Cari Kategori

Tesis Implikasi Normalisasi X Terhadap Pemukiman Masyarakat Di Kecamatan X

(Kode STUDPEMBX0002) : Tesis Implikasi Normalisasi X Terhadap Pemukiman Masyarakat Di Kecamatan X

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tesis ini akan membahas tentang bagaimana implikasi dari normalisasi X terhadap pemukiman penduduk di Kecamatan X. Sebagaimana kita ketahui, bahwa persoalan pemukiman penduduk memang bukanlah hal yang gampang. Pemukiman penduduk merupakan bagian terpenting yang memang harus diperhatikan oleh pemerintah setempat mengingat pemukiman adalah masalah krusial yang jika penanganannya tidak baik akan menjadi persoalan besar.
Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air Republik Indonesia telah melakukan suatu kajian mengenai model pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) secara terpadu. Kajian yang pernah dilakukan tersebut bermaksud untuk menggunakan pendekatan yang menyeluruh dengan memperhatikan seluruh pihak dan sektor yang ada di dalam DAS (Tim Direktorat Kehutanan : 2000).
Paling tidak terdapat tiga sektor utama yang dianalisis peranannya yaitu sektor kehutanan, sektor sumber daya air, dan sektor pertanian. Metodologi yang dipakai adalah analisa ekonometrik untuk mengetahui dampak dari kebijakan pembangunan dari ketiga sektor yang ada terhadap kinerja DAS. Pada studi tersebut juga memasukkan variabel-variabel tambahan seperti permukiman untuk mewakili sektor-sektor lain yang ada di dalam DAS. Selain itu terdapat tiga sistem DAS yaitu, DAS Ciliwung di Jawa Barat, DAS Jaratunseluna di Jawa Tengah, dan DAS Batanghari di Jambi. Ketiga sistem DAS tersebut lah yang menjadi objek kajian dan ketiga sistem DAS tadi dianggap mewakili 3 kondisi pengelolaan. Walaupun ketiga DAS ini mempunyai karakteristik yang berbeda, tetapi kinerja mereka hampir sama. Mereka mewakili gambaran umum kondisi DAS di Indonesia yang menunjukkan degradasi pengelolaan hutan dan lingkungan hidup (Tim Direktorat Kehutanan : 2000).
Berdasarkan analisis oleh tim dan menjadi hasil kajian tersebut diantaranya adalah dapat disimpulkan bahwa kinerja DAS tidak hanya dipengaruhi oleh satu atau dua sektor tertentu, tetapi paling tidak ketiga sektor pembangunan yang dianalisis memberikan pengaruh secara bersamaan dengan intensitas yang cukup signifikan. Alokasi dana pembangunan untuk kegiatan-kegiatan di sektor kehutanan cenderung mempunyai pengaruh yang baik terhadap kinerja DAS. Demikian pula halnya investasi di sektor sumber daya air. Disisi lain, investasi di sektor pertanian cenderung memperburuk kondisi DAS. Sebab, kegiatan-kegiatan pertanian menambah pembukaan lahan. Berdasarkan hasil-hasil analisis tersebut, kajian ini merekomendasikan pengelolaan DAS terpadu, artinya bukan hanya mengembangkan satu sektor sementara mengabaikan pengembangan sektor lainnya. Pengelolaan DAS seharusnya melibatkan seluruh sektor dan kegiatan di dalam sistem DAS. Bila tidak, maka kinerja DAS akan memperburuk yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat produksi sektor-sektor tergantung pada kinerja DAS (Tim Direktorat Kehutanan : 2000)
Kajian yang hampir sama juga pernah dilakukan oleh Sigit Setiyo Pramono salah seorang peneliti di Universitas Gunadarma, Semarang. Sigit mengkaji tentang normalisasi sungai sebagai salah satu upaya penanggulangan banjir di Kota Semarang. Untuk upaya normalisasi tersebut Sigit memperkenalkan suatu sistem yang diberi nama Sistem Peringkat Komunitas (SPK) (Sigit S. Pramono : 2002).
Pendekatan Sistem peringkat komunitas (SPK) adalah metode pencegahan banjir dengan cara memberikan penilaian dari masyarakat terhadap suatu perencanaan yang telah disiapkan untuk diterapkan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria pada metode ini terdiri dari menentukan proses perencanaan, melibatkan peran masyarakat, mengkoordinasikan antara kelompok masyarakat dan pemerintah, memperkirakan bahaya dan resiko banjir, mengevaluasi permasalahan banjir, menyusun tujuan, mengevaluasi strategi dan ukuran yang diterapkan, memberikan konsep untuk pelaksanaan, menyetujui perencanaan dan mengaplikasikan, mengevaluasi dan memperbaiki perencanaan (Sigit S. Pramono : 2002).
Kajian yang dilakukan oleh Tim Direktorat Kehutanan dan Sigit S. Pramono di atas keduanya berawal dari upaya untuk memperbaiki sungai atau yang lazim kita sebut sebagai Normalisasi Sungai (NS). Dimana keduanya menghasilkan suatu rekomendasi yang sama dalam hal penanggulangan banjir melalui perbaikan DAS. Tim Direktorat Kehutanan menganjurkan agar pelaksanaan NS-DAS dengan menerapkan sistem yang mereka beri nama “Normalisasi Sungai Terpadu”. Tidak jauh berbeda dari apa yang dipaparkan oleh Tim Direktorat Kehutanan di atas, Sigit S. Pramono juga menganjurkan penerapan Sistem Peringkat Komunitas (SPK). Perbedaan keduanya lebih pada menempatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan NS-DAS yang dilaksanakan.
Kembali pada topik yang menjadi fokus penelitian penulis di atas yakni menyinggung mengenai pemukiman penduduk. Ketika kita akan berbicara mengenai pemukiman penduduk sebagai salah satu varibel berarti sangat erat kaitannya dengan proses pembangunan yang tengah berlangsung. Proses pembangunan dalam hal ini khususnya terkait dengan pembangunan infrastruktur suatu wilayah. Kegiatan pembangunan infrastruktur perkotaan memiliki peran yang sangat signifikan terhadap keberhasilan pemanfaatan ruang wilayah (Bappenas : 1997)
Konsep dasar pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan berorientasi pada pemenuhan pelayanan infrastruktur perkotaan yang mendukung bagi terwujudnya pola perkembangan kota menuju kota metropolitan, yang aman, tertib, lancar, asri dan sehat serta dapat menumbuh kembangkan perekonomian dan sosial budaya kehidupan masyarakat. Implikasi konsep tersebut di atas memiliki banyak tantangan, hal ini disebabkan kondisi infrastruktur perkotaan yang terbangun telah mengalami penurunan kualitas dan fungsi yang cukup tajam, sehingga membutuhkan biaya yang cukup besar untuk mengembalikan kondisi terbut pada titik yang dapat dikategorikan baik atau layak guna (Bappenas : 1997)
Di sisi lain kelengkapan infrastruktur yang tersedia masih kurang dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perkotaan terlebih lagi bagi masyarakat kota metropolitan. Sebagai gambaran beberapa permasalahan dalam penataan ruang dan infrastruktur seperti kurangnya penataan ruang, belum meratanya penyebaran fasilitas perumahan dan lingkungan, belum optimalnya penanganan banjir, kurang optimalnya penanganan kebersihan kota belum optimalnya pengelolaan irigasi, DAS dan lain sebagainya yang memerlukan perencanaan dan perhatian yang lebih dari pemerintah, baik perintah propinsi maupun pemerintah kota/kabupaten (Bappenas : 1997).
Dalam rangka pembangunan X, pihak Pemerintah Propinsi X dan Pemerintah Kota X telah banyak melakukan kebijakan pembangunan untuk mendukung Kota X menjadi kota metropolitan seperti penataan pembangunan pemukiman, gedung-gedung pertokoan dan pusat perbelanjaan yang megah, perbaikan dan pembangunan sarana transportasi di seluruh Kota X.
Namun sampai saat ini yang menjadi salah satu permasalahan yang belum terselesaikan oleh Pemerintah Kota X secara khusus dan Pemerintah Propinsi X secara umum adalah masalah banjir yang selalu membanjiri dan mengenangi hampir seluruh daerah Kota X, terutama daerah-daerah pinggiran Kota X yang sering mengakibatkan implikasi langsung kepada seluruh anggota masyarakat yang terkena langsung dari akibat bahaya banjir yang melanda daerah pemukiman mereka. Sering kita lihat bahwa apabila suatu daerah tersebut digenangi oleh air banjir dalam beberapa jam atau beberapa hari tentunya berimplikasi langsung terhadap kondisi tanah, pemukiman penduduk, sanitasi kesehatan masyarakat, dan berpengaruh pada aktivitas dari setiap anggota masyarakat yang tinggal dan bermukim di daerah yang dilanda banjir tersebut.
Dalam rangka menuju X sebagai kota metropolitan yang terkait dengan penanganan banjir, maka Pemerintahan Propinsi X berkoordinasi dengan Pemerintahan Kota X salah satunya adalah melakukan Normalisasi Sungai (NS). Normalisasi serta penanggulangan Sungai X. Sungai X adalah salah satu dari tiga sungai kecil yang alirannya melewati Kota X. Selain sungai-sungai kecil, tercatat ada beberapa sungai besar yang membelah kota yang berpenduduk sekitar dua juta jiwa ini, yaitu Sungai X, Sungai X, Sungai X, dan Sungai X. Sedangkan tiga sungai kecil yang melewati Kota X selain Sungai X adalah Sungai X dan Sungai X.
Penanganan sungai X yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Provinsi X terdiri dari : normalisasi sungai, penanggulangan sepanjang lebih kurang 20 kilometer dan perbaikan jembatan yang melintas di atas sungai. Pelaksanaan konstruksi sungai tersebut sudah dimulai sejak tahun XXXX, dan pekerjaannya telah rampung pada tahun XXXX. Adapun yang menjadi sasaran proyek normalisasi sungai X adalah pengendalian banjir dan pengamanan pantai di Kota X. Kedua hal ini telah masuk pada tahapan yang teramat penting. Karena kedua hal tersebut merupakan upaya jangka panjang untuk menyelamatkan Kota X dan daerah yang berbatasan langsung dengan Kota X dari musibah banjir yang sudah dapat dipastikan akan mengancam daerah ini secara massif.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan diajukan adalah bagaimana implikasi dari normalisasi Sungai X terhadap pemukiman penduduk di Kecamatan X.

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan; “untuk mengetahui implikasi normalisasi Sungai X terhadap pemukiman penduduk di Kecamatan X.”

1.4. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap berbagai model atau konsep pembangunan sarana dan prasarana fisik perkotaan terutama mengenai upaya normalisasi sungai.
2. Secara pragmatis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap berbagai upaya normalisasi sungai guna meminimalisir banjir sehingga memberikan dampak positif yang dapat dirasakan oleh masyarakat.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:18:00

Tesis Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan X Kabupaten X

(Kode STUDPEMBX0001) : Tesis Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan X Kabupaten X

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional. Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan yang dirancang pemerintah untuk pembangunan desa. Hampir seluruh instansi, terutama pemerintah daerah mengakomodir pembangunan desa dalam program kerjanya. Tentunya berlandaskan pemahaman bahwa desa sebagai kesatuan geografis terdepan yang merupakan tempat sebagian besar penduduk bermukim. Dalam struktur pemerintahan, desa menempati posisi terbawah, akan tetapi justru terdepan dan langsung berada di tengah masyarakat. Karenanya dapat dipastikan apapun bentuk setiap program pembangunan dari pemerintah akan selalu bermuara ke desa. Meskipun demikian, pembangunan desa masih memiliki berbagai permasalahan, seperti adanya desa terpencil atau terisolir dari pusat-pusat pembangunan (centre of excellent), masih minimnya prasarana sosial ekonomi serta penyebaran jumlah tenaga kerja produktif yang tidak seimbang, termasuk tingkat produktivitas, tingkat pendapatan masyarakat dan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Semuanya itu pada akhirnya berkontribusi pada kemiskinan penduduk. Fakta tersebut menyebabkan pemerintah semakin intensif menggulirkan program dan proyek pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan desa. Namun demikian program atau proyek yang diarahkan dalam pembangunan desa justru tidak dapat berjalan optimal, karena kebanyakan direncanakan jauh dari desa (Korten, 1988:247). Masyarakat masih dianggap sebagai obyek/sasaran yang akan dibangun. Hubungan yang terbangun adalah pemerintah sebagai subyek/pelaku pembangunan dan masyarakat desa sebagai obyek/sasaran pembangunan (Kartasasmita, 1996:144). Partisipasi yang ada masih sebatas pemanfaatan hasil. Tingkat partisipasi dalam pembangunan masih terbatas, misalnya masih sebatas peran serta secara fisik tanpa berperan secara luas sejak dari perencanaan sampai evaluasi.
Kondisi tersebut mengakibatkan peranan pemerintah semakin besar. Pemerintah berperan dominan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan program atau proyek pembangunan. Fakta ini berangkat dari perspektif stakeholders pemerintahan bahwa berhasilnya program atau proyek pembangunan diukur dari penyelesaian yang tepat pada waktunya (efisiensi dan efektifitas) serta sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Dengan orientasi seperti ini, tentunya masyarakat desa beserta stakeholder lainnya di desa yang seharusnya memiliki peranan yang besar tidak dapat mengembangkan kemampuannya dan menjadi “terbelenggu” dalam berinovasi. Hal tersebut misalnya dapat dilihat dari implementasi program bantuan desa (Bangdes) selama ini, justru peranan birokrat pemerintah yang amat menonjol. Walaupun sesungguhnya program tersebut sudah lama dilaksanakan dan cukup dikenal luas di desa, namun masyarakat selalu dianggap kurang mampu, sehingga bimbingan dan arahan dari pemerintah begitu kuat pengaruhnya dan merasuk (internalisasi) dalam masyarakat. Pada akhirnya masyarakat tergantung pada bimbingan dan arahan dari pemerintah. Bila kondisi tersebut tetap dipertahankan, maka masyarakat tidak akan pernah dapat menunjukkan kemampuannya dalam mengelola pembangunan di desanya.
Apapun bentuk pembangunan, secara substantif akan selalu diartikan mengandung unsur proses dan adanya suatu perubahan yang direncanakan untuk mencapai kemajuan masyarakat. Karena ditujukan untuk merubah masyarakat itulah maka sewajarnya masyarakatlah sebagai pemilik (owner) kegiatan pembangunan. Hal ini dimaksudkan supaya perubahan yang hendak dituju adalah perubahan yang diketahui dan sebenarnya yang dikehendaki oleh masyarakat (Conyers, 1991:154-155). Ada kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menerima perubahan itu. Untuk itu keterlibatannya harus diperluas sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga pemanfaatannya, sehingga proses pembangunan yang dijalankan dapat memberdayakan masyarakat, bukan memperdayakan.
Pembangunan desa secara konseptual mengandung makna proses dimana usaha-usaha dari masyarakat desa terpadu dengan usaha-usaha dari pemerintah. Tujuannya untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Sehingga dalam konteks pembangunan desa, paling tidak terdapat dua stakeholder yang berperan utama dan sejajar (equal) yaitu pemerintah dan masyarakat (Korten, 1988:378). Meskipun demikian, dalam konteks yang lebih luas, juga terdapat peranan “Agen Eksternal” seperti LSM, Konsultan, Lembaga Donor dll.
Domain pembangunan desa juga tidak terlepas dari wacana tentang model perencanaan pembangunan yaitu dari atas ke bawah (top down planning) dan dari bawah ke atas (bottom up planning). Pada dasarnya setiap program dari pemerintah senantiasa mencerminkan kombinasi kedua model tersebut, hanya intensitasnya yang berbeda. Sesuai dengan tuntutan paradigma baru tentang pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development), maka pendekatan bottom up planning sudah sewajarnya diperbesar dan menjadi inti dari proses pembangunan yang memberdayakan masyarakat.
Berlatar belakang pokok pikiran tersebut, penelitian ini bermaksud mengambil suatu dimensi yang lebih khusus yaitu menganalisis tentang pemberdayaaan masyarakat desa dengan studi tentang Program Pembangunan Bantuan Nagori/Kelurahan (BPN/K) di Kecamatan X.

Pemilihan program tersebut, didasarkan atas pertimbangan bahwa desain dan implementasinya dapat memberikan gambaran tentang proses pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan, dengan pengkajian pembangunan di desa. Selain itu, saat ini khususnya di Kecamatan X, umumnya di Kabupaten X, program tersebut sangat mewarnai dinamika pembangunan desa, sehingga melalui implementasinya diharapkan dapat mewujudkan proses pemberdayaan masyarakat.
Penelitian ini dikhususkan pada desa-desa di Kecamatan X Kabupaten X. Pengalaman selama ini menunjukkan banyak program pembangunan yang digulirkan oleh Pemerintah kurang optimal melibatkan masyarakat dalam perencanaan sampai evaluasi pembangunan di desa, sehingga muncul kesenjangan persepsi antara masyarakat dengan pemerintah. Hal tersebut berakibat rendahnya kepedulian masyarakat itu sendiri, yang pada akhirnya mengakibatkan rendahnya tingkat keberdayaan masyarakat. Hal ini dapat terbukti dengan rendahnya tingkat partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan, karena tanpa disadari sebenarnya peranan pemerintah masih lebih besar, meskipun tidak secara fisik, akan tetapi dalam wujud regulasi yang kurang memberikan keleluasaan bagi masyarakat secara optimal. Kondisi tersebut tercermin dari pelaksanaan Proyek P2KT (Program Pemberdayaan Kecamatan Terpadu) sebelumnya yang didominasi oleh birokrat kecamatan, demikian juga dengan pelaksanaan program BPN/K yang masih didominasi oleh elit formal di tingkat lokal.
Rendahnya partisipasi masyarakat terlihat dari pelaksanaan program BPN/K Tahun Anggaran 2006 yang menghasilkan partisipasi swadaya masyarakat sebesar Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar Rp. 400.000.000,- untuk 8 desa serta jumlah kegiatan sebanyak 10 kegiatan. Pelaksanaannya pun dianggap belum optimal, bahkan sebagian dianggap “bermasalah” akibat salah persepsi antara masyarakat dan pemerintah.
Penelitian ini dikhususkan pada desa di Kecamatan X Kabupaten X, mengingat kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan pemekaran sejak tahun 2002 yang mempunyai karakteristik daerah pertanian (+ 80 %), merupakan kecamatan yang paling dekat dan berbatas langsung dengan wilayah Kota X dibandingkan dengan kecamatan yang lain di Kabupaten X. Selain itu juga banyak warga kota yang bermukim di kecamatan ini. Dengan demikian terjadi interaksi karakter masyarakat pertanian dengan sifat wilayah sebagai hinter-land nya Kota. Berarti hal tersebut akan berkontribusi dalam pengembangan peranan masyarakatnya dalam pembangunan.
Secara khusus berdasarkan pengamatan dan analisis para stakeholder pembangunan di Kabupaten X, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pemberdayaan masyarakat desa di Kecamatan X tidak berjalan optimal karena rendahya partisipasi masyarakat terhadap pembangunan yang disebabkan terlalu dominan program pembangunan yang diluncurkan ke daerah tersebut, tanpa melibatkan masyarakat. Kondisi tersebut secara khusus juga disebabkan oleh peranan Bupati X periode 2000 s/d 2005 yang merupakan putra asli daerah tersebut, sehingga banyak dialokasikan program pembangunan, yang prosesnya tidak melibatkan masyarakat secara aktif. Hal tersebut tidak memberikan dampak yang berarti bagi masyarakat.
Terbukti dari realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kecamatan X yang berada pada rangking terakhir (dari 30 kecamatan). Target PBB dari tahun ke tahun berkisar Rp 60.000.000,- s/d Rp 70.000.000,- dan realisasinya hanya sekitar 30%, sehingga kondisi tersebut menunjukkan adanya ketidakberdayaan masyarakat.
Tentunya penelitian ini bukan untuk mencari siapa yang salah, atau bagaimana fomat yang paling ideal, namun berangkat dari proses pembangunan yang sejak awal melibatkan kepentingan masyarakat desa yang berperan didalamnya. Dengan demikian dapat dianalisis karakteristik Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori/Kelurahan (BPN/K) di Kecamatan X.

1.2. Perumusan Masalah
Pembangunan yang memberdayakan masyarakat adalah pembangunan yang memberi “ruang” dan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat berperan dalam menggerakkan dan mengerahkan segala sumber daya (resources) yang dimilikinya, baik sumber daya material maupun non material, terutama sumber daya manusianya sendiri untuk mandiri (Uphoff dalam Cernea, 1988 : 501). Dengan kata lain masyarakat mempunyai akses dalam pengambilan keputusan sampai pelaksanaan pembangunan.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, proses pembangunan yang memberdayakan masyarakat memiliki makna lebih luas dari model pembangunan partisipatif, sebagaimana dinyatakan Soetrisno (dalam Lasito, 2002:7), sebagai berikut :
Dalam model pemberdayaan, masyarakat tidak hanya aktif berpartisipasi dalam proses pemilikan program, perencanaan dan pelaksanaannya, akan tetapi mereka juga menguasai dana pelaksanaan program itu. Sementara dalam model partisipasi, keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan hanya sebatas pada pemilikan, perencanaan dan pelaksanaan, sedangkan pemerintah tetap menguasai dana guna mendukung pelaksanaan program itu.
Dari pembedaan tersebut dapat diartikan bahwa dalam model pemberdayaan, masyarakatlah yang memiliki peran yang besar (termasuk pendanaan) serta sangat menentukan bagi arah kegiatan pembangunan, sesuai dengan aspirasi dan perspektif masyarakat, maksudnya tanpa terlalu intervensi struktur pemerintahan yang cenderung birokratis.
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah penelitian adalah bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori/Kelurahan (BPN/K) di Kecamatan X?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Bertitik tolak dari perumusan masalah yang diajukan diatas, tujuan penelitian ini adalah menganalisis Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori/Kelurahan (BPN/K) di Kecamatan X.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menguatkan kajian teoritis tentang pemberdayaan masyarakat desa dengan studi tentang Program BPN/K di Kecamatan X.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan kepada Pemerintah Kabupaten X dalam memformulasikan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa (bottom up planning) secara partisipatif, terdesentralisasi dan bersifat lokalitas.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:17:00

Skripsi Peranan Usaha Kecil Penyulingan Minyak Nilam Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kecamatan X

(Kode PEND-IPS-0010) : Skripsi Peranan Usaha Kecil Penyulingan Minyak Nilam Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kecamatan X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil. Usaha kecil ini selain memiliki arti yang strategis bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Disektor penting dalam perekonomian Indonesia, usaha kecil mendominasi kegiatan usaha, misalnya disektor pertanian lebih dari 99 persen kegiatan usaha dilakukan oleh pengusaha kecil. Disektor perdagangan lebih dari 98 persen, disektor transportasi lebih dari 99 persen, dan disektor pengolahan jasa-jasa lain masing-masing lebih dari 99 persen, Pandji Anoraga & Djoko Sudantoko (XXXX : 224). Jika melihat jumlah penduduk Indonesia yang popualasinya sangat besar dan peranan sektor usaha kecil yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak tentunya usaha kecil perlu mendapatkan perhatian yang baik dari berbagai pihak terutama dari pemerintah.
Masalah pertumbuhan penduduk dan kesempatan kerja merupakan masalah yang di hadapi oleh semua negara, baik negara sedang berkembang maupun negara yang sudah maju. Indonesia merupakan negara sedang berkembang dengan jumlah penduduk besar, tentunya hal ini merupakan masalah tersendiri bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Jumlah penduduk besar memang merupakan salah satu modal potensial bagi pembangunan, namun tanpa diimbangi tersedianya lapangan kerja jumlah penduduk besar merupakan masalah bagi kelangsungan hidup suatu bangsa.
Pertambahan penduduk yang pesat akan menambah angkatan kerja yang ada. Hal tersebut menuntut kita untuk menambah kesempatan kerja baru. Karena hal itu bukan saja tanggung jawab pemerintah tatapi merupakan tanggung jawab kita bersama. Salah satu usaha untuk meningkatkan kesempatan kerja adalah melaksanakan pembangunan. Kegiatan pembangunan mempengaruhi penyediaan kesempatan kerja. Semakin meningkat kegiatan pembangunan semakin meningkat pula kesempatan kerja yang tersedia. Kegiatan pembangunan tersebut meliputi berbagai sektor seperti pertanian, industri, dan jasa. Negara Indonesia merupakan negara yang bercorak agraris, artinya sektor pertanian masih menduduki peranan penting. Hal ini dapat dibuktikan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia bermukim, bekerja, dan menggantungkan hidupnya di daerah pedesaan. Sampai saat ini, lahan pertanian merupakan faktor produksi yang penting, dimana kebutuhan lahan pertanian semakin meningkat baik untuk keperluan pertanian, pemukiman, usaha perkebunan dan industri. Dewasa ini keadaan di daerah pedesaan sudah sangat berubah sebagai akibat dari pembangunan. Lahan pertanian yang dulunya luas kini menjadi semakin sempit. Sempitnya lahan pertanian akan mengakibatkan penduduk yang menggantungkan kehidupannya di sektor pertanian kehilangan mata pencaharian sehingga menambah pengangguran.
Oleh karena itu perlu diusahakan agar kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja di luar sektor pertanian tumbuh dengan pesat sehingga dapat menyediakan lapangan kerja bagi tenaga kerja yang selalu bertambah.
Sempitnya lahan pertanian mengakibatkan penduduk yang menggantungkan kehidupan di sektor pertanian akan kehilangan pekerjaan sehingga menambah jumlah pengagguran. Keadaan ini mengakibatkan para penganggur memutuskan untuk meninggalkan desanya dan mencari pekerjaan didaerah perkotaan. Tetapi sesampainya di kota mereka sulit memperoleh pekerjaan karena pada umumnya mereka memiliki keterampilan dan tingkat pendidikan yang rendah. Hal tersebut menimbulkan masalah bagi kota yang didatangi, menyangkut penyediaan lapangan kerja, pemukiman, dan kriminalitas.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah ketenaga kerjaan adalah melalui peningkatan dan pemerataan pembangunan yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Salah satu cara yang digunakan adalah mengembangkan sektor usaha kecil atau industri pedesaan. Usaha pengembangan usaha kecil ini dimaksudkan agar kebutuhan kesempatan kerja rakyat pedesaan terpenuhi. Selain itu, juga dimaksudkan untuk memperkecil laju arus perpindahan penduduk desa kekota. Keberadaan usaha kecil di pedesaan akan dapat membantu dalam mengurangi tenaga kerja yang tidak tertampung di sektor pertanian, sehingga akan dapat mengurangi jumlah pengangguran serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pada mulanya masyarakat pedesaan menganggap bahwa bekerja di luar sektor pertanian adalah sebagai pekerjaan sampingan yang dilakukan karena keadaan yang memaksa, misalnya kegagalan panen, kemarau panjang, dan untuk mengisi waktu luang. Saat ini banyak dijumpai kenyataan bahwa pekerjaan itu justru menjadi mata pencaharian pokok setelah hasilnya dirasakan lebih menguntungkan dari pada bertani. Secara umum karakteristik usaha kecil adalah menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, menggunakan teknologi yang sederhana, membutuhkan modal yang relatif kecil, serta dapat dikelola dengan manajemen yang sederhana. Bahan baku yang digunakan bisa diperoleh dari dalam negeri atau bahan baku lokal sehingga mengurangi beban impor dan menghemat devisa negara. Dengan demikian, sektor usaha kecil memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk membuka usaha sendiri sehinga dapat membantu menciptakan lapangan kerja.
Sebagai salah satu kegiatan ekonomi diluar sektor pertanian, usaha kecil diharapkan akan mampu mendorong dan meningkatkan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat. Ketika terjadi krisis ekonomi yang mencapai puncaknya tahun 1997, tatkala usaha kelas atas dan kalangan industri besar mengalami kebangkrutan, usaha kecil menjadi harapan dan ujung tombak dalam membangkitkan perekonomian nasional (Kompas 18/12/XXXX yang dikutip Ecpose/Lembaga Pers Mahasiswa Ekonomi (LPME) Jember XXXX : 13). Usaha kecil memegang peranan yang strategis dalam upaya peningkatan ekspor non migas. Selain itu, usaha kecil juga berperan sebagai penyerap tenaga kerja yang besar. Kinerja yang telah dicapai oleh sektor usaha kecil menunjukkan potensi mereka yang sangat besar. Keberadaan sektor usaha kecil memberikan andil yang cukup besar terhadap produk nasional, yaitu sebagai sumber pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, keberadaan usaha kecil perlu mendapatkan perhatian, pembinaan, dan pengarahan baik dari segi permodalan maupun pemasaran sehingga perkembangannya lebih cepat. Krisis moneter telah memberikan pelajaran berharga dalam membangun struktur perekonomian bangsa dan negara. Realitas menunjukkan bahwa era globalisasi tidak lagi sebagai fenomena melainkan sudah menggejala dalam segala segi kehidupan. Gejala perubahan lingkungan strategis di tunjukkan pada perubahan (1) perekonomian proteksi menjadi terbuka, (2) persaingan domestik menjadi global, (3) lingkungan yang semula stabil menjadi tidak menentu, (4) wawasan lokal menjadi mendunia, (5) fokus produksi menjadi pasar, (6) orientasi penjualan pada kualitas, dan (7) perubahn sikap, perilaku, dan kepuasan dari Mass Community menjadi Masaic Comunity, (yananti@telkom.net). Dua sisi strategis dalam sektor usaha kecil adalah merebut pangsa pasar dunia dan mempertahankan pasar domestik. Pengembangan usaha kecil menjadi semakin penting karena sampai saat ini pengangguran masih menjadi masalah yang harus segera dipecahkan.
Perkembangan usaha kecil di Indonesia dapat mendorong tercapainya stabilitas politik karena kemampuannya dalam memperkecil jumlah pengangguran. Oleh karena itu, Pengembangan usaha kecil harus didukung dengan menciptakan iklim usaha yang sehat sehingga dengan adanya iklim usaha yang sehat dapat memberikan dorongan dan motivasi besar dalam menciptakan lapangan kerja yang luas.
Usaha kecil pada umumnya terdapat di daerah pedesaan. Salah satunya adalah usaha penyulingan minyak nilam yang berada di Kecamatan X Kabupaten X Jawa Tengah. Realitas menunjukkan bahwa yang mampu bertahan dan bahkan mencapai tingkat kejayaan adalah usaha-usaha yang mampu memanfaatkan sumber daya lokal dan berorientasi pada pasar ekspor. Untuk itu, penggalian sumber daya lokal potensial dan merupakan komoditi ekspor serta mempunyai peluang dalam merebut pasar global adalah prioritas unggulan untuk dapat turut serta dalam kancah pasar global. Jika melihat dari potensi yang dimiliki Indonesia, Indonesia memiliki keunggulan komparatif baik dari segi letak geografis, sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya mendukung terciptanya struktur usaha yang tangguh dan berbasis pada, (1) sumber daya alam sendiri yang berupa hasil pertanian, (2) kelemahan pesaing dengan mencermati keberhasilan negara lain, ditekankan pada negara yang memiliki kondisi yang relatif sama, (3) keterkaitan dengan industri lain baik di luar maupun di dalam negeri, (4) peluang pengembangan lebih lanjut, (5) iklim investasi yang sedang berkembang, (6) peluang untuk ekspor, (yananti@.telkom.net). Dilihat dari potensi tersebut, tanaman nilam merupakan salah satu tanaman yang berpotensi besar dalam merebut pasar lokal maupun global. Karena tanaman nilam merupakan bahan baku industri wangi-wangian (parfumery), kosmetika dan lain sebagainya. Minyak nilam Indonesia mempunyai keunggulan baik jenis maupun jumlahnya dibanding negara penghasil minyak atsiri lainnya. Dalam istilah perdagangan internasional minyak nilam dikenal dengan nama Patchouli Oil (Essential Oil Of Patchouli).
Minyak nilam merupakan salah satu dari 77 jenis minyak atsiri yang telah dikenal di Indonesia. Kegiatan ekspor minyak nilam telah berlangsung cukup lama. Minyak nilam Indonesia menguasai 99% pangsa pasar dunia dan bahkan dulunya komoditas ini hanya di produksi di Indonesia, meskipun demikian tidak dapat berperan sebagai penentu harga. Hal ini dikarenakan suplai, harga dan mutu minyak nilam di Indonesia fluktuatif. Saat permintaan tinggi harga naik, suplai melimpah namun mutunya rendah, (yananti@telkom.net).
Minyak nilam mempunyai sifat, (1) sukar tercuci walaupun dengan air sabun, (2) mudah tercampur dengan minyak eteris lainnya, (3) larut dalam alkohol, dan (4) sukar menguap, (yananti@.telkom.net). Oleh karena sifatsifatnya tersebut, minyak nilam sangat potensial digunakan sebagai bahan baku industri wangi-wangian (parfumary), kosmetika, dan lain sebagainya. Kegunaan utama minyak nilam adalah sebagai fiksatif terhadap bahan pewangi belum dapat digantikan dengan minyak lainnya, sehingga keberadaannya merupakan salah satu minyak yang maha penting bagi dunia parfumary,(yananti@telkom.net). Kegiatan pokok usaha penyulingan minyak nilam ini adalah mengolah pohon nilam menjadi minyak nilam. Minyak nilam yang dihasilkan tersebut masih memerlukan proses lebih lanjut sebagai bahan pembuat obat-obatan, kosmetik, sabun, dll. Jadi, usaha penyulingan minyak nilam ini hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Bahan baku yang digunakan adalah daun nilam, ban bekas, dan kayu bakar sebagai bahan bakar. Usaha penyulingan minyak nilam ini sangat cocok berada di Kecamatan X Kabupaten X karena di daerah tersebut banyak terdapat tanaman nilam sehingga bahan baku mudah diperoleh. Para pekerja usaha penyulingan minyak nilam ini berasal dari penduduk setempat.
Manfaat usaha penyulingan minyak nilam ini ternyata cukup besar bagi masyarakat pedesaan terutama dapat menampung tenaga kerja sehinga dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran. Selain itu, keberadaan usaha kecil penyulingan minyak nilam ini juga dapat memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitarnya karena bahan bakunya diperoleh dengan cara membeli nilam yang ditanam penduduk dari pekarangan atau kebun mereka. Jadi, dengan adanya usaha kecil penyulingan minyak nilam ini sangat berguna dalam menyediakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya.
Menyadari besarnya peranan usaha kecil penyulingan minyak nilam dalam menyediakan kesempatan kerja, maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh manakah peranan usaha kecil penyulingan minyak nilam dalam menyerap tenaga kerja. Untuk itu Penulis memilih judul ”PERANAN USAHA KECIL PENYULINGAN MINYAK NILAM TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA” di Kecamatan X Kabupaten X.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keadaan usaha kecil penyulingan minyak nilam di Kecamatan X Kabupaten X?
2. Bagaimana Peranan usaha kecil penyulingan minyak nilam terhadap penyerapan tenaga kerja?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keadaan usaha kecil penyulingan minyak nilam di Kecamatan X yang dapat membantu tersedianya lapangan kerja bagi penduduk.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan seberapa besar peranan usaha kecil penyulingan minyak nilam terhadap penyerapan tenaga kerja.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pengetahuan di bidang pengolahan dan pengembangan usaha kecil penyulingan minyak nilam berkaitan dengan peranannya dalam penyerapan tenaga kerja di Kecamatan X Kabupaten X.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pembangunan di Kecamatan X Kabupaten X.
b. Bagi pengusaha usaha kecil penyulingan minyak nilam sebagai masukan untuk menjaga kelangsungan serta pengembangan usahanya.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:35:00

Skripsi Hubungan Sektor Informal Dengan Kesempatan Kerja Dan Kesempatan Menyekolahkan Anak (Studi Sektor Informal Di Pinggir Jalan X)

(Kode PEND-IPS-0007) : Skripsi Hubungan Sektor Informal Dengan Kesempatan Kerja Dan Kesempatan Menyekolahkan Anak (Studi Sektor Informal Di Pinggir Jalan X)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kota sebagai pusat perekonomian yang dicirikan oleh industrialisasi sebagai penopang kekomplekan masyarakat, tidak selalu ramah kepada masyarakat didalam usaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Industrialisasi dalam proses produksinya menggunakan teknologi yang relatif canggih dan padat modal.
Dengan demikian tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan modal tidak mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan bidang industri di sektor formal yang padat modal tersebut. Namun karena proses produksi di sektor ini menggunakan modal yang relatif besar dan canggih maka daya serap kesempatan kerja tidak dapat optimal. Selain itu dengan menyempitnya lapangan kerja akibat adanya krisis multi dimensi, khususnya krisis dibidang ekonomi dan krisis moral, yang berakibat menyempitnya lapangan kerja masyarakat dalam usaha untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, serta akibat rendahnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa perkembangan industrialisasi sekarang ini, banyak masyarakat yang menganggur sehingga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat mengembangkan usaha dibidang formal dengan mendirikan suatu indusri tertentu karena hal tersebut memerlukan modal yang besar serta membutuhkan keahlian teknologi dan ilmu pengetahuan, maka dari itu untuk mengurangi permasalahan yang ada perlu mengembangkan sektor usaha kecil-kecilan atau biasa disebut sektor informal.
Selama pemerintahan Orde baru berkuasa, sejak awal sudah ada semacam upaya untuk menghilangkan dualisme sistem ekonomi yang ada di Indonesia, yaitu sistem ekonomi formal dan sistem ekonomi informal. Sektor informal sendiri pertama kali diketemukan oleh Keith Harth. Upaya penghilangan dualisme sistem ekonomi yang ada di Indonesia ini dilakukan dengan memformalkan semua sistem ekonomi informal yaitu memberi perijinan tertentu dan ketaatan tertentu pula yang harus dipenuhi oleh sektor-sektor informal. Secara sadar ataupun tidak ternyata upayaupaya ini justru menghambat sektor informal. Berarti pula menghambat kreativitas berwirausaha. Jika ditinjau dari apa yang dihasilkan dari sektor informal adalah barang dan jasa kebutuhan sehari-hari, maka sebenarnya ini justru harus dikembangkan. Bagaimana masyarakat mampu berkreasi untuk menciptakan semacam usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ini dengan memanfaatkan peluang yang ada.
Lahirnya masa reformasi yang mana merupakan implikasi kejenuhan terhadap orde baru yang berkuasa selama 32 tahun, menghasilkan kebebasaan yang sebebasbebasnya atau dapat diartikan bahwa pada era reformasi ini banyak disalah gunakan arti makna kebebasan itu sendiri. Sektor informal itu muncul dengan bebas dan bahkan liar tanpa memperhatikan dampak awal yang muncul dan dampak pengiringnya.
Masyarakat yang tidak memiliki ketrampilan dan pendidikan yang memadai merupakan komunitas terbesar sebagai pelaku kegiatan ekonomi informal, yang mana untuk memasukinya tidak memerlukan pendidikan formal dan keterampilan yang tinggi, tidak memerlukan surat-surat izin resmi serta modal besar untuk memproduksi barang dan jasa.
Sektor informal disini merupakan unit usaha yang diciptakan oleh masyarakat sebagai sarana untuk mencukupi kebutuhan hidup yang dirasakan mereka sulit. Unit usaha sektor tersebut meliputi : Pedagang hik, rental dan pengetikan komputer, penjual sayur, toko fotokopy, tolo alat tulis, laundry, vermak pakaian dan lain-lain.

B. Identifikasi Masalah
Lahirnya era Reformasi yang diiringi dengan semakin bermunculan dan berkembangnya usaha di sektor informal, menimbulkan berbagai bentuk permasalahan baru. Penggunaan lahan tanah secara bersamaan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, ternyata berimplikasi luas. Banyak kios-kios pedagang kecil yang berjajar di sepanjang jalan dan mengelilingi pusat-pusat aktivitas masyarakat, seperti komplek perkantoran, stadion, sekolah/kampus, rumah sakit, dan lain-lain. pendirian kios-kios dagang itu ada yang bersifat legal (ada ijin usaha) maupun ilegal ( tidak mempunyai ijin )
Adanya kios-kios pedagang kecil di pinggir jalan keramaian umum tersebut mempunyai dampak yang begitu besar baik dampak positif maupun negatif. Dampak yang muncul antara lain dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. berdasarkan krisis multi dimensi diantaranya tentang krisis ekonomi yang berakibat banyaknya bidang bidang usaha industri besar yang gulung tikar (bangkrut),apakah hal tersebut menjadi penyebab semakin banyaknya pengangguran ?
2. Apakah kurangnya ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi oleh masyarakat menyebabkan banyak ditolaknya para pencari kerja di pabrikpabrik ?
3. Usaha dibidang sektor informal kurang disenangi warga masyarakat, karena sebagain besar masyarakat cenderung memilih pekerjaan di perkantoran dan menjadi pegawai negeri.
4. Sektor informal sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat, tetapi sektor informal kurang diminati masyarakat sehingga perlu dilakukan motivasi untuk menekuninya.
5. Banyaknya pengangguran dan sedikitnya peluang kerja dibidang formal ,apakah bidang informal dapat mengatasi atau dapat mendatangkan kesempatan kerja ?
6. Banyaknya anak-anak putus sekolah yang disebabkan oleh selitnya ekonomi keluarga atau orang tuanya tidak mempunyai pekerjaan atau menganggur, apakah munculnya sektor informal dalam masyarakat mempunyai dampak yang positif terhadap kelangsungan pendidikan anak para pedagang di sektor informal ?

C. Pembatasan Masalah
Agar dalam penelitian ini dapat terarahmaka diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini dibatasi hal-hal sebagai berikut :
1. Sektor Informal adalah suatu unit usaha dengan pola kegiatan tidak teratur baik waktu, modal, maupun penerimaannya, hampir tidak tersentuh oleh peraturan atau ketentuan dari pemerintah.
2. Kesempatan Kerja adalah peluang yang dimiliki oleh para angkatan kerja untuk mendapatkan pekerjaan sehingga dapat memperoleh upah atau pendapatan dalam suatu lapangan kerja yang tersedia.
3. Pendidikan Anak adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan, baik dewasa jasmani maupun rokhani agar dapat berkembang dan tumbuh di lingkungan masyarakat serta dapat mengatasi masalah yang dihadapinya.
Ketiga variabel tersebut harus diuji secara empirik untuk mengetahui hubungan sektor informal dengan kesempatan kerja dan kesempatan menyekolahkan anak di pinggir jalan X.

D. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka ada beberapa hal penting yang perlu dikaji dan diteliti lebih lanjut, yaitu :
1. Apakah ada hubungan yang signifikan sektor informal dengan kesempatan kerja di pinggir jalan X ?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan sektor informal dengan kesempatan menyekolahkan anak di pinggir Jalan X ?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan Sektor Informal dengan kesempatan kerja dan kesempatan menyekolahkan anak di pinggir Jalan X ?

E. Tujuan Penelitian
Berpedoman pada rumusan masalah yang diajukan, maka penelitian ini ditujukan untuk beberapa hal :
1. Mengetahui hubungan yang signifikan sektor informal dengan kesempatan kerja di pinggir Jalan X
2. Mengetahui hubungan yang signifikan sektor informal dengan kesempatan menyekolahkan anak di pinggir Jalan X.
3. Mengetahui hubungan yang signifikan Sektor Informal dengan kesempatan kerja dan kesempatan menyekolahkan anak di pinggir Jalan X

F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
(a) Menambah pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian ilmiah
(b) Menambah pengalaman mahasiswa dalam mengadakan penelitian
(c) Mengembangkan motivasi berpikir kritis bagi mahasiswa dalam menanggapi permasalahan-permasalahan sosial yang ada.
(d) Menambah referensi kajian teoritis dalam kancah ilmu sosial.
2. Kegunaan Praktis
b. Kampus
1) Memberi pengarahan kepada para pedagang untuk ikut serta menjaga kelestarian, kebersihan dan keamanan kampus dan sekitarnya.
2) Mengadakan kerja sama dengan para pedagang sekitar kampus dalam memberikan pembinaan tentang kewirausahaan.
c. Pedagang
1) Ikut serta menjaga kebersihan, kelestarian dan keamanan sekitar kampus.
2) Pendapatan yang diperoleh digunakan untuk memperbaiki derajat kehidupan dan pendidikan anak, serta digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
3) Para orang tua hendaknya memperhatikan pendidikan anak-anaknya, tidak hanya disuruh membantu dalam melakukan pekerjaan di kios.
d. Masyarakat
1) Meleburkan diri ke dalam kehidupan pedagang sekitar kampus agar lebih memahami mereka
2) Agar warga masyarakat memahami sektor informal karena sangat besar dampaknya untuk mengatasi masalah khususnya untuk menciptakan lapangan kerja, sehingga kesempatan kerja lebih luas, dan sektor informal berdampak positif terhadap berlangsungnya pendidikan anak-anak pedagang kecil serta dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:59:00

Skripsi Hubungan Gaya Kepemimpinan, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT. X

(Kode PEND-IPS-0005) : Skripsi Hubungan Gaya Kepemimpinan, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT. X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini dunia usaha benar-benar dituntut untuk dapat meningkatkan efisiensi di setiap kegiatannya. Peningkatan efisiensi sumber daya manusia pada setiap kegiatannya adalah salah satu usaha mengatasi situasi dunia usaha di era globalisasi yang penuh dengan persaingan. Secara umum sumber daya yang terdapat dalam perusahaan dibagi menjadi dua golongan, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya nonmanusia. Semua orang yang menjalankan segala aktivitas perusahaan merupakan sumber daya manusia. Sedangkan yang termasuk sumber daya nonmanusia diantaranya : mesin, modal, teknologi, dan lain-lain.
Dari keseluruhan sumber daya yang tersedia di perusahaan, unsur manusia adalah sumber daya yang paling menentukan dan penting dibandingkan dengan unsurunsur sumber daya yang lain. Salah satu yang menyebabkan pentingnya sumber daya manusia adalah betapapun tingginya suatu teknologi, cepatnya informasi yang beredar, tersedianya modal yang cukup, namun manusia tetap merupakan unsur penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Karena semuanya tetap memerlukan campur tangan manusia dalam mengendalikannya.
Betapapun bagusnya perumusan tujuan dan rencana-rencana perusahaan, hanya akan sia-sia jika tidak di dukung dengan sumber daya manusia yang ada. Suatu perusahaan didirikan pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai, diantaranya adalah untuk memperoleh laba serta untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Meningkatkan produktivitas kerja merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh perusahaan agar dapat bertahan dan bersaing di masa sekarang ini. Perusahaan harus memperhatikan sumber daya manusianya sehingga produktivitas kerja yang tinggi dapat dicapai. Produktivitas kerja sangat diperlukan bagi perusahaan yang mempekerjakan tenaga manusia dalam jumlah yang relatif banyak, karena produktivitas merupakan hasil yang dicapai tenaga manusia berdasarkan perbandingan jumlah waktu yang diperlukan. Apabila karyawan hanya menitikberatkan pada segi kuantitas saja, maka hal ini dapat menurunkan kualitas produk yang dihasilkan dan akan merugikan perusahaan.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut, diperlukan usaha pengembangan dan peningkatan produktivitas tenaga kerja yang ada. Pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam upaya peningkatan produktivitas kerja erat kaitannya dengan kerja seorang pemimpin. Pada kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kerja dan terutama tingkat produktivitas suatu perusahaan. Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan, sasaran dan dalam kondisi tertentu. Pemimpin dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya berusaha mempengaruhi tingkah laku dan memotivasi bawahannya.
Pemimpin berupaya agar para karyawannya mau dan mampu bekerja secara optimal ke arah produktivitas kerja. Gaya kepemimpinan perlu diperhatikan seorang manajer ketika menjalankan fungsinya sebagai seorang pemimpin . Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Jadi gaya kepemimpinan merupakan salah satu cara bagi seorang pemimpin untuk menggerakkan bawahannya dalam menjalankan operasional perusahaan agar pekerjanya bekerja dengan baik. Dengan gaya kepemimpinan, dapat diketahui potensi seorang pemimpin dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang yang disegani, dipatuhi dan diteladani. Gaya kepemimpinan yang efektif akan sangat membantu keberhasilan pencapaian tujuan suatu perusahaan. Seorang pemimpin yang baik haruslah pandai memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan apa yang terbaik yang harus diterapkan sehingga ia dapat mengetahui tindakan apa yang sebaiknya dilakukan dan mengerti akan kebutuhan para karyawannya, yang nantinya berdampak pada cara kerja karyawan terhadap tugas yang diberikan dan pada akhirnya produktivitas kerja yang diharapkan dapat tercapai.
Untuk mencapai keefektifan dan keefisienan proses produksi maka perusahaan menggunakan teknologi yang ada, dari teknologi sederhana, teknologi maju dan sangat maju. Pemanfaatan hasil teknologi tentunya membawa akibatakibat yang harus dihadapi oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat teknologi yang digunakan, semakin tinggi pula pengetahuan dan keterampilan karyawan yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaannya. Kelalaian dan kesalahan pelaksanaan operasinya akan mengakibatkan kemungkinan bahaya yang besar. Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perusahaan dapat menimbulkan kerugian yang besar baik dari segi modal maupun sumber daya manusia.
Produktivitas kerja merupakan tujuan bagi setiap manajer. Selain memperhatikan masalah gaya kepemimpinan, perusahaan juga harus memperhatikan tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Karena salah satu kendala dalam pencapaian tujuan tersebut adalah sakitnya karyawan. Apabila karyawan sakit akan membawa kerugian bagi perusahaan. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja bukanlah masalah yang kecil. Yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja kemungkinan besar adalah karena rendahnya pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Demikian halnya dengan PT. X sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang tekstil yang memiliki karyawan dalam jumlah yang relatif banyak, dalam proses produksi menggunakan mesin-mesin berat dan bahan yang mengandung zat kimia pastilah tidak terlepas dari permasalahan diatas. Dalam usahanya meningkatkan produktivitas kerja karyawan agar hasil produksi meningkat sesuai dengan tujuan perusahaan, maka pemimpin perusahaan berusaha menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif, sehingga mampu mempengaruhi karyawan agar mau bekerja sesuai dengan keinginan pemimpin dan tercipta hubungan kerja yang harmonis. Hubungan kerja yang harmonis dapat tercipta apabila pemimpin mampu mengadakan kerjasama yang baik antara pemimpin dan semua karyawannya. Dengan adanya kerjasama yang baik antara pemimpin dan semua karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya maka akan diperoleh produktivitas kerja yang tinggi.
Salah satu tugas dari seorang pemimpin adalah mengetahui keinginan dan kebutuhan karyawan serta berusaha untuk memenuhinya. Pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu kebutuhan karyawan. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja sasarannya adalah kondisi dan tempat kerja yang aman dan sehat. Dengan diterapkannya program pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja maka karyawan akan bekerja dengan aman serta nyaman sehingga akan mendorong karyawan untuk bekerja lebih giat dan semangat lagi dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang ada, penulis berkeinginan mengadakan penelitian dengan mengambil judul : “HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PADA PT. X TAHUN XXXX”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah persaingan yang semakin ketat dalam pemasaran produk tekstil menuntut perusahaan untuk memiliki strategi-strategi tertentu agar dapat bersaing dengan perusahaan lain?
2. Apakah hubungan yang kurang harmonis antara pimpinan dan pegawai dapat menyebabkan turunnya produktivitas kerja?
3. Apakah seorang pemimpin yang kurang menerapkan gaya kepemimpinan dengan baik akan menyebabkan karyawan tidak bekerja dengan sungguhsungguh sehingga produktivitas kerja akan menurun?
4. Bagaimanakah pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan di PT. X?
5. Apakah kurangnya pengetahuan dan kesadaran karyawan akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja di PT. X dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja?
6. Apakah seorang pemimpin yang kurang memperhatikan dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja akan menurunkan produktivitas kerja?

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian berbagai masalah muncul secara bersamaan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, sehingga sulit untuk mengadakan penelitian secara menyeluruh. Mengingat banyaknya permasalahan dan keterbatasan kemampuan peneliti, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah-masalah yaitu hubungan gaya kepemimpinan, keselamatan dan kesehatan kerja dan produktivitas kerja. Untuk lebih jelasnya, peneliti kemukakan penjelasan istilah-istilah sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku seorang pemimpin yang ia gunakan dalam usaha mempengaruhi bawahannya agar bekerja dengan baik.
2. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi kerja yang aman dan sehat yang membuat karyawan merasa tenang dalam bekerja.
3. Produktivitas kerja adalah suatu usaha yang dicapai karyawan dalam usaha memaksimalkan segala sumber yang ada berdasarkan waktu yang digunakan dan kualitas dari barang yang dihasilkan.

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah untuk mengungkapkan pokok-pokok pikiran secara sistematis sehingga tidak terjadi kesalahan pemahaman terhadap suatu penelitian sehingga akan mudah dipahami.
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan dengan produktivitas kerja karyawan PT. X tahun XXXX?
2. Apakah ada hubungan yang positif antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan PT. X tahun XXXX?
3. Apakah ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan, keselamatan dan kesehatan kerja secara bersama dengan produktivitas kerja karyawan PT. X tahun XXXX?

E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian tentu mempunyai maksud dan tujuan. Berdasarkan perumusan masalah yang ada maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan dengan produktivitas kerja karyawan PT. X tahun XXXX.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan PT. X tahun XXXX.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan, keselamatan dan kesehatan kerja secara bersama dengan produktivitas kerja karyawan PT. X tahun XXXX.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang peneliti lakukan ini penting dengan harapan dapat memberikan kegunaan dalam menjawab permasalahan yang ada. Disamping itu diharapkan mempunyai kegunaan teoritis untuk mengembangkan ilmu lebih lanjut maupun kegunaan praktis menyangkut pemecahan-pemecahan masalah yang aktual. Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat digunakan sebagai pendorong bagi perusahaan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif agar karyawan mau dan mampu bekerja secara optimal sehingga produktivitas kerja meningkat.
2. Dapat digunakan sebagai pendorong bagi perusahaan untuk memperbaiki palayanaan keselamatan dan kesehatan kerja agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam bekerja sehingga produktivitas kerja meningkat.
3. Dapat digunakan sebagai pendorong bagi poerusahaan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif dan memperbaiki pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja agar proses produksi menjadi lancar sehingga produktivitas kerja meningkat.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:58:00

Skripsi Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Guru Geografi Dalam Mengajar Dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMPN di Kota X

(Kode PEND-IPS-0006) : Skripsi Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Guru Geografi Dalam Mengajar Dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia “Mencakup semua energi keterampilan, bakat dan pengetahuan manusia yang digunakan secara potensial dapat atau harus digunakan untuk tujuan produksi dan jasa yang bermanfaat” (Idris, Zahara dan Lisma Jamal, 1992:104). Peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia dapat dijelaskan sebagai berikut, hanya melalui pendidikan manusia dapat melaksanakan pasal 31 UUD 1945 “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”, yang sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea keempat sebagai tuntutan konstitusional bagi rakyat Indonesia yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Proses pendidikan khususnya di Indonesia, bukan merupakan suatu proses yang statis. Dalam arti selalu terjadi perubahan yaitu berupa penyempurnaan-penyempurnaan yang pada akhirnya menghasilkan produk atau hasil pendidikan yang berkualitas. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk memperoleh kualitas maupun kuantitas pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. Langkah ini adalah langkah awal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Perlu diketahui bahwa pembangunan bidang pendidikan amatlah esensial untuk mewujudkan kemajuan suatu bangsa/negara.
Pendidikan di Kota X sendiri juga sudah mengalami kemajuan pesat. Karena pendidikan di Kota X merupakan proses yang dinamis, selalu terjadi perubahan demi terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Proses tersebut antara lain dengan senantiasa mengikuti perubahan kurikulum seperti yang ditetapkan pemerintah, seperti perubahan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004. Oleh karena proses pendidikan di Kota X merupakan proses yang dinamis, maka perlu pemroses yang profesional (dalam hal ini guru) untuk dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Untuk menciptakan guru yang profesional ini pemerintah telah berusaha dengan berbagai macam, salah satunya dengan usaha yang terakhir dengan adanya program penyetaraan.
Peningkatan kualitas ini terlihat pada segala jenjang pendidikan. Khusus untuk pendidikan tingkat SMP kualitas pendidikannya menekankan pada kemampuan siswa untuk menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan lingkungan yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara. Usman (2005:145). Di Kota X terdapat banyak sekolah menegah pertama baik negeri maupun swasta atau yang sederajat. Kalkulasinya adalah untuk SMP Negeri terdapat 27 buah, SMP swasta 43 buah dan 7 sekolah MTs.
Sardiman (1990:192) mengatakan bahwa dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar perlu adanya keterampilan mengajar. Sebagai seorang pendidik guru geografi pada khususnya untuk mengajar ia harus berbekal berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula seperangkat keterampilan keguruan dan pada kondisi itu pula ia belajar mempersonalisasikan beberapa sikap keguruan yang diperlukan sesuai dengan hakekat pengajaran geografi. Fairgrieve dalam Sumaatmadja (1996:16) mengemukakan nilai edukatif pengajaran Geografi yaitu “Berfungsi mengembangkan kemampuan peserta didik sebagai calon warga masyarakat dan warga negara dan melatih untuk cepat tanggap terhadap kondisi lingkungan serta kehidupan di permukaan bumi pada umumnya”. Mengingat peran geografi tersebut, sangatlah besar pengaruh guru geografi dalam proses pencapaian tujuan tersebut. Guru geografi dituntut memiliki keterampilan belajar dan mengajar, karena cara mengajar guru yang tidak tepat akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan hasil interkasi berbagai komponen pendidikan. Purwanto (1990:102) yang menyatakan “Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar berasal dari dua golongan yaitu: faktor individual dan faktor sosial”. Faktor individual terdiri atas kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, persepsi dan sifat-sifat pribadi. Sedangkan faktor sosial terdiri atas keluarga, guru dan cara mengajar, fasilitas belajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, motivasi sosial. Termasuk di dalam faktor individual adalah persepsi yang dimiliki siswa. Persepsi sendiri adalah proses mengenal dan mamahami orang lain, jika persepsi yang dimiliki siswa baik, maka prestasinya dapat menjadi baik. Dengan demikian kecakapan dan keterampilan guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan pemikiran tersebut penulis ingin meneliti apakah persepsi yang dimiliki siswa terhadap gurunya berhubungan erat terhadap prestasi belajarnya? Oleh karenanya penulis memberi judul “Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Guru Geografi dalam Mengajar dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP Negeri di X Tahun Pelajaran XXXX/XXXX.”

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka timbul beberapa masalah yang berkaitan dengan persepsi siswa terhadap guru geografi dalam mengajar dan prestasi belajar geografi siswa kelas VIII di SMP Negeri X. Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Cara mengajar guru geografi yang tidak tepat dapat mempengaruhi prestasi belajar Geografi siswa.
2. Adanya faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
3. Faktor internal terdiri atas unsur-unsur kepribadian tertentu, termasuk di dalamnya adalah persepsi. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sosial, termasuk di dalamnya guru geografi dalam mengajar.
4. Persepsi yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda, maka pencapaian terhadap prestasi belajarnya berbeda pula.

C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan mempunyai arah yang pasti maka dilakukan pembatasan masalah. Oleh karena itu penelitian ini hanya akan meneliti mengenai persepsi siswa terhadap guru geografi dalam mengajar dan prestasi belajar geografi siswa kelas VIII tahun pelajaran XXXX/XXXX di SMP Negeri X. Variabelnya sebagai berikut:
Variabel bebas (x) : Persepsi siswa terhadap guru geografi dalam mengajar
Variabel terikat (y) : Prestasi belajar geografi siswa kelas VIII

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap guru geografi dalam mengajar dengan prestasi belajar geografi siswa kelas VIII tahun pelajaran XXXX/XXXX SMP Negeri di X?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi siswa terhadap guru geografi dalam mengajar dengan prestasi belajar geografi siswa kelas VIII SMP Negeri di X tahun pelajaran XXXX/XXXX.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a) Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan kependidikan, utamanya pada proses belajar mengajar di bidang pembelajaran Geografi.
b) Diharapkan dapat menambah khasanah pustaka baik di tingkat program Geografi, jurusan, fakultas maupun universitas lain.
c) Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain.
2. Manfaat Praktis
a) Sebagai masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memperhatikan bagaimana sikap seorang guru dalam belajar mengajar sehingga dapat menumbuhkan persepsi yang positif dalam diri siswa terhadap guru.
b) Bagi siswa, memberi masukan untuk berusaha memiliki persepsi yang positif pada guru, utamanya terhadap guru geografi.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:58:00

Skripsi Hubungan Antara Lingkungan Belajar Dan Minat Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI Jurusan IPS SMAN X

(Kode PEND-IPS-0004) : Skripsi Hubungan Antara Lingkungan Belajar Dan Minat Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI Jurusan IPS SMAN X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi sekarang ini negara mengalami persaingan yang luar biasa dalam berbagai bidang. Antara lain dalam bidang perniagaan, industri, ilmu pendidikan dan berbagai dimensi lain, baik pembangunan fisik maupun pembangunan sepiritual. Dalam upaya menjawab tantangan ini perkembangan sumber daya diproritaskan. Perkembangan sumber daya yang diprioritasakan adalah perkembangan sumber daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan sumberdaya manusia dapat melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan besama-sama membangun bangsa. Disamping itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak hanya cukup tumbuh dan berkembang dengan dorongan insting saja, melainkan perlu bimbingan dan dorongan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia purna. Menurut undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal 1 menyatakan;
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, Masyarakat maupun bangsa dan negara, sebagai wujud perhatian negara Republik Indonesia, maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekarang ini. Peningkatan mutu pendidikan senantiasa disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membuat pembangunan bangsa akan menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan antara lain: peningkatan mutu para guru, pembaharuan kurikulum, penambahan berbagai fasilitas belajar, dan sebagainya. Meskipun usaha-usaha tersebut telah dilakukan tetapi masih banyak sekolah-sekolah yang menghasilkan lulusan yang kurang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat, orangtua, guru, dan siswa itu sendiri.
Menurut Ngalim Purwanto (1988: 148) lingkungan pendidikan atau lingkungan belajar dibedakan menjadi 3 golongan. antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkuangan masyarakat. Lingkungan belajar tersebut mendukung dan berperan besar dalam keberhasilan perestasi belajar anak didik. Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi juga dapat menjadi faktor kesulitan belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 81) Lingkungan keluarga terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor Orangtua, suasana rumah tangga atau keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga.
Anak lahir dalam lingkungan keluarga dan dalam pemeliharaan Orangtua. Orangtua disini memikul tugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru dan pengasuh bagi Anak-anaknya. Orangtua merupakan contoh terdekat bagi anaknya. Segala perbuatan yang dilakukan tanpa disadari akan ditiru anaknya, untuk itu sikap Orangtua yang bermasalah harus dihindari. Orangtua harus memperhatikan pendidikan, dan perkembangan belajar anaknya. Disamping itu hubungan Orangtua dengan anak sangat berpengaruh dalam kemajuan belajar anak. Yang dimaksud perhatian disini adalah kasih sayang yang penuh perhatian atau kebencian. Kasih sayang, perhatian atau penghargaan kepada anak akan menimbulkan mental yang sehat bagi anakanaknya.
Suasana rumah adalah keadaan lingkungan fisik maupun nonfisik dalam rumah. Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik, anak akan terganggu konsenterasinya sehingga sulit untuk belajar. Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu cekcok diantara anggota keluarga akan mewarnai suasana keluarga yang melahirkan anak yang tidak sehat mentalnya.
Faktor yang ketiga adalah keadaan ekonomi keluarga, keadan ekonomi keluarga ada dua golongan yaitu keadaan ekonomi yang kuat atau berlebih dan keadaan ekonomi yang lemah. Hal ini berhubungan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan alat-alat dan fasilitas belajar. Umumnya siswa SMAN X berasal dari ekonomi rendah. Dengan keadaan tersebut ada beberapa siswa yang menjadikan sebagai motivasa dalam belajar, sedangkan ada juga yang minder dengan keadaanya.
Lingkungan kedua adalalah lingkungan sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Dikatakan sebagai lembaga pendidikan formal karena diadakan di sekolah atau tempat tertentu dan mempunyai jenjang mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab VI pasal 14. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam lingkungan masyarakat. Dan sekaligus mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ketingkat menengah. Pendidikan dasar ini diselengarakan selama 9 tahun, yang dilaksanakan 6 tahun di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta 3 tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan menengah diselengarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pengetahuan yang telah didapat di sekolah dasar, selain itu juga guna menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang mampu melaksanakan hubungan timbal balik dengan sosial, budaya, dan alam sekitarnya serta dapat mengembangkan kemampuannya lebih lanjut di dunia kerja atau melanjutkan keperguruan tinggi. pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum ini berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Madarasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat
Salah satu pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dulu bernama SMU. Tujuan dari sekolah menengah atas ini adalah sebagai dasar untuk anak didik dalam mempersiapkan guna melanjutkan keperguruan tinggi. Disamping itu pendidikan menengah atas juga bertujuan menyiapkan anak didik yang siap kerja. Sekarang ini SMA menjadi sekolah menengah yang banyak diminati oleh siswa-siswa lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama yang bertujuan melanjutkan kuliah keperguruan tinggi. Sekolah menengah atas dibagi menjadi beberapa jurusan diantaranya sekolah menengah atas jurusan IPS, sekolah menengah atas jurusan IPA, dan sekolah menengah atas jurusan bahasa. Salah satu sekolah menengah atas jurusan IPA dan IPS di X adalah SMAN X.
Lingkungan belajar yang ketiga adalah lingkungan masyarakat. Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang luas dan meluas yaitu hubungan antara dua orangtua atau lebih yang tak terbatas. Manusia merupakan makluk sosial dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat norma-morma yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Normanorma tersebut berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap. Untuk itulah lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar anak.
Selain lingkungan belajar di atas keberhsilan prestasi siswa juga dipengaruhi oleh minat belajar. Minat adalah kecendrungan dalam diri individu untuk tertarik pada suatu obyek atau menyenangi sesuatu obyek. Sehingga tingkah laku individu terhadap suatu obyek tertentu sangat dipengaruhi besar kecilnya minat siswa terhadap suatu obyek tersebut, dengan demikian jelas bahwa betapa pentingnya membangkitkan minat pada diri siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk itu dalam setiap pelajaran harus menarik minat siswa karena minat siswa itu sendiri dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar, sebagai mana diungkapkan oleh Muhibbin Syah (2005: 151)
“Minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas dan pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Bila anak menaruh minat besar terhadap mata pelajaran tertentu akan memusatkan perhatian yang lebih besar dari pada siswa lainya”. Kemudian karena pemusatan perhatian yang insentif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang di inginkan. Dengan demikian kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu biasanya tidak dapat diharapkan akan berhasail dengan baik dalam menguasai ilmu yang dipelajari. Sebaliknya bila seseorang belajar penuh minat maka akan dengan suka mempelajari dan meluangkan waktu yang cukup banyak untuk mendalami mata pelajaran tersebut sehingga dapat diharapkan prestasi yang dicapai akan lebih baik.
Dengan demikian berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas jelas bahwa lingkungan belajar dan minat belajar merupakan faktor-faktor yang sangat berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Berkenaan dengan hal di atas menarik minat penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Lingkungan Belajar dan Minat Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri X Tahun Ajaran XXXX/XXXX”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut
1. Apakah dunia pendidikan saat ini sudah menghasilkan sumber daya yang benar-benar berkualitas untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan diberbagai bidang?
2. Lingkungan belajar antara siswa satu dengan siswa lainya berbeda-beda. Apakah lingkungan belajar mempengaruhi prestasi belajar?
3. Minat siswa dalam belajar antar siswa satu dengan yang lainnya tidak sama. Apakah minat belajar mempengaruhi prestasi belajar?
4. Apakah mata pelajaran Akuntansi sebagai mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa mengingat kemampuan siswa yang berbeda- beda?
5. Siswa SMAN X mempunyai lingkungan dan tingkat minat belajar yang berbeda. Apakah beragamnya lingkungan dan tingkat minat belajar tersebut akan menimbulkan prestasi yang bervariasi pada pelajaran Akuntansi?

C. Pembatasan Masalah
Pada dasarnya setiap orang mempunyai argumen yang berbeda- beda untuk itu dalam mengkaji suatu masalah perlu diberikan batasan yang jelas agar tidak terjadi kekaburan dan cara pandang yang berbeda, hal ini dilakukan agar permasalahan dapat dikaji secara mendalam.
Dalam penelitian ini, oleh karena banyaknya permasalahan maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang penulis kemukakan adalah :
1. Lingkungan belajar adalah yang ada di alam sekitar baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Lingkungan disini adalah lingkungan dari siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.
2. Minat belajar adalah perhatian dan keinginan yang besar terhadap sesuatu, dalam hal ini adalah pelajaran Akuntansi.
3. Prestasi belajar Akuntansi yang dimaksut dalam penelitian ini adalah nilai atau hasil yang diperoleh siswa kelas XI jurusa IPS SMA Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX dan menjadi nilai rapor

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Adakah hubungan yang positif lingkungan belajar dengan prestasi belajar mata pelajaran Akuntansi siswa kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX?
2. Adakah hubungan yang positif minat belajar dengan prestasi belajar mata pelajaran Akuntansi siswa kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX?
3. Adakah hubungan yang positif lingkungan belajar dan minat belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002: 51) “Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai”. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif lingkungan belajar dan prestasi belajar mata pelajaran Akuntansi siswa kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif minat belajar dengan prestasi belajar mata pelajaran Akuntansi siswa kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.
3. Untuk mengetahui adakah hubungan yang positif lingkungan dan minat belajar secara bersama-sama dengan prestasi mata pelajaran Akuntansi kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.

F. Manfaat Penelitian
Pada hakekatnya suatu penelitian yang dilaksanakan oleh seseorang diharapkan akan mendapatkan manfaat tertentu. Begitu pula dengan penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat antara lain:
Manfaat Teoretis
- Merupakan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan pada umumnya dan pendidikan SMA pada khususnya.
- Sebagai bahan atau referensi bagi para peneliti-peneliti yang lain yang ingin mengembangkan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Manfaat Praktis
- Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
- Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk membangkitkan minat belajar dan cara belajar yang baik
- Bagi siswa, sebagai pedoman dalam meningkatkan minat belajar dan cara belajar yang baik.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:57:00