yang disebut ekstrinsik.
Motivasi merupakan proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. ( Wahjosumidjo, 1984 : 174 ).
a. Sebagai proses psikologis dalam bentuk sikap, kedisiplinan akan ikut mewarnai bentuk sikap tesebut. Apakah ia suka gerak cepat atau perlahan-lahan asal sampai, suka ketertiban atau masa bodoh, dsb.
b. Sebagai proses psikologis dalam bentuk sikap, kesehatan mental juga ikut mempengaruhi bentuk sikap yang ditampilkan. Apakah ia minder, tegar, emosional, merasa bahagia, dapat bertanggung jawab, dsb.
3. Kedisiplinan adalah sikap mematuhi peraturan yang ada dan melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada. Dalam konteks kedisiplinan siswa, adalah kepatuhan terhadap aturan yang ada di sekolah, meliputi :
a. Kepatuhan terhadap tata tertib sekolah untuk tidak melakukan kegiatan yang dilarang oleh sekolah.
b. Kepatuhan melaksanakan kegiatan-kegiatan di sekolah ; hadir di sekolah tepat waktu, mengikuti kegiatan - kegiatan sekolah ( upacara, SKJ, ekstra kurikuler, dsb.) dan mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Dalam kaitannya dengan motivasi belajar, siswa yang berdisiplin tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang dilarang oleh sekolah, karena hal itu akan menyurutkan motivasi belajarnya. Disamping hal tersebut ia akan melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan ketentuan sekolah ; ia tidak menunda-nunda pekerjaan/tugas yang diberikan oleh sekolah, ia berani bersaing secara positif dalam meraih prestasi. Keberhasilannya akan menimbulkan kepuasan sehingga lebih mendorong penyelesaian tugas-tugas berikutnya. Dari uraian identifikasi masalah di atas, maka muncul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah siswa yang sehat mentalnya akan memiliki kedisiplinan yang tinggi ?
2. Apakah siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi juga memiliki kedisiplinan yang tinggi ?
3. Apakah siswa yang memiliki kesehatan mental dan motivasi belajar yang tinggi akan memiliki kedisiplinan yang tinggi ?

C. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesesatan dalam pemahaman terhadap hasil penelitian, penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini terbatas pada :
1. Variabel penelitian :
Banyak aspek yang berhubungan dengan kedisiplinan, namun penulis batasi pada :
a. Variabel kesehatan mental
b. Variabel motivasi belajar
c. Variabel kedisiplinan
2. Waktu penelitian
Penelitian ini terbatas pada tahun pelajaran XXXX/XXXX
3. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Kecamatan X yang terdiri dari SMA Negeri 1 X dan SMA Negeri 2 X. Sasaran penelitian siswa kelas XI.

D. Perumusan Masalah
Dari beberapa pertanyaan dalam identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kesehatan mental dengan kedisiplinan siswa ?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan kedisiplinan siswa?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kesehatan mental dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama dengan kedisiplinan siswa ?

E. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah tersebut maka dalam penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kesehatan mental dengan kedisiplinan siswa.
2. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan kedisiplinan siswa
3. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kesehatan mental dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama dengan kedisiplinan siswa.

F. Manfaat Penelitian.
Temuan-temuan dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat teoritis :
a. Apabila ditemukan hubungan yang signifikan antara kesehatan mental dan motivasi belajar siswa dengan kedisiplinan, akan merupakan temuan untuk menambah khasanah dunia ilmu.
b. Merupakan langkah awal untuk penelitian selanjutnya tentang aspek psikologis meliputi variabel kesehatan mental, motivasi belajar dan kedisiplinan.
2. Manfaat praktis :
a. Bagi guru
Khususnya guru BK dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan cara menjaga dan mengembangkan kesehatan mental dan kedisiplinan siswa.
b. Bagi siswa
Menyadari betapa pentingnya kesehatan mental dan motivasi belajar untuk mengembangkan kedisiplinan.
c. Bagi Sekolah
Dapat merekomendasikan dan memfasilitasi tentang pentingnya kesehatan mental, motivasi belajar siswa dan kedisiplinan.
d. Bagi orang tua/wali siswa
Dapat membantu putra-putrinya menciptakan kondisi yang kondusif tentang kesehatan mental, kedisiplinan dan motivasi belajar putra-putrinya.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 13:41:00

TESIS HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN KERJA, MOTIVASI KERJA, DAN PERSEPSI GURU TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SLB DI KAB X

(KODE : PASCSARJ-0019) : TESIS HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN KERJA, MOTIVASI KERJA, DAN PERSEPSI GURU TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SLB DI KABUPATEN X (PRODI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dan pengajaran di sekolah merupakan suatu proses kegiatan yang semakin kompleks, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi. Pendidikan perlu diselenggarakan secara optimal untuk menghasilkan lulusan sesuai apa yang kita harapkan. Tak terkecuali bagi siswa Sekolah Luar Biasa.
Penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa adalah yang khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental, sebab tujuan pendidikan luar biasa adalah membantu peserta didik agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan ketrampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. Untuk itu peningkatan kualitas lulusan merupakan misi pokok pendidikan. Sementara itu lulusan sekolah diharapkan menjadi daya manusia yang produktif.
PP No. 72 tahun 1991 bab X pasal 20 ayat (2) menyebutkan : "tenaga pendidik pada satuan pendidikan luar biasa merupakan tenaga kependidikan yang memiliki kualifikasi khusus sebagai guru pada satuan pendidikan luar biasa." Menurut Hasibuan (2001 : 67) pengembangan sumber daya manusia adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral SDM sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.
Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No. 20/2003; pasal 1 : 4).
Pendidikan juga dapat dipandang sebagai kegiatan antisipatoris di masa depan. Artinya, semua kegiatan tersebut untuk menyongsong perkembangan-perkembangan yang diperhitungkan akan terjadi di masa depan (Buchori, 1994 : 44). Sementara masa depan yang akan dihadapi peserta didik penuh dengan tantangan dan persaingan yang semakin komplek dengan semakin canggihnya IPTEK. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk mengembangkan diri dan mengoptimalkan profesionalitas secara memadai dengan mengembangkan disiplin kerja, dan motivasi kerja yang dapat dicontoh peserta didiknya.
Selain tersebut di atas seorang pendidik juga dituntut untuk dapat menciptakan kondisi baru, memotivasi diri dan mengembangkan diri di dalam kehidupan yang berbasis pengetahuan, hingga dapat menghasilkan pengetahuan yang bermakna (useful meaning). Dalam menciptakan pengetahuan yang bermakna (useful meaning knowledge) seorang guru harus mengembangkan diri melalui disiplin kerja, dan motivasi kerja yang seimbang dalam pencapaian kinerja yang profesional.
Seseorang yang profesional akan selalu berpegang pada teori-teori yang berkaitan dengan pekerjaannya. Dalam prakteknya, keahlian dan ketrampilan yang dimiliki diturunkan dan didukung oleh teori-teori, sebab teori dan praktek merupakan suatu perpaduan yang harmonis, bagaikan sisi mata uang. Untuk menghasilkan teori yang sahih, yang akan menyediakan dasar yang kuat bagi teknik-teknik profesional diperlukan penerapan metode ilmiah. Kewenangan profesional menunjukkan adanya otonomi dan tanggung jawab dalam pekerjaan sebagai pendidik.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, terutama bagi pendidikan di perguruan tinggi (UU No. 20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 : 22). Namun dalam satuan pendidikan luar biasa tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar (PP 72 tahun 1991 pasal 20 ayat 1). Adapun tugas utama guru adalah mengajar, membimbing dan melatih peserta didik serta menilai hasil pembelajaran.
Untuk itu, guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang mempunyai peranan dalam proses peningkatan mutu pendidikan serta menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan.
Mengajar bukanlah suatu hal yang mudah karena merupakan proses kegiatan yang sangat komplek. Mengajar perlu direncanakan dengan baik agar mencapai tujuan yang ditetapkan, pelaksanaannya harus ditunjang oleh kemampuan guru dalam menetapkan strategi yang efektif, hasilnya perlu dievaluasi secara obyektif. Di samping mengajar, salah satu masalah yang menuntut perhatian guru di sekolah adalah masalah disiplin kerja. Oleh karena itu, kemampuan profesional dan disiplin kerja seorang guru mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan. Disiplin kerja seorang guru mempunyai pengaruh besar terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Hal ini ditegaskan dalam GBHN (1993 : 97) bahwa salah satu ciri tenaga kerja yang berkualitas adalah disiplin, yang berarti setiap tenaga pelaksana termasuk guru-guru SLB di Kabupaten dan Kota X harus mempunyai disiplin dalam melaksanakan tugasnya.
Sementara disiplin kerja guru dilihat sebagai satu hal yang penting dalam mencapai tujuan pengajaran, tampaknya banyak kesenjangan di lapangan, khususnya yang dihadapi oleh guru-guru SLB di Kabupaten dan Kota X. Pengamatan sementara peneliti melihat banyak guru yang berprestasi, namun tidak sedikit guru yang bekerja tanpa adanya motivasi dan disiplin kerja yang memadai. Hal ini akan memberikan dampak terhadap tugas guru-guru menciptakan disiplin kerjanya dalam mengemban tugas. Di samping itu, juga guru-guru SLB di Kabupaten dan Kota X mempunyai perasaan positif dan negatif terhadap fungsi dan tugasnya. Dimana perasaan positif tersebut muncul karena adanya respon yang diberikan itu memberikan kepuasan pada guru yang bersangkutan, sedangkan munculnya perasaan negatif guru, karena respon yang diberikan itu tidak memberi kepuasan bagi guru tersebut, karena respon yang diberikan itu tidak memberi kepuasan bagi guru tersebut, terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Menurut Indrakusuma (1985 : 105) motivasi kerja (work motivation) adalah sikap atau perasaan yang timbul pada diri seseorang terhadap pekerjaannya dalam rangka memenuhi kebutuhannya yang dapat menyebabkan naik dan turunnya semangat dan kegairahan kerja. Motivasi kerja dapat menjadi positif apabila, merasa senang, cinta, tertarik pada pekerjaan, dan motivasi kerja menjadi negatif apabila benci, bosan dan tertekan. Menurut Stoner (1982 : 92) orang-orang yang berhasil dalam pekerjaannya adalah orang yang rata-rata mempunyai motivasi tinggi.
Dikaitkan dengan profesi keguruan, motivasi kerja guru, menurut Ofoegbu (2005 : 81) dikatakan "has to do with teachers' desire to participate in the pedagogical processes within the school environment. It has to do with teachers' interest in student discipline and control particularly in the classroom." Dengan demikian maka guru yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki keterlibatan tinggi dalam aktivitas persekolahan baik yang bersifat akademik maupun non-akademik.
Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja guru adalah kepemimpinan kepala sekolah. Hal ini dijelaskan oleh Ubben dan Hughes yang menyatakan bahwa "principals could create a school climate that improves the productivity of both staff and students and that the leadership style of the principal can foster or restrict teacher effectiveness" (Kelley, et al., 2005 : 19).
Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru menurut Uben dan Hughes berupa penciptaan iklim sekolah yang dapat memacu atau menghambat efektivitas kerja guru. Hal yang sama dikemukakan oleh Harris, et al., (2003 : 70) yang menjelaskan bahwa peranan kepemimpinan kepala sekolah adalah sebagai "giving the school direction, having an overview, setting standards, and making tough decision."
Sebagai pimpinan suatu instansi pendidikan, kepala sekolah seharusnya merupakan motor penggerak bagi berjalannya proses pendidikan. Akan tetapi fungsi kepemimpinan yang belum menyentuh kebutuhan dasar bagi yang dipimpinnya tentu akan berdampak lain. Kurang berfungsinya kepemimpinan kepala sekolah, kurangnya motivasi dari pimpinan sekolah dapat menjadi penyebab menurunnya mutu pendidikan.
Kepemimpinan Kepala Sekolah yang baik adalah kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kematangan dari guru dan karyawan, yaitu semakin berpengalaman seseorang dalam pekerjaan, semakin matang pula dalam berorganisasi. Gaya kepemimpinan tersebut oleh Hersey dan Blanchard seperti dikutip Robbin (2005 : 49) meliputi empat gaya kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan direktif, konsultatif, partisipatif, dan delegatif.
Gaya kepemimpinan yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dapat mempengaruhi kepuasan kerja dari guru dan karyawan. Dengan kepuasan kerja yang baik dari guru dan karyawan tersebut akan menambah motivasi dan kinerja dari guru dan karyawan dalam menjalankan tugas yang diembannya setiap hari. Pada tahap selanjutnya akan mempengaruhi prestasi dari anak didik, sehingga akan tercapailah tujuan nasional yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka kualitas yang dimiliki kepala sekolah menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan sekolah.
Pentingnya kualitas kepemimpinan kepala sekolah dijelaskan oleh Webb, et al.. Menurut Webb dikatakan bahwa :
"The quality of the head teacher is a crucial factor in the success of the school. ... Good heads can transform a school; poor heads can block progress and achievement. It is essential that we have measures in place to strengthen the skills of all new and serving heads." (Webb, et al., 2006 : 407).
Sementara ditemukan beberapa masalah penting yang berkaitan dengan pekerjaan guru, yaitu : kurangnya minat guru dalam meningkatkan mutu mengajar disebabkan murid-muridnya relatif pasif dalam belajar dan disinyalir ada sebagian guru yang mengajar seadanya, serta kurangnya kedisiplinan dan motivasi guru dalam menjalankan tugasnya, sehingga antusiasme guru memprihatinkan. Sedangkan faktor kinerja guru sangat penting, khususnya dalam pengelolaan pendidikan, disinilah yang menjadi pertanyaan peneliti adalah sejauh mana gambaran kinerja guru dan faktor-faktor yang mempengaruhi, khususnya guru-guru SLB di Kabupaten dan Kota X. Sebab diketahui bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, selain kemampuan guru dan manajerial kepala sekolah, juga faktor yang lain yaitu faktor disiplin kerja dan faktor motivasi kerja yang menentukan juga keberhasilan guru dalam kinerjanya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti lebih memfokuskan kepada sumber masalahnya yaitu bagaimana hubungan antara disiplin kerja, motivasi kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam mengatur kegiatan belajar mengajar dengan kinerja guru, khususnya pada guru-guru SLB di Kabupaten dan Kota X.

B. Identifikasi Masalah
Berhubungan kinerja guru merupakan kualitas perilaku yang berorientasi pada tugas atau pekerjaannya, yakni kualitas belajar dan membelajarkan kepada peserta didik. Kualitas perilaku belajar, membelajarkan merupakan serangkaian perilaku yang dicerminkan dalam kegiatan guru mengajar.
Berkaitan dengan hal tersebut muncul beberapa masalah, antara lain sebagai berikut. Kinerja, dalam Kamus Bahasa Indonesia, adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja (performance) (Poerwodarminto, 1997 : 203). Oleh karena itu, guru yang mempunyai kinerja yang baik atau guru yang profesional memiliki ciri-ciri : (1) Ahli (ekspert), artinya guru tersebut ahli dalam bidang pengetahuan atau ketrampilan yang diajarkan, (2) memiliki rasa tanggung jawab (responsibility) dan otonomi, artinya guru memiliki rasa tanggung jawab moral dan intelektual terhadap ilmu pengetahuan yang diajarkan dan memiliki kemandirian dalam menegakkan prinsip-prinsip pendidikan, (3) memiliki rasa kesejawatan, artinya guru menjunjung tinggi martabat dan kode etik guru, sehingga ia senantiasa berusaha menjaga dan memeliharanya (Suhertian : 1994 : 29).
Bersamaan dengan hal tersebut, seorang guru dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki disiplin kerja dan motivasi kerja untuk merealisasikan tugasnya. Untuk itu dalam penelitian ini hanya mencermati kinerja guru yang berkaitan dengan disiplin kerja dan motivasi kerja.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, timbul beberapa masalah yang sangat kompleks berkaitan dengan kinerja guru, antara lain dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Apakah jarak tempuh yang jauh dari tempat tinggal dengan tempat tugasnya akan mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya?
2. Apakah keharmonisan rumah tangga itu akan mempengaruhi kinerja guru dalam menjalankan tugasnya?
3. Apakah sosial ekonomi yang sudah mapan akan mempengaruhi kinerja guru dalam menjalankan tugasnya?
4. Apakah gaji yang diterima saat ini akan berpengaruh pada kinerja guru dalam menjalankan tugasnya?
5. Apakah disiplin kerja guru mempengaruhi kinerja guru dalam menjalankan tugasnya?
6. Apakah motivasi kerja guru mempengaruhi kinerja guru dalam menjalankan tugasnya?
7. Apakah persepsi guru mengenai gaya kepemimpinan yang ditunjukkan kepala sekolah mempengaruhi kinerja guru dalam menjalankan tugasnya?

C. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini dilaksanakan pada guru-guru SLB di Kabupaten dan Kota X.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam penelitian ini dibatasi pada faktor disiplin kerja, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Dasar pertimbangannya adalah karena :
a. Ketiga faktor tersebut di atas dipandang sebagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap kinerja guru.
b. Adanya keterbatasan pada peneliti sendiri, baik yang berkaitan dengan kemampuan, waktu maupun biaya.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara disiplin kerja dengan kinerja guru pada SLB di Kabupaten dan Kota X?
2. Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru pada SLB di Kabupaten dan Kota X?
3. Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi guru tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru pada SLB di Kabupaten dan Kota X?
4. Apakah terdapat hubungan positif antara disiplin kerja, motivasi kerja dan persepsi guru tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru secara bersama-sama pada SLB di Kabupaten dan Kota X?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan dan untuk mengetahui hubungan antara disiplin kerja, motivasi kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SLB di Kabupaten dan Kota X. Tujuan penelitian ini, dijabarkan lagi menjadi tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menemukan hubungan yang signifikan antara disiplin kerja dengan kinerja guru pada SLB di Kabupaten dan Kota X.
2. Untuk mengetahui dan menemukan hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru SLB di Kabupaten dan Kota X.
3. Untuk mengetahui dan menemukan hubungan yang signifikan antara persepsi guru tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru pada SLB di Kabupaten dan Kota X.
4. Untuk mengetahui dan menemukan hubungan yang signifikan antara disiplin kerja, motivasi kerja dan persepsi guru tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SLB secara bersama-sama di Kabupaten dan Kota X.

F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian minimal memiliki manfaat atau kegunaan secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Apabila ditemukan hubungan yang signifikan antara variabel disiplin kerja, motivasi kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru-guru SLB dapat digunakan sebagai masukan bagi pelaksanaan, baik Kepala Sekolah maupun Kepala Dinas dan Departemen Pendidikan Nasional pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam mengkaji kembali dan sekaligus memperbaiki disiplin kerja, motivasi kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam tugas sebagai pendidik.
b. Diharapkan temuan penelitian ini dapat menjadi informasi masukan pihak-pihak terkait dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas prestasi guru.
c. Diharapkan temuan penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang menaruh minat terhadap penelitian terhadap manajemen sumber daya manusia pendidikan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 13:39:00

TESIS EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STAD TEKNIK PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI SISWA KELAS VII SMPN X

(KODE : PASCSARJ-0017) : TESIS EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STAD TEKNIK PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI SISWA KELAS VII SMPN X (PRODI : MAGISTER PENDIDIKAN)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan adanya kemampuan dari guru yang memiliki dasar-dasar mengajar yang baik. Mengajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Adanya perubahan paradigma pembelajaran yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa, menuntut adanya perubahan unsur-unsur lain yang menunjang dalam pembelajaran tersebut, seperti adanya perubahan kurikulum.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai kurikulum yang ditawarkan diharapkan mampu memberikan kompetensi sesuai dengan tingkat satuan pendidikan yang akan dicapai. Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006, prinsip pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menegakkan lima pilar belajar, yaitu : (1) belajar untuk beriman dan bertagwa kepada Tuhan yang Maha Esa; (2) belajar untuk memahami dan menghayati; (3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; (4) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain; dan (5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut, maka dalam pembelajaran Geografi siswa diharapkan mampu untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di muka bumi, serta diberikan motivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah (Sumaatmadja, 1997 : 12).
Pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila ada keberanian untuk mencari metode serta membangun paradigma baru. Hal ini diperlukan penerapan cara dan metode yang lain yang telah digunakan pada masa lampau. Suatu metode yang telah terbukti mampu mendatangkan hasil baik pada masa lampau belum tentu akan membawa hasil yang sama jika diterapkan di masa kini dan mendatang.
Untuk itulah seorang guru harus melakukan pembaharuan agar dapat memotivasi dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa agar dapat belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Kemampuan guru dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran, keadaan siswa, sarana prasarana serta lingkungan belajar akan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran IPS Geografi di SMP Negeri X selama ini masih menggunakan metode mengajar yang bersifat konvensional yaitu metode ceramah. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru-guru di SMP Negeri X cenderung banyak menekankan kepada hafalan terhadap fakta-fakta, konsep-konsep dan mendasarkan pada kegiatan dalam kelompok. Namun guru jarang melihat apakah semua siswa didalam kelompok tersebut paham terhadap materi yang diajarkan dan mampu mengingat materi pelajaran yang telah di ajarkan tersebut dalam jangka waktu yang lama.
Hal ini mengakibatkan penguasan siswa terhadap mata pelajaran IPS Geografi hanya sampai pada tingkatan verbal dan sebagian siswa memiliki anggapan bahwa mata pelajaran IPS Geografi sebagai mata pelajaran yang membosankan yang pada akhirnya membuat motivasi belajar siswa mempelajari mata pelajaran IPS Geografi menjadi sangat rendah dibandingkan semangat siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang lain seperti matematika, bahasa inggris, dan fisika.
Selain penggunaan metode pembelajaran yang kurang inovatif dalam proses penyampaian materi pelajaran yang mengakibatkan kebosanan dan motivasi belajar siswa menjadi sangat rendah, juga mengakibatkan prestasi belajar siswa turun. Hal ini dapat terlihat dari perolehan hasil nilai akhir (raport) pada akhir semester untuk rata-rata nilai prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Geografi yang selalu menempati urutan bawah pada setiap tahun ajaran dari mata pelajaran yang lain. Rata-rata nilai raport siswa kelas VII pada semester ganjil tahun ajaran XXXX hingga XXXX dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini :

** TABEL SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

Kemampuan dari dalam diri seorang pengajar untuk mengembangkan penggunaan ketrampilan-ketrampilan dan metode-metode kooperatif yang dikembangkan dengan metode mengajar lain, penggunaan alat bantu pembelajaran (media pembelajaran), menganti suasana atau memindahakan tempat proses belajar mengajar serta inovasi-inovasi yang lain sangatlah dituntut sehingga mempermudah siswa menerima serta memahami terhadap materi yang kita sampaikan yang pada akhirnya nanti akan membawa dampak yang positif terhadap perkembangan prestasi belajar siswa.
Manfaat lain bagi siswa antara lain akan meningkatkan motivasi belajar, melatih sikap saling bekerjasama dalam tim, mempunyai rasa tanggung jawab, serta mampu berkompetisi secara sehat baik dalam teman satu kelompok maupun dengan kelompok yang lain. Sifat serta sikap yang demikian ini yang akan mampu membawa pribadi yang berhasil dalam menghadapi tantangan pendidikan yang lebih tinggi yang berorientasi pada kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik akan lebih mudah menemukan serta memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan teman-temannya.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan metode yang pertama pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan menggunakan teknik Peta konsep dan kedua pembelajaran dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan teknik ceramah. Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan menggunakan teknik Peta konsep adalah suatu bentuk metode pembelajaran kooperatif, dimana siswa dalam satu kelas dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang secara heterogen lalu guru mepresentasikan materi pelajaran didepan kelas dengan berangkat dari gagasan utama yang diletakkan ditengah (atas) yang kemudian diturunkan ke beberapa cabang serta anak cabang, sehingga akan terjalin suatu rangkaian atau hubungan sebab akibat maupun pola interaksi. Lalu tiap-tiap kelompok dengan dibantu tim ahli menggunakan lembar tugas kelompok menuntaskan materi pelajaran. Selanjutnya bila sudah selesai dilanjutkan dengan pengambilan nilai melalui kuis secara individual.
Sedangkan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan teknik ceramah adalah suatu metode pembelajaran kooperatif, dimana siswa dalam satu kelas dipecah menjadi beberapa kelompok dengan anggota antara 4 -5 orang secara heterogen, lalu guru mepresentasikan materi pelajaran didepan kelas dengan cara bertanya jawab (interaktif) dengan siswa mengenai materi pelajaran yang sedang disampaikan oleh guru didepan kelas. Selanjutnya tiap-tiap kelompok dengan dibantu tim ahli menggerjakan lembar tugas kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran. Apabila sudah selesai dilanjutkan dengan pengambilan nilai melalui kuis secara individual.
Dengan penggunaan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) menggunakan teknik Peta konsep dan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) menggunakan teknik ceramah diharapkan selain mampu meningkatkan kemampuan akademik siswa dalam hal hasil belajar, juga ada hal lain yang muncul karena penggunaan metode ini salah satunya adalah motivasi belajar siswa yang meningkat. Apabila siswa diajar secara kooperatif dan terjadi kerjasama di dalam kelompok, maka siswa akan merasa lebih senang tehadap materi yang di berikan. Hal inilah yang mampu menumbuhkan motivasi belajar dari dalam diri siswa.
Terdapat dua jenis motivasi belajar siswa yaitu, motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi merupakan siswa yang mempunyai keinginan atau suatu pencapaian yang besar terhadap penguasaan suatu materi pelajaran yang sedang dipelajari. Motivasi ini bisa timbul karemna adanya suatu tujuan.
Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah adalah siswa yang memiliki keinginan atau suatu pencapaian yang kurang bersemangat dan cenderung apa adanya didalam mempelajari materi pelajaran yang sedang dipelajari. Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah pada umunya memerlukan adanya suatu dorongan atau stimulan dari luar.
Untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) menggunakan teknik Peta konsep dan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) menggunakan teknik ceramah pada pembelajaran IPS Geografi dengan memperhatikan motivasi belajar siswa, maka perlu diadakan penelitiaan yang mengambil judul : “Efektivitas penggunaan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) menggunakan teknik Peta konsep terhadap hasil belajar IPS Geografi siswa kelas VII SMP Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX”.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah pengenalan berbagai masalah yang timbul sehubungan dengan hal-hal yang akan diteliti. Proses untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi sangat dipengaruhi adanya dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa (intern) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern). Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Mengapa siswa selalu merasa jenuh dan cenderung pasif ketika diajar mata pelajaran IPS Geografi ?
2. Mengapa motivasi belajar siswa didalam mempelajari mata pelajaran IPS Geografi begitu rendah dibandingkan ketika siswa mempelajari mata pelajaran yang lain seperti matematika, bahasa inggris, dan fisika yang begitu tinggi ?
3. Bagaimanakah efektivitas penggunaan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) menggunakan teknik Peta konsep terhadap hasil belajar siswa ?
4. Bagaimanakah efektivitas penggunaan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) menggunakan teknik Peta konsep terhadap hasil belajar siswa ?

C. Pembatasan Masalah
Masalah didalam dunia pendidikan sangatlah luas antara lain mencakup permasalahan guru, permasalahan siswa, permasalahan didalam proses kegiatan belajar-mengajar, adaptasi dengan lingkungan sekitar, kurikulum yang digunakan, dan lain sebagainya.
Agar cakupan masalah yang diteliti didalam penelitian ini tidak terlalu luas sehingga akan menimbulkan kesalahpahaman, maka permasalahan dalam penelitiaan ini perlu dibatasi dengan tujuan untuk lebih memperdalam masalah yang dikaji. Karena kualitas penelitiaan ilmiah tidak terletak pada keluasan masalah yang diteliti, namun lebih kepada kedalaman pengkajiaan didalam memecahkan permasalahan. Pembatasan masalah didalam penelitian ini adalah :
1. Penggunaan metode pembelajaran yang tidak inovatif dan bervariasi.
2. Motivasi belajar siswa yang rendah didalam mempelajari mata pelajaran IPS Geografi.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah efektivitas penggunaan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) menggunakan teknik Peta konsep terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX ?
2. Bagaimanakah efektivitas penggunaan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) menggunakan teknik Ceramah terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX ?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX ?
4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar berdasarkan interaksi penggunaan metode pembelajaran dan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX ?

E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) menggunakan teknik Peta konsep terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.
2. Mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) menggunakan teknik Ceramah terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.
3. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.
4. Mengetahui perbedaan hasil belajar berdasarkan interaksi penggunaan metode pembelajaran dan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.

F. Manfaat Penelitian
Adanya penelitian ini di harapkan dapat diambil beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis.
Hasil penelitiaan ini dapat digunakan sebagai informasi bagi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam rangka pengembangan penelitiaan mengenai penggunaan metode yang sesuai dalam penggajaran dikelas pada mata pelajaran IPS Geografi dengan kompetensi dasar Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentuk, dan dampaknya terhadap kehidupan.
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Guru.
Memberikan masukan kepada para pengajar sekolah menengah pertama pada umunya dan khususnya pengajar bidang studi IPS Geografi untuk dapat menemukan metode mengajar yang sesuai dengan kompetensi dasara materi dalam usaha peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPS Geografi
b. Bagi Siswa.
Mampu memberikan dorongan bagi siswa agar lebih bersemangat, melatih siswa agar mampu bekerjasama di dalam menyelesaikan tugas yang dihadapi dalam kelompok, dan memiliki motivasi belajar yang tinggi untuk meningkatkan hasil belajar dikelas dalam mata pelajaran IPS Geografi.
c. Bagi Akdemisi.
Selain bermanfaat bagi guru-guru pengajar mata pelajaran IPS Geografi di tataran sekolah menengah pertama dan bagi siswa, hasil penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat sebagai reverensi bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian tentang penggunaan metode pembelajaran di sekolah.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 13:37:00

SKRIPSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QOBISI

(Kode PEND-AIS-0030) : SKRIPSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QOBISI

BAB I
PENDAHULUAN

Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung diatas hukum alam yang ditetapkan Allah sebagai "sunnatullah "
Pendidikan sebagai usaha membina dan memngembanglkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.
Tidak ada satupun makhluk ciptaan Allah di atas bumi yang dapat mencapai kesempurnaan atau kematangan hidup tanpa berlangsung melalui suatu proses. Akan tetapi proses yang diinginkan dalam usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan anak didik (manusia) kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Allah yang mengabdikan diri kepadaNYA
Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang agar ia menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani.
Dalam dunia pendidikan dewasa ini berkembang pemikiran tentang pentingnya mengubah paradigma pendidikan, karena pendidikan yang ada sekarang belum mampu mengantarkan anak didik menjadi manusia sesungguhnya. Pendidikan yang seyogyanya diartikulasi sebagai upaya memanusiakan manusia justru telah mengarah pada dehumanisasi, yaitu menjadikan manusia seperti kehilangan arah dan tujuan hidup serta semakin tereliminasi dari hakikat kemanusiaannya.
Pendidikan telah dipahami pada pengertian Schooling saja dan dibatasi hanya pada pengembangan intelektual, spectrum intelegensi intelektual manusia didongkrak sedemikian rupa sementara intelegansi emosional diabaikan, hasilnya adalah manusia pintar yang dikuasai oleh nilai-nilai keserakahan, kekerasan, dan tumpulnya rasa kemanusiaan.
Disisi lain kendati pendidikan agama di Indonesia saat ini telah ditetapkan sebagai satuan kurikulum atau materi pelajaran yang harus disampaikan pada semua jenjang, namun ternyata belum sepenuhnya optimal mengantarkan anak didik menjadi manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan agama sepertinya lebih dititikberatkan pada ranah kognitif saja karenanya sangat mungkin sekali akan lahir anak didik yang mampu menghafal koidah-koidah normative dengan lancar dan fasih, tetapi tidak cukup cerdas untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Memahami pendidikan Islam tidak semudah mengurai kata Islam dan Pendidikan, karena selain subyek prediket pendidikan Islam juga merupakan satu substansi dan subyek penting yang cukup kompleks. Karenanya untuk memahami pendidikan Islam berarti kita harus melihat aspek utama missi agama Islam yang diturunkan kepada umat manusia dari sisi pedagogis. Islam sebagai ajaran yang datang dari Allah yang mampu merefleksikan nilai-nilai pendidikan dan membimbing serta mengarahkan manusia menjadi manusia yang sempurna. Islam sebagai agama yang universal telah memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan bahagia yang pencapaiannya bergantung pada pendidikan, karena pendidikan merupakan kunci penting utama untuk membuka jalan kehidupan manusia.
Dengan demikian Islam sangat berhubungan erat dengan pendidikan, hubungan antar keduanya bersifat organis fungsional. Pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan Islam. Dan Islam menjadi kerangka dasar pengembangan pendidikan Islam serta memberikan landasan sistem nilai untuk mengembangkan berbagai pemikiran tentang pendidikan Islam.
Oleh karena itu pendidikan Islam merupakan segala upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik individu maupun sosial untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar (fithroh) maupun ajaran yang sesuai dengan fithrohnya mulai proses intelektual dan spiritual yang berlandaskan nilai Islam untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat yang bersumber pada Al-Qur'an dan Hadits.
Sistem dan pola pendidikan yang dicanangkan terkait dengan kebudayaan peradaban dan tatanan kehidupan yang melibatkan semua komponen yang ada, sementara metodenya didasarkan pada perkembangan psikologi anak agar proses tersebut memberikan hasil yang baik yaitu mempersiapkan individu agar dapat menentukan pola pikir dalam memenuhi kebutuhan hidup yang tidak terbatas pada tempat dan waktu yang selaras dengan kejiwaan subyek didik.
Pendidikan Islam juga termasuk alat untuk melatih sensibilitas murid-murid sedemikian rupa, sehingga dalam perilaku mereka terdapat kehidupan, langkah-langkah dan keputusan. Begitu pula pendekatan mereka terhadap semua ilmu pengetahuan mereka diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan.
Dalam Pendidikan Islam juga memiliki suatu tujuan yang mana tujuan pendidikan itu terdiri dari tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara di sini yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan, dan lain-lain. Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam terwujudnya kepribadian muslim, kepribadian muslim di sini adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam.
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai ummat manusia keseluruhannya sebagai hamba Allah yang berserah diri kepada kholiqnya, ia adalah hambanya yang berilmu pengetahuan dan beriman secara bulat sesuai kehendak penciptanya untuk merealisasikan cita-cita yang terkandung dalam ajaran Allah.
Jadi jelaslah membicarakan masalah tujuan pendidikan khususnya Islam tidak terlepas dari nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri, oleh karena realisasi nilai-nilai itulah yang pada hakikatnya menjadi dasar dan tujuan pendidikan Islam
Dalam dunia pendidikan itu sendiri juga dipengaruhi oleh pemikiran para tokoh yang mana eksistensi para tokoh pendidikan tempo dulu banyak memberikan konstribusi yang sangat besar bagi kemajuan dunia pendidikan Islam. Dari beberapa tokoh pendidikan Islam ada salah satu tokoh yang menurut penulis sangat menarik sekali untuk dikaji beliau adalah Al-Qobisi eksistensinya sebagai seorang ahli hadits dan pendidik tidak bisa dilepaskan dari kemampuannya dalam melontarkan ide-ide pembaharuan yang mudah dikonsumsi oleh adalah masyarakat luas, beliau adalah sosok pendidik dan pemikir Islam pada abad ke 4H. hasil pemikiran pendidikannya tertuang dalam risalah yang berjudul "Ar-risalah al- Mufassalat wa Al-Muta'allimin wa ahkam Al-Muallimin wa Al-Mutaallimin "
Sungguhpun demikian pemanfa'atan terhadap kajian teoritisasi pendidikan Islam yang dilakukan oleh generasi muslim akhir sangat minin. Kalangan intelektual muslim agaknya kurang memberi perhatian secara serius terhadap kekayaan Islam itu. Kajian yang lebih intens dilakukan adalah justru berkutat pada sebuah pengulangan kajian praktis yang menghasilkan teoritisasi yang terbatas, baik dilihat dari sisi ruang maupun waktu.
Melihat kenyataan diatas, tampaknya menjadi urgen jika kemudian mengadakan pengkajian mengenai pendidikan Islam. Terutama yang berkaitan dengan khazanah pendidikan Islam. Melalui pengkajian yang dihasilkan tokoh pendidikan Islam dimungkinkan akan menghasilkan tawaran-tawaran konsep pendidikan untuk perkembangan dewasa ini. Atau paling tidak, khazanah pendidikan itu dapat diapresiasi dengan lebih baik.
Dalam pengkajian tokoh pendidikan Islam ini, penulis memilih sosok Al-Qobisi menjadi objek kajian dengan beberapa pertimbangan :
1. Al-Qobisi mempunyai salah satu karya tentang pendidikan yaitu Ar-risalah al-Mufassalat wa Al-Muta 'allimin wa ahkam Al-Muallimin wa Al-Mutaallimin yang diwariskannya dan dapat dibaca serta dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2. Al-Qobisi berhasil dibidang ilmu keagamaan yang sarat dengan unsur kependidikan, namun banyak orang yang belum tahu dengan jelas mengenai ide-ide pendidikannya.
Dari sini, penulis memandang sangat perlu untuk mengungkapkan ide-ide pendidikannya, untuk itu dalam penulisan ini penulis mengangkat judul : "PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QOBISI"
Dalam membahas mengenai pemikiran pendidikannya, penulis lebih memfokuskan untuk membahas mengenai Tujuan Pendidikan, Kurikulum, Metode dan Teknik Belajar, serta pendapatnya tentang pendidik

B. Rumusan Masalah Batasan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut, yaitu :
1. Bagaimanakah pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qobisi ?
Agar pembahasan pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qobisi tidak terlalu melebar, maka dalam penulisan kali ini akan memfokuskan untuk membahas :
a. Tujuan Pendidikan
b. Kurikulum Pendidikan
c. Metode dan Teknik Belajar
d. Pendapatnya tentang pendidik

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui dan mendiskripsikan tentang pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qobisi.

D. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis, bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dalam bidang pendidikan dan dapat menyumbangkan bangunan
khazanah perkembangan ilmu pengetahuan
2. Manfaat social praktis, bahwa hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi semua pihak yang berkepentingan terutama bagi institusi pendidikan Islam.
3. Manfaat akademik ilmiah, bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan serta khazanah ilmiah bagi dunia pendidikan Islam

E. Definisi Operasional
Guna menghindari perluasan dan kesalahfahaman dalam memahami skripsi yang berjudul : Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qobisi. Dalam hal ini dijelaskan tentang istilah-istilah tersebut, yaitu :
1. Pendidikan Islam
Pendidikan yang muncul dari aspirasi yang dikerjakan oleh umat Islam, demikian pula tujuannya adalah demi kepentingan Islam beserta umatnya dalam arti luas. Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
2. Perspektif
Adapun yang dimaksud perspektif disini adalah ide atau pendapat yang bisa juga disebut pemikiran, adapun kata dasar dari pemikiran yaitu pikiran berarti berhasil berfikir, akal, ingatan, angan-angan, ataupun gagasan. Kata pikiran identik dengan kata konsep yang mempunyai arti rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkrit atau gambaran mental dari objek. Bisa juga dipahami dengan istilah konsepsi yang bermakna pengertian atau pendapat. Yang dimaksud konsep dalam penelitian ini yaitu ide atau pendapat, sesuai dengan arti kata pemikiran itu sendiri yang tercantum dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang bermakna ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkret. Adapun yang dimaksud pemikiran disini adalah ide atau perspektif Al-Qobisi dalam bidang pendidikan Islam.
3. Al-Qobisi
Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali ibn Muhammad ibn Khalaf al-Qobisi. Ia dilahirkan di kota Qairawan Tunisia Afrika Utara, pada tahun 224H. bertepatan dengan 13 Mei tahun 936M. dan meninggal pada tahun 936H atau bertepatan dengan tanggal 23 Oktober 1012M.
Al-Qobisi dikenal sebagai seorang ahli ulama' hadist, pendidik dan penganut mazhab maliki yang setia. Pada waktu itu madzhab Maliki merupakan panutan mayoritas Islam di Afrika Utara. Al-Qobisi merumuskan konsep pendidikan meliputi empat komponen yaitu : Tujuan Pendidikan, Kurikulum, Metode dan Teknik dan pendidik.

F. Metode Penelitian
Metode adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain metode adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topic penelitian. Metode penelitian yang dimaksud meliputi :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif karena data yang disajikan dalam bentuk verbal, bukan dalam bentuk angka. Sedang menurut tempat-tempat penelitian itu dilaksanakan, penelitian ini termasuk penelitian perpustakaan (Library Research) yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qobisi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat dalam perpustakaan, seperti : buku-buku, majalah, dokumen, catatan, kisah-kisah sejarah dan lain-lainnya.
Penelitian ini termasuk penelitian pustaka, yang dimaksud dengan kajian pustaka (Library Research) adalah telah dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan.
2. Pendekatan Penelitian
Untuk mendapatkan fakta dan penafsiran yang tepat maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif-kualitatif yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk disimpulkan dan difahami. Dan kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.
3. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sesuai dengan jenis dan pendekatan penelitian diatas, maka sumber data penelitian ini adalah catatan dan referensi yang dibedakan menjadi :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab karangan Al-Qobisi yang didalamnya penulis menemukan ide-idenya tentang pendidikan Islam. Adapun nama kitabnya adalah Al- Mufassalat wa Al-Muta 'allimin wa ahkam Al-Muallimin wa Al-Mutaallimin. Tapi karna keterbatasan penulis, maka penulis tidak menggunakan data primer sebagai rujukan referensi b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku, artikel-artikel dan lain-lain yang terkait dengan pemikiran Al-Qobisi tentang pendidikan Islam.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian kepustakaan ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode documenter, yaitu cara menggunakan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Metode dokumenter merupakan metode paling tepat dalam memperoleh data yang bersumber dari buku-buku san bahan utama dalam penulisan penelitian ini. Dan dalam penelitian ini metode dokumenter, dipergunakan penulis untuk menggali data tentang pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qobisi
5. Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut. Data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis isi (content analisis) yaitu merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Oleh karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka peneliti menggunakan analisis data deduktif yang berpijak dari pengertian atau faktor-faktor yang bersifat umum, kemudian diteliti dan hasilnya dapat memecahkan persoalan khusus . Dan teknik analisa data deduktif ini dipergunakan penulis untuk menganalisis data tentang pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qobisi.

G. Sistematika Pembahasan
Maksud dari sistematika ini adalah untuk mengatur urutan pembahasan, agar dapat diketahui mana yang dibahas terlebih dahulu dan mana yang dibahas kemudian, sehingga diharapkan dapat mempermudah pemahaman dan memperlancar penulisan.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pada bab I ini merupakan bab pendahuluan, yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II : Pada bab ini akan membahas tentang pendidikan Islam dalam kajian literatur yang meliputi: pengertian pendidikan Islam, dasar dan tujuan pendidikan Islam, Kurikulum pendidikan Islam, Metode pendidikan Islam, pendidik dalam pendidikan Islam
BAB III : Pada bab ini membahas tentang Biografi Al-Qobisi, Pemikiran pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qobisi yang difokuskan pada pembahasan mengenai Dasar dan Tujuan Pendidikan, Kurikulum, Metode dan Teknik Belajar, pendapatnya tentang pendidik. Dan perbandingan pendidikan Islam dengan pendidikan Al-Qobisi
BAB IV : Pada bab ini berisi penutup yang terdiri dari simpulan dari pembahasan dan saran-saran.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 11:56:00