(Kode PEND-BSI-0012) : Skripsi Kemampuan Menciptakan Puisi Menggunakan Metode Tugas Siswa Kelas V MI-X
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Puisi merupakan salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, dalam penyajiannya sangat mengutamakan keindahan bahasa dan kepadatan makna. Menurut pendapat C. Day Lewis dalam Eddy (1985 :12) puisi adalah sesuatu yang dikumandangkan dalam bentuk suara dimana setiap orang dalam satu kelompok kegiatan terlibat di dalamnya. Kehadiran puisi pada mulanya bukanlah untuk menunjang sarana komunikasi antarmanusia. Puisi lahir sebagai ekspresi hasrat batin manusia untuk mencapai alam magis, dalam dibalik kehidupan nyata. Dengan terus berkembangnya kebudayaan, maka perkembangan puisi ditandai dengan semakin banyaknya para penyair menciptakan puisi, kemudian dibuat buku yang terdiri dari kumpulan-kumpulan puisi yang diciptakannya.
Menciptakan puisi tidak berangkat dari kekosongan, tetapi harus bertolak pada pengalaman maupun khazanah kehidupan. Semua itu perlu dihayati dan direnungkan lebih dulu. Ada pikiran, perasaan, unek-unek, obsesi, gagasan, imajinasi-imajinasi yang ingin diterjemahkan. Ada aneka fenomena, peristiwa, warna dan suara yang ingin dirangkai dengan kata-kata, untuk itu puisi terlahir bersama proses kreatifnya (Mujiyanto, 2006:1). Proses kreativitas dalam menciptakan karya sastra sering disebut proses imajinatif. Bahan proses imajinatif yang diolah oleh seorang sastrawan bukanlah lamunan, fantasi, atau khayalan, namun justru realita kehidupan yang nampak pada pengalaman diri,
pengalaman batin, pengalaman bahasa, maupun pengalaman estetis pengarang (Tjahjono, 1990 : 37).
Menciptakan puisi sebenarnya merupakan pekerjaan yang tidak mudah, memerlukan ekspresi dan mempergunakan imajinasi sebagai pembantu akal pikiran. Pada dasarnya dengan menciptakan sebuah puisi, maka seorang siswa telah mampu belajar membangun, membuat atau membentuk sebuah dunia baru secara lahir maupun batin (Tjahjono, 1990 : 50). Dengan kemampuan tersebut diharapkan para siswa dapat menciptakan puisi dengan baik.
Diperlukan sebuah metode yang sesuai untuk menciptakan puisi yaitu dengan menggunakan metode tugas. Metode tugas merupakan metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Djamarah, 1995 : 96). Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di halaman sekolah. Untuk meneliti yang ada hubungannya dengan tema kehidupan, sebagai bahan untuk menciptakan puisi. Metode tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR). Pekerjaan rumah mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah. Sedangkan metode tugas diberikan oleh guru tidak sekedar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, di laboratorium, atau di tempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas atau pelajaran
yang diberikan. Metode ini diberikan bertujuan untuk memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima, melatih siswa ke arah belajar mandiri dan memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia bahwa siswa kelas V MI X masih dijumpai banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menciptakan puisi yang baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian mengenai kemampuan siswa dalam menciptakan sebuah puisi dengan judul kemampuan menciptakan puisi menggunakan metode tugas siswa kelas V MI X.
1.2 Rumusan Masalah
Secara umum, masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Secara operasional rumusan masalah umum ini dirumuskan menjadi tiga rumusan masalah khusus yang terdapat dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana kemampuan memilih diksi dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
2. Bagaimana kemampuan menampilkan nilai-nilai dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
3. Bagaimana kemampuan menggunakan citraan dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan memilih diksi dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
2. Untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan menampilkan nilai-nilai dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
3. Untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan menggunakan citraan dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
1.4 Manfaat Penelitian
Ditinjau dari masalah yang telah dirumuskan, maka manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :
a. Bagi Siswa
Siswa dapat memperoleh pengalaman baru dalam menciptakan puisi dengan metode tugas, menumbuhkan kegiatan untuk berusaha sendiri dalam menelaah serta memecahkan masalah yang berhubungan dengan proses penciptaan puisi.
b. Bagi Guru Bahasa
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam bimbingan pengajaran bahasa Indonesia yang berhubungan dengan proses penciptaan puisi.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan penyempurnaan dalam pelaksanaan kegiatan belajar bahasa Indonesia dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya bidang studi bahasa Indonesia.
d. Perkembangan ilmu sastra
Dapat menumbuhkembangkan daya apresiasi sastra khususnya puisi dan rasa peduli terhadap karya sastra Indonesia.
e. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat dijadikan pengalaman mengenai proses menciptaan puisi yang baik dengan metode tugas.
Home » All posts
Skripsi Kemampuan Menciptakan Puisi Menggunakan Metode Tugas Siswa Kelas V MI-X
Skripsi Aspek Moral Tokoh Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya
(Kode PEND-BSI-0010) : Skripsi Aspek Moral Tokoh Novel Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.
Sastra lahir dari tengah-tengah masyarakat, sehingga pada akhirnya sastra tetap melibatkan diri pada masyarakat.hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi, maupun afirmasi, jelas merupakan hubungan yang hakiki.kemunculan sastra terjadi dari proses kreatif yang memerlukan daya cipta yang secara khas dimiliki oleh seniman, khususnya sastrawan.dalam hal ini sastrawanlah yang berpewran penting dalam tugas meneruskan kehadiran sastra yang setiap waktu dapat terjadi dalam masyarakat.Darma (1984 : 25) Mengatakan bahwa, Sastrawn sebagai anggota masyarakat dalam fungsinya sebagi orang pinggiran sekaligus sebagai pemikir dituntut untuk bertanggung jawab terhadap masyarakat atau pembaca dan harus mampu menunjukkan realita dengan imajinasi dan aspirasinya, sehingga masyarakat dapat melihat identitas dirinya melalui hasil karya sastra yang dimiliki.
Karya sastra yang banyak dianalisis sampai saat ini adalah sastra modern, khususnya Novel. Untuk mewujudkan keseimbangan di antara keduanya, yaitu antara sastra modern itu sendiri dengan sastra lama, perlu ditingkatkan penelitian untuk jenis sastra yang terakhir ini. Hal ini perlu diperhatikan dengan pertimbangan bahwa khazanah sastra lama kaya dengan nilai-nilai yang pada dasarnya sangat diperlukan dalam rangka membina semangat dan kesatuan bangsa. Sesuai dengan visi Postrukturalisme, membangkitkan peran serta budaya.Karya sastra dihasilkan oleh seorang pengarang, tetapi masalah-masalah yang diceritakan adalah masalah-masalah masyarakat pada umumnya. Karya sastra menceritakan seorang tokoh, suatu tempat dan kejadian tempat tertentu, dan dengan sendirinya melalui bahasa pengarang.tetapi yang diacu adalah manusia, kejadian dan bahasa sebagaimana dipahami oleh manusia pada umumnya.dalam hubungan inilah disebutkan bahwa pengarang adalah wakil masyarakat, pengarang sebagai konstruksi transindividual, bukan dirinya sendiri. Karya sastra yang berupa Novel dianggap paling dominan dalam menampilkan unsure-unsur sosialnya karena novel menampilkan unsure-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari yang umum digunakan dalam masyarakat.
Karya sastra yang baik selalu memberikan pesan kepada pembacanya untuk berbuat baik, maksudnya karya sastra tersebut mengajak pembaca untuk menjunjung tinggi norma-norma moral (Darma, 1984 : 48). Manusia sebagai mahluk ciptaan Allah SWT mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sehingga tidak luput dari perbuatan baik (Bermoral) dan perbuatan tidak baik (Immoral).manusia dikatakan bermoral baik apabila dipandang dari tujuan akhirnya, dan perbuatan-perbuatannya disebut moral baik karena perbuatan itu membawa manusia kearah tujuan akhir (Poespoprodjo, 1988 : 27 ). Tujuan akhir manusia sendiri adalah kebahagian dengan jalan melaksanakan perbuatan-perbuatan bermoral . Moral dan immoral akan selalu silih berganti dalam kehidupan, suatu saat melakukan perbuatan bermoral pada saat lain melakukan perbuatan immoral. Oleh karena itu, penelitian tentang moral sangat menarik, karena menyangkut kualitas perbuatan manusia dan gejala-gejala yang ada di lingkungan masyarakat.
Pengarang novel Burung-Burung Manyar yaitu Y.B Mangunwijaya berusaha mengajak pembaca dan penikmat untuk mengerti dan memahami bahwa dalam kehidupan ini, manusia tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan, baik yang disengaja maupun tidak, ini terbukti yang dialami oleh Y.B. Mangunwijaya. Semasa masih mudah dia memiliki pengalaman tersendiri ketika ikut perang gerilya. Sehingga pengalaman tersebut banyak mengilhami dan memberi dorongan atas terbitnya novel Burung-Burung Manyar.tak salah lagi kalau isi dari novel tersebut seakan –akan terjadi di masyarakat. Jika dibaca dan dipahami secara mendalam, novel Burung-Burung Manyar ini dapat diketahui bahwa pengarang tidak sekedar ingin menyampaikan sebuah cerita demi cerita saja.ada sesuatu yang dikemas dalam cerita itu, lewat kata-katanya yang teratur Y.B Mangunwijaya menggambarkan pergolakan perebutan kekuasaan antara Indonesia, Belanda, Jepang serta Inggris yang tak mau lepas untuk campur tangan. Disamping itu menggambarkan pula pergolakan cinta kasih yang abstrak antara tokoh Setadewa dengan Larasati. Perjalanan cinta antara kedua tokoh ini sangat panjang. Namun tak pernah bersatu akibat dari lika-liku kehidupan. Pergolakan cinta kasih ini dalam novel digambarkan seiring dengan pergolakan kekuasaan di wilayah Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut :
1. Bagaimana Aspek Moral Ketuhanan yang terkandung dalam novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya ?
2. Bagaimana Aspek Moral Kenegaraan yang terkandung dalam novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijay ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan Aspek Moral tokoh Novel Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penelitian ini adalah ingin memperoleh diskripsi obyektif tentang :
a. Aspek Moral Ketuhanan yang terkandung dalam novel Burung-Burung Manyar.
b. Aspek Moral Kenegaraan yang terkandung dalam novel Burung-Burung Manyar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan sumbangan kepada Ilmu Bahasa Indonesia, Khususnya dalam bidang kesusastraan yang mengarah pada pembinaan aspek moral yang terdapat dalam karya sastra
2. Bagi peneliti, di samping sebagai latihan juga sebagai tolak ukur sampai di mana kemampuan penulis dalam menganalisis sebuah novel.
3. Bagi sastrawan, dapat dijadikan sebagai landasan dalam peningkatan proses kreatif karya sastra terutama novel.
E. Penjelasan Judul
Penelitian ini berjudul Aspek Moral Tokoh Burung-Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya. Berkaitan dengan judul tersebut di bawah ini akan diberi penjelasan judul debagai berikut :
1. Aspek Moral adalah pandangan Pengarang terhadap berbagai faktor kehidupan di masyarakat untuk membedakan sesuatu yang benar dan yang salah. (James Drawer, 1986 : 292 )
2. Novel adalah Prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.Istilah lain novel adalah Roman. (Sudjiman, 1990 : 55 )
Skripsi Analisis Penokohan Tokoh Utama Dan Tokoh Tambahan Dalam Novel Kampung Kehormatan Karya Najib Mahfouz Dengan Pendekatan Psikologi
(Kode PEND-BSI-0008) : Skripsi Analisis Penokohan Tokoh Utama Dan Tokoh Tambahan Dalam Novel Kampung Kehormatan Karya Najib Mahfouz Dengan Pendekatan Psikologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian pada tokoh utama serta tokoh tambahan yang terdapat di dalam novel yang berjudul Kampung Kehormatan, karya Najib Mahfouz dengan menggunakan pendekatan psikologi. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh adanya fenomena lebih yang terdapat pada psikologi tokoh-tokoh dalam novel ini. Fenomena-fenomena tersebut terpancar dari perilaku para tokohnya. Perilaku tersebut bisa berupa perilaku psikologi yang berupa kesedihan, kegembiraan, ketakutan, keberanian, kemarahan, dan karakter-karakter lain yang masih banyak lagi. Selain itu juga dapat berupa efek perilaku psikologi yang tergambar melalui tindakan-tindakan fisiknya. Kesemuanya itu dituangkan oleh peneliti agar dapat dijadikan bahan perenungan dan bahkan kontrol sosial dalam menjalani realitas kehidupan bagi para penikmat karya Najib Mahfuoz.
Latar belakang di atas merupakan pondasi utama dalam penelitian ini meskipun terdapat peneliti lain yang melakukan tindak penelitianya pada fokus penokohan. Sebagai pembanding, peneliti menghadirkan bukti-bukti penelitian yang berfokus pada penokohan oleh peneliti lain. Hal tersebut diantaranya adalah Nanik Sumarlin (2000:1) meneliti masalah akulturasi tokoh utama wanita dalam novel yang berjudul Getaran-Getaran karya Haryati Soebadio.
Selain Nanik Sumarlin masih terdapat peneliti-peneliti lain, diantaranya M. Prasetyo Utomo (2003:1) dengan judul penelitian Penokohan Dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya NH. Dini. Abdul Mujib (2003:1) juga melakukan penelitian pada hal yang sama, yaitu Aanalisis Penokohan Dalam Naskah Drama Sebabak Malam Jahanam Karya Motinggo Busye. Hasanatul Munawaroh (2004:1) juga melakukan penelitian pada wilayah penokohan dengan judul Analisis Penokohan Dalam Novel Perburuan karya Pramoedya Ananta Toer.
Latar belakang yang kedua adalah berfokus pada masalah pemilihan karya. Mengapa peneliti memilih karya Najib Mahfouz sebagai objek penelitianya? Hal tersebut disebabkan oleh faktor pengarang dan faktor karya. Dari sisi pengarang, Najib Mahfouz merupakan salah seorang dari pengarang besar di dunia sastra. Ia merupakan selah seorang sastrawan yang berhasil mengantongi penghargaan tertinggi dalam bidang sastra, yaitu Nobel Sastra yang diterimanya pada 13 Oktober 1988, dari Akademi Sastra Internasional di Swedia (Mahfouz, 2003:198).
Dari sisi karya, karya-karya Najib Mahfouz termasuk karya yang bertaraf internasional (sastra internasional). Sebagai bukti keinternasionalanya adalah karya-karya Najib Mahfouz banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa asing dan dikaji peneliti lokal maupun asing. Sembilan karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, tujuh karya ke dalam bahasa Rusia, dua dalam bahasa Perancis, dua ke dalam bahasa Ibrani, sebuah karya ke dalam bahasa Malaysia, dan sekitar lima karya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (Mahfouz, 2003:197). Tidak hanya itu, karya-karyanya juga banyak yang diangkat ke dunia perfilman dan diedarkan ke seluruh Negara yang memakai bahasa Arab (Soetrisno, 2003:68).
Di dalam novel Kampung Kehormatan karya Najib Mahfouz ini terdapat cukup banyak tokoh dengan karakter-karakternya yang ditampilkan. Di dalamnya lebih dari sepuluh tokoh dengan karakter-karakter pribadinya yang cukup bervariasi antara tokoh satu dengan tokoh-tokoh lainya. Tokoh-tokoh tersebut adalah Irfah, Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri, Sa’dullah, Syukron, Jabalawi, Yusuf, Ujaj, Hasany, Ummu Zanful, tukang sampah, Fadhil, anak buah Santuri, Yunus, anak buah Kodri, anak buah Ujaj, anak buah Sa’dullah, pembantu Jabalawi, anak-anak kecil, penduduk kempung, perempuan, dan penyair.
Dari sekian banyak tokoh yang ada, peneliti hanya mengambil enam karakter tokoh untuk dijadikan objek kajian penelitian ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah Irfah, Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri dan Hasany. Mengapa tokoh Irfah, Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri dan Hasany yang dijadikan fokus penelitian? Penentuan pilihan tersebut disebabkan oleh pengaruh keenam tokoh itu sangatlah besar dalam membangun alur cerita. Tokoh-tokoh itulah yang menjadikan alur cerita menjadi berkembang. Hal itulah yang kiranya memotivasi dan menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian terhadap karya Najib Mahfouz yang berjudul Kampung Kehormatan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pandangan tersebut di atas, identifikasi masalah secara luas dalam novel ini mengarah pada satu objek, yaitu unsur intrinsik karya sastra yang berhubungan dengan jiwa dan perilaku tokohnya. Adapun identifikasi masalah secara khususnya, meliputi jiwa dan perilaku tokoh Irfah, Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri, Sa’dullah, Syukron, Jabalawi, Yusuf, Ujaj, Hasany, Ummu Zanful, tukang sampah, Fadhil, anak buah Santuri, Yunus, anak buah Kodri, anak buah Ujaj, anak buah Sa’dullah, pembantu Jabalawi, anak-anak kecil, penduduk kempung, perempuan, dan penyair.
1.3 Batasan Masalah
Agar lebih terarah dan lebih memberi gambaran penelitian yang lebih jelas, penelitian ini perlu dibatasi. Adapun batasannya sesuai dengan identifikasi masalah yang telah tersebut di atas. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah yang berhubungan dengan jiwa dan perilaku tokoh utama dan tokoh tambahan.
Di dalam novel tersebut terdapat satu tokoh utama dan beberapa tokoh tambahan. Tokoh utama dalam novel tersebut adalah Irfah. Selain tokoh Irfah merupakan tokoh tanbahan. Adapun tokoh tambahan yang dijadikan objek kajian adalah Hanasy, Awatif, Santuri, Kodri dan Hasany.
1.4 Rumusan Masalah
Agar pembahasan ini lebih terfokus, penelitian ini perlu merumuskan rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana jiwa dan perilaku tokoh utama Irfah dalam novel Kampung Kehormatan?
b. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Hanasy dalam novel Kampung Kehormatan?
c. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Awatif dalam novel Kampung Kehormatan?
d. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Santuri dalam novel Kampung Kehormatan?
e. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Kodri dalam novel Kampung Kehormatan?
f. Bagaimana gambaran jiwa dan perilaku tokoh tambahan Hasany dalam novel Kampunh Kehormatan?
1.5 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut di atas, peneliti merumuskan tujuan pembahasan dalam penelitian ini. Adapun tujuan pembahasan dalam penelitian ini meliputi:
a. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh utama Irfah dalam novel Kampung Kehormatan.
b. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Hanasy dalam novel Kampung Kehormatan.
c. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Awatif dalam novel Kampung Kehormatan.
d. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Santuri dalam Novel Kampung Kehormatan.
e. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Kodri dalam novel Kampung Kehormatan.
f. Mendeskripsikan jiwa dan perilaku tokoh tambahan Hasany dalam novel Kampung Kehormatan.
1.6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi bidang kesusastraan khususnya ilmu sastra. Dengan penelitian ini, dunia kesusastraan akan mendapat masukan pemikiran dari sisi intrinsik karya sastra. Sisi intrinsik tersebut berupa kajian jiwa dan perilaku tokoh yang meliputi gambaran karakternya. Adapun gambaran karakter tersebut merujuk pada tokoh-tokoh yang terdapat di dalam novel Kampung Kehormatan karya Najib Mahfouz.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat (a) bagi peneliti sesudahnya, untuk dapat dijadikan referensi dalam penyusunan skripsi, khususnya yang berkaitan dengan jiwa dan perilaku tokoh utama dan tambahan, (b) bagi peminat karya sastra, penelitian ini dapat dijadikan motifasi untuk meneliti novel Kampung Kehormatan karya Najib mahfouz dengan pendekatan yang lain, (c) bagi guru, penelitian ini akan memberi gambaran mengenai wujud intrinsik dalam novel Kampung Kehormatan karya Najib Mahfouz kepada para siswa peminat sastra serta menjadi jembatan pemahaman antara peminat karya sastra dengan pengarang, (4) bagi masyarakat secara umum, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk memasyarakatkan karya sastra, khususnya novel yang berjudul Kampung Kehormatan karya Najib Mahfouz.
1.7 Penjelasan Judul
Agar tidak terjadi kesalapahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka perlu peneliti definisikan secara operasional istilah-istilah di bawah ini.
a. Analisis adalah usaha menyelidiki atau memeriksa suatu pokok persoalan (dalam hal ini karya sastra) untuk memperoleh gambaran pemahaman dan penjelasan secukupnya yang tepat dan menyeluruh (Ratna, 2004:53).
b. Penokohan sering disamaartikan dengan karakter atau perwatakan, yakni mengacu pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu. Sehingga penokohan dapat diartikan sebagai pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiantoro, 1995:176).
c. Pendekatan psikologi yaitu suatu cara menghampiri objek penelitian dengan penekanan pada aspek atau pokok-pokok perilaku manusia (Siswantoro, 2005:26).
d. Novel merupakan jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan, yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan mengandung nilai hidup, diolah dengan tekhnik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulis, serta di tulis lebih panjang dari cerpen maupun novelette (Zaidan, dkk, 1994:136)
e. Kampung Kehormatan adalah judul novel yang dikarang oleh Najib Mahfouz yang berjudul asli Irfah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Kuswaidi Syafi’i yang diterbitkan oleh penerbit Tarawang Yogyakarta.pada Mei 2003 dengan tebal halaman 200 hal + xii; 1 cm.
f. Najib Mahfouz adalah seorang sastrawan besar yang bernama lengkap Najib Mahfouz Abdul Aziz Ibrahim al-Basya yang lahir pada tanggal 15 Desember 1911, di Bandar Gamalia daerah pinggiran Cairo, Mesir. Ia merupakan selah seorang sastrawan yang berhasil mengantongi penghargaan tertinggi dalam bidang sastra, yaitu Nobel Sastra yang diterimanya pada 13 Oktober 1988, dari Akademi Sastra Internasional di Swedia (Mahfouz, 2003:195-198).
Skripsi Analisis Penokohan Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy Berdasarkan Teori Kepribadian Sigmund Freud - Kajian P
(Kode PEND-BSI-0007) : Skripsi Analisis Penokohan Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy Berdasarkan Teori Kepribadian Sigmund Freud - Kajian Psikologi Sastra
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat menimbulkan kesan yang indah pada jiwa pembaca. Imaji adalah daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar-gambar kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Menurut genrenya karya sastra dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: prosa (fiksi), puisi dan drama. Dari ketiga jenis genre sastra tersebut penulis hanya memfokuskan kajiannya pada prosa fiksi. Supaya pemahaman kita lebih sistematis terlebih dahulu akan diuraikan pengertian prosa (fiksi) menurut pendapat beberapa tokoh. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi, teks (naratif), atau wacana naratif (Nurgiantoro, 1995: 2). Hal ini berarti prosa (fiksi) merupakan cerita rekaan yang tidak didasarkan pada kebenaran sejarah (Abrams dalam Nurgiantoro, 1995: 2). Salah satu contoh prosa fiksi tersebut adalah novel. Novel merupakan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Prosa fiksi (novel) dibangun oleh dua unsur yaitu unsur instriksik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun prosa fiksi (novel) dari dalam seperti alur, tema, plot, amanat dan lain-lain. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun sastra dari luar seperti pendidikan, agama, ekonomi, filsafat, psikologi dan lain-lain.
Dari beberapa unsur intrinsik yang telah disebutkan, penulis hanya akan memfokuskan penelitiannya pada penokohan dalam karya sastra, khususnya pada novel. Menganalisis kepribadian tokoh berdasarkan teori psikologi tertentu telah banyak dilakukan oleh mahasiswa khususnya mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia, untuk lebih memperbanyak referensi mengenai sastra psikologis, peneliti mencoba melakukan penelitian mengenai kepribadian tokoh utama dalam novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy. Novel tersebut dianalisis berdasarkan pendekatan psikologi kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Penulis memilih novel PPC sebagai obyek kajian karena tokoh utama (Aku) dalam novel tersebut mempunyai kepribadian yang bersifat dinamis. Kedinamisan tingkah-laku tokoh utama disebabkan oleh penggunaan energi ketiga sistem kepribadian yaitu id, ego, dan super ego. Menurut Sigmund Freud, kepribadian manusia dapat dibagi menjadi tiga yaitu: struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian. Ketiga aspek kepribadian tersebut tergambar dalam tingkah-laku tokoh utama dalam novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy.
Setelah peneliti melakukan pengamatan dan pengidentifikasian awal terhadap novel PPC ditemukan bahwa watak tokoh utama pada novel tersebut bersifat penuh pertimbangan. Aspek ego yang berfungsi sebagai pemberi pertimbangan dominan menguasai tokoh Aku, sehingga tingkah-laku tokoh utama (Aku) tidak bersifat impuls. Hal ini semakin memperkuat keinginan peneliti untuk menjadikan novel tersebut sebagai obyek kajian. Badrun (2005: 37) mengatakan untuk mengaplikasikan teori kepribadian dalam rangka membahas sifat tokoh cerita, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengamati dan mengidentifikasi perilaku dan watak tokoh.
Sebagai penulis muda yang berbakat Habiburrahman mampu mengantarkan karya-karyanya dengan nuansa Islami yang amat kental sehingga banyak novel-novelnya sebagai media dakwah. Novel PPC diberi sebutan sebagai novel Psikologi Islami Pembangun Jiwa, karena novel ini mampu memberikan nafas baru bagi penggemar sastra yang ingin mendapatkan ilmu agama sekaligus membangun kejiwaan. Karya-karya Habiburrahman banyak digemari penikmat sastra dari kalangan remaja maupun orang tua. Selain itu Habiburrahman sering mendapat penghargaan seperti dari Pena Award sebagai karya terpuji, The Most Favorit Book 2005, peraih penghargaa fiksi dewasa terbaik IBF Award 2006.
Sampai saat ini teori yang paling banyak digunakan dan diacu dalam pendekatan psikologis adalah determinismisme psikologi Sigmund Freud (1856-1939). Meskipun pada awalnya pendekatan psikologis dianggap agak sulit berkembang, tetapi dengan makin diminatinya pendekatan multidisiplin di satu pihak, pemahaman baru terhadap teori-teori psikologi sastra di pihak lain, maka pendekatan psikologis diharapkan dapat menghasilkan model-model penelitian yang lebih beragam. Menurut Miller dalam Ratna (2004: 62-63) pada dasarnya penelitian Freud memberikan tempat yang sentral terhadap sastra, bukan sampingan seperti diduga orang.
Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti salah satu karya Habiburrahman El Shirazy yang berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra. Novel ini lebih menonjolkan struktur kepribadian tokoh utama yaitu bahwa watak tokoh utama pada ovel tersebut bersifat penuh pertimbangan. Aspek ego yang berfungsi sebagai pemberi pertimbangan dominan menguasai tokoh Aku, sehingga tingkah laku tokoh Aku tidak bersifat impuls. Hal ini semakin memperkuat keinginan peneliti untuk menjadikan novel tersebut sebagai objek kajian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini mengenai kepribadian tokoh utama dalam novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy.
Supaya lebih memudahkan peneliti dalam menganalisis kepribadian tokoh, dapat dirumuskan sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur kepribadian yang berkaitan dengan id tokoh utama pada novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy?
2. Bagaimanakah struktur kepribadian yang berkaitan dengan ego tokoh utama dalam novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy?
3. Bagaimana struktur kepribadian yang berkaitan dengan super ego tokoh utama dalam novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan struktur kepribadian yang berkaitan dengan id, tokoh utama pada novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Mendeskripsikan ego tokoh utama pada novel yang menjadi sasaran.
3. Mendeskripsikan super ego tokoh utama pada novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun fanfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang struktur kepribadian manusia khususnya struktur kepribadian tokoh utama dalam novel PPC karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dalam usaha memahami karya sastra, khususnya sastra psikologis, dan
3. Diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi peneliti sastra selanjutnya, khususnya penelitian yang menggunakan pendekatan psikologi.
Skripsi Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Surat Pendengar Dalam Acara Curahan Hati Dan Lagu Di Radio Komunitas X
(Kode PEND-BSI-0006) : Skripsi Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Surat Pendengar Dalam Acara Curahan Hati Dan Lagu Di Radio Komunitas X
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang merupakan lambang bunyi suara yang dikeluarkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1997:1). Dengan menggunakan bahasa, orang dapat mengemukakan buah pikiran atau isi hatinya, baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa lisan digunakan apabila mereka yang berbicara tidak berhadapan langsung, tetapi dengan media lambang grafis, yang dalam salah satunya adalah dalam bentuk surat.
Yang dimaksud dengan surat adalah sehelai kertas atau lebih yang memuat suatu bahan komunikasi yang akan disampaikan seseorang kepada orang lain, baik atas nama pribadi maupun kedudukannya dalam organisasi atau kantor (Panji, 1997:1). Bahasa komunikasi ini dapat berubah lewat suatu pemberitahuan, pernyataan, permintaan, laporan atau buah pikiran lain atau isi hati yang ingin disampaikan kepada orang lain.
Macam surat dapat dilihat dari berbagai tinjauan, salah satunya menurut wujudnya. Surat dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Kartu Pos (Post Card), 2) Warkat Pos, 3) Surat Bersampul, 4) Memorandum, dan 5) Nota (Panji, 1997:7).
Yang termasuk golongan kartu pos adalah segala macam surat yang dibuat dari kertas kartun berukuran 15 cm X 10 cm (Panji, 1997:7). Kartu pos digunakan untuk mengirim berita yang isinya singkat dan tidak mengapa bila dibaca orang lain. Ada dua macam kartu pos, yaitu: 1) Kartu Pos yang dikeluarkan oleh PN POSTEL yang disebut kartu pos resmi, dan 2) Kartu pos yang tidak tidak resmi yang dikeluarkan oleh kantor atau perusahaan (contoh: surat pendengar dalam suatu acara di sebuah radio).
Surat pendengar merupakan kartu pos resmi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan atau isi hati kepada orang lain melalui seorang penyiar pada sebuah stasiun radio yang bisa didengar oleh orang banyak. Penyampaian isi hati melalui surat pendengar ini bermacam-macam tujuannya, ada yang menyampaikan pesan, pemberitahuan, hanya memberi salam pada pendengar yang lain. Semua bisa disampaikan melalui surat pendengar. Bahasa yang digunakan pun sangat beragam, mulai dari bahasa Indonesia, Jawa, Inggris, bahkan banyak yang menggunakan bahasa campuran.
Penggunaan gaya bahasa surat pendengar bervariasi sementara karakteristik pendengar juga sangat bervariasi, maka memungkinkan terjadinya ada sebagian pendengar yang kurang memahami isi atau makna yang dibacakan pembawa acara. Menurut Aminuddin (1987:72) dijelaskan bahwa gaya bahasa adalah cara mengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.
Di Radio Komunitas Mustika FM, pendengarnya mulai anak-anak sampai bapak-bapak, dan rata-rata di lingkungan pedesaan. Tentu saja penggunaan bahasa mereka dalam surat pembaca sangat beragam. Acara-acara yang disuguhkan di Radio Komunitas Mustika FM juga bermacam-macam. Pagi hari acara dibuka dengan Musik Free, siang hari diisi Pop Indonesia, Sore hari adalah Indiana Jonz, dan di malam hari setiap Jumat diisi dengan acara curahan hati dan lagu.
Dalam acara curahan hati dan lagu, tiap seminggu sekali tidak kurang dari 10 surat pendengar yang masuk pada acara tersebut. Surat-surat pendengar tersebut bermacam-macam maksud dan tujuannya. Penggunaan bahasanya pun bermacam-macam. Campuran bahasa Indonesia dengan bahasa lain banyak dijumpai pada acara tersebut. Gaya bahasa yang digunakan juga sangat beragam. Bagi mereka, yang penting suratnya bisa terbaca oleh penyiar dan didengar oleh pendengar yang lain.
Dari uraian di atas, peneliti terdorong untuk menganalisis gaya bahasa yang dipergunakan para pendengar dalam mengungkapkan isi hatinya. Gaya bahasa yang akan diteliti adalah gaya bahasa yang sering dipergunakan pada surat pendengar pada acara Curahan Hati dan lagu di Radio X. Oleh karenanya penulisan ini diberi judul “Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Surat Pendengar dalam Acara Curahan Hati dan Lagu di Radio X”.
1.2 Pembatasan Masalah
Melihat sangat kompleksnya pembahasan masalah di atas dan terbatasnya waktu, tenaga serta biaya, peneliti hanya membatasi penggunaan gaya bahasa yang dipergunakan pada surat pendengar dalam acara Curahan Hati dan Lagu di Radio X.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya (das sollen) dengan kenyataan yang ada (das sain) (Sucipto, 2006:7). Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini masalah yang hendak dibahas adalah sebagai berikut:
Bagaimana analisis penggunaan gaya bahasa pada surat pendengar dalam acara Curahan Hati dan Lagu di Radio X?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa pada surat pendengar dalam acara Curahan Hati dan Lagu di Radio X.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada ilmu bahasa terutama dalam analisis penggunaan gaya bahasa.
2. Manfaat Praktis
- Bagi penyiar radio dapat menggunakan berbagai macam gaya bahasa
- Bagi pendengar bisa memahami berbagai macam gaya bahasa.
Penelitian ini juga diharapkan agar para pembaca dapat mengetahui analisis penggunaan gaya bahasa pada surat pendengar dalam acara Curahan Hati dan lagu di Radio X.
1.6 Penjelasan Judul
Judul penelitian ini adalah “Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Surat Pendengar dalam Acara Curahan Hati dan Lagu di Radio X”. Penjelasan judul yang dapat diberikan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis adalah penyelidikan atau penguraian atas suatu penemuan (Windi, 2006:39).
2. Penggunaan gaya bahasa adalah merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu. Ada beberapa jenis gaya bahasa, yaitu gaya bahasa individu, gaya bahasa golongan sastrawan, aliran tertentu dan gaya bahasa periode. Karena itu penelitian gaya bahasa dapat dilakukan dalam bidang-bidang tersebut, sesuai dengan keperluan. Pengertian gaya bahasa meliputi gaya pada semua aspek bahasa: bunyi, kata dan kalimat. Oleh karena itu penelitian gaya bahasa meliputi gaya kalimat, gaya kata dan gaya bunyi bahasa.
3. Gaya bahasa adalah sebagai cara pengungkapan pikiran melalui bahasa yang khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
4. Surat pendengar adalah sehelai kertas yang memuat bahan komunikasi yang disampaikan oleh pendengar radio kepada seorang penyiar untuk dibacakan dan disampaikan kepada pendengar yang lain (Panji, 1997:1).
5. Acara Curahan Hati dan Lagu adalah salah satu acara yang dikemas stasiun Radio X dengan iringan sajian lagu-lagu pop Kenangan.
6. Radio X merupakan stasiun radio swasta yang berada di kawasan XX dengan frekwensi 9,5 M.Hz. Radio Komunitas adalah stasiun radio yang hanya dipakai sekelompok komunitas yang ada di sekitar sebagai media hiburan dan informasi.
Skripsi Analisis Bahasa Gaul Antar Tokoh Dalam Film Remaja Indonesia Get Married - Kajian Morfologi
(Kode PEND-BSI-0003) : Skripsi Analisis Bahasa Gaul Antar Tokoh Dalam Film Remaja Indonesia Get Married - Kajian Morfologi
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang pengambilan judul yang akan digunakan oleh peneliti yang meliputi masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, kajian pustaka, dan metode penelitian.
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai kodratnya tidak dapat hidup tanpa berhubungan dengan makhluk di sekitarnya, oleh karena itu, bahasa merupakan sarana yang paling cocok digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat. Fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai alat untuk berkerja sama atau berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, isyarat, simbol, lambang, gambar, atau kode tertentu, juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi, namun dengan menggunakan bahasa maka komunikasi akan lebih sempurna dan efektif.
J.D Parera (1993:15) berpendapat bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer dan bermakna konvensional (kesepakatan umum), yang dengannya satu kelompok masyarakat berkomunikasi antarsesama anggota masyarakat. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memang memakai dua cara berkomunikasi, yaitu secara verbal dan nonverbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan dengan menggunakan alat atau media bahasa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara nonverbal dilakukan dengan menggunakan media selain bahasa. Alat komunikasi nonverbal yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi akan bermakna setelah 'diterjemahkan' ke dalam bahasa manusia. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang terpenting bagi manusia.
Chaer dan Leonie Agustina (2004:61) menyatakan bahwa :
Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan atau kesamaan dalam hal tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat, dan tata makna, akan tetapi karena adanya beberapa faktor yang terdapat dalam suatu masyarakat antara lain: usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan, profesi, dan latar belakang budaya daerah, maka bahasa itu menjadi beragam.
Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa. Keragaman ini akan semakin bertambah, seandainya bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas, misalnya bahasa Indonesia yang wilayah penyebarannya dari Sabang sampai Merauke.
Keberagaman bahasa akan tampak jelas dalam dialog yang digunakan oleh anggota masyarakat, misalnya dalam proses berkomunikasi yang dilakukan sehari-hari, selain itu keberagaman bahasa juga dapat dilihat pada dialog antartokoh dalam sebuah film. Film merupakan salah satu bentuk perkembangan kehidupan masyarakat pada zamannya. Dari zaman ke zaman film mengalami perkembangan baik dari segi teknologi, sarana, dan prasarana maupun dari segi tema yang diangkat. Perkembangan film memegang peranan penting dalam merekam sejumlah kejadian atau sejarah yang berupa unsur kebudayaan yang melatarbelakanginya, termasuk salah satunya adalah pemakaian bahasa yang tampak pada penggunaan dialog antartokoh.
Pada tahun 1990-an muncul isu bahwa produksi perfilman Indonesia mengalami stagnasi (keadaan terhenti; tidak aktif). Hal ini mungkin benar jika dilihat dari segi kuantitas film yang diproduksi di bioskop selama kurun waktu tersebut. Pada kenyataannya, walau tidak diputar di sebuah bioskop, film Indonesia terus berproduksi. Pemutaran film tersebut dapat dilakukan dalam bentuk proyeksi video digital baik di tempat umum atau tempat khusus serta baik yang ditiketkan atau digratiskan.
Dari sumber yang sama, Kritanto dalam Kompas (2005:15) menguraikan bahwa kesan lesu dunia perfilman di Indonesia muncul karena masyarakat tidak melihat tampilnya film-film di bioskop dan kualitas film hasil produksi selama kurun waktu tersebut. Padahal, pada tahun yang paling sulit pun sebenarnya tetap ada usaha memproduksi. Ada sekitar 13 film yang langsung beredar dalam bentuk VCD, atau langsung ditayangkan untuk umum dalam bentuk proyeksi video digital di bioskop umum, tempat khusus yang mengadakan pemutaran film dengan membayar tiket masuk, atau festival-festival di dalam negri (JiFFest) dan di luar negeri.
Saat ini perkembangan film di Indonesia terkesan dimonopoli oleh film yang bertema seputar remaja. Hal ini terlihat pada keantusiasan para remaja dalam menonton sebuah film terutama di bioskop, misalnya: antrean panjang saat membeli tiket masuk, dan semakin banyaknya jumlah bioskop dalam suatu daerah. Pada tahun 2001 Petualangan Sherina yang secara komersil begitu membuahkan hasil. Keberuntungan secara komersil juga berlanjut dalam produksi film selanjutnya Ada Apa Dengan Cinta (2002). Selanjutnya pada tahun 2007 Get Married berhasil menduduki peringkat teratas berdasarkan jumlah penonton terbanyak.
Skenario Get Married ditulis oleh Musfar Yasin, beliau adalah seorang penulis skenario yang hampir tidak dikenal. Puluhan skenario telah ditulis oleh Musfar Yasin, namun hanya beberapa karyanya yang mendapatkan penghargaan, salah satunya adalah Get Married yang menceritakan kehidupan masyarakat pengangguran kota Metropolitan (Jakarta), dan adat perjodohan yang masih berlaku. Walaupun sebagian ceritanya berasal dari lingkungan kumuh, namun film ini mampu mendobrak keantusiasan penonton, terutama remaja. Film Get Married merupakan salah satu film remaja Indonesia terfavorit. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa penghargaan yang diraih, dan tiket masuk yang selalu habis. Sebagai film terfavorit, Get Married telah merekam sejumlah unsur-unsur budaya baru yang melatarbelakanginya. Salah satu unsur budaya yang dimaksud adalah perkembangan bahasa gaul remaja Indonesia.
Sumarsana dan Partana (2002:150) menyatakan bahwa, jika ditinjau lebih lanjut, masa remaja adalah masa-masa yang paling berkesan dan menarik. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia.
Inilah salah satu alasan yang melatarbelakangi para produsen film berlomba-lomba untuk memproduksi film yang bertema seputar remaja. Pada umumnya, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Bahasa remaja tersebut kemudian dikenal sebagai bahasa gaul remaja. Remaja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat sering menggunakan bahasa gaul ketika berkomunikasi dengan anggota kelompoknya. Bahasa gaul selain memiliki keunikan tersendiri juga bersifat kreatif, misalnya berupa singkatan atau akronim yang digunakan saat berkomunikasi melalui SMS.
Ranah bahasa Indonesia semacam ini merupakan bahasa sehari-hari penduduk Jakarta. Oleh karena itu, banyak kalangan yang menyebutnya ragam santai dialek Jakarta (Badudu dalam Indari, 2008:38). Kalangan remaja di pedesaan pun tampaknya semakin banyak yang menggunakan kosakata yang diambil dari ranah bahasa ini, akibat gencarnya siaran televisi, radio dan sebagainya, yang sebagian besar tema dan latar berkiblat ke Jakarta. Dengan kata lain, bahasa gaul sudah memberikan konstribusi dalam perkembangan bahasa Indonesia.
Bahasa gaul inilah yang kemudian ditangkap oleh penulis skenario untuk menghidupkan suasana atau atmosfer remaja dalam film remaja Indonesia, kemudian penulis skenario menuangkan dalam bentuk dialog. Dengan kata lain, film mampu menjadikan salah satu sarana untuk mensosialisasikan bahasa gaul yang kini banyak digunakan oleh remaja Indonesia baik yang berada di kota maupun di pelosok desa.
Pemakaian bahasa gaul juga mencerminkan sebuah budaya yang tampak pada dialog yang digunakan antartokoh dalam sebuah film. Bahasa ini digunakan untuk menghidupkan suasana sehingga penonton tidak merasa bosan. Dialog-dialog yang digunakan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia baku. Bahasa gaul memiliki kecenderungan memakai bahasa prokem/slang yang memiliki kesan santai dan tidak kaku. Kesan santai tersebut tercermin dalam kosakata, struktur kalimat, dan intonasi yang digunakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Lumintaintang dalam Indari (2008:38) yang menyatakan bahwa bahasa gaul adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan remaja (khususnya perkotaan), bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa dan penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, intonasi, pelafalan, pola, konteks, serta distribusi.
Distribusi bahasa gaul (Laman Pusat Bahasa dan Sastra,2004) sering tidak memperhatikan konteks yang tepat. Beberapa film remaja Indonesia menampilkan adegan seorang siswa SMA menggunakan bahasa gaul ketika berkomunikasi dengan guru ataupun dengan kepala sekolah. Dalam kalimat berikut (Indari, 2008:39) dapat dilihat, bagaimana bahasa gaul dibuat begitu singkat namun tetap komunikatif.
“…lagi mabok kali tu anak”
Dari contoh kalimat di atas jelas sekali bahwa susunan kalimat yang digunakan sangat berbeda dengan kaidah bahasa Indonesia baku, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa gaul sebagai tutur remaja dilihat dari segi distribusinya atau penyebarannya dapat dikatakan telah berhasil menjadi bahasa identitas remaja. Sebaliknya, bahasa remaja menjadi dampak negatif apabila dilihat dari segi ketidakmampuan remaja menempatkan bahasa dalam konteks sosialnya (Nyoman Riasa: 2002).
Morfologi merupakan suatu disiplin ilmu, sebagai cabang tata bahasa yang mengupas permasalahan-permasalahan dan pembentukannya. Menurut Ramlan (1985:46) dalam bahasa Indonesia terdapat proses morfologik yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses pemajemukan. Kajian Morfologi digunakan dalam penelitian ini, karena pembentukan-pembentukan kata sangat banyak ditemukan, sedangkan pada penelitian ini, membatasi pembentukan kata yang berupa afiksasi dan reduplikasi, karena untuk membentuk kata kerja transitif bahasa remaja cenderung menggunakan kedua proses tersebut. Oleh karena pertimbangan tersebut, penelitian yang berjudul Analisis Bahasa Gaul Antartokoh dalam Film Remaja Indonesia Get Married (Kajian Morfologi) menarik untuk diteliti.
1.2 Masalah Penelitian
1.2.1 Batasan Masalah
Dalam film remaja Indonesia Get Married banyak terdapat unsur yang dapat diteliti, misalnya: kehidupan sosial, penokohan, dan bahasa, seperti: bahasa Ibu, bahasa asing, bahasa isyarat, bahasa resmi, dan bahasa gaul, akan tetapi peneliti lebih memfokuskan tentang bahasa gaul yang digunakan antartokoh, agar lebih jelas dan spesifik.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana proses afiksasi bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married?
2. Bagaimana proses reduplikasi bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married?
3. Gejala bahasa apa saja yang terdapat dalam film remaja Indonesia Get Married?
4. Bagaimana penggunaan istilah bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married?
5. Bagaimana penggunaan partikel bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah.
1. Mendeskripsikan proses afiksasi bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married.
2. Mendeskripsikan proses reduplikasi bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married.
3. Mendeskripsikan gejala bahasa apa saja yang terdapat dalam film remaja Indonesia Get Married.
4. Mendeskripsikan penggunaan istilah bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married.
5. Mendeskripsikan penggunaan partikel bahasa gaul antartokoh dalam film remaja Indonesia Get Married.
1.4 Manfaat Penelitian
Secara operasional, manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian Sosiolinguistik khususnya tentang variasi bahasa, serta dapat menghasilkan deskripsi analisis bahasa gaul, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pendukung dalam pengkajian ilmu bahasa.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan ilmu bahasa, khususnya yang telah diperoleh dari bangku kuliah.
b. Bagi pihak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas X, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tolok ukur kemantapan dan pengayaan pengajaran teori linguistik.
c. Bagi guru khususnya, bisa digunakan untuk bahan pengajaran, dan bagi peneliti lain hasil ini dapat digunakan sebagai referensi awal dalam penelitian lain khusunya bidang Sosiolinguistik.
1.5 Penjelasan Judul
Penjelasan judul sangat penting dalam setiap penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman penafsiran terhadap istilah-istilah yang ada dalam sebuah penelitian. Adapun penjelasan judul dalam penelitian yang berjudul Analisis Bahasa Gaul Antartokoh dalam Film Remaja Indonesia Get Married (Kajian Morfologi) adalah,
1. Bahasa Gaul menurut Lumintaintang dalam Indari (2008:38) adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan remaja (khususnya perkotaan), bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa dan penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, intonasi, pelafalan, pola, konteks, serta distribusi.
2. Film Remaja, dalam Laman Wilimedia Indonesia Ensiklopedi (2006), film remaja adalah karya seni yang menitikberatkan tema, tokoh dan suasana remaja, yang diangkat dalam sebuah film sekaligus remaja sebagai sasaran utamanya.
3. Get Married adalah sebuah film yang mengangkat tema tentang kehidupan masyarakat pengangguran Jakarta, persahabatan yang terjalin sejak kecil, dan adat perjodohan yang masih berlaku, karya Musfar Yasin.
4. Kajian Morfologi, menurut Ramlan (1985:5) adalah kajian yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.
Skripsi Analisis Kemampuan Mengapresiasi Prosa Menggunakan Metode Sosiodrama Siswa Kelas V MI-X
(Kode PEND-BSI-0004) : Skripsi Analisis Kemampuan Mengapresiasi Prosa Menggunakan Metode Sosiodrama Siswa Kelas V MI-X
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya pemahaman sebuah unsur-unsur dalam sebuah bacaan tidak dapat dilepaskan dari masalah-masalah ataupun kegiatan dalam sastra. Salah satu kegiatan tersebut adalah apresiasi. Apresiasi merupakan salah satu kegiatan dalam sastra yang dapat menumbuhkan rasa keakraban pembaca dengan sebuah karya sastra. Dengan apresiasi, pembaca akan merasa menemukan atau memperoleh sesuatu yang sekaligus dapat memperkaya kehidupan batin bagi pembaca (Sarumpaet, 2002:14). Maka dari itu, minat dan apresiasi, pembaca terhadap karya sastra perlu dibangkitkan dan ditumbuhkan sejak dini, terutama bila pembaca masih berusia sekolah.
Pengajaran sastra di semua sekolah kita cukup runyam penataannya. Pengajaran selama ini, seperti terlihat dari berbagai buku ajar, masih mencampuradukkan pengajaran apresiasi sastra dan pengajaran pengetahuan tentang sastra. Pengajaran pengetahuan tentang sastra lebih banyak ditekankan, sedangkan pengajaran apresiasinya sendiri kurang dilakukan (Sumardjo, 1995:30). Bahaya betapa pelajaran bahasa Indonesia akan mengalami malapetaka jika yang diberikan lebih banyak teori dan gramatika, sudah pernah disinggung Sutan Takdir Alisjahbana sejak tahun 1930-an, pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah sebagian besar menggunakan buku-buku tata bahasa karya para penulis Belanda, maka materi yang diajarkan cenderung mejadi sangat linguistis. Akibatnya pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah sama sekali tidak mengarahkan penguasaan keterampilan berbahasa, melainkan membawa siswa seolah-olah hendak menjadi seorang linguis atau ahli bahasa.
Pengajaran sastra di sekolah mencakup prosa, puisi, drama, dan lain-lain. Prosa atau cerita itu sendiri adalah bagian dari hidup. Itulah sebabnya, apa yang disimpan dalam bentuk cerita jauh lebih bermanfaat dari pada segala yang dijejalkan ke dalam otak hanya dalam bentuk fakta-fakta yang sama sekali sulit mencari hubungannya. Selain itu, para ahli juga mengatakan bahwa otak manusia sebagai alat narasi yang bergerak dalam dunia cerita. Sehingga dengan mengingat cara kerja otak, ilustrasi yang berhubungan dengan pengalaman manusia yang dirakit dalam bentuk cerita, dapat merenggut perhatian orang, apalagi anak-anak. Mereka akan menerima informasi dan keterangan bukan hanya secara kognitif, tetapi juga secara afektif (Sarumpaet, 2002:22).
Kekuatan cerita dalam kehidupan anak dapat disaksikan melalui dua perspektif. Pertama, peran cerita atau narasi sebagai bagian dari budaya dan tradisi lisan anak. Dalam hal ini budaya mempunyai kegiatan dan permainan yang dirancang dengan memanfaatkan bahasa yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Kedua, urgensi cerita yang dapat mengembangkan bahasa, pemikiran dan perasaan. Cerita selain memberikan bentuk data dan tata formasi pada pengalaman-pengalaman anak, ia juga harus diasosiasikan dengan kesenangan dan kenikmatan (Sarumpaet, 2002:23).
Kemampuan belajar siswa kelas V MI X dalam mengapresiasi prosa perlu dikembangkan lagi. Selama ini pembelajaran prosa yang dilakukan terhadap siswa hanya melalui ceramah saja. Dalam artian, siswa mengerti tantang teori saja tanpa diimbangi dengan praktek. Rasa kejenuhan pun muncul bagi siswa yang selalu dijejali dengan teori. Agar dalam mempelajari sebuah prosa menjadi menyenangkan, maka diperlukan sebuah metode yang sesuai yaitu dengan menggunakan metode sosiodrama. Metode sosiodrama adalah metode mengajar dengan mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial (Ahmadi, 1995:65).
Dengan cara belajar semacam ini, siswa diberi kesempatan dalam menggambarkan atau mengekspresikan suatu sikap yang menjadi tokoh yang diperankannya (Ahmadi, 1991:80). Dengan demikian, siswa tidak lagi menempatkan dirinya semata-mata sebagai objek yang harus menjalankan tugas dari guru, tetapi mereka akan merasa terangkat sebagai subjek dalam bentuk gambaran tokoh dalam cerita yang diperankannya tersebut.
Sesuai dengan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian mengenai analisis kemampuan mengapresiasi prosa menggunakan metode sosiodrama siswa kelas V MI X.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah: Bagaimana kemampuan mengapresiasi prosa dengan menggunakan metode sosiodrama siswa kelas V MI X.
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan senantiasa mempunyai tujuan yang jelas agar terarah dan tepat sasaran serta lebih jelas manfaatnya. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan kemampuan mengapresiasi prosa dengan menggunakan metode sosiodrama siswa kelas V MI X.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
1) Memberi pengalaman nyata dan dapat menumbuhkan keakraban siswa terhadap sebuah karya sastra terutama prosa.
2) Hasil penelitian diharapkan dapat memotivasi siswa agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar di kelas, khususnya pembelajaran prosa dengan metode sosiodrama.
1.4.2 Bagi Guru
Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam memberikan alternatif pemilihan metode dalam pengajaran bahasa Indonesia yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengapresiasi sebuah prosa berupa cerpen.
1.4.3 Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan penyempurnaan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia. Selain itu juga untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas.
1.4.4 Bagi Pemerhati Sastra
Dapat menumbuhkembangkan daya apresiasi sastra khususnya dalam memerankan sebuah drama, dan rasa peduli terhadap karya sastra Indonesia.
1.4.5 Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menjadikan pengalaman mengenai penggunaan metode sosiodrama dalam apresiasi suatu prosa yang baik dan benar.