Cari Kategori

Skripsi Analisa Hukum Asuransi Kendaraan Bermotor Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

(Kode ILMU-HKM-0001) : Skripsi Analisa Hukum Asuransi Kendaraan Bermotor Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini teknologi di bidang industri pengangkutan baik darat, laut maupun udara berkembang dengan pesat. Di Indonesia pun penggunaan hasil-hasil produksi teknologi yang tinggi dibidang alat angkut pesat sekali, meskipun yang menikmati hasil produksi tersebut baru sebhagian golongan masyarakat saaja. Produksi kendaraan bermotor saat ini tidak terbilang jumlahnya disebabkan persaingan harga dan kualitas kendaraan pribadi dan alat angkut penumpang umum, baik yang melalui darat, laut maupun udara, dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya yang merupakan dampak lain yang harus dipeerhitungkan dari segi ekonomi.
Karena itu, bermacam-macam perusahaan telah muncul, khususnya prusahan yang berhubungan dengan kegiatan memberikan jaminan atau tangungan kepada seseorang atau kepada suatu aset tertentu, karena standar suatu saat dapat ditimpa oleh suatu kerugian atau peristiwa.
Karena itu kita menyaksikan puluhan bahkan ratusan perusahan asuransi di Indonesia menawarkan jasanya. Mereka menawarkan jasanya agar seseorang anggota masyarakat bersedia menjadi angota atau nasabah suatu perusahaan asuransi.
Pada kenyatannya kinerja perusahaan asuransi di Indonesia pada saat ini dapat dikatakan umumnya belum menggembirakan. Belum menggembirakan, yang mana dari pihak pengelola usaha asuransi belum memberikan pelayanan yang baik, bahkan sering kali melakukan penipuan terhadap konsumen atau muncul kesan dipersulit ketika akan menggugat hak, baik dalam asuransi jiwa maupun dalam asuransi kerugian.
Sedangkan dari pihak masyararat industri asuransi kurang diminati, disamping minimnya pengetahuan masyarakat terhadap asuransi, juga disebabkan masih rendahnya income per kapita masyarakat.
Bagi mereka yang akan bergabung atau menjadi nasabah perusahaan asuransi perlu mengetahui apa kriteria, pedoman layak dipertimbangkan ketika akan memilih suatu asuransi. Dalam hubungan ini, beberapa kriteria atau pedoman tersebut dapat dikemukakan antara lain :
1. Perusahaan asuransi hanya menjual program berdasarkan kemampuan nasabah. Jika kemampuan konsumen tak memenuhi implikasinya pertanggungan putus di tengah jalan.
2. Produk yang dijual sesuai dengan kebutuhan, artinya kebutuhan nasabah lebih diutamakan. Logikanya produk yang dibutuhkan masyarakat akan laris di pasaran, oleh sebab itu masyarakat sudah semakin sadar akan pentingnya suatu program asuransi.
3. Pastikan nasabah yang membeli polis dalam keadaan sehat. Ini penting agar tidak terjadi penipuan. Nasabah mengaku sehat, padahal mengidap penyakit, hal ini tentunya akan merugikan pihak asuransi. Hal ini berkaitan dengan pasal 1338 ayat (3) KUH perdata, yang menyebutkan bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
4. Ini berkaitan erat dengan komitmen nasabah dala program atau produk yang dipilih. Tak kalah penting lagi, asuransi harus dijual dengan tatap muka dalam hal ini tidak bisa menjual asuransi hanya lewat telepon.
5. Kondisi keuangan perusahaan asuransi sendiri. Saat ini ada sebagian perusahaan asuransi cenderung mengulur-ulur waktu ketiga akan membayar klaim. Oleh sebab itu faktor permodalan lebih menjadi perhatian perusahaan asuransi tersebut.
Gambaran negatif bahwa perusahaan asuransi yang mempersulit nasabah dalam hal klaim, bukan kebiasaan. Namun kadang kala nasabah mempersulit dirinya sendiri, antara lain dengan tidak jujur dalam mengisi formulir aplikasi (SPAJ) yang mana ketidak jujuran tersebut akan merugikan dirinya sendiri.
Kriteria yang di atas sangat penting. Sebab bila salah pilih, nasabah bisa rugi. Untuk itulah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diterapkan oleh asuransi di Indonesia. Oleh karena itu seorang agen dalam kegiatannya, dalam menyampaikan program program asuransi yang ada di Indonesia harus. memberikan keterangan yang jelas dan benar mengenai perusahaan, produk produk perusahaan asuransi maupun proposal kepada setiap calon pemegang polis, yang mana, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan. Di dalam surat permintaan asuransi jiwa (SPAJ) telah dibutuhkan bahwa setiap keterangan yang diberikan oleh calon pemegang polis dan atau calon Tertanggung, oleh agen tidak boleh menyembunyikan informasi apapun kepada calon pemegang polis dan tidak memberikan keterangan yang bertentangan dengan ketentuan umum dan ketentuan khusus polis PT Asuransi di Indonesia.
Konsekuensi nasabah membeli polis harus dengan cara tanggung jawab. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa dalam perlindungan nasabah peraturan, perundang undangan yang berlaku dan berkaitan dengan desakan perasuransian terutama KUH Perdata dan KUHD sebagai acuan dalam hukum asuransi yang kemudian diberlakukan beberapa ketentuan ketentuan lainnya, seperti Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, dan Peraturan peraturan lainnya juga menyangkut polis.
Akan halnya kepada siapa seorang nasabah bisa berharap mendapat jaminan ketenangan, tentunya pertama kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedua kepada asuransi. Dengan cara berasuransi maka orang yang menghadapi resiko atas jiwanya bermaksud untuk mengalihkan resikonya itu atau setidak tidaknya membagi resikonya itu kepada pihak lain yang bersedia menerima peralihan atau pembagian resiko tersebut. Peralihan resiko itu tidak terjadi dengan begitu saja, tanpa kewajiban apa apa pada pihak yang memperalihkan. Hal itu harus diperjanjikan terlebih dahulu.
Contoh kasus, Bapak HD, mengaku, sakit hati. Kalim yang dia ajukan benar benar dipersulit pihak asuransi, dan baru diluluskan setelah menunggu setahun. Pengusaha yang berdomisili di Jakarta ini menilai, Asuransi X melakukan wanprestasi alias ingkar janji. Pasalnya, asuransi pendidikan yang hendak ditutup tidak tunduk kepada kurs nilai rupiah yang berlaku, melainkan dipaksakan dengan kurs nilai tukar rupiah yang telah dipatok pihak asuransi.
Padahal, menurut pejanjian mengikuti kurs nilai tukar rupiah yang berlaku, kasus kurang nyaman Bapak HD ini makin memperkuat anggapan bahwa konsumen selalu berada di pihak yang lemah. Apalagi hingga kini tidak ada aturan yang secara khusus mengatur akibat akibat hukum yang timbul antara perusahaan asuransi dengan konsumen. Namun demikian hal ini dapat dikaitkan dengan Pasal 27 ayat (4) PP No. 73 tahun 1992 yang menyebutkan bahwa agen harus memberikan informasi yang benar.
Kisah kelabu tadi memperpanjang kasusnya bermuara kepada betapa perlakuan perusahaan asuransi masih ada yang tak berubah dari pola pola lama. Kewajiban membayar premi yang sudah ditunaikan dengan baik dan lancar seringkali tidak diikuti dengan kemudahan ketika klaim diajukan. Prosedurya malah rumit, berbelit belit dan lama. Sangat jauh berbeda dibandingkan dengan ketika para konsumen dibujuk rayu untuk bergabung menjadi nasabah. Nasabah mesti pontang panting terlebih dahulu, setelah itu jika beruntung haknya baru dipenuhi oleh perusahaan asuransi.
Namun dari sekian banyak ketentuan ketentuan tersebut, satu hal yang terpenting yaitu perlindungan nasabah yang langsung dapat dijadikan jaminan oleh semua asuransi yang ada di Indonesia, yakni berupa polis. Adapun syarat syarat umum polis harus memperhatikan tiga kepentingan, yakni :
1. Kepentingan nasabah : Kepentingan nasabah di sini agar bisa memberikan sesuatu hal yang jelas untuk kepentingan nasabah atau tertanggung. Nasabah bisa dilindungi, mereka mendapatkan syarat syarat yang sama di perusahaan asuransi.
2. Kepentingan instansi pembina atau pengawas : Yang dimaksud kepentingan instansi pembina, atau pengawas yakni kepentingan pemerintah melalui direktorat asuransi, apa yang tercantum dalam undang undang, peraturan peraturan pemerintah harus menjadi referensi dan syarat syarat umum polis tersebut.
3. Kepentingan industri asuransi : Yang dimaksud dengan kepentingan industri asuransi adalah industri asuransi harus terlindungi dari usaha atau itikad buruk pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan diri dari asuransi.
Seperti yang tersebut dalam Pasal 25 KUHD, bahwa suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis di dalam suatu akta yang dinamakan polis. Di dalam polis itu sendiri tidak boleh merugikan kepentingan pemegang polis (nasabah) seperti disebutkan dalam Pasal 11 (bab 1) undang-undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. yang menimbulkan penafsiran berbeda mengenai hak dan kewajiban penanggung maupun tertanggung, yang tertera dalam Pasal 19 ayat (1) undang-undang No. 2 tahun 1992.
Adapun dalam Pasal 5 (bab 11) Keputusan Menteri Keuangan No. 225/KMK.O 17/1993, bahwa di dalam polis asuransi dilarang mencantumkan pembatasan upaya hukum begitu pula yang terdapat pada Pasal 6 Kep. Menkeu. No. 225/KMIK.017/1993, yang menyatakan bahwa dalam polis dilarang mencantumkan pembatasan upaya hukum, disamping itu tindakan yang dapat dianggap memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim secara wajar antara lain :
1. Memperpanjang masa penyelesaian klaim, dengan memilih dokumen lain yang pada dasarnya isi tersebut sama dengan dokumen yang telah ada.
2. Menunda pembayaran klaim, dengan mengkaitkan pembayaran klaim reasuransi.
3. Menerapkan prosedur yang tidak lagi dalam lingkup kegiatan asuransi.
4. Tidak menyelesaikan klaim dengan mengkaitkan pada penyelesaian klaim yang lain pada polis yang sama.
Di samping itu peran agen dalam kegiatan agency asuransi yang ada di Indonesia, yakni harus menyimpan informasi atau rahasia tentang nasabahnya dan juga tentang eksistensi perusahaannya. Sekali lagi agen harus menjaga kerahasiaan, ahli waris dan perusahaan serta menyediakan akses hanya untuk mereka.
Oleh karena itu setiap usaha asuransi yang ada di Indonesia mewajibkan semua agen agar mematuhi seluruh kebijakan, peraturan serta prosedur yang diberlakukan. Hal ini untuk menjamin bahwa perusahaan mampu memenuhi janji dan integritas dalam berurusan dengan nasabah. Berkenaan dengan ketentuan ini, tentu akan menimbulkan perselisihan yang mengakibatkan kerugian atau akibat akibat hukum.
Untuk melindungi reputasi perusahaan seharusnya ada tindakan dalam hal terjadi pelanggaran atas peraturan ini termasuk didalamnya berupa pelanggaran hukum atau praktek praktek yang tidak etis yakni memberhentikan pertanggungan dari tertanggung secara sepihak. Tertanggung dapat menuntut secara hukum sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Usaha untuk mengatasi risiko akibat persaingan jual beli kendaraan bermotor dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain dengan mengadakan perjanjian asuransi yang mempunyai tujuan mengaplihkan sebagian atau seluruh risiko kepada pihak lain layng mampu menerima atau dengan mengganti kerugian kepada pembeli atau pemakaian dengan mengganti kerugian kepada orang yang menghadapi risiko itu. Manfaat dari suatu pertanggungan bagi kehidupan masyarakat dirasakan oleh pemerintah. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai jenis pertanggungan atau asuransi dengan maksud memberikan jaminan sosial bagi anggota masyarakat pengguna. Keberadaan asuransi krugian, misalnya PT. Asuransi Jasa Raharja untuk pertanggungan asuransi kecelakaan adalah perwujudan pemberian jaminan perlindungan atau asuransi untuk masyarakat dengan cara pemberian jaminan sosial bagi segolongan masyarakat yang memang wajar memperolehnya yaitu para korban kecelakan lalulintas jalan baik yang melalui darat, sungai/danau, laut maupun udara. Sedangkan untuk kendaraan bermotor itu sendiri ada asuransi khusus sebagai pertanggungan atau asuransi apabila kendaraan itu mendapat kecelakaan dan atau hilang. Menganai pertanggungan atau asuransi ialah untuk memberikan jaminan kepada anggota masyarakat yang tertimpa musibah kecelakaan lalulintas di luar kesalahannya sendiri karena pengguna kendaraan baik pribadi atau umum yang ditumpanginya, karena baik kecelakaan lalu lintas, maupun hilang atau cacatnya kendaraan adalah merupakan suatu peristiwa yang tidak disengaja atauun tidak disangka-sangka terjadinya, sehingga dapat saja mengakibatkan seseorang menjadi luka, cacat dan meninggal dunia, sementara kendaraan bermotornyapun rusak atau menjadi hancur tidak dapat digunakan lagi.
Walaupun Asuransi kendaraan bermotor sebagai lembaga jaminan yang dipercayakan untuk pemberian jaminan perlindungan dirasakan semakin penting, tetapi masih terdapat anggota masyarakat yang belum memahami peranan Asuransi kendaraan bermotor dalam meringankan beban baik kepada korban kecelakaan, lalulintas ataupun jaminan kendaraan bermotor itu sendiri. Jumlah santunan yang disediakan Asuransi santunan kepada pengguna kendaraan bermotor dan pengendara yang menjadi korban relatif cukup besar dan bermanfaat bagi para korban dan menadpat kembali kendaran bermotor yang rusak menjadi layak pakai kembali.

B. Pokok Permasalahan
Dalam hal ini pokok permasalahan yang akan dibahas antara lain :
1. Sejumlah persyaratan untuk mengklaim asuransi kendaraan yang hilang, apakah ada kemudahan.
2. Bagaimana jalan keluar apabila perusahaan asuransi tersebut bangkrut ?
3. Bagaimana jalan keluar apabila pembayaran premi asuransi terhenti ?
4. Apakah dapat dipermudah untuk kendaraan bermotor yang diasuransikan hilang.

C. Tujuan Penulisan
Penulisan skripsi ini merupakan kewajiban mahasiswa yang akan menyelesaikan studi tingkat akhir dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan atau memenuhi program S1 pada X. Disamping itu merupakan bentuk sumbangan pikiran yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya dibidang ilmu pengetahuan hukum yang berkaitan dengan asuransi kendaraan bermotor.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menambah dan memadatkan ilmu pengetahuan hukum yang selama ini diperoleh, menjadi satu bentuk tulisan yang memberi ciri tersendiri sebagai seorang calon sarjana hukum. Akan tetapi penulis juga menyadari bahwa dalam membahas permasalahan dalam ilmu pengetahuan, waktu and hal-hal lainnya, sehingga menjadikan kewajiban penulis untuk memperbaiki dan menyempurnakan di kemudian hari.

D. Metode Penelitian
Dalam usaha untuk mencapai kelengkapan penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sumber penelitian yaitu :
Penelitian Kepustakaan. Dalam hal ini penulis membaca dan mempelajari buku-buku, surat kabar, majalah dan penerbitan hubungan dengan obyek uraian skripsi. Dan perpustakaan.

E. Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini terbagi menjadi 5 (lima) bab dan setiap bab terdiri dari beberapa bab. Pembagian tersebut dilakukan secara sistematis sesuai dengan tahapan-tahapan uraiannya, sehingga tidak berdiri sendiri tetapi berhubungan erat satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang menyeluruh.
Adapun isi dari tiap-tiap bab tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan latar belakang tujuan penulisan, metode penelitian yang didalamnyamenjelaskan jasa cara-cara penelitian untuk memperoleh data pembuatan skripsi ini dan sebagai uraian yang terakhir mengenai sistematika skripsi.
BAB II : Tujuan Umum Tentang Asuransi Atau Pertanggungan
Menguraikan pengertian dan macam-macam tujuan jenis pertanggungan atau asuransi serta premi dan polis dalam pertanggungan atau asuransi, premi dan polis asuransi serta diakhiri dengan klaim pertanggungan atau klaim asuransi.
BAB III : Pertanggungan asuransi dalam Hukum Dagang yaitu berisi mengenai pengertian dan pengaturannya, jenis dan macam pertanggungan atau asuransi, premi dan polis asuransi serta diakhiri dengan klaim pertanggungan atau klaim asuransi.
BAB IV : Analisa Hukum Asuransi Kendaraan Bermotor menurut KUH Dagang. Membicarakan Asuransi Kendaraan bermotor yang mendapat ganti rugi pertanggungan wajib kendaraan bermotor, proses pemberian ganti kerugian para penggunaan kendaraan bermotor dan cara klaim ganti rugi memuat KUHD.
BAB V : Penutup
Memuat kesimpulan penulis mengenai segala sesuatu yang telah diuraikan pada bab-bab yang terdahulu serta saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi pembaca skripsi ini terutama bagi yang berkepentingan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:02:00

Korelasi Antara Nilai-Nilai Religius Dan Kreativitas Siswa Dengan Prestasi Belajar Biologi Pada Ranah Kognitif

(Kode PENDMIPA-0018) : Korelasi Antara Nilai-Nilai Religius Dan Kreativitas Siswa Dengan Prestasi Belajar Biologi Pada Ranah Kognitif

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dan menentukan dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, bidang pendidikan perlu dan harus mendapatkan perhatian dan penanganan secara intensif baik oleh pemerintah atau masyarakat pada umumnya dan para pengelola pendidikan pada khususnya.
Usaha meningkatkan kualitas pendidikan dilaksanakan dengan menyempurnakan proses belajar-mengajar. Peningkatan kualitas proses belajar mengajar bertujuan agar siswa memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor intern atau faktor dari dalam maupun faktor ekstern atau faktor dari luar.
Beberapa faktor dari dalam siswa yang diperkirakan dapat mempengaruhi keberhasilan tersebut antara lain: nilai-nilai religius dan kreativitas belajar. Kualitas manusia sangat dipengaruhi oleh keimanan dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebab dari keimanan dan ketaqwaan tersebut akan menumbuhkan sikap dan perilaku terpuji lainnya, yang pada akhirnya akan membentuk akhlak dan moral yang mulia. Manusia Indonesia seutuhnya seperti tercantum dalam semangat tujuan pendidikan nasional mengarah sikap batin seutuhnya integral dalam memandang dan meyakini alam semesta, karena itu kharakternya tidak dualistik atau terhalang oleh dinding pemisah antara dunia ilmu dan agama, serta menyadari bahwa realitas fisik dan realitas spiritual merupakan harmoni. Meyakini satu sisi saja hanya akan mendatangkan kesejahteraan yang tidak seimbang, bahkan bisa mendatangkan kesengsaraan, keterbelakangan bahkan malapetaka umat manusia dan alam sekitarnya.
Disenafaskan iman dan taqwa serta kebudayaan merupakan landasan bagi generasi sekarang dan mendatang untuk menjamin berkembangnya cara hidup yang akan mendatangkan kesejahteraan dunia dan akhirat, serta tangguh menghadapi ekses-ekses globalisasi yang bisa mengancam kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Hal ini didukung oleh Muhammad Numan Sumantri (2001: 54) bahwa, “Kedudukan agama bukan hanya kebudayaan pribadi, melainkan berada dalam lingkaran pendidikan sebagai nilai sentral pembangunan, sebagai kekuatan dan pengaruh kekuatan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang mensenafaskan iman, taqwa dan kebudayaan”.
Nilai-nilai religius sebagai salah satu faktor internal siswa yang mempunyai andil dalam prestasi belajar. Dalam hal ini pencapaian prestasi belajar biologi pada ranah kognitif, tidak muncul begitu saja tetapi melalui suatu proses, sehingga antara siswa satu dengan lainnya tidak sama tingkat nilai-nilai religiusnya. Siswa pada hakikatnya merupakan masa transisi dari anak-anak menuju remaja. Pada masa ini dimulai pembentukan dan perkembangan sistem moral sejalan dengan pertumbuhan pengalaman ke-Tuhanan yang individual. Dalam perkembangan lebih lanjut pengalaman kehidupan berke-Tuhanan sedikit demi sedikit semakin mantap sebagai suatu unit yang otonom dalam kepribadiannya. Unit itu merupakan organisasi yang disebut “nilai-nilai religius” sebagai hasil peranan fungsi kejiwaan terutama motivasi, emosi, dan intelegensi.
Bagi siswa yang memiliki nilai-nilai religius yang tinggi, pengalaman-pengalaman kehidupan yang terorganisasi tadi merupakan pusat kehidupan mental yang mewarnai keseluruhan aspek kepribadiannya. Nilai-nilai religius merupakan dasar dan arah dari kesiapan siswa mengadakan tanggapan, reaksi, pengolahan dan penyesuaian diri terhadap rangsang yang datang dari luar. Semua tingkah laku dalam kehidupannya seperti belajar, bergaul dan bermasyarakat diwarnai oleh sistem nilai-nilai religiusnya. Sehingga, jika siswa yang tinggi nilai-nilai religiusnya maka besar kemungkinan mereka akan menjadi siswa yang baik, rajin belajar dan taat pada tata tertib sekolah. Siswa tersebut akan belajar dengan penuh kesadaran tanpa ada unsur paksaan sebab mereka sadar bahwa belajar merupakan salah satu kewajiban dari ajaran ke-Tuhanan.
Biologi merupakan komponen Ilmu Pengetahuan Alam yang mengkaji seluk beluk makhluk hidup.Tujuan pengajaran biologi adalah mengembangkan cara berpikir ilmiah melalui penelitian dan percobaan, mengembangkan pengetahuan praktis dari metode biologi untuk memecahkan masalah kehidupan individu dan sosial. Dalam hal ini, kreativitas belajar dari siswa sangat diperlukan.
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono mengenai anak yang kreatif (1991: 97) mengemukakan bahwa, “Dalam kegiatan belajar anak golongan kreatif lebih mampu menemukan masalah-masalah dan mampu memecahkan masalah”. Secara universal anak mempunyai tingkat kreativitas yang berbeda-beda, ada yang sudah mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi namun ada juga yang masih rendah. Sehingga kemampuan untuk dapat memecahkan masalah dalam biologi juga berbeda.
Nilai-nilai religius siswa dan kreativitas belajar siswa dalam belajar merupakan hal yang penting untuk diteliti dalam upaya pencapaian prestasi belajar biologi pada ranah kognitif.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan judul penelitian sebagai berikut: “KORELASI ANTARA NILAI-NILAI RELIGIUS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI PADA RANAH KOGNITIF”.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah dapat diindentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Masih terdapatnya prestasi belajar yang kurang pada diri siswa.
2. Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
3. Nilai-nilai religius dapat berperanan pada terbentuknya kesehatan jiwa yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar.
4. Kreativitas belajar dari siswa sangat diperlukan guna mengembangkan cara berpikir ilmiah dan percobaan mengembangkan pengetahuan praktis biologi untuk memecahkan masalah kehidupan individu.
5. Adanya perbedaan sikap kreativitas belajar siswa. 6. Perbedaan nilai-nilai religius dan kreativitas belajar siswa akan menyebabkan prestasi belajar biologi yang berbeda.

C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan adanya masalah-masalah di atas, agar permasalahan tidak berkembang perlu dibatasi permasalahannya sebagai berikut :
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas X MAN X tahun ajaran X.
2. Objek penelitian
Objek dari penelitian ini adalah :
a. Nilai-nilai religius adalah nilai-nilai ketaatan kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi dimensi keyakinan, dimensi praktek agama, dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dan dimensi pengamalan dan konsekuensi.
b. Kreativitas siswa adalah proses yang samar-samar yang mentransformasikan serangkaian gagasan abstrak lebih dekat ke realitas, penggunaan kemampuan dan keingintahuan mental dalam proses belajar siswa ke suatu tempat yang menghasilkan penciptaan atau penemuan sesuatu yang baru.
c. Prestasi belajar biologi ranah kognitif dibatasi pada dokumentasi nilai mid kognitif mata pelajaran biologi siswa kelas X MAN X tahun ajaran X.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah hubungan antara nilai-nilai religius dengan prestasi belajar biologi ranah kognitif siswa kelas X MAN X tahun ajaran X?
2. Adakah hubungan antara kreativitas siswa dengan prestasi belajar biologi ranah kognitif siswa kelas X MAN X tahun ajaran X?
3. Adakah hubungan antara nilai-nilai religius dan kreativitas siswa dengan prestasi belajar biologi ranah kognitif biologi siswa kelas X MAN X tahun ajaran X?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui :
1. Adanya hubungan antara nilai-nilai religius dengan prestasi belajar biologi ranah kognitif siswa kelas X MAN X tahun ajaran X.
2. Adanya hubungan antara kreativitas siswa dengan prestasi belajar biologi ranah kognitif siswa kelas X MAN X tahun ajaran X.
3. Adanya hubungan antara nilai-nilai religius dan kreativitas siswa dengan prestasi belajar biologi ranah kognitif siswa kelas X MAN X tahun ajaran X.
4. Kontribusi variabel bebas yang dominan dalam memprediksi prestasi belajar biologi pada ranah kognitif siswa kelas X MAN X tahun ajaran X.

F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat :
1. Memberikan gambaran kepada guru, orang tua, dan siswa bahwa nilai-nilai religius berperan terhadap pencapaian prestasi belajar biologi, sehingga diperlukan kesadaran semua pihak untuk memperhatikan masalah ini.
2. Memberi bahan masukan bagi para guru, dan siswa bahwa kreativitas belajar berperan terhadap prestasi belajar biologi.
3. Sebagai masukan pada penelitian sejenis di masa yang akan datang.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 17:29:00

Skripsi Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Key Relation-Chart Dan Modul Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar

(Kode PENDMIPA-0017) : Skripsi Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Disertai Key Relation-Chart Dan Modul Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Materi Pokok Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Semester Gasal SMA Negeri X Tahun Pelajaran X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan, dimana dengan pendidikan akan dihasilkan generasi yang berkualitas yang akan berperan dalam pembangunan bangsa dan negara dalam era globalisasi. Fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak ke arah tujuan yang dinilai tinggi, yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki sikap yang benar (Tabrani, 1989:15). Dalam dunia pendidikan selain ada masukan (input), proses pendidikan juga ada keluaran (output) pendidikan yang merupakan hasil dari proses pendidikan.
Seiring dengan usaha pemerintah dalam mewujudkan tujuan nasional tersebut, masih banyak masalah yang dihadapi, salah satunya adalah masalah efektifitas pendidikan. Masalah efektifitas pendidikan adalah masalah yang berkenaan dengan hubungan antara hasil pendidikan dengan tujuan atau sasaran pendidikan yang diharapkan.
Meskipun demikian, telah diusahakan berbagai upaya dalam mengatasi masalah tersebut yang mencakup semua komponen pendidikan meliputi pembaharuan kurikulum, proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pengajaran, sarana belajar, penyempurnaan sistem penilaian, dan usaha-usaha yang berkenaan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya dengan mengimplementasikan kurikulum 2004.
Kurikulum 2004 disebut juga kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004 : 18).
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam meningkatkan hasil pendidikan satu di antaranya yang harus dikembangkan terletak pada proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Dengan demikian, berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada keberhasilan proses belajar-mengajar.
Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, penguasaan kimia harus diperbaharui agar mampu mengikuti dan mengembangkan IPTEK ke arah yang lebih baik. Untuk tujuan tersebut, maka pengajaran kimia harus bersifat dinamis dalam mengantisipasi perkembangan IPTEK yang semakin pesat.
Tujuan pengajaran ilmu kimia di Sekolah Menengah Atas adalah agar siswa:
1. Menguasai konsep-konsep kimia esensial secara komprehensif dan proses ilmiah untuk meningkatkan kesadaran akan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kesadaran lingkungan, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mampu menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori, maupun hukumhukum dalam ilmu kimia yang relevan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang ada disekitarnya.
3. Memiliki ketrampilan-ketrampilan proses sains dan sikap-sikap ilmiah yang berlandaskan logika untuk memecahkan masalah-masalah serta menyadari kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (Depdiknas, 2002:1).
Berdasarkan tujuan yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi titik tolak pengajaran kimia adalah siswa dapat menguasai konsep-konsep kimia, bersikap ilmiah, serta dapat menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari maupun teknologi. Oleh karena itu, maka penguasaan konsepkonsep kimia dan saling keterkaitannya merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar. Penyempurnaan dan peningkatan dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk mendapatkan hasil belajar atau prestasi belajar yang baik.
Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten X berupa Daftar Nilai Ujian Praktek dan Ujian Sekolah Tahun Pelajaran X menunjukkan bahwa Nilai Rata-rata Ujian Akhir Sekolah di SMA Negeri X untuk mata pelajaran kimia masih rendah, yaitu dengan rata-rata nilai 6,55.
Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas hasil pembelajaran kimia di SMA Negeri X sampai saat ini masih masih perlu ditingkatkan.
Pada dasarnya tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar dipengaruhi banyak faktor diantaranya kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, metode mengajar, materi, sarana dan prasarana, motivasi, alat evaluasi serta lingkungan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang paling berkaitan yang bekerja secara terpadu untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Meskipun tujuan dirumuskan dengan baik, materi yang dipilih sudah tepat, tetapi jika metode yang dipergunakan kurang memadai mungkin tujuan yang diharapkan tidak tercapai atau mungkin tujuan tercapai dengan susah payah. Jadi, metode mengajar merupakan salah satu komponen yang penting dalam keberhasilan proses pendidikan.
Sejumlah metode mengajar telah diterapkan di sekolah-sekolah untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam proses pendidikan. Namun, mengingat adanya variasi tujuan yang ingin dicapai, adanya lingkungan belajar yang berlainan, keadaan siswa yang berbeda, karakteristik materi yang berbeda, dan lain-lain, maka tidak mungkin dapat disusun suatu metode yang baik untuk semua jenis kegiatan belajarmengajar. Dengan demikian perlu dipilih metode yang paling tepat untuk masingmasing kegiatan belajar-mengajar.
Materi pokok Stoikiometri merupakan salah satu dasar dalam pembelajaran kimia, yang harus dikuasai siswa sebagai bekal untuk mempelajari materi selanjutnya. Dalam mengerjakan soal-soal stoikiometri diperlukan pemahaman mengenai konsepkonsep dan hukum-hukum tertentu yang saling berkaitan. Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang ada pada meteri stoikiometri. Kesulitan ini disebabkan oleh kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami materi pelajaran dan cara mereka untuk belajar berbeda-beda sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya. Agar siswa dapat memahami dengan baik materi stoikiometri, maka siswa dituntut untuk menggunakan pola pikir yang terstruktur dan sistematis melalui tahap-tahap pemecahan yang tepat. Hal ini sejalan dengan penggunaan metode pembelajaran problem solving.
Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989:111) belajar dikatakan bermakna apabila siswa mampu menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diperoleh pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya. Untuk itu agar belajar menjadi bermakna maka bahan yang dipelajari perlu dibuat seefektif mungkin sehingga memudahkan siswa dalam belajar. Penyajian materi pelajaran dapat dibuat dengan Key Relation-Chart dan modul. Key Relation- Chart merupakan lembaran yang berisi catatan tentang persamaan-persamaan, rumusrumus, hukum-hukum penting dari materi yang dipelajari. Sedangkan modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar yang berisi tujuan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar, dan sistem evaluasi yang dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah menurut cara masing-masing.
Di samping ketepatan penggunaan metode pembelajaran, kemandirian belajar siswa akan menentukan keberhasilan studi siswa. Kebanyakan dari siswa belum mampu secara mandiri untuk menemukan, mengenal, memerinci hal-hal yang berlawanan dan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari masalahnya. Sebab siswa awalnya hanya menurut yang disajikan oleh guru atau masih bergantung pada guru. Keberhasilan belajar tidak boleh hanya mengandalkan kegiatan tatap muka dan tugas terstruktur yang diberikan oleh guru, akan tetapi terletak pada kemandirian belajar. Untuk menyerap dan menghayati pelajaran jelas telah diperlukan sikap dan kesediaan untuk mandiri, sehingga sikap kemandirian belajar menjadi faktor penentu apakah siswa mampu menghadapi tantangan atau tidak.
Key Relation-Chart dan modul dapat dipakai untuk membantu memahami masalah, memungkinkan siswa untuk dapat belajar mandiri dan aktif selain di sekolah maupun di kelas, dan memungkinkan siswa untuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialaminya pada saat pelajaran berlangsung di kelas. Selain itu, Key Relation- Chart dan modul dapat dipakai membantu membuat perencanaan dalam memecahkan soal yang dihadapi. Oleh sebab itu, Key Relation-Chart dan modul dapat dianggap sebagai strategi dari problem solving.
Berpijak dari uraian tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan judul ”Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Disertai Key Relation-Chart dan Modul Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X Semester Gasal SMA Negeri X Tahun Pelajaran X”.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, terdapat berbagai masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Penguasaan konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar.
2. Nilai Ujian Akhir Sekolah atau prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia di SMA Negeri X masih relatif rendah.
3. Diperlukan metode yang paling tepat untuk masing-masing kegiatan belajarmengajar.
4. Metode pembelajaran problem solving dapat digunakan oleh siswa agar mempunyai pola pikir yang terstruktur dan sistematis melalui tahap-tahap pemecahan yang tepat.
5. Kemandirian belajar siswa akan menentukan keberhasilan studi siswa.
6. Metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan problem solving disertai modul dapat digunakan untuk membantu memahami masalah dan memungkinkan siswa untuk belajar mandiri.
7. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti, maka perlu diberikan batasan masalah. Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang ada, maka pengkajian dan pembatasan masalah menitik beratkan pada:
1. Objek penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas X semester gasal SMA Negeri X.
2. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan modul.
3. Materi pokok
Materi yang diberikan dibatasi pada materi pokok stoikiometri.
4. Kemandirian belajar siswa dibatasi pada rasa percaya diri dan optimis, daya pikir yang maju, berjerih payah untuk berdaya guna, ulet dan sabar dalam menghadapi kesulitan.
5. Prestasi belajar
Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi dan rendah pada materi pokok stoikiometri.

D. Perumusan Masalah
Setelah dilakukan identifikasi masalah dan pembatasan masalah selanjutnya dalam penelitian ini dikemukakan perumusan masalah yaitu:
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri?
2. Apakah terdapat pengaruh kemandirian belajar siswa tinggi dan kemandirian belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri?

E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri.
2. Untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar siswa tinggi dan kemandirian belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri.
3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri.

F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang telah ada dalam bidang pendidikan khususnya tentang pembelajaran dengan metode problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode problem solving disertai modul yang memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar bila ditinjau dari kemandirian belajar siswa.
b. Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi mengenai penerapan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul untuk lebih memahami konsep Stoikiometri.
2. Memberikan alternatif bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Stoikiometri khususnya dapat ditempuh dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan dengan metode pembelajaran problem solving disertai modul.
3. Memberikan informasi kepada guru atau peneliti selanjutnya, bahwa potensi kemandirian yang ada diarahkan dan dikembangkan untuk mendukung proses pembelajaran.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 17:28:00

Skripsi Penyelesaian Persamaan Non-Linear Metode Biseksi Dan Metode Regula Falsi Menggunakan Cara Komputasi

(Kode PENDMIPA-0013) : Skripsi Penyelesaian Persamaan Non-Linear Metode Biseksi Dan Metode Regula Falsi Menggunakan Cara Komputasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi, atau pada persoalan rekayasa (engineering), seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Elektro dan sebagainya. Seringkali model matematika tersebut muncul dalam bentuk yang tidak ideal atau sulit untuk dikerjakan secara analitik untuk mendapatkan solusi sejatinya (exact solution). Yang dimaksud dengan metode analitik adalah metode penyelesaian model matematika dengan rumus-rumus aljabar yang sudah baku atau lazim digunakan.
Sebagai ilustrasi, diberikan beberapa contoh berikut ini :
1. Penyelesaian akar-akar persamaan polinom :
23,4x7 – 1,25x6 + 120x4 + 15x3 - 120x2 - x + 100 = 0
2. Pencarian harga x yang memenuhi persamaan:

** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

3. Penyelesaian sistem persamaaan linear :
1,2a - 3b - 12c + 12d + 4,8e – 5,5f + 100g = 18
0,9a + 3b - c + 16d + 8e - 5f - 10g = 17
4,6a + 3b - 6c - 2d + 4e + 6,5f - 13g = 19
3,7a - 3b + 8c - 7d + 14e + 8,4f + 16g = 6
2,2a + 3b + 17c + 6d + 12e – 7,5f + 18g = 9
5,9a + 3b + 11c + 9d - 5e - 25f - 10g = 0
1,6a + 3b + 1,8c + 12d -7e +2,5f + g =-5
(Susy, 2006 : 1-2)

Setelah melihat beberapa contoh ilustrasi di atas, kemungkinan besar cara analitik tidak dapat digunakan. Untuk polinom berderajat 2, masih bisa dicari akarnya menggunakan rumus abc yang sudah terkenal, yaitu :

** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

Namun, untuk polinom yang berderajat lebih besar dari 2, tidak ada rumus aljabar untuk menghitung akar polinom tersebut. Alternatifnya adalah dengan memanipulasi polinom, misalnya dengan pemfaktoran atau menguraikan polinom tersebut menjadi perkalian beberapa suku. Semakin tinggi derajat polinom, jelas semakin sukar memfaktorkannya. Begitu juga untuk menyelesaian sistem persamaan linear. Apabila sistem persamaannya hanya berupa dua atau tiga garis lurus dengan dua atau tiga peubah, masih dapat ditemukan solusinya (dalam hal ini titik potong kedua garis) dengan menggunakan rumus titik potong dua buah garis. Titik potong tersebut juga dapat ditemukan dengan menggambar kedua garis pada kertas grafik. Tetapi untuk sistem dengan jumlah persamaan dan jumlah peubah lebih besar dari tiga, tidak ada rumus yang dapat dipakai untuk memecahkannya.
Contoh-contoh ilustrasi di atas memperlihatkan bahwa ada beberapa persoalan matematika yang tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik. Akan tetapi metode analitik unggul untuk sejumlah persoalan yang memiliki tafsiran geometri sederhana. Misalnya menentukan akar penyelesaian dari menggunakan rumus abc. Padahal persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu dalam bentuk sederhana tetapi sangat kompleks serta melibatkan bentuk dan proses yang rumit. Akibatnya nilai praktis penyelesaian metode analitik menjadi terbatas. Bila metode analitik tidak dapat lagi digunakan, maka salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan metode Numerik. Metode Numerik adalah teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan atau aritmatika biasa (tambah, kurang, kali, dan bagi) (Susy, 2006 : 3-5).
Penyelesaian secara numerik umumnya melibatkan proses iterasi, perhitungan berulang dari data numerik yang ada. Jika proses iterasi tersebut dilakukan secara manual, akan membutuhkan waktu yang relatif lama dan kemungkinan timbulnya nilai kesalahan (error) akibat manusia itu sendiri juga relatif besar. Misalnya untuk menyelesaikan persoalan persamaan non-linear , jika diselesaikan menggunakan cara manual menggunakan Metode Biseksi diperlukan beberapa iterasi. Untuk penyelesaian sampai tujuh angka di belakang koma dapat terjadi iterasi sampai puluhan kali. Ini tentu membutuhkan waktu yang relatif lama. Pada kenyataannya sering terjadi proses iterasi sampai ratusan kali, pada keadaan demikian ini komputer sangat dibutuhkan untuk mengurangi waktu penyelesaian (Munif, 1995 : 3). Selain mempercepat perhitungan numerik, dengan komputer dapat dicoba berbagai kemungkinan solusi yang terjadi akibat perubahan beberapa parameter tanpa menyita waktu dan pikiran. Solusi yang diperoleh juga dapat ditingkatkan ketelitiannya dengan mengubah-ubah nilai parameter (Susy, 2006 : 9).
Persamaan linear jika digambarkan pada sumbu kartesius berupa garis lurus. Sedangkan untuk persamaan non-linear jika digambarkan pada sumbu kartesius berupa kurva (garis lengkung). Persamaan yang termasuk persamaan non-linear adalah persamaan polinomial, persamaan eksponensial, persamaan logaritmik, persamaan sinusoida, dan sebagainya (Munif, 1995 : 7). Sebagai contoh misalnya terdapat persamaan : dengan daerah asal {x | -2 ? x ? 6, x ? R}. Persamaan tersebut jika digambarkan pada sumbu kartesius :

** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

Dari gambar di atas terlihat jelas bahwa persamaan jika digambarkan pada sumbu kartesius berupa kurva. Jika dicari nilai x yang memenuhi persamaan biasanya digunakan rumus abc, maka diperoleh x1 = 0 dan x2 = 4. Nilai-nilai x yang memenuhi persamaan ini pada gambar terlihat jelas yaitu titik potong garis dengan sumbu x.
Akan tetapi jika diilustrasikan untuk persamaan non-linear : 23,4x7 – 1,25x6 + 120x4 + 15x3 - 120x2 - x + 100 = 0 maka rumus abc sudah tidak berlaku lagi, karena persamaan tersebut mempunyai pangkat yang lebih besar dari 2. Metode analitik tidak berlaku lagi karena terlalu memakan banyak waktu, tenaga dan pikiran. Jalan yang paling efektif dan efisien adalah dengan mengggunakan metode Numerik, karena hanya dengan beberapa langkah saja sudah bisa didapatkan apa yang diinginkan.
Penyelesaian yang digunakan dalam metode Numerik adalah penyelesaian pendekatan, oleh karena itu biasanya timbul kesalahan (error). Pada penyelesaiannya diusahakan untuk mendapatkan error yang sekecil mungkin. Langkah pertama yang dilakukan dalam penyelesaian persamaan non-linear dengan menggunakan metode Biseksi dan metode Regula Falsi adalah menetapkan nilai sebarang a sebagai batas atas dan nilai sebarang b sebagai batas bawah kemudian ditentukan nilai fungsi f(x) untuk x = a dan x = b. Selanjutnya adalah memeriksa apakah f(a).f(b) < 0, apabila terpenuhi syarat tersebut berarti akar fungsi terdapat di antara a dan b. Jika tidak terpenuhi maka kembali harus menetapkan nilai sebarang a dan b sedemikian rupa sehingga ketentuan perkalian terpenuhi (Wibowo, 2007 : 1). Jika ketentuan perkalian terpenuhi maka selanjutnya adalah menentukan titik c (titik di antara a dan b). Untuk metode Biseksi menggunakan rumus sedangkan untuk metode Regula Falsi menggunakan rumus . Langkah selanjutnya adalah mencari nilai c yang lain sehingga didapat error yang kecil atau sama dengan nol.
Selain sederhana, metode Biseksi dan metode Regula Falsi mempunyai beberapa kelebihan yaitu proses iterasi lebih cepat, mudah untuk dibuat program dan tingkat kesalahan kecil. Untuk metode yang menghasilkan error kecil maka metode tersebut lebih teliti dibanding dengan metode lain. Dalam metode Numerik ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan non-linear, diantaranya metode Tabulasi, metode Biseksi, metode Regula Falsi, metode Iterasi bentuk x = g(x), metode Newton Rapson, metode Faktorisasi (P3, P4, P5), metode Bairstow dan metode Quotient-Difference (Q-D) (Munif, 1995 : 8).
Berdasarkan uraian di atas, tujuan utama penelitian ini adalah mempelajari penyelesaian persamaan non-linear menggunakan metode Biseksi dan metode Regula Falsi Menggunakan Cara Komputasi serta mengetahui perbedaan kecepatannya dalam menyelesaikan persamaan non-linear ditinjau dari banyaknya iterasi.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penyelesaian persamaan non-linear menggunakan metode Biseksi dengan program komputer.
2. Bagaimana penyelesaian persamaan non-linear menggunakan metode Regula Falsi dengan program komputer
3. Bagaimana perbedaan kecepatan antara metode Biseksi dan metode Regula Falsi dalam menyelesaikan persamaan non-linear ditinjau dari banyaknya iterasi.

C. Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah persamaan non-linear dalam bentuk polinomial satu variabel.

D. Tujuan Penelitian
Dengan adanya permasalahan yang muncul, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Membuat program komputer untuk menyelesaikan persamaan non-linear menggunakan metode Biseksi.
2. Membuat program komputer untuk menyelesaikan persamaan non-linear menggunakan metode Regula Falsi.
3. Mengetahui perbedaan kecepatan antara metode Biseksi dan metode Regula Falsi dalam menyelesaikan persamaan non-linear ditinjau dari banyaknya iterasi.

E. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, diantaranya adalah :
1. Mengetahui perbedaan kecepatan antara metode Biseksi dan metode Regula Falsi dalam menyelesaikan persamaan non-linear ditinjau dari banyaknya iterasi.
2. Memberi masukkan bagi peneliti yang ingin mempelajari lebih jauh tentang metode Numerik.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 17:27:00

Skripsi Pengaruh Pembelajaran Kimia Dengan Metode Scientific Inquiry Dan Demonstrasi Dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Belajar

(Kode PENDMIPA-0012) : Skripsi Pengaruh Pembelajaran Kimia Dengan Metode Scientific Inquiry Dan Demonstrasi Dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri X


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah
Ilmu kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam dan diajarkan di SMA mempunyai tujuan pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep kimia serta penerapannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam teknologi, serta mampu menerapkan sebagai konsep kimia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi secara ilmiah (Depdiknas, 2004 : 2). Dalam proses pengajaran kimia selama ini, peranan guru lebih dominan dibanding dengan peranan siswa. Hal ini sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum 2004, yang menitikberakan pada ketrampilan proses. Apalagi sekarang ini sudah ada pembaharuan kurikulum lagi, dimana mulai tahun ajaran 2003/2004 sudah mulai uji coba kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dalam KBK ini, peranan guru dalam menentukan pola kegiatan belajar mengajar di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik “apa yang akan dipelajari“ saja, melainkan “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar anak“. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interraksi aktif dengan teman, lingkungan dan narasumber lain.
Pembelajaran di sini perlu diubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan yaitu kandungan ilmu, siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai. Agar pembelajaran kimia di SMA lebih bermakna perlu diupayakan peningkatan mutu pendidikan yaitu diterapkannya m etode mengajar yang memberikan tekanan pada keterlibatan siswa dalam proses yang aktif.
Keterampilan proses akan terbina dalam diri siswa apabila dalam kegiatan belajar dan mengajar menggunakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sendiri atau melalui pendekatan keterampilan proses, sehingga dapat meningkatkan cara berpikir siswa dan untuk meningkatkan pengetahuan.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berorientasikan pada keaktifan dan kemandirian siswa, maka siswa perlu mencoba sendiri, mencari jawaban sendiri dalam memecahkan masalah, bekerja sama dengan teman sekelas, menyimpulkan hasil kerja sama dan lain sebagainya. Guru hanya membantu mengarahkan siswa dan bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Dengan kata lain pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba sendiri mencapai tujuannya.
Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Pembelajaran materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan kurikulum 2004 harus sesuai dengan karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses.Dalam kurikulum ini disebutkan bahwa standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa adalah ”mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya”. Standar kompetensi ini dituangkan dalam kompetensi dasar, yaitu menyelidiki daya hantar listrik berbagai larutan untuk membedakanLarutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan melaksanakan percobaan dan menafsirkan hasilnya. Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan metode pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam pembelajarannya perlu digunakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar.
Metode pembelajaran yang bisa digunakan pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit antara lain metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi. Melalui kegiatan Scientific Inquiry siswa akan dimotivasi lebih banyak karena siswa terlibat langsung dalam penemuan konsep atau prinsip. Untuk membuat penemuan-penemuan konsep melalui kegiatan Scientific Inquiry siswa harus melakukan proses-proses mental misalnya mengamati, menggolong- golongkan, membuat dugaan, menjelaskan dan menarik suatu kesimpulan. Program pengembangan metode mengajar yang berorientasi pada penemuan ilmiah harus disertai pengadan sarana laboratorium yang cukup memadai agar dihasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Metode pengajaran yang diterapkan dalam pencapaian konsep kimia harus mampu mendorong siswa secara aktif bekerja dengan metode ilmiah. Siswa melakukan sendiri kegiatan eksperimen dengan panduan guru sehingga dapat menemukan konsep materi yang dipelajari. Konsep yang didapat akan bertahan lama dan mendalam dalam ingatan siswa. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian dalam usaha peningkatan peran aktif siswa dalam penemuan suatu konsep.
Metode mengajar yang juga bisa digunakan adalah metode demonstrasi dimana biasanya guru yang melakukan percobaan dan siswanya mengamati. Tetapi dalam penelitian ini metode demonstrasi divariasikan dengan menggunakan konflik kognitif. Konflik kognitif yang dimaksud adalah guru memberikan pertanyaan yang berisi permasalahan yang berhubungan dengan materi dimana pertanyaan ini memungkinkan beberapa jawaban yang bermacam-macam dari siswa sesuai dengan pemikiran dan pengetahuan masing-masing siswa yang akan menimbulkan konflik, dan untuk membuktikan kebenaran jawaban itu dilakukan demonstrasi oleh guru sehingga siswa benar-benar tahu jawaban yang sebenarnya. Dalam metode ini siswa ikut serta aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini ditunjukkan dengan munculnya bermacam-macam dugaan jawaban yang tentunya saling bertentangan dan siswa diajak oleh guru untuk membuktikan kebenaran jawaban melalui percobaan.
Penggunaan metode pengajaran yang menuntut siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran terutama pada materi yang berhubungan dengan praktikum akan menimbulkan suatu sikap ilmiah. Antara siswa yang satu dengan siswa yang lain mempunyai sikap ilmiah yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi hasil belajar.
SMA Negeri X adalah SMA yang mempunyai sarana laboratorium yang cukup lengkap dan telah menggunakan KBK. Tetapi dalam kenyataannya dalam proses pembelajaran kimia belum sepenuhnya menggunakan pengajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Sarana laboratorium yang ada belum digunakan sebagaimana mestinya sehingga siswa kurang mampu menerapkan konsep materi yang ada. Walaupun dinilai sudah cukup berhasil namun ada beberapa kekurangan yaitu siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar, waktu belajar habis digunakan untuk mendengar dan mencatat, sehingga situasi belajar cenderung pasif, maka siswa cepat merasa bosan dan mengantuk dan tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan sekarang adalah metode mengajar apa yang memberikan hasil yang lebih baik terhadap pencapaian prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit antara metode mengajar Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa. Untuk mengetahui metode mengajar apa yang memberikan pencapaian prestasi belajar yang lebih baik pada pembelajaran kimia pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, maka dilakukan penelitian dengan judul :” Pengaruh Pembelajaran Kimia dengan Metode Scientific Inquiry dan Metode Demonstrasi dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Siswa SMA Negeri X Kelas X Semester 2 Tahun Ajaran X”.

B. Identifikasi Masalah
Masalah yang timbul sehubungan dengan penggunaan metode Scientific Inquiry dan Demonstrasi pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolt dan Non Elektrolit dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Apakah metode mengajar Scientific Inquiry dan Demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ?
2. Apakah penggunaan metode mengajar Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dalam pembelajaran Kimia pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
3. Apakah pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit?
4. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit ?
5. Adakah interaksi antara metode pengajaran (metode Scientific Inquiry dan metode demonstrasi) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit?

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu pembatasan masalah agar penelitian dapat terarah dan terfokus antara lain :
1. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah siswa kelas X Semester Genap SMA Negeri X tahun pelajaran X.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Scientific Inquiry (untuk kelas eksperimen-1) dan metode Demontrasi (untuk kelas eksperimen- 2).
3. Pokok Bahasan
Pokok bahasan yang dipilih dalam pembelajaran kimia pada penelitian ini adalah pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non elektrolit.
4. Penilaian
Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah penilaian kognitif dan afektif.

D. Perumusan Masalah
Dengan mempertimbangkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X ?
2. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dengan metode Scientific Inquiry dan metode demonstrasi pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X ?
3. Adakah interaksi antara metode pengajaran (metode scientific inquiry dan metode demonstrasi) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X ?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengam masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan antara lain :
1. Untuk mengetahui pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X
2. Untuk mengetahui sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dengan metode Scientific Inquiry dan metode demonstrasi pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X.
3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara metode pengajaran (metode scientific inquiry dan metode demonstrasi) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Sememster 2 SMA Negeri X.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori tentang pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada pengajar bidanng sudi kimia dalam pemilihan metode pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan efektivitas pembelajaran.
b. Sebagai sumbangan informasi tentang gambaran nyata pembelajaran kimia yang menggunakan metode Scientific Inquiry maupun yang menggunakan metode Demonstrasi pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
c. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar kimia.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 17:25:00

Skripsi Local Search Genetic Algorithm Dalam Menyelesaikan Job Shop Scheduling Problem

(Kode PENDMIPA-0006) : Skripsi Local Search Genetic Algorithm Dalam Menyelesaikan Job Shop Scheduling Problem

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Penjadwalan merupakan suatu proses pengaturan sumber daya untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan melibatkan pekerjaan, sumber daya, dan waktu. Pekerjaan diproses pada setiap sumber daya dengan urutan tertentu selama waktu tertentu. Tujuan dari masalah penjadwalan antara lain: meminimumkan waktu penyelesaian semua tugas (makespan), meminimumkan keterlambatan pengerjaan, meminimumkan waktu tunggu pada mesin, meminimumkan biaya, dan lain-lain.
Masalah penjadwalan merupakan salah satu aspek penting pada lingkungan industri. Misalkan suatu percetakan akan memproduksi brosur, koran, dan majalah dengan menggunakan 3 sumber daya, yaitu mesin cetak, mesin potong, dan mesin jilid. Misal brosur hanya melalui mesin cetak, sementara koran setelah dicetak perlu dipotong, sedangkan majalah setelah dicetak, dijilid, lalu dipotong. Pada beberapa masalah penjadwalan, pekerjaan memiliki batas waktu, sehingga mempengaruhi prioritas pemrosesan. Salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah percetakan tersebut, dapat dimulai dengan menempatkan majalah pada mesin cetak, karena majalah memiliki urutan proses yang terpanjang. Setelah majalah dicetak, proses untuk majalah dilanjutkan dengan menempatkan majalah pada mesin jilid, sementara akan ditentukan apakah brosur atau koran yang akan ditempatkan pada mesin cetak. Penempatan brosur pada mesin cetak akan lebih baik dari pada koran, karena jika koran yang ditempatkan terlebih dahulu pada mesin cetak, maka kemungkinan koran dan majalah akan tiba di mesin potong pada waktu yang bersamaan. Setelah brosur dicetak maka pemrosesan brosur selesai, dan koran dapat ditempatkan pada mesin cetak, sementara majalah ditempatkan pada mesin potong. Proses dari majalah selesai setelah pemotongan, dan sebagai proses terakhir, koran ditempatkan pada mesin potong. Masalah percetakan tersebut hanya menggunakan tiga sumber daya untuk menyelesaikan tiga pekerjaan, jika suatu masalah dengan pekerjaan dan sumber daya yang lebih banyak, maka pemrosesan akan menjadi lebih kompleks.
Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas, dan setiap tugas harus melalui setiap mesin tepat satu kali. Terdapat dua jenis metode yang biasa digunakan untuk menyelesaikan masalah job shop scheduling problem. Metode eksak, seperti pemrograman linier dan pemrograman non-linier, dapat digunakan untuk ukuran job shop scheduling problem yang kecil. Sedangkan untuk ukuran masalah yang besar, digunakan suatu pendekatan secara aproksimasi, seperti local search, simulated annealing, genetic algorithm, tabu search, dan ant colony optimization. Hal ini disebabkan karena untuk ukuran masalah yang besar, kompleksitasnya akan semakin besar.
Pada skripsi ini, pendekatan yang digunakan adalah algoritma genetik, dengan menerapkan teknik local search. Algoritma genetik ditemukan oleh John Holland pada tahun 1960. Algoritma ini menerapkan suatu proses evolusi biologi. Banyak percobaan dalam menyelesaikan job shop scheduling problem dengan menggunakan metode algoritma genetik, tetapi masih terdapat beberapa percobaan yang menghasilkan solusi yang tidak layak. Pada metode dalam skripsi ini, ketidaklayakan dari solusi dapat dihindari dengan menggunakan suatu skema yang menjaga urutan pemrosesan tugas. Kualitas dari solusi akan diuji dengan menggunakan beberapa masalah uji yang biasa dipakai untuk menyelesaikan job shop scheduling problem.
Terdapat tiga operator dasar yang digunakan pada algoritma genetik, yaitu reproduksi, crossover, dan mutasi. Reproduksi digunakan untuk menyeleksi solusi-solusi yang akan diproses, crossover digunakan untuk memperoleh solusi-solusi melalui proses perkawinan, dan mutasi digunakan untuk mengubah kualitas dari suatu solusi. Pada skripsi ini, akan digunakan suatu operator crossover yang sederhana dan efisien, yang memastikan bahwa setiap solusi baru yang dihasilkan akan selalu layak. Pada tahap mutasi, akan digunakan suatu operator yang mengarah pada suatu proses pencarian local search, dengan harapan akan meningkatkan kualitas dari solusi.

1.2 Perumusan Masalah
Apakah job shop scheduling problem dapat diselesaikan dengan menggunakan algoritma genetik, dan apakah pemilihan antara menggunakan mutasi sederhana dengan local search mutator akan mempengaruhi kinerja dari algoritma.

1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melihat kemampuan dari local search genetic algorithm dalam menyelesaikan job shop scheduling problem dengan menggunakan suatu masalah uji yang biasa dipakai untuk menguji kinerja dari suatu program untuk menyelesaikan job shop scheduling problem. Selain itu, akan dilihat juga perbandingan kinerja dari local search genetic algorithm antara hanya menggunakan crossover, menggunakan crossover dan mutasi sederhana, dan dengan menggunakan crossover dan local search mutator.

1.4 Pembatasan Masalah
Job shop scheduling problem yang akan dibahas adalah job shop scheduling problem dengan tujuan meminimumkan makespan. Sedangkan untuk pengujian, masalah uji yang digunakan dibatasi hanya untuk 3 masalah.

1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I membahas tentang latar belakang, tujuan dari skripsi, batasan masalah, dan sistematika penulisan; Bab II membahas definisi dan teori dasar dari masalah penjadwalan, job shop scheduling problem, algoritma genetik, dan local search; Bab III membahas tentang local search genetic algorithm dalam menyelesaikan job shop scheduling problem; Bab IV membahas implementasi algoritma dan beberapa hasil eksperimen; dan terakhir Bab V membahas kesimpulan yang berdasarkan pada hasil eksperimen.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:29:00

Skripsi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team Achievement Division (STAD) Disertai LKS Untuk Penguatan Konsep Materi Pokok Ekosistem

(Kode PENDMIPA-0007) : Skripsi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team Achievement Division (STAD) Disertai LKS Untuk Penguatan Konsep Materi Pokok Ekosistem

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Pemahaman siswa merupakan hal yang sangat penting bagi tenaga pengajar di dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat menciptakan situasi dan kondisi yang tepat di dalam proses belajar mengajar serta memberi pengaruh yang optimal bagi siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik. Pencapaian hasil belajar yang baik dapat dilakukan dengan cara peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Banyak kendala yang dihadapi siswa di dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain kurangnya sarana dan prasarana belajar di sekolah, padatnya beban belajar, kurangnya perhatian keluarga terhadap pendidikan anak, dan adanya tantangan dari lingkungan yang tidak kondusif dan sebagainya. Berbagai kendala tersebut secara keseluruhan menimbulkan kesulitan bagi siswa, selain itu proses transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru selama ini masih bersifat konvensional, kegiatan yang dilakukan siswa di dalam Proses belajar mengajar adalah mendengar dan mencatat apa yang diceramahkan guru.
Selama ini dalam proses belajar mengajar di SMA Negeri X khususnya untuk materi pokok ekosistem hanya menggunakan metode konvensional (metode ceramah) akibatnya tingkat pemahaman dan penguasaan konsep siswa tidak optimal. Untuk materi pokok ekosistem sebenarnya dapat dijelasakan secara laboratoris atau dengan praktikum agar siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
Berpijak dari data empirik tes kemampuan awal siswa memperlihatkan bahwa nilai rata-ratanya adalah 56,66. sedangkan nilai batas tuntas yang harus dicapai siswa di SMA Negeri X adalah 60. Hal ini karena di SMA Negeri X belum ada variasi pembelajaran dalam penyampaian materi pokok ekosistem selain dengan pembelajaran konvensional, sehingga siswa mengalami kejenuhan dalam pembelajaran yang mengakibatkan hasil belajar siswa dalam pemahaman konsep ekosistem belum optimal.
Untuk itu perlu adanya pembaharuan dalam menggunakan pendekatan, model dan metode mengajar agar prestasi belajar siswa dapat meningkat. Adapun salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi 2004 adalah model pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa. Dalam pembelajaran ini terdapat proses kebersamaan, dimana proses kebersamaan ini merupakan salah satu metode pengembangan pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan proses belajar mengajar dikelas serta diskusi dengan guru, dapat diidentifikasi beberapa faktor penyebab permasalahan yang telah di uraikan diatas. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Guru-guru SMA Negeri X dalam pembelajaran masih berorientasi untuk menghabiskan materi pelajaran yang sangat padat pada kurikulum dari pada pelaksanaan pembelajaran yang bermakna, akibatnya konsep yang dimiliki siswa terhadap materi pelajaran lemah.
2. Metode yang diterapkan masih bersifat konvensional.
3. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru kurang memperhatikan proses tetapi lebih terfokus pada hasil.
4. Interaksi edukatif antara guru dan siswa kurang optimal.
5. Buku ajar yang dimiliki siswa tidak cukup membantu pemahaman materi.
6. Belum nampak adanya inovasi pembelajaran.
Dengan inovasi pembelajaran kooperatif diharapkan siswa tidak merasa jenuh dengan proses pembelajaran, sebab kejenuhan dapat menjadi penghalang selama proses penyerapan informasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil diskusi dengan guru SMA Negeri X, permasalahan tersebut diatas ternyata hampir semuanya dirasakan oleh guru, masih banyak guru yang mengeluh tentang metode dalam menyampaikan pokok bahasan bersifat abstrak yang sering terjadi miskonsepsi. Maka dampak yang didapatkan dari siswa adalah pemahaman konsep biologi masih rendah dan perlu dicari strategi pembelajaran yang inovatif.
Dalam penelitian yang dilakukan ini model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif metode Student Team Achievement Divisions (STAD). Saat sekarang ini telah banyak pendekatan dan metode yang ditawarkan agar pembelajaran lebih bermakna. Salah satu alternatif yang bisa diterapkan adalah pembelajaran metode STAD untuk penguatan konsep materi pokok ekosistem.
Pembelajaran kooperatif metode STAD dicirikan oleh adanya suatu struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa bekerja sama di dalam kelompok dalam situasi pembelajaran kooperatif seperti membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas. Dalam penggunaan metode STAD ini sebelum dilaksanakan kegiatan belajar secara berkelompok guru menekankan konsep-konsep apa yang akan dipelajari dan rangkuman materi yang diberikan pada siswa, selanjutnya guru menyajikan materi pelajaran dengan pengajaran secara langsung. Kegiatan selanjutnya adalah, guru memberikan tugas kelas yang diberikan kepada setiap siswa. Setelah itu dilaksanakan kegiatan kelompok, dimana dalam setiap anggota kelompok mengerjakan lembar kegiatan secara mandiri yang telah disiapkan dan saling mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompok. Jika ada seorang siswa yang belum memahami materi maka teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan.
Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian sebagai berikut: “PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI LKS UNTUK PENGUATAN KONSEP MATERI POKOK EKOSISTEM”.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut:
1. Banyak guru yang kurang memperhatikan keadaan siswa dalam hal kebutuhan, minat, pengalaman, kepandaian sehingga dalam proses belajar mengajar, belum semua guru berusaha mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa.
2. Siswa memiliki konsepsi awal yang berbeda-beda mengenai materi pokok ekosistem, sehingga perlu diseragamkan.
3. Masih banyak siswa yang kurang aktif selama mengikuti proses belajar mengajar IPA Biologi, sedangkan siswa hanya mengorganisasikan sendiri apa yang diperoleh tanpa mengkomunikasikan dengan siswa lain.
4. Pendekatan belajar mengajar yang digunakan belum tepat dan belum berdasarkan kebutuhan dari kelas bersangkutan, tetapi lebih karena tuntutan dari pokok bahasannya.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka perlukan diadakan pembatasan masalah agar penelitian lebih efektif dan efisien, maka peneliti membatasi pada masalah berikut:
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas X.F Semester II SMA Negeri X tahun pelajaran X.
2. Obyek Penelitian
a. Penguatan konsep materi pokok ekosistem dibatasi pada aspek afektif, aspek kognitif dan aspek psikomotorik pada sub pokok bahasan organisasi kehidupan, komponen penyusun ekosistem, interaksi antar komponen ekosistem, suksesi, dan tipe-tipe ekosistem.
b. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dibatasi pada peran serta siswa dikelas, angket performance guru dalam pembelajaran dan peranan siswa dalam belajar kelompok.

D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pendekatan pembelajaran kooperatif metode STAD disertai LKS dapat meningkatkan penguatan konsep materi pokok ekosistem.
2. Apakah dengan pembelajaran kooperatif metode STAD disertai LKS dapat meningkat kualitas proses pembelajaran biologi materi pokok ekosistem.

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui:
1. Penguatan konsep ekosistem melalui pembelajaran kooperatif metode STAD disertai LKS.
2. Peningkatan kualitas proses pembelajaran biologi materi pokok ekosistem dengan penerapan pembelajaran kooperatif metode STAD disertai LKS.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan:
1. Suatu pendekatan pembelajaran alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya, khususnya dalam mengajarkan pokok bahasan ekosistem.
2. Suatu model penggunaan media presentasi yang memotivasi siswa lebih berprestasi melalui sistem kerja kelompok untuk menguatkan konsep pembelajaran materi pokok ekosistem.
3. Teridentifikasinya kesalahan konsep biologi, maupun kesulitan yang dialami siswa dan Guru SMA dalam pembelajaran biologi.
4. Bahan referensi bagi semua pihak yang bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:29:00