(Kode INFORMAT-0002) : Skripsi Analisa Dan Perancangan Sistem Informasi Penggajian Karyawan PT. X
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterlambatan sering terjadi dalam memproses gaji/upah karyawan akibat penumpukan pemrosesan pembayaran gaji/upah yang masih dilakukan secara tradisional/manual, karena data harus dicatat atau diproses berulang kali dalam upaya menyusun laporan gaji/upah karyawan.
Akibat dari banyaknya kompetitor dalam era globalisasi ini mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk mengatasi masalah penggajian kepada karyawannya untuk mencegah berkurangnya produktivitas perusahaan dengan menggunakan sistem informasi penggajian yang terkomputerisasi. Dan bagi perusahaan yang mempunyai karyawan yang cukup besar, maka karyawan juga menjadi masalah yang harus dipecahkan.
PT. X (X) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan/produksi, perekaman, dan penayangan film. Baik film fiksi atau non-fiksi dan film cerita ataupun non-cerita. Program-program tv yang pernah diproduksi oleh PT. X mayoritas ditayangkan di stasiun tv Metro TV. Selain itu ada juga yang ditayangkan di stasiun tv Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), Trans TV, TV7, Jak TV, dan J-TV. Di tengah semaraknya kehidupan pers, kehadiran PT. X diharapkan dapat memberikan makna bagi perjalanan menuju Indonesia baru dan meningkatkan kualitas media elektronik khususnya pada dunia pertelevisian Indonesia. Setidaknya PT. X dengan kemampuan sumber daya yang dimilikinya menjadi alternatif baru penyedia jasa informasi yang dikemas khas dalam format audio visual. Oleh karena itu sumber daya manusianya harus ditunjang salah satunya dengan memberikan gaji/upah tepat pada waktunya untuk memelihara suatu angkatan kerja yang penting bagi produktivitas perusahaan.
Sistem penggajian yang sedang berjalan pada PT. X masih menggunakan cara tradisional/manual. Untuk mempermudah dan mengakuratkan proses perhitungan gaji pokok, tunjangan untuk karyawan, lembur dan potongan-potongan. Disarankan agar perusahaan menerapkan sistem informasi yang terkomputerisasi.
Oleh karena itu penulis membuat dan menyusun sistem ini dengan tujuan membantu PT. X dalam mengontrol dan mendukung keseluruhan aktifitas dan kinerja sumber daya manusia dengan harapan mempermudah perusahaan dalam memproses gaji/upah karyawan dengan cepat, tepat dan akurat.
Berdasarkan masalah diatas, maka judul yang tepat untuk Information System Minor Project ini adalah : “ Sistem Informasi Penggajian (Payroll) Karyawan PT. X”.
1.2 Ruang Lingkup
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka pembahasan masalah dalam Information System Minor Project ini perlu diadakan pembatasan ruang lingkup penulisan pada bidang tertentu untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut :
• Slip gaji
• Absensi dan Lembur
• Laporan-laporan (gaji, absensi, lembur, pajak penghasilan)
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah :
a. Mengetahui dan menganalisa sistem penggajian karyawan yang digunakan PT. X.
b. Merancang dan menerapkan sistem informasi penggajian (payroll) yang terkomputerisasi sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh PT. X.
1.3.2 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini adalah :
a. Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi PT. X agar dapat memproses dan memberikan gaji/upah karyawan tepat pada waktunya.
b. Menghasilkan suatu informasi penggajian yang cepat, tepat dan akurat dalam membantu dan memudahkan user untuk memproses penggajian.
c. Memberikan masukan dan informasi bagi penulis lain yang akan melakukan penulisan dengan topik yang sama.
1.4 Metodologi
Metode yang digunakan dalam menyusun penulisan laporan Information System Minor Project adalah sebagai berikut :
1. Metode Pengumpulan Data
a. Melakukan pengumpulan data untuk menganalisa secara teoritis sistem informasi penggajian secara umum dan yang digunakan atau sedang berjalan dalam perusahaan serta mempelajari cara-cara membangun sistem informasi penggajian yang baik untuk digunakan dalam membangun sistem informasi penggajian yang terkomputerisasi.
b. Melakukan wawancara dengan PT. X untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi secara kompleks serta proses penggajian yang sedang berjalan atau digunakan perusahaan.
2. Metode Analisa
Metode analisa yang digunakan berorientasi objek dengan pendekatan Mathiassen, yaitu :
Problem Domain Analysis
- Class yang terdiri atas event table berupa class dan event.
- Structure terdiri atas Class Diagram.
- Behavior Pattern terdiri atas Statechart Diagram.
b. Application Domain Analysis
- Usage yang terdiri atas Use Case Diagram dan Sequence Diagram.
- Function yang terdiri atas Function List.
- User Interface yang terdiri atas rancangan sistem yang akan dibangun.
c. Component Design
Component Design terdiri atas model component, function component dan connecting component.
d. Architecture Design
Architecture Design terdiri atas kriteria, komponen, dan proses.
3. Metode Perancangan
Menggunakan Component Diagram, Deployment Diagram, yang berhubungan dengan Class -class Diagram yang telah dianalisis.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Information System Minor Project ini terdiri dari Lima Bab dengan urutan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, ruang lingkup,tujuan dan manfaat penulisan,metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini terdapat pembahasan mengenai tinjauan pustaka, mengenai definisi, pengertian, dan penjelasan dari teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas sebagai dasar pemecahan masalah.
BAB III ANALISIS SISTEM INFORMASI Bab ini menguraikan struktur perusahaan tata laksana sistem yang berjalan, permasalahan dan keterbatasan yang dihadapi perusahaan saat ini, serta pemecahan yang dapat diambil dan gambaran prosedur-prosedur kerja sistem informasi penggajian.
BAB IV PERANCANGAN SISTEM INFORMASI
Bab ini menguraikan tujuan dari hasil sistem informasi penggajian. Menjelaskan arsitektur dan komponen-komponen yang digunakan serta tata laksana sistem yang sedang berjalan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan saran yang perlu diambil oleh perusahaan yang bersangkutan dengan tujuan memperlancar proses penggajian.
Home » All posts
Skripsi Analisa Dan Perancangan Sistem Informasi Penggajian Karyawan PT. X
Skripsi Analisa Dan Desain Sistem Informasi Pembelian Dan Penjualan Barang Dengan Aplikasi Visual Basic 6.0
(Kode INFORMAT-0001) : Skripsi Analisa Dan Desain Sistem Informasi Pembelian Dan Penjualan Barang Dengan Aplikasi Visual Basic 6.0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam rangka pencapaian program kerja dan peningkatan kinerja perusahaan, hampir semua perusahaan berupaya untuk melakukan perubahan terhadap sistem kerja yang sudah ada karena sistem yang diterapkan hampir sudah tidak layak digunakan untuk kegiatan operasioal perusahaan terutama di dalam melakukan pengolahan data yang rumit dan bersifat rutinitas.
Toko X bergerak dalam bidang kelontong dan alat-alat tulis dan transaksi yang dilakukan setiap harinya cukup besar. Pada pengolahan data pembelian barang pengelola toko tidak membuatkan secara tertulis tentang biaya pembelian yang dilakukan, ini hanya dilakukan secara lisan kepada pemilik toko berdasarkan faktur pembelian. Hal ini menyebabkan tidak efesiennya pengelolaan biaya pembelian dan juga pemesanan barang dilakukan berdasarkan perkiraan tanpa mengetahui secara pasti stok barang yang ada. Sedangkan dalam pengelolaan data penjualan barang pembuatan laporan hanya dibuatkan secara garis besar yaitu berapa jumlah uang didapat setiap harinya. Selain itu juga ada masalah-masalah lain yang sering muncul seperti hilangnya faktur-faktur pembelian maupun faktur-faktur penjualan yang merupakan bukti-bukti dari transaksi-transaksi yang dilakukan.
Untuk itu perlu dibangun sebuah sistem informasi dan sebuah database yang dapat menampung data dalam jumlah banyak sehingga apabila dilakukan pengaksesan terhadap suatu data akan lebih mudah untuk mendapatkannya dan juga mudah melakukan perhitungan dalam jumlah banyak sehingga informasi yang diperoleh lebih baik dan cepat.
Berdasarkan dari masalah diatas penulis akan memberikan sebuah solusi yang akan dibahas pada uraian dari masing-masing bab dengan judul “ANALISA DAN DESAIN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN DAN PENJUALAN BARANG DENGAN APLIKASI VISUAL BASIC 6.0 PADA TOKO X”
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Agar penulisan penelitian ini lebih terarah, maka penulis akan memberikan batasan masalah yang akan dibahas sehingga hal ini tidak menyimpang dari tujuan yag hendak dicapai. Pembahasan masalah berorietasi pada penggunaan komputer dalam melakukan pengolahan data pembelian dan penjualan barang pada Toko X, serta menganalisis sistem pengolahan data yang sudah diterapkan selama ini serta kelemahan-kelemahan dari sistem tersebut.
Dalam pembahasan dititik beratkan terhadap penggunaan Visual Basic 6.0 sebagai software aplikasi dalam sistem pembelian dan penjualan barang pada Toko X.
1.3 Rumusan Masalah
Melihat kenyataan seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan bahwa masalah yang dihadapi Toko X adalah sebagai berikut :
1. Proses pengolahan data pembelian dan penjualan masih dilakukan secara manual sehingga mengakibatkan kurang efesien dalam mengelola keuangan.
2. Penyimpanan faktur pembelian dan penjualan masih dalam bentuk arsip-arsip, sehingga menyulitkan dalam pencarian kembali suatu dokumen yang diperlukan dan juga keamanannya tidak terjamin.
3. Pengelolaan persediaan hanya berdasarkan perkiraan sehingga menyebabkan keraguan pemilik toko dalam mengambilan keputusan dan kerugian.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dikemukakan hipotesis bahwa dengan dirancangnya sistem yang baru maka dapat menghasilkan laporan-laporan yang bisa membantu pimpinan dalam mengambil keputusan dan meningkatkan keuntungan juga penyimpanan data secara elektronik akan lebih aman serta dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang hendak dicapai antara lain :
1. Membuat sebuah sistem informasi yang dapat melakukan pengolahan data pembelian dan penjualan barang.
2. Merancang sistem informasi yang dapat menghasilkan laporan-laporan secara terperinci serta memudahan dalam mencari informasi apabila ada pengkoreksian terhadap data tertentu.
3. Membandingkan sejauh mana efesiensi dan efektifitas sistem informasi yang dirancang dengan sistem yang sedang berjalan.
Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi :
1. Peneliti
Dapat menerapkan ilmu yang penulis didapatkan selama kuliah di Universitas X.
2. Pemilik toko
Pemilik toko mengetahui kekurangan-kekurangan sistem yang diterapkan selama ini dan dapat lebih mudah mengambil keputusan untuk meningkatkan keuntungan.
3. Peneliti berikutnya
Lebih mudah memahami sistem informasi yang sedang berjalan sehingga bisa memberikan solusi yang tepat terhadap kekurangan dan kelemahan sistem.
Implementasi Model Pembelajaran Humanizing The Classroom Dalam Interaksi Edukatif Siswa Di Sekolah Kreatif SD X
(Kode PEND-AIS-0026) : Implementasi Model Pembelajaran Humanizing The Classroom Dalam Interaksi Edukatif Siswa Di Sekolah Kreatif SD X
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan secara umum bertujuan membantu manusia menemukan akan hakikat kemanusiaannya. Maksudnya, pendidikan harus mampu mewujudkan manusia seutuhnya. Pendidikan juga berfungsi melakukan proses penyandaran terhadap manusia seutuhnya.1 Salah satu masalah pokok pendidikan adalah sejumlah kerusakan dan kemunduran dalam ragam aspek kehidupan yang kini di nilai sebagai akibat dari tidak berfungsinya system pendidikan kita dalam pengembangan pribadi-pribadi handal yang memiliki kesadaran lingkungan. Sementara itu pihak pengelola pendidikan dan guru menempatkan diri sebagai yang lebih bermoral, sumber kebaikan dan kesuksesan hidup. Pada saat yang sama, nasib guru yang memperihatinkan masih harus jadi pelayan setia penguasa. Bila dikatakan bahwa kekerasan dunia pendidikan adalah resiko dan harga social yang harus dibayar kekurang pedulian pada nasib guru namun alas an ekonomi tidaklah tepat dan bukan kearifan dijadikan pembenar bagi pelanggaran HAM dan penindasan anak-anak negeri ini,2 maka disini perlu adanya pembenaran paradigma karena tidak sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan Nasional tercantum dalam UU RI No.02 Taun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II, Pasal 4 yang berbunyi :
" Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, keperibadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan".3
Dengan demikian jelas arah pendidikan yang direncanakan oleh pemerintah, tetapi semua itu kembali kepada pelakuya. Penyelengaraan pendidikan disekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang bekemampuan rata-rata, sehingga yang berkategori rata-rata itu (sangat bodoh) tidak mendapatkan kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya.4 Dari sinilah kemudian timbul ketidakadilan dalam proses belajar mengajar.
Padahal untuk mewujudkan out put pendidikan yang diharapkan tidak lepas dari faktor pendukung dari pendidikan itu sendiri, sebab pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan, diantaranya adalah pembelajaran yang dicapai, materi yang diajarkan, media yang digunakan situasi, kurikulum, pengelolaan proses belajar mengajar (PBM) dan evaluasi.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalan situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.5 Interaksi edukatif adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa terjadi secara sadar untuk mencapai tujuan sama guna mengantarkan siswa kearah kedewasaan dan kemandirian dalam belajar. Interaksi disini bukan hanya sekedar merupakan pelaksanaan penyampaian pesan berupa materi pelajaran melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa.
Apabila dikaitkan dengan proses pembelajaran agama di tingkat sekolah bahwa Pendidikan Agama Islam masih mengarah pada pengetahuan tentang agama Islam. Proses internalisasi dan aplikasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari siswa justru kurang mendapat perhatian siswa. Internalisasi nilai-nilai Islam pada siswa bukanlah hal yang sederhana, sebab pada kenyataannya ketika nilai-nilai itu tidak dipahami siswa tidak secara otomatis muncul tetapi dalam bentuk perilaku.6 Kalau kita perhatikan dalam proses perkembangan pendidikan Islam bahwa salah satu problem yang menonjol dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ialah masalah metode mengajar dan juga terletak pada sistem pembelajaran yang diterapkan kurang efektif dan efesien.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Belajar menunjuk pada apa yang harus di lakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedang menganjar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar.7
Namun realitas yang seringkali kita jumpai, anak-anak yang dibebani belajar yang melampaui kemampuan mereka, sering dituntut pada kemampua konvergen, hafalan dan memberikan PR yang banyak dan bukan berdasarkan kemampuan mereka. Sehingga mengakibatkan anak malas untuk berangkat kesekolah. Padahal di masa usia SD merupakan masa-masa keriangan dan kegembiraan. Pola pengajran yang diterapkan kurang memberi kebebasan berpikir , banyak teori dan hafalan serta terfokus pada pencapaian target kurikulum. Dan karena mereka inilah mereka yang penuh dengan suasana bermain, bernyanyi, menari, berfantasi (berkhayal), dan melakukan sesuatu beban. Mereka juga kehilangan kemerdekaannnya sebagai anak kecil.
Untuk menyikapi fenomena yang ada, para praktisi pendidikan dan khususnya pemerintah telah berusaha untuk menghidupkan kembali aktifitas pendidikan melalui cara-cara pendidikan yang betul-betul mencerdaskan dan dapat dinikmati anak. Hal ini sesuai dengan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan pendidikan. Pendidikan Nasional oleh Depdiknas sebagaimana yang dijelaskan dalam UU Sisdiknas pasal 40 ayat 2 yang berbunyi: " Pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis".8
Dari pasal diatas dapat disimpulkan bahwa para pendidik atau seorang guru tidak boleh mendominasi pengetahuan, sedang peserta didik haruslah diberi kebebasan dalam menggali pengetahuan, dan guru harus lebih inofatif dalam menciptakan suasana belajar yang adil, menarik, lebih demokratis tanpa ada kekerasan dan efektif untuk siswa.
Salah satu alternatif yang dilakukan sekolah serta para pendidik adalah menciptakan suatu pembelajaran yang efektif dan efesien. Pembeljaran seperti ini diharapkan dapat mengurangi beban peserta didik dalam belajar dan membuat semangat belajar, karena pada dasarnya tidak ada seorangpun yang dilahirkan menjadi pemalas atau pemurung. Oleh karena itu, perlu adanya suasana belajar yang menyenangkan, membebaskan dan demokratis.
Di sini pembelajaran Humanizing The Classroom merupakan strategi yang menyenangkan dan demokrasi karena disini guru menciptakan ruangan kelas yang harmonis dan manusiawi. Sehingga peserta didik bisa mengekspresikan diri dengan segala potensi dan aktualisasi diri serta belajar mengembangkan menemukan solusi dan ide-ide baru secara mandiri dan berkepribadian. Maka dengan adanya model pembelajaran yang efektif, pendidikan dihrapkan mampu melahirkan manusia yang berbudi luhur, kreatif, kaya akan ide- ide atau gagasan baru guna perkembangan bangsa dan negara sehingga bisa merubah lebih baik dari kehidupannya. Dalam al-Quran Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Q.S: Al-Ra'd:11)
Ayat diatas mengisayaratkan bahwa adanya keharusan untuk bersifat kreatif, menemukan sesuatu yang baru, imajinatif. Karena dalam diri manusialah akan terlahir aktifitas-aktifitas yang positif maupun yang negatif yang mewarnai keadaan masyarakat dalam bentuk kreatifitas.9
Maka pelaku pendidikan baik pendidik maupun peserta didik bisa lebih teliti menyikapinya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan inovatif model pembelajaran disekolah-sekolah haruslah dapat mengembangkan bakat dan kemampuan siswa secara optimal. Sehingga siswa dapat mewujudkan potensi dirinya tanpa tekanan serta siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dan dengan adanya model pembelajaran tersebut dalam interaksi edukatif, inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian disalah satu sekolah dasar di X yang berada dibawah naungan persyerikatan Muhammadiyah, karena di sekolah kreatif SD X inilah model pembelajaran Humanizing The Classroom ini diterapkan. Oleh karena itu peneliti dalam penelitian ini dengan judul "Implementasi Model Pembelajaran Humanizing The Classroom Dalam Interaksi Edukatif Siswa Di Sekolah Kreatif SD X"
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Implementasi Model Pembelajaran Humanizing The Classroom Dalam Interaksi Edukatif Siswa Di Sekolah Kreatif SD X?
2. Bagaimana hasil dari penerapan Model Pembelajaran Humanizing The Classroom Dalam Interaksi Edukatif Siswa Di Sekolah Kreatif SD X?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Model Pembelajaran Humanizing The Classroom Dalam Interaksi Edukatif Siswa Di Sekolah Kreatif SD X
2. Untuk mengetahui bagaimanaa hasil Implementasi Model Pembelajaran Humanizing The Classroom Dalam Interaksi Edukatif Siswa Di Sekolah Kreatif SD X
D. KEGUNAAN PENELITIAN
1. Dari segi teoritis
Penelitian ini mempunyai konstribusi yang besar perkembangan penelitian dalam bidang pendidikan khususnya ynag ada hubungannya dengan model pembelajaran yang inovatif
2. Dari segi empiris Sebagai sarana melatih diri penulis dalam mencari dan menganalisa permasalahan yang terjadi dalam dunai pendidikan.
3. Dari segi praktis
Sebagai bahan rujukan bagi sekolah dalam menciptakan dan mengembangan lingkungan belajar yang kondusif bagi para siswa khususnya.
E. Definisi Operasional
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
F. Metode Penelitian
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
G. Sistematika Pembahasan
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
Urgensi Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Mental Ideologi TNI Di Akademi Angkatan Laut
(Kode PEND-AIS-0025) : Urgensi Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Mental Ideologi TNI Di Akademi Angkatan Laut (AAL)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekerasan militer di Indonesia merupakan fakta yang menyejarah yang tidak bisa lagi disembunyikan seperti kasus Timor-Timor sebelum meraih kemerdekaannya, Aceh pra rekonsiliasi dan Tsunami Papua, tragedi Mei 1998, insiden Tanjung Priok, dan penembakan di Jati Pasuruan, hingga kasus-kasus kekerasan militer lain yang terjadi di seantero negeri ini, semua menyimpan tanda tanya yang sering kali terselubung di balik pemberitaannya. Ada apa dengan tetesan darah yang tumpah di tanah kuburan-kuburan masal yang digali kembali. Fakta-fakta hitam laporan Hak Asasi Manusia (HAM) yang membuat kita miris dengan rasa ngeri menimbang para pelakunya adalah mereka yang notabene dipercaya sebagai pelindung bangsa.1
Dunia telah mencatat sejumlah pembantain dan tindak kekerasan oleh militer di Indonesia yang disokong karpasi-karpasi multinasional. Tindak kekerasan oleh militer di area free port pertama kali didokumentasikan pada tahun 1971 dan belum berhenti sampai saat ini pembantaian yang terjadi di kampungkampung membuat ribuan warga terpaksa mengungsi. Kasus penyiksaan dan pemerkosaan sering menyertai tindak kekerasan ini. Setiap perlawanan dilakukan akan berujung pada pembunuhan dan penculikan. Lebih jauh lagi, di wilayah
Papua militer terlibat dalam bisnis prostitusi, penebangan illegal, penyelundupan senjata dan sejumlah kasus pemerasan. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan Departemen lainnya yang dipercaya pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas ribuan pembunuhan, penangkapan dan penghilangan warga sipil Aceh. Contoh kecil baru-baru ini adalah penembakan warga Pasuruan oleh marinir, yang terjadi karena adanya kesepakatan bisnis antara marinir dengan PT. Rajawali, yang mengakibatkan 4 korban tewas, termasuk seorang perempuan yang sedang hamil. Contoh hanyalah sebagian sangat kecil dari praktik kekerasan yang dilakukan militer Indonesia yang mesti sering dilakukan dengan alasan demi stabilitas, integritas dan persatuan selalu saja ada kaitannya dengan bisnis sekecil apapun.2
Peralihan di akademik militer memang identik dengan sifat keras, tegas, ketat dan disiplin. Akan tetapi sifat kekerasan tegas mereka itu terarah dan tidak bisa berbuat semaunya. Apalagi berbuat anarki, kekerasan militer. Karena hal tersebut bukan merupakan salah satu sifat dari prajurit Indonesia seperti yang dimanifestasikan dalam Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan delapan wajib TNI. secara ringkas sebagai berikut :
Bunyi delapan wajib TNI, yaitu:
1. Bersikap ramah tamah terhadap masyarakat
2. Bersikap sopan santun terhadap rakyat
3. Menjunjung tinggi kehormatan wanita
4. Menjaga kehormatan diri di muka umum
5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaan
6. Tidak sekali-kali merugikan masyarakat
7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati masyarakat
8. Menjadi contoh dan mempelopori usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya.
Sapta marga, sumpah prajurit dan delapan wajib TNI itu merupakan jati diri TNI. Jati diri prajurit tersebut terpelihara melalui pembinaan mental secara sistematis dan berlanjut. Kualitas moral prajurit sebagai landasan utama. Hal ini dikarenakan meskipun seorang prajurit mempunyai kualitas pengetahuan, skill dan ketahanan fisik yang tinggi tanpa dilandasi moral yang baik tentunya tidak akan memberikan hasil yang optimal pada pelaksanaan tugasnya dalam kaitannya dengan pembinaan mental rohani dan ideologi TNI yang bertujuan untuk membentuk sikap dan kepribadian serta amal perbuatan Anggota TNI Angkatan Laut yang besar dan profesional yang merupakan kunci ketahanan nasional seperti yang tercantum di dalam TAP MPR No. II/MPR/1993, sebagai berikut :
Angkatan bersenjata Republik Indonesia sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan dan kekuatan sosial politik yang timbul dari rakyat bersama rakyat menegakkan serta mengisi kemerdekaan bangsa dan negara.3 Dari TAP MPR di atas secara resmi bangsa Indonesia telah memberikan amanat kepada TNI untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan kewajiban sebagai stabilisator dan dinamisator dalam kehidupan masyarakat. Sudah tentu tugas tersebut bukanlah hal yang ringan. Karena dalam waktu yang bersamaan harus mengemban tugas yang berbeda. oleh karena itu diharapkan kemanunggalannya TNI dan rakyat dalam mengisi dan mempertahankan bangsa ini dapatlah dipertahankan.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa prajurit TNI adalah manusia biasa yang normal layaknya sebagaimana manusia Indonesia lainnya. Mereka banyak menjumpai persoalan, mereka memiliki keinginan di samping memendam anganangan dan sebagainya. Oleh karena itu yang membedakan prajurit TNI dan manusia lainnya terletak pada masalah hak dan kewajiban yang harus dilakukan tugas dan peran ganda tersebut menyebabkan mereka harus memiliki mental yang kuat dan kokoh, sehingga mampu serta bertanggung jawab terhadap amanat yang diembannya dengan jujur, baik dan benar. Hal ini sesuai dengan ucapan Zakiah Derajat dalam bukunya Islam Kesehatan Mental menjelaskan bahwa:
Sehat mental adalah terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan, mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah dan kegoncangankegoncangan biasa. Adanya keserasian fungsi-fungsi semua (tidak ada konflik) dan merasa dirinya berharga, berguna dan bahagia serta dapat menggunakan potensi yang ada seoptimal mungkin.4
Dari ungkapan yang diberikan Zakiyah terdapat kesinambungan perawatan dalam rangka pembinaan mental manusia. Bahwa mental atau kondisi kejiwaan manusia senantiasa membutuhkan pembinaan dan perawatan, sehingga dapat berkembang dengan sempurna tanpa adanya upaya pembinaan dan perawatan yang sistematis dan berkesinambungan maka pertumbuhan mental manusia cenderung liar dan anarkis.
Berdasarkan uraian di atas, maka kondisi mental manusia sangatlah penting untuk dibina dan dirawat sedemikian rupa yang merupakan basis bagi semua jenis dan bentuk kegiatan manusia yang menentukan baik dan buruknya perilaku manusia.
Begitu pula dengan mental prajurit TNI. Pembinaan dan perawatannya dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Semua itu dimaksudkan agar setiap prajurit TNI dibina mentalnya dengan berbagai materi, demikian pula dengan pembinaan jasmaniah yang juga sama-sama mendominasi bagi postur sang prajurit.
Pembinaan mental prajurit dilaksanakan sebagai upaya membentuk, memelihara dan meningkatkan kondisi jiwa Sapta Marga Anggota. Adapun tujuan yang ingin dicapai :
1. Terwujudnya kesadaran yang mendalam tentang dasar falsafah dan ideologi negara Pancasila di kalangan warga dan keluarga ABRI/TNI. Sehingga dapat melaksanakannya secara konsekuen sebagai hamba Tuhan, insan politik, insan ekonomi, insan sosial budaya, insan prajurit dan insan warga negara yang bersendikan Pancasila.
2. Terwujudnya warga dan negara ABRI/TNI yang taat dan sholeh dalam melaksanakan sesuai ajaran agama yang diyakini masing-masing.
3. Terwujudnya pembinaan tradisi, adat kebiasaan dan ajaran yang mempunyai nilai tinggi sepanjang tidak bertentanga n dengan kehidupan Pancasila.
4. Terwujud dan terpeliharanya identitas TNI pada setiap prajurit ABRI/TNI.
5. Terwujud dan terpeliharanya kesiapsiagaan mental serta terbinanya semangat juang
6. Terwujudnya sikap dan perilaku serta amal perbuatan insan prajurit ABRI/TNI yang berpedoman pada Sapta Marga.5
Bagi setiap prajurit TNI yang beragama Islam berkeyakinan bahwa agama merupakan petunjuk dan tuntunan dari Allah SWT untuk semua manusia demi kesejahteraan dunia dan akherat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah 256 sebagai berikut :
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah, 256).6
Manusia memahami dan mampu menerjemahkan ajaran wahyu karena di dalam diri manusia ada potensi untuk hidup di dalam bingkai wahyu artinya bahwa dalam diri manusia ada potensi untuk hidup di dalam bingkai wahyu artinya bahwa dalam diri manusia ada fitrah untuk mengakui terhadap adanya Tuhan serta mematuhi ajarannya tetapi potensi tersebut tidak akan pernah tumbuh dan berkembang tanpa adanya upaya dari manusia itu sendiri untuk membina dan merawatnya seperti firman Allah dalam QS. Ar Ro ’du ayat 11 sebagai berikut :
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar Ro ’du:11)7
Di sini dapat kita simpulkan bawah agama memiliki peran yang penting dalam pembentukan mental TNI karena mempengaruhi tindak tanduk dari TNI sendiri bila nilai- nilai agama tertanam dalam setiap jiwa prajurit TNI maka sudah pastilah perilaku seluruh anggota TNI berakhlakul karimah, disiplin, bertanggung jawab penuh pada tugas dan kewajibannya sebagai pembela negara dan warga negara yang baik. dengan demikian ketangguhan mental merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung suksesnya tugas prajurit dan karena itu di dalam melaksanakan tugasnya sebagai pejuang bangsa diperlukan ketabahan, kesabaran dan keuletan serta konsistensi supaya tujuan perjuangan para prajurit TNI dapat terwujud yakni mewujudkan suatu kondisi masyarakat menjadi aman, damai dan sentosa.8
Dari latar belakang di atas penulis tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut urgensi Pendidikan Agama Islam dalam membentuk mental ideologi TNI di Akademik Angkatan Laut (AAL) X.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah yang hendak diselesaikan pada penelitian ini, maka penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas keagamaan prajurit TNI di AAL X.
2. Bagaimana upaya PAROH (Perwira rohani) dalam mewujudkan TNI yang bermoral & memiliki semangat juang yang tinggi dan bersendikan Agama?
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi pembahasan yang kurang memfokuskan pada pokok permasalahan maka dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada URGENSI PENDIDIKAN AGAMA DALAM MEMBENTUK MENTAL IDEOLOGI TNI DI AKADEMIK ANGKATAN LAUT (AAL) X.
D. Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah sebagaimana dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana kualitas keagamaan TNI di AAL X.
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya PAROH Islam (Pembina rohani ISLAM) dalam mewujudkan TNI yang bermoral dan memiliki semangat juang yang tinggi dan bersendikan Agama.
E. Definisi Operasional
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
F. Metode Penelitian
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
G. Sistematika Pembahasan
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
Model Pembelajaran Bermain Sosial Dalam Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak
(Kode PEND-AIS-0023) : Model Pembelajaran Bermain Sosial Dalam Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahapan kehidupan manusia pada dasarnya sama dengan perubahan geologis bumi yang menjadi evolusi kehidupan yang bertahap, dan di dalam setiap tahap dapat dibedakan dengan adanya ciri dan karakteristik tertentu yang menonjol merupakan kesatuan, keutuhan dan keunikan tiap-tiap perubahan. Dan masa-masa di mana perubahan itu terlihat jelas adalah ketika anak sudah memasuki usia pra sekolah dengan rentan usia 3-6 tahun. Di Indonesia umumnya mereka mengikuti program taman kanak-kanak sebagai suatu jembatan sebelum masuk ke dalam lingkup sekolah pada tingkatan yang lebih tinggi. Terlepas dari perbedaan adanya karakteristik dalam setiap perkembangan yang berbeda pada sekitar usia anak yang sama. Oleh karena itu melatih anak dan ketentuan belajar yang direncanakan sesuai dengan Model utama karakteristik anak dan kelompok budaya tertentu. Selanjutnya, kelompok budaya mengharapkan setiap anak menguasai tugas perkembangan yang ditetapkannya untuk tahapan tersebut.1
Pada dasarnya semua orang tua menginginkan perkembangan anaknya berjalan normal seiring dengan pertumbuhan usianya. Dan anak seusia pra sekolah sudah berusaha mengendalikan lingkungan dengan belajar menyesuaikan diri secara sosial, karena lingkungan sosial inilah yang memberikan fasilitas dan arena bermain pada anak untuk pelaksanaan realisasi diri.2 Tanpa adanya proses sosialisasi sejak dini bisa di pastikan perkembangan anak pun tidak berjalan normal, karena tidak ada seorang pun yang bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Dengan kata lain Anak itu merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya sepertinya ingin di cintai, diakui serta dihargai. Dari keterangan di atas, begitu urgensinya lingkungan sosial dalam perkembangan anak, maka sangat dibutuhkan suatu lingkungan di mana anak bisa belajar bersosialisasi dengan teman seusianya dengan pengawasan orang dewasa. Salah satu solusinya adalah dengan memasukkan anak di lingkungan Taman Kanak-kanak (TK), karena di lingkungan tersebut dijadikan jembatan bergaul bagi anak untuk memperluas lingkungan sosialnya dan belajar untuk hidup dalam aturan-aturan (Kedisiplinan). TK dipandang mempunyai konstribusi yang baik perkembangan sosial anak, karena alasan-alasan berikut:
1. Suasana TK sebagian masih seperti suasana keluarga.
2. Tata tertibnya masih longgar, tidak terlalu mengikat kebebasan anak.
3. Anak berkesempatan untuk aktif bergerak, bermain, dan riang gembira yang kesemuanya mempunyai nilai pedagogis.
4. Anak dapat mengenal dan berga ul dengan teman sebaya yang beragam (multi budaya), baik etnis, agama dan budaya.3
Dari keterangan di atas maka bisa disimpulkan bahwa dunia anak adalah dunia kegembiraan, keceriaan serta tanpa beban dalam melakukan segala sesuatu. Dari keceriaan itu diimplementasikan anak dengan bermain. Banyak orang berpendapat bahwa bermain merupakan pemborosan waktu tanpa hasil apapun. Anggapan tersebut salah besar karena belajar menjadi sosial bergantung pada kesempatan berhubungan dengan anggota kelompok teman sebaya, dan hal ini terjadi dalam kegiatan bermain, maka bermain saat ini dianggap sebagai alat yang penting bagi sosialisasi, untuk itulah dibutuhkan dalam lingkungan taman kanakkanak suatu Pembelajaran yang menjadikan mereka mudah untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya. Dan ini akan terealisasi dengan menerapkan Model Pembelajaran yang bernuansa sosial. Dari sini peran guru yang mengamati cara bermain anak akan memperoleh kesan bahwa partisipasi anak dalam kegiatan bermain dengan teman-temannya masing-masing akan menunjukkan derajat partisipasi yang berbeda.4
Di antara aspek-aspek perkembangan pada diri anak adalah perkembangan fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral serta kesadaran beragama. Akan tetapi perkembangan emosi pada usia pra sekolah sangatlah menonjol. Hal ini dikarenakan anak-anak sudah mulai menyadari akunya (dirinya) berbeda dengan bukan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain. Dia menyadari bahwa keinginannya berhadapan dengan keinginan orang lain, sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya. Bersamaan dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya.5 Dan jenis emosi yang berkembang pada masa kanak-kanak adalah takut, cemas, marah, cemburu, kegembiraan, kasih sayang, phobi dan rasa ingin tahu.
Salah satu faktor dalam keberhasilan belajar adalah perkembangan energi yang sehat, untuk itulah guru sangat berperan guna membimbing anak atau peserta didik dalam mengolah emosinya sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dari situlah suatu kondisi di mana anak tetap merasa gembira diusianya dan mampu untuk mengembangkan emosinya secara normal. Dalam kehidupan anak, emosi memiliki sejumlah peranan, antara lain:
1. Emosi menambah kesenangan terhadap pengalaman sehari-hari, baik pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman yang tidak menyenangkan. Kesenangan terhadap pengalaman tersebut dirasakan dalam bentuk “after effect ” (efek yang dirasakan anak sesudah pengalaman itu terjadi).
2. Emosi berperan sebagai bentuk komunikasi, dengan ekspresi dan reaksi-reaksi tubuh lainnya. Seseorang menyampaikan perasaannya kepada orang lain.
3. Emosi merupakan sumber penilaian sosial dan penilaian diri. Seseorang dinilai berdasarkan emosi yang bekerja secara dominan dalam dirinya dan juga berdasarkan caranya mengungkapkan emosinya.
4. Emosi mempengaruhi interaksi seseorang. 6
Dan masih banyak lagi peranan emosi pada usia kanak-kanak, dan situ kita bisa mengetahui begitu pentingnya mendampingi anak dalam setiap tingkah lakunya, dengan harapan nantinya anak bisa terlatih untuk mengembangkan emosinya. Karena banyak ditemui kurangnya pemahaman untuk mengembangkan kecerdasan emosi anak. Untuk itu memberi perhatian pada tahap-tahap emosi anak, sangat diperlukan karena orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi akan merasa nyaman dengan sendirinya, orang lain, dan dunia lingkungan pergaulannya. Ia selalu berfikir positif, simpatik dan menyenangkan, penuh semangat dan tanggung jawab selalu ceria mudah bergaul dengan orang baru.7
Keterangan di atas menggambarkan begitu urgensinya membimbing kecerdasan emosi anak di usia dini dengan tidak mengindahkan dunia kesenangan anak-anak yang diimplementasikan lewat Pembelajaran. Maka lembaga pendidikan, terutama TK diperlukan adanya suatu Model Pembelajaran yang bisa meningkatkan kecerdasan emosi pada anak. Karena kedua faktor tersebut yaitu bermain dalam proses sosialisasi diduga bisa mengembangkan kecerdasan emosi anak dan keduanya saling berhubungan satu sama lain. Hal tersebut bisa kita lihat proses bermain merupakan wahana untuk bisa bersosialisasi dengan orang lain karena dalam melakukan kegiatan bermain anak akan mampu mengembangkan, menyalurkan keinginannya tanpa beban. Di saat bermain inilah emosi anak juga ikut andil didalamnya. Karena emosi anak akan tampak terlihat ketika dia bersosialisasi dengan teman sebayanya. Untuk menjadikan Pembelajaran itu menyenangkan dan mampu memotivasi anak untuk bisa mengendalikan emosinya.
B. Identifikasi Variabel dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Variabel
Berangkat dari permasalahan dalam penelitian ini maka bisa diketahui identifikasi Variabel Model Pembelajaran Bermain Sosial dengan Variabel Kecerdasan Emosi Anak. Dan dalam penelitian ini terdapat dua variabel.
a. Variabel bebas adalah variabel yang logis dapat menimbulkan pengaruh tertentu terhadap variabel tergantung. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Model Pembelajaran Bermain Sosial. Dan variabel ini diberi notasi dengan huruf (X).
b. Variabel tergantung/terikat adalah variabel yang berhubungan dengan variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel tergantung/terikatnya adalah kecerdasan emosi anak. Dan variabel ini diberi notasi dengan huruf (Y).
2. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ya ng berjudul “Model Pembelajaran Bermain Sosial dalam upaya mengembangkan kecerdasan emosi anak” ini terdapat rumusan masalah, yaitu:
a. Apakah model pembelajaran bermain sosial ?
b. Bagaimana implementasi model pembelajaran bermain sosial di TK. X ?
c. Bagaimana Model Pembelajaran Bermain Sosial dalam upaya mengembangkan kecerdasan emosi anak di TK X.?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Hasil Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mendiskripsikan penerapan Model Pembelajaran Bermain Sosial di TK X.
b. Mendiskripsikan kecerdasan emosi anak di TK X.
c. Mendiskripsikan Model Pembelajaran Bermain Sosial dalam upaya mengembangkan kecerdasan emosi anak di TK X.
2. Manfaat hasil Penelitian
a. Manfaat akademik ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang penggunaan Model Pembelajaran Bermain Sosial dalam sistem pendidikan tingkat taman kanak-kanak.
b. Manfaat sosial praktisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan terhadap lembaga yang menjadi objek penelitian. Artinya dapat digunakan sebagai pedoman kegiatan pendidikan.
D. Definisi Operasional
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
E. Metode Penelitian
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
F. Sistematika Pembahasan
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
Pengaruh Strategi Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
(Kode PEND-AIS-0024) : Pengaruh Strategi Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Di SDN X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hal ini didasarkan pada persamaan hak bagi semua anak untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas (Undang Undang Pendidikan No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 Ayat 1). Kesadaran guru untuk memberikan kesempatan yang sama dan tidak merugikan salah satu pihak akan sangat besar artinya bagi pengembangan Sumber Daya Manusia yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi agar SDM kita tidak terpuruk dalam persaingan antar bangsa.37 Wujud dinamika dan aspirasi kehidupan sosial suatu masyarakat tercermin dalam rumusan tujuan pendidikan suatu bangsa sesuai dengan tuntutan zaman. 38
Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya menusia.39
KTSP yang saat ini berlaku pada sistem pendidikan di Indonesia memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk meramu sendiri, mulai dari metode belajar mengajar hingga sistem penilaian evaluasi belajar siswanya. Kondisi tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi sekolah untuk menghasilkan generasi yang berkualitas dengan mengoptimalkan semua sumberdaya yang dimiliki oleh sekolah40.
Mempelajari sebuah mata pelajaran mestinya untuk mendapatkan hasil pengajaran yang otentik yang merupakan pengalaman yang mengilhami dan menantang. Itu adalah suatu pengalaman yang membangkitkan berbagai jenis sifat, sikap dan disposisi yang diinginkan, serta yang konstriktif. Cara mempelajari mata pelajaran dengan wajar merupakan suatu proses penemuan, pemikiran kreatif, yang mengajak bersikap kooperatif, merupakan proses mencapai prestasi yang berarti dan untuk merealisasi tenaga-tenaga pelajar. Ia merupakan suatu proses, yang dalam dan dirinya memupuk dan menguntungkan perkembangan kepribadian pelajar. Tetapi bila mempelajari mata pelajaran itu dilakukan dengan cara-cara rutin yang menjemukan, maka proses itu akan menjadi gersang bagi nilai kepribadian. 41Adapun keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut 42:
1. Penciptaan dan pemeliharaan ilkim belajar yang optimal
a) Menunjukkan sikap tanggap dengan cara memandang secara saksama, mendekati, meberikan pertanyaan dan pertanyaan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kela s
b) Membagi perhatian secara visual dan verbal
c) Memberi petunjuk yang jelas
d) Memberi teguran secara bijaksana
e) Memberi penguatan ketika diperlukan
2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal
a) Modifikasi perilaku yakni mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan, Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan, Menguarangi perilaku buruk dengan hukuman
b) Pengelolaan kelompok dengan cara yakni peningkatan kerjasama dan kterlibata, menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul
c) Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah yakni pengabaian yang direncanakan, campur tangan dengan isyarat, mengawasi secara ketat, mengakui perasaan negatif peserta didik, mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya, menjauhkan benda-benda yang dapat menganggu konsentrasi, menyusun kembali program belajar, menghilangkan ketegangan dengan humor serta mengekang secara fisik
Strategi sistem belajar ialah suatu perencanaan untuk menggunakan prosedur disain sistem lebih efektif. Prosedur disain ialah melukiskan bagaimana cara memilih dan mengorganisasikan komponen-komponen dari sistem belajar. Tetapi penulis menyatakan bahwa proses disain adalah hal yang sangat kompleks, maka kita harus mempunyai suatu strategi disain, yang akan menolong seorang disainer (pendidik) untuk mengevaluasi semua alternatif yang penting dan sampai pada kesimpulan bahwa pencapaian suatu sistem itu lebih efisiensi.
Perencanaan suatu disain strategi belajar terdiri dari tiga tahap antara lain43:
a) Analisa kebutuhan sistem
b) Mendisain sistem itu
c) Mengevaluasi sistem itu secara efektif
Metode dan strategi pembelajaran sebagai prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan dan mengarahkan perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi biasa diartikan sebagai polapola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar untuk mencapai yang telah digariskan.
Belajar itu sendiri merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.44 Strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal- hal yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif. Michael Pressley menyatakan bahwa strategi-strategi belajar adalah sebagai berikut:
“Operator-operator kognitif meliputi terdiri atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas (belajar). Strategi-strategi tersebut merupakan strategi-strategi yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu. Untuk menyelesaikan tugas belajar siswa memerlukan keterlibatan dalam proses-proses baerpikir dan perilaku, menskim atau membaca sepintas lalu judul-judul utama, meringkas, dan membuat catatan, disamping itu juga memonitor jalan berpikir diri sendiri”. 45
Banyak upaya dilakukan unutk memperbaiki pembelajaran dikelas. Namun demikian, fokus perbaikan lebih banyak ditentukan pada wilayah yang bersifat metodologis dan strategi pembelajaran. Kenyataan inilah yang menjadikan munculnya “ruang Kosong” yang tidak terperhatikan oleh para pendidik. Perbaikan pembelajaran yang hanya menekankan aspek metodologis maupun strategi pembelajaran tanpa diikuti pemberian perlakuan psikologis, dimana anak diperlakukan secra patut dan utuh tentu akan menjadi kelemahan dalam proses pembelajaran. Jika ini terjadi maka pembelajaran akan “kering” masih terdapat jurang pemisah antara guru dengan siswa, yang berakibat pada munculnya jiwa inferior dalam diri anak, yang pada gilirannya akan menghambat tumbuh kembang anak dimasa mendatang.
Agama merupakan salah satu pilar terpenting dalam pembentukan masyarakat madani, masyarakat yang berkeadaban. Posisi penting dan strategis agama ini telah dikukuhkan dalam UUD 1945 dan Pancasila yang menjadikan prinsip “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama.46
Adapun aliran Philanthhropinisme merupakan suatu paham yang mencintai sesama terutama terhadap anak-anak menyatakan bahwa47:
1) Pengajaran harus diselaraskan dengan jalan perkembangan anak
2) Manusia itu pada dasarnya baik
3) Pengajaran harus dimulai dengan bendanya (peragaan)
4) Pengajaran harus menggembirakan dan menarik
Pendekatan DAP merupakan sebuah tuntutan yang menawarkan praktek pendidikan dengan pendekatan yang patut, menyenangkan, sesuai dengan tingkat perkembangan, karakteristik dan minat anak serta daya dukung pembelajaran pendidikan Agama Islam artinya orientasi yang dituju tidak hanya berhenti pada aspek penanaman pengetahuan (kognitif) semata, namun juaga akan mampu menanamkan nilai- nilai serta keterampilan secara utuh. 48 Berpijak dari paparan di atas sehingga penulis tergugah untuk mengupas dan ingin mengetahui “PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAP (DEVELOPMENTALLY APPROPRIATE PRACTICE) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN X”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan pokok yang akan di kaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi pembelajaran DAP (developmentally appropriate practice) di SDN X?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa di SDN X?
3. Adakah pengaruh strategi pembelajaran DAP (developmentally appropriate practice) terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN X?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan strategi pembelajaran DAP dalam pendidikan agama Islam di SDN X.
2. Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN X.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh strategi pembelajaran DAP dalam terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam di SDN X.
D. Kegunaan Penelitian
Setelah disebutkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam pembahasan ini penulis berharap ada manfaat bagi lembaga yang bersangkutan khususnya peneliti dan bagi pembaca pada umumnya. Adapun kegunaan dari peneliti ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis :
a) Dapat menambah pengetahuan khusus tentang strategi-strategi dan pengembangan pembelajaran.
b) Sebagai tugas akhir program strata satu (S1) fakultas tarbiyah di X.
2. Bagi Akademis :
a) Sebagai masukan bagi guru atau calon guru agama dalam menentukan alternative strategi pembelajaran.
b) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam.
E. Definisi Operasional
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
F. Metode Penelitian
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
G. Sistematika Pembahasan
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
Pengembangan Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. X
(Kode PEND-AIS-0022) : Pengembangan Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era moderen ini, pendidikan seyogyanya merupakan kawah pembelajaran bagi anak didik, yang diandaikan mampu menjawab tantangan perubahan zaman baik dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Karena pendid ikan merupakan masalah yang penting dalam kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan itu sama sekali tidak dipisahkan dari kehidupan, baik kehidupan keluarga, bangsa, dan negara. Untuk itu sekolah sebagai lembaga formal pembelajaran dituntut agar lebih inovatif dan sensitif terhadap persoalan-persoalan kekinian.
Penambahan fasilitas belajar saja tidaklah cukup, lebih dari itu semua adalah bagaimana membuat anak didik kita mencintai belajar sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Maka pembenahan kurikulum dan manajemen pendidikan merupakan sebuah keniscayaan, begitu juga dengan kegiatan-kegiatan di luar jam belajar yang dilakukan sekolah untuk menunjang visi pembelajaran menjadi penting.
Dalam Dictionary Of Education, pendidikan merupakan; a) proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup, b) proses sosial dimana orang dikontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga kemampuan sosial dan kemampuan individual yang optimal. 1
Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendidik, secara umum mendidik ialah membantu anak didik di dalam perkembangan dari daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidikan dari anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.2
Pendidikan sebagai faktor mendasar terhadap tercapainya kualitas pembangunan disegala bidang sudah seharusnya mendapat perhatian yang serius dari semua lapisan masyarakat, terutama dari para guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal.
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang merupakan suatu lembaga yang membantu bagi tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat, khususnya masyarakat Islam dalam bidang pengajaran yang tidak dapat secara sempurna dilakukan dalam rumah dan masjid. Bagi umat Islam, lembaga pendidikan yang dapat memenuhi harapan ialah lembaga pendidikan Islam, artinya bukan sekedar lembaga yang didalamnya diajarkan pelajaran agama Islam melainkan suatu lembaga secara keseluruhan bernafaskan Islam.
Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka. Lebih lanjut lagi, pendidikan akhlak dan jiwa dapat disebut juga pendidikan moral. Dalam hal ini agama mempunyai peranan penting karena nilai-nilai moral yang datang dari agama sifatnya tetap, tidak berubah-ubah oleh waktu dan tempat.
Dalam Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat 1, ditegaskan; bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat, antara lain pendidikan agama. Ini berarti setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan disetiap sekolah wajib memberikan pendidikan agama kepada anak didik sesuai dengan agama yang dianutnya.
Adapun tujuan pendidikan Islam bukan saja berorientasi pada keakhiratan dalam bentuk mengamalkan ajaran agama dan berakhlak mulia, melainkan juga mampu mengembangakan seluruh potensi yang dimilikinya terutama aspek fisik, psikis, intelektual, kepribadian, dan sosial yang sesuai dengan tuntutan kehidupan, kemajuan ilmu dan teknologi, perkembangan budaya, perkembangan masyarakat serta cita -cita Islam itu sendiri, sehinga manusia (peserta didik) tersebut mampu menunaikan tugas hidupnya sebagai khalifah yang sekaligus sebagai insan yang mengabdi kepada Allah SWT. Dalam mewujudkan kehidupan yang rahmatan lil 'alamin.3
Spektrum di atas, selaras dengan tujuan pendidikan yang diamanatkan dalam UUD 1945, pasal 31 ayat 3, yakni "...meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa...," demikian juga tujuan pendidikan yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, yakni: "untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran pendidikan Islam tersebut, maka penggunaan strategi dan pendekatan dalam operasional pengajaran dan pendidikan mutlak diperlukan sebagai alternatif pemecahan dalam menjawab fenomena yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa. Adapun salah satu pendekatan yang besar kemungkinannya akan mendukung pengembangan wawasan pengetahuan siswa tentang pengetahuan agama Islam diantaranya adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi. 4 Ekstrakurikuler di sekolah merupakan kegiatan yang bernilai tambah yang diberikan sebagai pendamping pelajaran yang diberikan secara intrakulikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler sangat besar manfaatnya bagi siswa dan guru dimana hal tersebut sebagai wujud manifestasi sarana penting dalam penunjang dan menopang tercapainya misi pembangunan yang dilakukan di luar jadwal akademis sekolah.
Dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang menunjang dan menopang pembelajaran pendidikan agama Islam adalah Madrasah Diniyah. Karena Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara klasikal yang bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan agama Islam kepada pelajar-pelajar yang merasa kurang menerima pelajaran agama Islam.5
Melalui Madrasah Diniyah ini, diharapkan para siswa mempunyai keyakinan bahwa tujuan mendalami ilmu adalah untuk beribadah dan mampu menjadi petunjuk dan cahaya bagi para siswa untuk menghindari kesesatan serta sebagai landasan bagi para siswa untuk berprestasi.6 Dan dengan adanya Madrasah Diniyah ini juga diharapkan para siswa memperoleh ilmu yang dapat mengangkat derajatnya yang tinggi di sisi Allah Ta'ala. Allah berfirman di dalam Al-Qur'an, surat Al-Mujadalah: 11,
Artinya:
“…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ”. (Q.S. Al-Mujadalah: 11)
Secara umum kegiatan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah itu, memberikan pelajaran agama Islam yang tidak diajarkan di sekolah formal. Dimana kegiatan tersebut sangat membantu para siswa dalam mempelajari dan memahami ilmu pengetahuan agama Islam.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh MTs. X dalam pengayaan materi pendidikan agama Islam dan memperluas serta mempertebal pemahaman siswa tentang agama Islam, salah satunya dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah. Dimana kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh siswa. Yang dilaksanakan empat kali dalam seminggu pada waktu sore hari. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah agar para siswa mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan agama Islam yang berorientasi pada usaha meningkatkan moral atau akhlak para siswa dan juga menambah nilai pelajaran agama.
Berkaitan dengan hal di atas, maka penulis ingin mengetahui bagaimana pengembangan dan pelaksanaan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah. Sehingga kegiatan tersebut masih berjalan lancar. Untuk itu penulis menyusun skripsi yang berjudul; “Pengembangan Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. X ”.
B. Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. X ?
2. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. X?
3. Bagaimana pengembangan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. X?
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. X.
b. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. X.
c. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana pengembangan ekstrakurik uler Madrasah Diniyah di MTs. X.
2. Signifikansi Penelitian
Perumusan masalah di atas, maka signifkansinya sebagai berikut:
a. Bagi penulis
Dengan penelitian ini akan menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya yang berkenaan dengan masalah penelitian serta untuk memenuhi beban studi kredit.
b. Dengan lembaga obyek penelitian
Dapat dijadikan tolak ukur bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan dalam mengembangkan sistem pendidikannya khususnya dalam pengajaran agama Islam.
c. Bagi pembaca
Memberikan wacana khalayak ramai tentang pentingnya ekstrakurikuler Madrasah Diniyah sebagai kegiatan pendidikan agama Islam yang berkonsentrasi pada pengajaran agama Islam dalam mengembangkan aspek afektif dan berusaha menanamkan Islam sebagai landasan hidup ke dalam diri siswa dan juga dapat digunakan sebagai bahan kajian penelitian dimasa yang akan datang.
E. Definisi Operasional
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
F. Metode Penelitian
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
G. Sistematika Pembahasan
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **