Cari Kategori

Peranan Public Relation Officer Dalam Membangun Citra Perusahaan Di PT Radio X

(Kode ILMU-KOM-0026) : Tugas Akhir D3 - Peranan Public Relation Officer Dalam Membangun Citra Perusahaan Di PT Radio X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi saat ini, radio swasta diharapkan mampu memberikan informasi dan hiburan (entertain) yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. Selain radio sebagai media massa elektronik yang harganya cukup terjangkau sehingga hampir semua orang memilikinya dan bersifat auditif serta dalam menyampaikan pesan dapat langsung didengarkan oleh pendengarnya. Oleh karena itu, radio dapat menjadi pilihan selain televisi.
Dalam menghadapi era global, X 92,9 FM dituntut untuk dapat menciptakan budaya perusahaan yang baik agar mendapatkan kepercayaan dari publik, apalagi X 92,9 FM tergolong stasiun radio swasta yang masih baru yaitu baru beroperasi sekitar tiga tahun yang lalu. Untuk dapat menciptakan citra yang baik maka dibutuhkan seorang Public Relations Officer professional yang diharapkan mampu membangun good image dari X 92,9 FM. Public relations sangat penting bagi sebuah organisasi karena aktivitasnya dapat menjadi wahana integrasi internal, menjembatani saling pengertian anggota komunitas, sehingga menimbulkan loyalitas pada kalangan karyawan dan memperkuat etos kerja di kalangan direksi / manajer.
Disinilah kegiatan humas (public relations) memegang peranan penting. Sebab peran humas sangat dominan dalam menjalin hubungan antara perusahaan dengan publiknya, baik publik internal maupun publik eksternal, karena segala kegiatan public relations terkandung unsur – unsur yakni citra baik(good image), itikad baik (good will), saling pengertian (mutual understanding), saling mempercayai (mutual appreciation) serta toleransi yang dapat menghantarkan perusahaan pada hubungan yang baik dan pada akhirnya akan membentuk citra yang positif terhadap perusahaan. Selain itu, seorang public relations juga mempunyai peranan yang penting dalam menangani persoalan – persoalan yang berkaitan dengan keinginan dan harapan stakeholders, baik itu stakeholders internal (pihak internal perusahaan) maupun stakeholders eksternal (pendengar dan media massa baik cetak seperti koran dan majalah ataupun elektronik dalam konteks ini adalah stasiun televisi) demi perkembangan X 92,9 FM untuk kearah yang lebih baik serta dapat membangun kepercayaan publik. Adanya kepercayaan dari publik (public trust) akan memberikan image yang positif terhadap keberadaan X 92,9 FM.
Kuliah Kerja Media bisa dikatakan mempunyai arti yang penting bagi profesi public relations adalah untuk meningkatkan serta memperluas pengalaman autentik di dalam dunia kerja nyata, selain ini untuk menerapkan teori serta praktek yang telah diberikan selama mengikuti perkuliahan. Kuliah kerja Media adalah kesertaan mahasiswa secara nyata dan langsung dalam kegiatan kerja profesi baik pada satu atau lebih perusahaan instansi tempat KKM merupakan wahana untuk menerapkan dan mempraktekkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan serta untuk mengenal dan mempelajari pekerjaan yang berkaitan dengan public relations.
Untuk itulah penulis memilih PT. X (X 92,9 FM) yang terletak di jalan Menteri Supeno No. 6 Manahan Surakarta ini sebagai tempat melaksanakan Kuliah Kerja Media (KKM) 2006, ini dengan pertimbangan bahwa penulis ingin lebih mengetahui segala kegiatan public relations X 92,9 FM karena X 92,9 FM tergolong sebagai stasiun radio baru yang masih dalam tahap membangun image positif dari publik. Penulis memulai KKM pada tanggal 1 Februari sampai dengan 16 Maret 2006 dan ditempatkan pada Bussines Development Division sebagai Public Relations.

B. Tujuan Kuliah Kerja Media (KKM)
Selain sebagai salah satu syarat kelulusan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A. Md) bidang Komunikasi Terapan, proses Kuliah Kerja ini dilaksanakan agar mahasiswa dapat mengambil suatu pelajaran yang positif selama melaksanakan Kuliah Kerja Media. Adapun tujuan penulis dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Media di PT. X (X 92,9 FM) adalah sebagi berikut :
1. Ingin mengetahui peranan Public Relations Officer dalam membangun image perusahaan di PT. X (X 92,9 FM)
2. Memperoleh pengalaman secara nyata tentang dunia kerja beserta system kerja yang sebenarnya.
3. Mengenal lebih dekat aktivitas kerja kehumasan radio di PT. X (X 92,9 FM)
4. Melatih penulis untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi permasalahan dan menyelesaikan tugas – tugas di lingkungan kerja.
5. Membekali mahasiswa untuk menambah ketrampilan dan pengetahuan khususnya bidang kehumasan agar dapat terjun ke dunia kerja secara maksimal serta menjadi seorang humas yang professional.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:57:00

Tesis Strategi Memenangkan Persaingan Dalam Pemasaran Surat Kabar Harian Di kota X Kasus Fajar-Tribun Timur Dan Pedoman Rakyat

(Kode ILMU-KOM-0024) : Tesis Strategi Memenangkan Persaingan Dalam Pemasaran Surat Kabar Harian Di kota X Kasus Fajar-Tribun Timur Dan Pedoman Rakyat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tertulis dalam sejarah Indonesia bahwa, pada tahun 1999 Indonesia melakukan perubahan besar yaitu masyarakat menuntut kebebasan yang disebut reformasi, masa ini masyarakat menuntut transparansi dari pemerintah. Pers dalam hal ini ikut mengambil bagian terpenting dan menguntungkan, karena semua warga negera Indonesia berhak untuk mendirikan perusahaan pers.
Hal ini membuat bisnis dibidang pers mengalami persaingan yang sangat ketat karena itu industri pers dituntut untuk mengemas produk informasinya lebih canggih lagi mengingat bisnis informasi sudah menjadi trend diawal millenium III.
Dalam bidang informasi, menguasai pangsa pasar dan masuk dalam persaingan ketat antara perusahaan menjadi bagian terpenting dan tidak bisa dielakkan karena masyarakat penikmat informasi menjadikan berita sebagai kebutuhan sehar-hari yang tidak bisa diabaikan keberadakannya. Oleh karena itu, kehadiran media informasi baik milik pemerintah maupun swasta sangat menunjang pengadakan informasi dan itu sangat diperlukan. Informasi itu bisa melalui media cetak maupun elektronik.
Dalam persaingan media massa, selain media cetak sendiri, media elektronikpun (radio dan Televisi) dan media internet walaupun hanya satu persen bangsa Indonesia yang terkait ke internet, juga melakukan persaingan namun tidak separah dengan persaingan media cetak, karena kita mengenal lokalisasi media yang menjadi ancaman langsung bagi media nasional seperti surat kabar daerah, majalah daerah.
Karena itu, saat ini bisnis surat kabar pada saat ini merupakan bisnis yang menggiurkan bagi pengusaha-pengusaha pers, selama masyarakat Indonesia masih terikat dalam media konvensional, namun hal ini perusahaan pers perlu manajemen yang baik untuk mencapai tujuan perusahaan dalam persaingan persuratkabaran dewasa ini.
Dalam hal ini perusahaan pers yang berusaha menciptakan produk, guna memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. Karena demikian besar dan ketatnya persaingan yang mendominasi dunia usaha dewasa ini, dimana perusahaan berlomba menguasai pangsa pasar.
Namun dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan, seringkali perusahaan tersebut dihadapkan pada berbagai kesulitan, misalnya kesulitan merebut pangsa pasar yang lebih luas sebagai akibat dari persaingan antara perusahaan untuk mengatasi keadakan tersebut diatas.
Memperhatikan kepuasan kepada konsumen dan masyarakat merupakan tujuan utama suatu perusahaan yang menganut konsep pemasaran yang mengajarkan bahwa rumusan strategi pamasaran sebagai suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan tersebut, harus berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Konsumen perusahaan bukanlah merupakan tindakan khusus, tetapi lebih merupakan pernyatakan yang menunjukkan usaha-usaha pokok diarahkan untuk mencapai tujuan. Strategi pemasaran itu sendiri terdiri dari unsur-unsur pemasaran terpadu yaitu product, price, place, dan promotion (komunikasi pemasaran) yang selalu berubah-ubah sejalan dengan aktivitas perusahaan dan perubahan lingkungan pemasarannya serta perubahan prilaku konsumennya.
Dengan adanya perusahaan dalam masyarakat, pola beli yang berubah-ubah telah mengakibatkan banyaknya perusahaan hidup dalam situasi yang tidak menentu sehingga para pengusaha dituntut untuk mendalami pengetahuan tentang strategi bersaing yang mana merupakan salah satu aspek yang dapat memperlancar tujuan perusahaan yang ingin dicapai.
Beberapa perusahaan pers di X yang telah melayani segmen pembaca surat kabar kini mengalami panetrasi pasar dan produk bersaing dalam era globalisasi informasi ini.
Persaingan terdapat dari suatu industri yang mengejar pasar sasaran yang sama. Strategi bersaing meliputi penentuan posisi dalam suatu untuk memaksimalkan nilai kemampuan yang membedakannya dengan para pesaing, karena aspek yang sangat penting dalam perumusan strategi bersaing adalah analisis pesaing, yang mana sasarannya adalah pengembangan profit, sifat dan sukses dari akibat kemungkinan perubahan strategi yang dapat dilakukan oleh tiap-tiap pesaing.
Di X ada tiga perusahaan surat kabar yaitu harian Fajar Tribun Timur dan Pedoman Rakyat yang dianggap mempunyai persaingan dalam pemasaran. Mereka dituntut bagaimana dapat mempertahankan perkembangan pemasarannya

B. Permasalahan
Strategi apa yang diterapkan oleh surat kabar harian Fajar, Tribun Timur dan Pedoman Rakyat dalam memenangkan persaingan dalam pemasaran.
Pertanyakan Penelitian :
1. Apakah strategi pemasaran yang dilakukan oleh surat kabar harian Fajar, Tribun Timur dan Pedoman Rakyat dapat meningkatkan oplah penjualan ?
2. Apakah bauran pemasaran yang digunakan oleh surat kabar harian Fajar, Tribun Timur dan Pedoman Rakyat berbeda dalam mempertahankan pangsa pasarnya?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah dapat dikemukakan sebagai berikut :
Untuk mengkaji strategi pemasaran yang digunakan oleh Harian Fajar, Tribun Timur dan Pedoman Rakyat dalam memenangkan strategi persaingannya.
Untuk mengkaji bauran pemasaran yang dilakukan oleh Harian Fajar, Tribun Timur dan Pedoman Rakyat dalam mempertahankan pangsa pasarnya.

D. Kegunakan Penelitian
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi studi pemasaran yang akhir-akhir ini makin banyak memperoleh kajian dari berbagai disiplin ilmu baik melalui kajian teoritis maupun melalui kajian riset dibidang terapan.
Manfaat Praktis
Secara paraktis penelitian ini diharapkan dapat merefleksikan efektifitas penggunakan strategi dalam memenangkan persaingan pemasaran, dan tidak kalah pentingnya bahwa penelitian ini dapat memperkaya hasil penelitian pada ilmu komunikasi (komunikasi bisnis) khususnya dan pada strategi pemasaran pada tiga surat kabar di X yaitu Harian Fajar, Tribun Timur dan Pedoman Rakyat dalam kegiatan pemasarannya untuk meningkatkan dan mempertahankan pembacanya.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:56:00

Kegiatan Komunikasi Sebagai Sarana Humas Untuk Meningkatkan Citra Positif Perusahaan Di Mata Publik Internal Dan Eksternal PT PLN Distribusi X Dan X

(Kode ILMU-KOM-0025) : Tugas Akhir D3 - Kegiatan Komunikasi Sebagai Sarana Humas Untuk Meningkatkan Citra Positif Perusahaan Di Mata Publik Internal Dan Eksternal PT PLN Distribusi X Dan X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah organisasi, Public Relations atau biasa disebut dengan Humas merupakan salah satu bagian / departemen yang mempunyai tugas bertanggung jawab mendengarkan dan menampung segala kritik, keluhan, ataupun saran dari masyarakat. Bidang Public Relations/ Humas adalah suatu bidang yang sangat luas yang menyangkut hubungan dengan berbagai pihak. Public Relations/Humas tidak selalu merupakan alat promosi, karena dalam kenyataannya masih sering dijumpai salah pengertian tentang Public Relations/Humas. Kebanyakan orang menganggap Public Relations/Humas sekedar menjual senyum, propaganda dengan tujuan memperoleh kemenangan sendiri, atau mendekati pers dengan tujuan memperoleh suatu pemberitaan. Padahal sebenarnya Public Relations/Humas merupakan hal yang sangat penting yang keberadaannya harus dapat menyesuaikan sebuah organisasi dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Kebutuhan tenaga seorang Public Relations/Humas sangat dibutuhkan oleh beberapa perusahaan, terlebih lagi kebanyakan beberapa perusahaan yang cukup besar di Indonesia sangat memerlukan tenaga seorang Public Relations untuk membangun hubungan yang baik dengan publik internal maupun publik eksternal.
Kemampuan secara praktis sangat diperlukan dalam era globalisasi seperti sekarang ini yang semuanya serba modern dan menggunakan teknologi canggih. Tenaga-tenaga yang terampil yang tidak hanya berbekal kemampuan teoritis akan semakin diperhitungkan dan dibutuhkan dalam dunia kerja. Untuk itulah setiap mahasiswa dilatih untuk bisa mempraktekkan segala ilmu yang diberikan pada saat kuliah ke dalam latihan praktek dunia kerja yang nyata dan salah satunya adalah dengan Kuliah Kerja Media, sebagai salah satu wadah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimilikinya. Kuliah Kerja ini juga dipersiapkan untuk para mahasiswa agar setelah lulus nantinya dapat langsung terjun ke dunia kerja yang sebenarnya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis memilih PT. PLN (Persero) Distribusi X dan X sebagai tempat untuk mempraktekkan semua teori yang telah di dapatkan di bangku kuliah dan tempat untuk mengembangkan kemampuan dalam bidang komunikasi, khususnya pada bidang Public Relations/Humas supaya terampil dan memiliki wawasan tentang dunia kerja Public Relations.
PT. PLN (Persero) Distribusi X dan X merupakan sebuah perusahaan yang memiliki Budaya Perusahaan yang jelas yang meliputi falsafah, visi dan misi, serta tata nilai perusahaan PT. PLN (Persero) yang mampu mewujudkan wawasan bersama dengan selalu menjunjung tinggi dan menerapkan nilai-nilai, diantaranya :
a. Saling percaya (mutual trust)
b. Integritas (integrity)
c. Peduli (care)
d. Pembelajaran (learner)
Dalam kesempatan ini penulis akan dapat memahami dan mengetahui bagaimana peran dan tugas seorang Public Relations/Humas dalam menjalankan tugas kesehariannya. Beban yang dipikul oleh seorang Public Relations/Humas tidaklah ringan karena sebagai ujung tombak sebuah perusahaan yang sudah dikenal banyak orang pastilah memiliki berbagai macam permasalahan. Saat menyelesaikan sebuah permasalahan perusahaan seorang Public Relations/Humas harus sangat berhati-hati, karena segala keputusan yang diambil sangat erat kaitannya dengan hubungan baik perusahaan di mata publik eksternal maupun internalnya. Untuk itulah, pada kesempatan ini penulis bermaksud menyusun Tugas Akhir dengan judul “ KEGIATAN KOMUNIKASI SEBAGAI SARANA HUMAS DALAM MENINGKATKAN CITRA POSITIF PERUSAHAAN DI MATA PUBLIK INTERNAL DAN EKSTERNAL PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI X DAN X “

B. Tujuan Kuliah Kerja Media (KKM)
1. Tujuan Umum
Praktek Kuliah Kerja Media (KKM) merupakan persyaratan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa semester akhir Program Diploma III Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk memenuhi kegiatan proses akhir perkuliahan yang juga merupakan salah satu syarat kelulusan dan mendapatkan gelar Ahli Madya.
Dalam kegiatn praktek Kuliah Kerja Media (KKM) ini penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh selama di bangku kuliah dalam suasana kerja yang sesungguhnya. Sehingga berdasarkan hasil praktek kerja lapangan maka seterusnya akan disusun dalam bentuk Laporan Praktek Kuliah Kerja Media.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang dunia kerja yang sebenarnya sehingga dapat melatih rasa percaya diri, daya kreativitas serta keberanian bersikap dalam diri setiap mahasiswa dalam menghadapi lingkungan kerja yang kelak akan dihadapi.
b. Dengan Kuliah Kerja Media (KKM) ini mahasiswa bisa menerapkan dan mempraktekkan ilmu-ilmu yang diterima di bangku kulia dengan terlibat langsung dalam proses kerja secara nyata pada divisi Humas PT. PLN (Persero) Distribusi X dan X pada khususnya.
c. Dapat mengetahui tugas-tugas penting yang harus dilakukan seorang PR/Humas di sebuah perusahaan.
d. Dapat mengamati, memahami dan melakukan berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan Humas PT. PLN (Persero) Distribusi X dan X.
e. Mengetahui sejauh mana peran dan fungsi Humas PT. PLN (Persero) Distribusi X dan X.
f. Mengetahui kendala yang dihadapi selama menjalankan fungsi Humas pada PT. PLN (Persero) Distribusi X dan X.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:56:00

Tesis Pesan Komunikasi Politik Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Dalam Gerakan Demokrasi Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kalangan Nahdliyin Di X

(Kode ILMU-KOM-0023) : Tesis Pesan Komunikasi Politik Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Dalam Gerakan Demokrasi Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kalangan Nahdliyin Di X

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

Memasuki tiga dasawarsa terakhir dipenghujung abad ke-20, ada satu fenomena menarik di tengah-tengah masyarakat dunia, khususnya bangsa Indonesia, yaitu menguatnya tuntutan akan demokratisasi. Menguatnya tuntutan ini lantaran demokrasi dipandang sebagai sistem yang mampu mengantar masyarakat ke arah transformasi sosial politik yang lebih ideal. Demokrasi dinilai lebih mampu mengangkat harkat manusia, lebih rasional, dan realitis, untuk mencegah munculnya suatu kekuasaan yang dominan, represif, dan otoriter.
Demokrasi dapat dimengerti sebagai suatu sistem politik di mana semua warga negara memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilu yang diadakan secara periodik dan bebas, yang secara efektif menawarkan peluang pada masyarakat untuk mengganti elit yang memerintah. Menurut Sundaussen dalam Murod (1999:59), demokrasi juga bisa dipahami sebagai suatu “policy” di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai hak yang sama di depan hukum, dan kebebasan untuk menjalankan agama yang dipeluknya. Meskipun begitu, Sundaussen meyakini bahwa tidak semua manifestasi-manifestasi tentang demokrasi di atas pernah dijalankan sepenuhnya, bahkan dalam suatu sistem yang demokratis sekalipun.
Setelah orde baru tumbang dan Indonesia secara dramatis sudah melangkah ke tahap institusionalisasi demokrasi, sebetulnya perubahan-perubahan penting telah banyak terjadi. Minimal dari segi pranata, legal dan institusional. Kita sudah melaksanakan pemilu legislatif dan pemilihan presiden secara langsung, kemudian banyak ritual-ritual demokrasi dimana partisipasi rakyat itu bisa diinstitusionalisasi berlangsung secara berkala dan reguler. Partai dibebaskan untuk berdiri, Indonesia mengalami periode dimana liberalisasi politik berpuncak pada multi partai yang luar biasa besar. Kondisi ini dapat dikatakan sebagai point of no return. Sejauh kita bertekad untuk meneruskan mekanisme politik seperti ini secara legal dan konstitusional.
Undang-Undang Dasar 1945 sudah menjamin proses itu berlangsung terus. Beberapa perubahan penting yang cukup mendasar, salah satunya adalah desentralisasi. Sekarang dalam tahap menuju desentralisasi demokrasi. Memang kita akui mengandung banyak sekali kelemahan, banyak pertikaian yang tidak perlu, dan banyak sekali benturan kepentingan yang sengit agar desentralisasi betul-betul bermakna desentralisasi demokrasi maupun desentraliasi kekuasaan. Suasana ini sudah berlangsung sebagai basis bagi kehidupan berkala kita selama lima tahun proses sirkulasi kekuasaan. Hanya saja, siapa yang memanfaatkan situasi ini, memanfaatkan institusi ini, memanfaatkan mekanisme dan prosedur yang sudah demokratis seperti ini. Kita tahu bahwa yang berhasil memanfaatkan secara maksimal ternyata adalah aktor-aktor politik. Hal ini bisa dilihat pada semangat elit politik mendirikan partai politik guna meraih kekuasaan.
Jadi yang kita pahami menyangkut gerakan demokrasi di Indonesia adalah berbasis aktor. Penulis mengasumsikan itu sebagai upaya berbagai kelompok aktor di kalangan masyarakat Indonesia, dan itu bisa berbagai variasi, yang berusaha memperkuat institusi-insitusi demokrasi pada tingkat yang lebih jauh, yaitu politik demokratisasi. Termasuk juga bagaimana demokrasi harus diberi konteks sosial kultural.
Diantara aktor politik yang turut berperan dalam gerakan demokrasi di Indonesia adalah KH. Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. Sebagai mantan presiden RI keempat hasil koalisi poros tengah dan mantan ketua Umum NU selama tiga periode, Gus Dur sangat dikenal sebagai tokoh yang “nyeleneh”, vokal, dan kontroversi. Sebagai contoh kasus pencabutan SIUPP Monitor tahun 1990, di saat mayoritas umat Islam mengecam angket yang dibuat Tabloit Monitor, Gus Dur justru sebaliknya mengecam tindakan tersebut. Kecaman Gus Dur ini bukan semata-mata membela Monitor, namun sikap umat Islam dalam pandangannya sudah kelewat batas. Dalam pengertian, sikap umat Islam justru sudah mengarah pada sikap anti-demokrasi, misalnya meminta pencabutan terhadap Harian kompas dan Gramedia Group. Gus Dur menyatakan tidak setuju menyelesaikan masalah hanya dengan pencabutan SIUPP saja tanpa mengedepankan perkara ke pengadilan.
Gayanya yang seperti “pemain ketoprak” ini oleh Abdurraman Wahid sudah dirajut semenjak dia mulai berkecipung dalam discourse pemikiran pada awal 1970-an. Hanya saja lantaran setiap lontaran pemikirannya dipandang tidak lazim untuk zamannya, penuh kontroversi, dan selalu membuat orang “terkejut”, tidak heran bila ada atau bahkan banyak yang menganggap Gus Dur sebagai cendekiawan Muslim penuh kontroversi, dan aneh. Predikat ini secara konsisten dipertahankannya hingga sekarang (Murod, 1999: 86).
Predikat ini tampaknya cukup tepat, bila mengamati sikap dan pemikiran politik Abdurrahman Wahid, sejak kemunculannya sebagai seorang scientist sampai kemudian menjadi seorang aktor politik (political player) yang cukup mumpuni, atau sebagai politisi paling ulung di era 1990-an, menurut Salim Said dalam Murod (1999:86). Dalam berbagai sepak terjangnya, Abdurrahman Wahid nyaris selalu berseberangan dengan mainstream sebagian cendekiawan Islam.
Secara faktual asumsi ini tak bisa dibantah, hanya saja menurut Al-Zastrouw (1994:2), bila dikaji secara lebih jauh apa yang dilakukan Abdurrahman Wahid sebenarnya hal yang wajar dan biasa terjadi dalam proses kehidupan. Jika dikatakan aneh dan kontroversi itu lantaran keberaniannya untuk berbeda dan keluar dari kelaziman. Ini diperkuat Emha Ainun Nadjib yang menyebut Abdurrahman Wahid sebagai “orang gila” dalam sejarah. “Orang gila” yang dimaksud Emha Ainun Najib adalah orang yang menggagas apa yang tidak digagas orang lain, memikirkan apa yang tidak dipikirkan orang lain, dan membayangkan apa yang tidak dibayangkan orang lain (1993:12).
Sementara Hakim (dalam murod,1993:87), menyarankan bahwa untuk memahami Abdurrahman Wahid, ada tiga kunci yag harus diperhatikan, liberalisme, demokrasi, dan universalisme. Bila kita memahami dalam bingkai tiga kata kunci ini, apapun pemikiran atau langkah Gus Dur akan bisa dimaklumi. Artinya, bukan Abdurrahman Wahid yang mendahului jamannya, tetapi terkadang tidak sedikit orang yang terlalu konservatif, a-priori, picik, dan sempit pandangan dalam mengekspresikan sepak terjang Abdurrahman Wahid.
Sebelumnya, Abdurrahman Wahid juga pernah melontarkan berbagai gagasan yang terbilang aneh, seperti mengganti assalamu’alaikum menjadi “selamat pagi, sore atau malam”, menjadi juri Festifal Film Indonesia (FFI), membuka Malam Puisi Jesus Kristus di gereja, menolak bergabung dengan ICMI, di kala sebagian besar umat Islam mendambakan kehadirannya, termasuk juga keterlibatannya sebagai ketua di Forum Demokrasi (Fordem), serta kunjungannya ke negara Zionis, Israel.
Bukan hanya itu, dalam konteks pergulatan politik di tingkat elit, Abdurrahman Wahid juga terbilang kontroversi dan vokal. Karenanya tidak mengherankan kalau kemudian ia sering terhalang oleh berbagai rintangan. Akhir 1998-an sampai dengan pertengahan XXXX merupakan masa penuh tantangan bagi Abdurrahman Wahid dalam konstelasi politik nasional.
Dalam rangka membangun demokrasi di Indonesia, Abdurrahman Wahid bersama tiga tokoh nasional lainnya, M. Amien Rais, Megawati Soekarnoputri, dan Sri Sultan Hamengkubuwono X, mengadakan pertemuan politik di Ciganjur hingga melahirkan deklerasi Ciganjur (10/11/1998), disamping merupakan peristiwa ‘langka’, memiliki makna signifikan bagi gerakan demokrasi di Indonesia.
Menurut Alfian (2001:36), setidaknya ada tiga makna signifikan atas pertemuan Ciganjur. Pertama, ia bermakna mendalam bagi kemajuan pendidikan politik secara luas. Ini terlihat dari delapan butir kesepakatan, yang menekankan orientasi persatuan dan kesatuan bangsa secara utuh, pengembalian kedaulatan rakyat, desentralisasi pemerintahan, perspektif reformasi untuk generasi baru, pemilu yang independen, penghapusan dwifungsi ABRI, pengusutan harta kekayaan Soeharto, dan pembubaran pengamanan swakarsa SI MPR.
Kedua, ia bermakna signifikan bagi perkembangan konstruktif Indonesia masa depan, tatkala kini kebekuan (kultur) politik terjadi. Munculnya kekuatan-kekuatan politik baru, yang mewujud dalam banyaknya partai politik baru, merupakan fenomena yang perlu dijawab dengan sikap-sikap kedewasaan dalam pergaulan politik nasional.
Ketiga, ia mengawali sebuah ‘tradisi baru’ bagi upaya membangun demokrasi dan masyarakat madani di Indonesia. Tradisi ini menyiratkan pentingnya duduk bersama untuk merundingkan masalah-masalah bersama, dalam konteks reformasi dan kebangsaan.
Deklerasi Ciganjur merupakan starting point bagi elit politik untuk meneruskan gerakan demokrasi di Indonesia pasca kejatuhan orde baru, peristiwa ini juga merupakan jempatan bagi Abdurrahman Wahid menjadi presiden RI ke-empat.
Peristiwa yang cukup spectacular dalam kehidupan politik Gus Dur juga nampak ketika ia membacakan dekrit presiden dengan maksud membubarkan parlemen DPR dan MPR, ia menganggap tindakan dewan sudah melampaui batas dan keluar dari koridor demokrasi, namun tindakan ini jadi bumerang bagi Gus Dur yang berakibat harus turun dari jabatannya sebagai presiden.
Sikap Gus Dur bertendensi politis lainnya yang masih aktual adalah ketika ia memilih Golput (golongan putih) dalam pemilihan presiden secara langsung XXXX. Gus Dur melakukan hal itu sebagai protesnya atas kecurangan, pemihakan, manipulasi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menurutnya melanggar sejumlah undang-undang Pemilu.
Sekalipun atas nama pribadi, sikap golput KH. Abdurrahman Wahid tersebut diduga berdampak pada peran serta masyarakat dalam pemilihan presiden secara langsug, hal ini dapat dilihat pada rekapitulasi KPU dari 155.048.803 pemilih terdaftar, lebih dari 36 juta di antaranya tidak mempergunakan hak pilihnya (golput). Jumlah ini jauh lebih tinggi dari perolehan suara pasangan Megawati Soekarnoputri dan KH. A. Hasyim Muzadi yang berada di urutan kedua dengan 31,5 juta suara (26,6 %). Perilaku golput ini meningkat pada pelaksanaan pilpres II menjadi 44 juta lebih besar dari perolehan suara pasangan Mega-Hasyim yang tetap diurutan kedua dengan 43,2 juta suara (39,1 %).
Pilihan golput masyarakat terjadi di semua kota di Indonesia, seperti juga di X tempat penelitian ini dilakukan, Sebanyak 32,52 persen atau 683.635 pemilih yang terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT) tidak menggunakan hak suaranya alias golput dalam Pilpres putaran kedua 20 September XXXX. Angka ini meningkat dibandingkan dengan Pilpres putaran pertama yang mencapai 29,95 persen atau 607.483 pemilih dari jumlah pemilih terdaftar sebanyak 2.028.160 orang.
Sebagai seorang tokoh NU dan telah menjadi ketua umum selama tiga periode, manuver politik Gus Dur tak lepas dari perjalanan NU. Melalui partai politik PKB yang berbasis massa warga nahdliyin. Agaknya Gus Dur hendak mengangkat derajat politik di kalangan NU. Hal ini setidaknya, terbaca dalam dua hal. Pertama, Gus Dur sengaja memunculkan namanya dengan legitimasi pimpinan NU yang memiliki banyak pengikut sebagai repsentasi kelompok informal-luar sistem.
Kedua, Gus Dur berhasil memantapkan dirinya sebagai poros politik dominan ditubuh NU walaupun ditubuh NU terbelah dalam beberapa partai politik, bahkan lebih dari itu Gus Dur telah menjadi tokoh nasional dan internasional (Alfian, 2001:35)
Melihat banyaknya aktivitas Gus Dur yang mengandung pesan politik dalam gerakan demokrasi di Indonesia dan diduga turut mempengaruhi perilaku politik rakyat Indonesia khususnya warga NU menjadi sangat menarik untuk diteliti lebih mendalam.

Rumusan Masalah
Bagaimana pesan komunikasi politik Gus Dur dalam Gerakan Demokrasi Di Indonesia pada kalangan Nadliyin di X ?
Bagaimana perilaku Kalangan Nahdliyin dalam Menerima Pesan Gus Dur?
Bagaiman pengaruh pesan komunikasi politik Gus Dur di kalangan nahdliyin X ?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang diangkat, yaitu untuk:
Untuk menganalisis bentuk pesan komunikasi politik Gus Dur dalam Gerakan Demokrasi Di Indonesia pada kalangan Nadliyin di X.
Untuk menganalisis perilaku Kalangan Nahdliyin dalam menerima Pesan politik Gus Dur.
Untuk menganalisis pengaruh pesan komunikasi politik Gus Dur di kalangan Nahdliyin X.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi, baik secara teoritis maupun praktis.
Diharapkan dapat memberi sumbangan bagi upaya perkembangan ilmu pengetahuan, khusunya Ilmu Komunikasi dan studi komunikasi politik.
Diharapkan menjadi bahan rujukan bagi peneliti yang berminat pada kajian yang sama dengan permasalahan yang berbeda dengan wacana membangun demokrasi Indonesia yang akan datang.
Diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat dalam mengambil keputusan atau langkah-langkah bagi yang berkepentingan dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:55:00

Tesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Telepon Seluler Di Kota X (Suatu Uji Kemampuan Iklan Media Cetak)

(Kode ILMU-KOM-0022) : Tesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Telepon Seluler Di Kota X (Suatu Uji Kemampuan Iklan Media Cetak)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi dan globalisasi yang begitu pesat, berdampak semakin tingginya persaingan memperebutkan pangsa pasar pada dunia usaha saat ini. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era millinium harus memiliki strategi perusahaan yang dapat memahami perilaku konsumen. Perusahaan yang baik adalah memahami betul siapa konsumennya dan bagaimana mereka berperilaku. Pemahaman mengenai siapa konsumennya akan menuntun para pengusaha kepada keberhasilan memenangkan persaingan dunia usaha yang telah melampaui batas negara.
Dunia teknologi informasi memang selalu menarik untuk diamati, terutama yang berkaitan dengan telekomunikasi. Ini ditandai dengan perkembangan internet, kemudian disusul dengan teknologi telepon seluler yang begitu cepat dan canggih sehingga setiap orang tertarik untuk memiliki. Sekarang ini setiap orang tidak hanya memiliki suatu produk karena fungsinya saja, tetapi juga rasa bangga dan pengakuan yang didapatkan dari memiliki produk tersebut.
Teknologi dalam telepon seluler merupakan salah satu daya tarik untuk menarik perhatian konsumen untuk membeli. Desain atau model unik serta teknologi yang digunakan seperti kamera, bunyi panggilan serta fasilitas yang dapat berinternet merupakan daya tarik untuk mempengaruhi perilaku konsumen. Seperti yang dilakukan oleh perusahaan telepon seluler NOKIA yang memiliki keunggulan dalam hal desain/model dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya seperti MOTOROLA, ERICCSON (kemudian merger dengan SONY menjadi SONY ERICCSON), SAMSUNG dan SIEMENS
Desain yang beda dan unik tetapi tidak lagi di monopoli oleh NOKIA tetapi perusahaan Korea Selatan SAMSUNG perusahaan ini sudah mulai memasuki pangsa pasar telepon seluler setelah perusahaan ini telah memasuki pangsa pasar komputer hingga mesin cuci. Desain SAMSUNG dikembangkan oleh peneliti-penelitinya dengan desain yang lebih canggih sehingga menghasilkan telepon seluler yang gaya dan lucu yang dikemas untuk golongan anak muda. Bahkan sekarang SAMSUNG mengembangkan desain ”generik” yang dapat menggambarkan identitas SAMSUNG sehingga konsumen melihat telepon seluler, mereka akan berkata ”oh, itu pasti SAMSUNG”
Perkembangan telepon seluler dengan teknologi informasi yang digunakan serta desain dan model telepon seluler, ditandai dengan peningkatan penjualan setiap tahunnya. Di mana tahun XXXX telepon seluler telah dilempar ke pasar sebesar 194,3 juta unit telepon seluler. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan sebesar 18,1 persen dibandingkan pada kuartal ketiga tahun XXXX dan naik 24 persen dari tahun XXXX.
Persaingan sangat ketat diantara telepon seluler dimana NOKIA meraih pangsa pasar telepon seluler sebesar 30 persen, kemudian MOTOROLA dengan pangsa pasar 16,4 persen, dimana mengirimkan 10 juta ponsel ke pasaran, dan produsen asal Korea Selatan SAMSUNG berusaha mengejar dengan 10,9 persen.
Tabel 1
Peringkat Telepon Seluler di Dunia
PERINGKAT TELEPON SELULER DUNIA
VENDOR PANGSA PASAR
Nokia
Motorola
Samsung
LG
Siemens
Lainnya 30 %
16,4 %
10,9 %
7,2 %
0,3 %
35,2 %
Total 100 %
Sumber : WWW. IDC.COM Tahun 2005
Peningkatan penjualan telepon seluler yang cukup pesat, dapat dilihat strategi pemasaran perusahaan-perusahaan telepon seluler dalam mengubah perilaku untuk membeli telepon seluler mereka. Salah satu dengan melakukan promosi dengan iklan. Karena menurut seorang biro iklan mengatakan bahwa pengaruh iklan terhadap peningkatan penjualan cukup besar, walaupun belum ada suatu riset yang mengatakan bahwa seberapa persen pengaruh iklan terhadap peningkatan penjualan.
Salah satu pemimpin pasar telepon seluler dunia NOKIA dalam strategi pemasarannya selain menggunakan iklan sebagai promosi, salah satunya yaitu dengan mengamati pola perilaku konsumen dan menarik konsumen atau memberikan kemudahan dan tawaran kepada konsumennya dengan membentuk suatu komunitas yang disebut CLUB NOKIA. Komunitas ini dijadikan sebagai senjata oleh NOKIA untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualannya, dimana sesama pengguna NOKIA dapat saling berinteraksi dan tentunya memperoleh sesuatu yang tidak bisa didapatkan oleh konsumen pengguna telepon seluler merek lain dan bisa juga menarik konsumen untuk memiliki telepon seluler NOKIA dengan informasi dari komunitas ini.
Perusahaan telepon seluler yang memasarkan produknya dengan persaingan yang semakin sulit, sudah seharusnya memperhatikan perilaku dari target konsumen seperti yang dilakukan NOKIA seperti, gaya hidup, tingkat harga, kualitas produk, model dan lain sebagainya. Yang penting bagaimana perusahaan bisa memposisikan produk mereka di mata konsumen dan harus bisa dibedakan dengan produk lain yang sejenisnya.
Dalam perkembangan konsep pemasaran mutakhir konsumen ditempatkan sebagai sentral perhatian bagi perusahaan. Adu dua alasan mengapa konsumen sebagai titik sentral perhatian pemasaran. Pertama, sebagai titik sentral konsumen, perusahaan juga harus mempelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen merupakan hal yang sangat penting. Untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen, maka aspek-aspek yang mempengaruhi konsumen secara individu seperti persepsi, cara memperoleh informasi, sikap, demografi, kepribadian dan gaya hidup konsumen perlu dianalisis. Selain juga dianalisis aspek lingkungan seperti budaya, kelas sosial, proses komunikasi, keluarga dll yang semuanya bisa mempengaruhi perilaku konsumen. Kedua, bagaimana perusahaan dapat mengomunikasikan produk kepada konsumen, sehingga konsumen mengetahui tentang produk tersebut.
Memahami perilaku konsumen harus selalu dilakukan sesuai dengan perkembangan teknologi informasi, tanpa kerangka yang jelas mereka tidak akan memberikan informasi yang akurat untuk membuat strategi pemasaran
Perusahaan dalam memasarkan produknya kepada konsumen dengan menggunakan stimulus-stilmulus pemasaran seperti iklan dan sejenisnya seperti promosi, hubungan masyarakat, publisitas, penjualan pribadi dan pemasaran langsung.
Iklan merupakan salah satu sarana untuk mempengaruhi massa juga merupakan alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumen, konsumen perlu mengetahui apa saja keunggulan produknya dengan produk yang lain.
Dalam proses mengomunikasikan produk ke pasar konsumen, sangat perlu diperhatikan oleh perusahaan yaitu slogan dan tema yang harus disampaikan seperti slogan iklan Nokia Connecting People. Persoalan ini penting karena berkaitan dengan perusahaan yang memposisikan produknya di mata konsumen.
Pembuatan iklan yang menggunakan slogan atau tema tertentu untuk mempersuasi konsumen. Pesan yang efektif dalam suatu iklan dan memberikan satu taraf ingatan terhadap nama produk atau merek. Jika seseorang mengatakan ”kesan pertama begitu menggoda” selanjutnya akan mengubah perilaku konsumen untuk membeli produk tersebut.
Perusahaan juga biasanya memasang tokoh yang berkompeten terhadap barang yang diiklankan seperti seorang artis. Misalnya seorang artis yang menjadi idola konsumen memakai produk yang diiklankan. Ketika iklan itu disampaikan kepada masyarakat atau konsumen, maka akan banyak konsumen langsung terpengaruh dan membeli produk itu dengan harapan produk yang dipakai oleh konsumen sama dengan tokoh atau artis yang menjadi idola konsumen.
Dalam pembuatan iklan, produsen bertindak sebagai sosok yang memiliki kekuatan yang luas biasa untuk menyuntikkan pesan-pesan yang terkadang penuh dengan tipuan dengan tujuan mendapatkan konsumen yang sebesar-banyaknya.
Pesan yang masuk ke dalam diri konsumen hanya menggunakan satu langkah yaitu dengan menggunakan media langsung ke konsumen. Iklan yang dipasang di media, baik media cetak atau elektronik akan dengan mudah membius konsumen, jika konsumen lengah maka akan mudah terkecoh oleh iklan yang dipasang, kemudian secara langsung mengubah perilakunya sesuai dengan yang diharapkan oleh pengiklan dan perusahaan.
Iklan sebagai bagian dari promotion mix telah menjadi bagian telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di dunia. Dimana sejak kita bangun tidur telah diterpa produk iklan. Iklan memang sudah menjadi hal yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Pesan yang disampaikan melalui media memiliki kekuatan yang maha besar untuk membentuk perilaku, pandangan atau tindakan dari khalayaknya. Maka tak jarang produk yang laku di pasaran adalah produk yang kemasan iklannya bagus, slogannya mudah diingat, model iklannya terkenal, berhasil mempersuasi penonton dan intesitas yang cukup tinggi, sehingga masyarakat secara tidak sadar menelan mentah-mentah isi dari iklan tersebut tanpa mempertimbangan terlebih dahulu.
Periklanan diakui atau tidak sekarang telah menjadi bagian dari sebuah sistem perekonomian. Karena perusahaan yang ingin mengiklankan produknya menggunakan biro iklan untuk membuat iklan dan media sebagai penyampai pesan iklan seperti surat kabar, televisi dan sebagainya. Sehingga semakin terbukanya pekerjaan yang lahir dari fenomena dari iklan.
Keberhasilan dari suatu perekonomian secara nasional banyak ditentukan oleh kegiatan-kegiatan periklanan seperti negara tetangga kita Singapura, dimana kegiatan periklanan dalam menunjang usaha penjualan yang menentukan kelangsungan hidup produksi pabrik-pabrik, terciptanya lapangan kerja, serta adanya hasil yang menguntungkan dari uang yang diinvestasikan.
Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan industri modern dan hanya bisa ditemukan di negara-negara maju atau negara yang tengah mengalami perkembangan ekonomi secara pesat. Kehidupan dunia modern kita saat ini sangat tergantung pada iklan, tanpa iklan produsen dan distributornya tidak akan dapat menjual barangnya, sedangkan disisi lain para pembeli tidak akan memiliki informasi yang memadai mengenai produk barang atau jasa yang tersedia di pasar. Jika itu terjadi maka dunia industri dan perkonomian modern pasti akan lumpuh. Jika sebuah perusahaan mempertahankan tingkat keuntungan, maka ia harus melangsungkan kegiatan-kegiatan periklanan secara memadai dan terus menerus.
Komunikasi periklanan di Indonesia belum lama berkembang, namun secara signifikan sistem tersebut telah memberikan pengaruh terhadap perekonomian nasional baik secara makro dan mikro.
Dalam tataran perekonomian secara makro keberadaan periklanan sangat penting bagi denyut perekonomian bangsa ini. Dengan adanya kegiatan komunikasi periklanan yang melibatkan dana sangat besar, periklanan ikut menggerakkan roda perekonomian. Dan secara bersamaan ia menjadi sistem tersendiri yang memiliki keterkaitan dan pengaruh terhadap sistem-sistem yang lain. Sedangkan dalam tataran mikro, iklan membantu kegiatan perusahaan khususnya dalam bidang pemasaran. Sedangkan dari segi konsumen, melalui iklan mereka mendapat informasi mengenai suatu produk.
Dari fenomena-fenomena di atas penjualan telepon seluler yang begitu pesat, maka penulis mencoba mengungkapkan pengaruh media massa terutama iklan media cetak yang mempengaruhi perilaku konsumen serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi dalam pembelian telepon seluler di X.

B. Rumusan Masalah.
1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli telepon seluler dengan memilih merek tertentu ?
2. Apakah iklan yang menggunakan media cetak (surat kabar dan majalah) efektif untuk mengubah perilaku konsumen dalam pembelian telepon seluler?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli telepon seluler dengan merek tertentu.
2. Untuk menganalisis iklan yang menggunakan media cetak (majalah dan surat kabar) untuk memgubah perilaku dalam pembelian telepon seluler.

D. Kegunaan Penelitian
1. Menambah pengetahuan dan wawasan kelimuan tentang media khususnya tentang iklan media cetak dan perilaku konsumen.
2. Untuk memperkaya khasanah penelitian yang ada serta dapat digunakan sebagai perbandingan penelitian berikutnya.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:54:00

Skripsi Tanggapan Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Pada Isi Berita Tentang Perusahaannya Dan Media Cetak Di Kota X

(Kode ILMU-KOM-0020) : Skripsi Tanggapan Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Pada Isi Berita Tentang Perusahaannya Dan Media Cetak Di Kota X

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan salah satu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia, mendasar karena setiap orang dalam kehidupanya selalu berkeinginan untuk mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Komunikasi berlangsung untuk menjalin hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
Ketika kegiataan komunikasi dilakukan dengan publiknya yang bertujuaan untuk memberikan informasi, media adalah sarana yang sangat dibutuhkan sekali agar pencapaian komunikasi dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan. Media yang digunakan bisa berupa media cetak atau bahkan media elektronik dalam menujang kegiataan komunikasinya, tetapi perusahaanpun harus mampu menentukan media mana yang bisa digunakan untuk menunjangnya. “secara efisien dan efektif, adakalanya penggunaan media massa pers, radio, televisi, tidak sesuai apalagi jika khalayak tersebut hanya terdiri dari kelompok kecil saja“ (Jefkins,1995:127).
Media lahir sebagai suatu sarana untuk menjembatani suatu pesan ketika kebutuhan akan informasi dirasakan semakin meningkat dan tidak lagi dapat diatasi dengan komunikasi antar personal. Informasi harus sampai pada khalayak secara cepat dan menyebar seluas-luasnya, hal ini yang melahirkan konsep media massa yang memiliki ciri-ciri komunikatornya terlembaga, bersifat satu arah, pesannya bersifat umum, menimbulkan kesepakatan dari komunikan heterogen. Sejak kebutuhan itu lahir mediapun hadir dengan berbagai jenis atas media massa elektronik dan media massa cetak.
Media cetak menampilkan berita-berita sesuai dengan tujuan penerbitnya sehingga memiliki khalayak pada pembaca sendiri. Surat kabar merupakan salah satu dari bentuk media massa cetak. Saat ini banyak surat kabar yang memiliki segmentasi khalayak tertentu dan diproduksi untuk tujuan komersil ataupun dibagikan secara cuma-cuma biasanya merupakan media internal pada suatu organisasi.
Kini terdapat kecenderungan bahwa perusahaan terutama pada perusahan-perusahan besar dan jumlah karyawan yang besar pula menyelenggarakan komunikasi internal melalui media penerbitan internal perusahaan. Kecenderungan ini didorong oleh semakin maraknya kajian mengenai pentingnya komunikasi di dalam organisasi, untuk menunjang pencapaiaan misi dan sasaran organisasi atau perusahaan bersangkutan. Aspek komunikasi internal dianggap membantu manajemen dalam proses pencapaiaan tujuan organisasi, anggota organisasi disampaikan melalui prosedur yang telah dibakukan dengan efektif dan lebih cepat dibandingkan dengan penyampaian informasi bermedia komunikasi antar personal.
Dengan demikian pentingnya penggunaan media internal dalam sebuah organisasi diharapkan mampu menjembatani komunikasi antar karyawan dengan atasan dan antar karyawan sendiri secara keseluruhan serta mampu merupakan media pemersatu seluruh karyawan. Media internal yang lajim dipergunakan untuk membantu proses ini biasanya berupa, guntingan berita atau kliping, majalah, bulletin, news latter dan lain-lain.
Media internal merupakan sebuah medium yang diharapkan mampu memberikan informasi kepada khalayaknya yaitu karyawan, guntingan berita merupakan sebuah media internal yang menjembatani saluran komunikasi dan informasi internal maupun eksternal PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Seperti halnya media internal pada organisasi-organisasi lain, guntingan berita berisikan berbagi informasi yang berhubungan dengan perusahaan, mulai dari berbagai peristiwa yang berhubungan dengan perusahan maupun kepegawaian sampai perkembangan terbaru di lingkungan internal perusahaan juga eksternal perusahaan yang dapat mempengaruhi perusahaan.
Isi dari guntingan berita diambil dari berbagi macam media cetak yang ada di X atupun di Jawa Barat kegiataan seperti Pikiran Rakyat, Kompas, Suara Karya, Pos Kota, Fajar Banten, Galamedia, Koran Tempo, Suara Pembaruan, Bisnis Indonesia, Metro, Rakyat Merdeka, Media Indonesia, Republika guntingan berita dilakukan oleh bagian humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten khususnya humas internal, ini dilakukan setiap hari kerja dengan subjek khusus mengenai berita atau artikel PT. PLN Group, surat pembaca dan wawancara internasional.
Adapun tujuan dari guntingan berita yang erat kaitanya dengan pendokumentasian adalah merupakan sebagai alat bantu, yang memiliki beberapa manfaat:
• Sebagai bahan informasi terkini yang dapat diedarkan kebagian lain yang dianggap mempunyai hubungan atau kepentingan masing-masing
• Sebagai bahan referensi tertentu sebagai alat atau informasi penunjang.
• Sebagai pedoman atau acuan untuk mengantifikasi langkah-langkah suatu kejadian atau event tertentu yang tengah dihadapi atau di masa mendatang. Untuk perbaikan dan pengembangan dari langkah-langkah program di masa-masa mendatang.
• Khusus kliping berperan sebagai sumber informasi dan data untuk memantau kegiatan pihak pesaing (Kompetitor)
• Dapat juga kliping sebagai tolok ukur tentang sejauh mana keberhasilan perstasi dan reputasi yang dicapai, mengenai persepsi, keluhan, dan hingga perolehan citra di mata masyarakatnya.
• Sebagai media komunikasi internal melalui kliping dan sebagainya.
• Kemudian kliping tersebut disimpan sebagai kegiatan dokumentasi perusahaan atau lembaga. (Ruslan, 2002:236)
Seperti pada umumnya fungsi media massa yaitu informatif dan edukatif media internal guntingan berita memuat berbagai macam berita yang ada di dalam, hal ini humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten secara rutin pada setiap penerbitanya selalu didokumentasikan dan dibuat ringkasaan tentang guntingan berita agar humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten setiap saat dapat melihat kembali tentang berita yang ada di media cetak.
Sebagai peristiwa penting yang terjadi di lingkungan PT. PLN di dokumentasikan secara khusus berbentuk buku semenarik mungkin guna mendapat respon positif dari khalayak khusunya karyawan, meskipun demikian berdasarkan praresearch yang dilakukan melalui wawancara singkat dengan beberapa karyawan bagian humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten ada kecenderungan bahwa sebagian dari mereka berpendapat bahwa berita yang disajikan tersebut kebanyakan kurang up to date, dan kadang-kadang kurang lengkap atau kata-kata lain masih kurang memenuhi syarat pemberitaan baik dengan lengkap unsur-unsur berita yaitu 5W+1H : Who, What, Why, When, Where, dan How
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Tanggapan Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Pada Isi Berita Tentang Perusahaannya Dari Media Cetak Di X ” adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Tanggapan Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Pada Isi Berita Tentang Perusahaannya Dari Media Cetak Di X ”

1.2 Identifikasi Masalah
1. Apa tanggapan humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten mengenai pemberitaan tentang perusahaannya dari media cetak di X ?
2 Apa tanggapan humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten mengenai penyajian berita tentang perusahaannya dari media cetak di X ?
3 Apa tanggapan humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten mengenai pemanfaatan guntingan berita tentang perusahaannya dari media cetak di X ?
4 Bagaimana Tanggapan humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten pada isi berita tentang perusahaannya dari media cetak di X ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini ialah melakukan kajian tentang Tanggapan Humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten pada isi berita tentang perusahaannya dari media cetak di X . Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui tanggapan humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten mengenai pemberitaan tentang perusahaannya dari media cetak di X
2. Untuk mengetahui tanggapan humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten mengenai penyajian berita tentang perusahaannya dari media cetak di X
3. Untuk mengetahui tanggapan humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten mengenai pemanfaatan guntingan berita tentang perusahaannya dari media cetak di X
4. Untuk mengetahui tanggapan humas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten pada isi berita tentang perusahaannya dari media cetak di X

1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat berguna bagi ilmu komunikasi khususnya humas, selain itu pula dapat menjadi acuan dan dapat memperdalam teori-teori mengenai informasi yang berhubungan dengan studi komunikasi.
1.4.2 Secara Praktis
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pada berita khususnya mengenai pengolahan Informasi.
2. Bagi perusahaan, dapat menjadi masukan yang bermanfaat untuk terus menyempurnakan penggolahan Informasi yang menjadi kebutuhan publik internal pada isi berita.

1.5 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengacu pada model teori Weick mengenai pengorganisasian yang dikemukakan oleh Dedi Mulyana dalam bukunya komunikasi organisasi. eori Weick ini tertanam dalam teori sistem tetapi itu hanya suatu aspek teoritis dalam model tersebut secara keseluruhan. Kreps (1986) menerangkan model ini berdasarkan teori “evolusioner sosiokultural”, teori informasi dan teori sistem, walaupun teori ini mewakili suatu teori sistem, pelaku model tersebut amat berbeda karena proses-proses insani lebih diutamakan. Tujuan dari teori ini adalah menggambarkan aspek-aspek subjektif teori Weick ini membahas beberapa implikasi bagi komunikasi organisasi. (Mulyana,2000:78)
Rumusan Weick menyatakan bahwa struktur ditandai oleh prilaku pengorganisasian. Komunikasi tidak mencerminkan proses-proses penting tetapi komunikasinya merupakan proses penting yaitu proses penghasil struktur.
Manusia terlibat dalam suatu proses berkesinambungan antara interaksi dan pertukaran dengan konteks mereka baik itu yang menerima, menafsirkan dan bertindak berdasarkan informasi yang di terima, dan dengan demikian menciptakan suatu pola yang baru. Informasi yang mempengaruhi perubahan-perubahan dalam bidang tersebut secara keseluruhan, hubungan antara individu dan konteks secara konseptual berubah sebagai hasil pertukaran ini
Di dalam istilah informasi tersirat adanya konsep arus pesan (informasi) yang mengalir dari satu orang atau pihak (sumber) kepada orang atau pihak lain dan sebaliknya baik berupa arus yang mengalir atau beredar didalam suatu organisasi ataupun diluar organisasi yang bersangkutan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:53:00

Tesis Analisis Koneksitas Komunikasi Organisasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare Terhadap Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Hinterla

(Kode ILMU-KOM-0021) : Tesis Analisis Koneksitas Komunikasi Organisasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare Terhadap Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Hinterland

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperhatikan tantangan perkembangan global (Tap. MPR No. IV/MPR/1999).
Dalam mengimplementasikan pembangunan nasional senantiasa mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, serta kokoh, baik kekuatan moral maupun etika bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan tujuan nasional, sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu :
Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Pernyataan di atas merupakan cerminan bahwa pada dasarnya tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang sejahtera, lahiriah maupun batiniah. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia merupakan pembangunan yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Agar pembangunan yang dilaksanakan lebih terarah dan memberikan hasil dan daya guna yang efektif bagi kehidupan seluruh bangsa Indonesia maka pembangunan yang dilaksanakan mengacu pada perencanaan yang terprogram secara bertahap dengan memperhatikan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah merancang suatu perencanaan pembangunan yang tersusun dalam suatu Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun), dan mulai Repelita VII diuraikan dalam suatu Repeta (Rencana Pembangunan Tahunan), yang memuat uraian kebijakan secara rinci dan terukur tentang beberapa Propenas (Program Pembangunan Nasional). Rancangan APBN tahun 2001 adalah Repeta pertama dari pelaksanaan Propenas yang merupakan penjabaran GBHN 1999-2004, di samping merupakan tahun pertama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.
Sejak repelita pertama (tahun 1969) hingga repelita sekarang (tahun1999) telah terealisasi beberapa program pembangunan yang hasilnya telah menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya. Meskipun realisasi pembangunan telah menyentuh dan dinikmati oleh hampir seluruh masyarakat, namun tidak berarti terjadi secara demokratis. Dengan kata lain, hasil-hasil pembangunan tersebut belum mampu menjangkau pemerataan kehidupan seluruh masyarakat. Masih banyak terjadi ketimpangan atau kesenjangan pembangunan maupun hasil-hasilnya, baik antara pusat dan daerah atau dalam lingkup yang luas adalah kesenjangan antara Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Kawasan Barat Indonesia (KBI), khususnya pada sektor ekonomi. Salah satu kesenjangan di sektor ekonomi tersebut diantaranya adalah tidak meratanya kekuatan ekonomi di setiap wilayah, seperti tidak meratanya tingkat pendapatan (per kapita) penduduk, tingkat kemiskinan dan kemakmuran, mekanisme pasar dan lain-lain.
Dampak dari kesenjangan tersebut telah menimbulkan beberapa gejolak dalam bentuk tuntutan adanya pemerataan pembangunan maupun hasil-hasilnya, dari dan untuk setiap wilayah di Indonesia. Untuk mengurangi bahkan menghilangkan kesenjangan tersebut pemerintah telah menempuh beberapa kebijaksanaan pembangunan diantaranya dengan memberlakukan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang pada prinsipnya merupakan pelimpahan wewenang pusat ke daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
Khusus pada pengembangan Kawasan Timur Indonesia, pemerintah telah menempuh pula suatu kebijaksanaan pembangunan sektor ekonomi untuk setiap kawasan andalan di setiap propinsi KTI, yakni melalui Keppres Nomor 8 tahun 1996 dengan menetapkan 13 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). Aktualisasi dari pelaksanaan Keppres tersebut adalah dengan pembentukan suatu lembaga khusus Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI), dan lembaga ini telah menetapkan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) untuk wilayah andalan Propinsi Sulawesi Selatan, yakni Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) X yang meliputi lima wilayah, yakni Kotamadya X, Kabupaten Barru, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidrap, dan Kabupaten Enrekang. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) X berpusat di Kotamadya X.
Pertimbangan utama pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) X adalah dalam rangka memacu dan meningkatkan kegiatan pembangunan, khususnya pada sektor ekonomi bagi daerah hinterland (sekitarnya) kelima Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) X tersebut dengan memberikan peluang bagi para investor, baik investor asing maupun investor luar negeri untuk berperan aktif secara lebih luas di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal ini ditegaskan dalam Keppres Nomor 164 Tahun 1998 tentang Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) X, sebagai berikut:
Bahwa dalam upaya memacu dan meningkatkan kegiatan pembangunan serta dalam rangka memberikan peluang kepada dunia usaha untuk berperan serta secara lebih luas di Kawasan timur Indonesia, khususnya Propinsi Sulawesi Selatan dipandang perlu menetapkan beberapa wilayah tertentu sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu yang berpusat di Kotamadya X.
Dengan demikian pembentukan KAPET X tersebut merupakan salah satu wujud nyata tindakan antisipatif pemerintah dalam rangka memasuki dan menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan yang ketat dan semakin kompetitif.
Bila ditinjau dari pembentukannya, KAPET X hadir satu tahun lebih dahulu dibanding pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, dan bagi KTI, khususnya Propinsi Sulawesi Selatan, kehadiran KAPET X memiliki arti yang lebih penting karena sifatnya yang lebih “khusus” dan “focus” terhadap upaya memacu dan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Namun di lain pihak pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 diharapkan dapat berperan sebagai instrumen pendukung operasional kinerja dan visi KAPET X sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi, yaitu terwujudnya wilayah KAPET X sebagai kawasan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat menggerakkan perekonomian wilayah melalui percepatan pembangunan ekonomi yang didasarkan atas potensi sektor/komoditas unggulan serta keterkaitan antar wilayah yang berbasis kemandirian lokal.
Sejak kehadirannya, kinerja KAPET X telah melakukan upaya-upaya pendayagunaan potensi daerah, namun sampai saat ini pertumbuhan ekonomi belum mampu mencapai angka optimal. Menurut penulis, hal tersebut disamping disebabkan oleh keterbatasan kemampuan daerah itu sendiri, khususnya dalam hal working capital (permodalan kerja), disebabkan pula oleh kurang terjalinnya komunikasi atau hubungan kerja organisasi antar kelima wilayah KAPET X tersebut.
Hal tersebut menunjukkan bahwa konsekuensi dari upaya percepatan pembangunan ekonomi kawasan tersebut diperlukan adanya working interaction (interaksi kerja) dalam konteks working connection (hubungan kerja) organisasi yang terkoordinasi secara terbuka dan profesional antar kelima wilayah KAPET X tersebut, diantaranya dalam bentuk interconnection (koneksitas) kebijakan-kebijakan organisasi, seperti koordinasi, sosialisasi, sinergis, dan evaluasi pelaksanaan program maupun hasilnya bagi kelima wilayah KAPET X tersebut.
Dengan terjalinnya interconnection (koneksitas) antar kelima wilayah KAPET X dalam bentuk interaksi komunikasi organisasi dalam kapasitasnya sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi diharapkan dapat memperlancar pelaksanaan percepatan pembangunan ekonomi secara terpadu, efektif dan efisien di setiap daerah hinterlandnya.
Dalam penelitian ini, penulis membatasi diri pada koneksitas dalam konteks komunikasi organisasi antar kelima wilayah KAPET X tersebut, yang berkaitan dengan usaha-usaha yang mengarah pada percepatan pembangunan ekonomi untuk setiap daerah-daerah hinterlandnya dalam Propinsi Sulawesi Selatan.
Berangkat dari pemikiran di atas, maka penulis berusaha mengkaji lebih cermat tentang koneksitas antar kelima wilayah KAPET X tersebut dalam kaitannya dengan usaha percepatan pembangunan ekonomi masing-masing daerah hinterlandnya serta faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya, dengan melakukan penelitian yang berjudul:
Analisis Koneksitas Komunikasi Organisasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu X terhadap Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Hinterland.

Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi, sebagaimana yang dikemukakan pada latar belakang masalah, maka melahirkan beberapa butir permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana koneksitas komunikasi organisasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) X ?
2. Bagaimana percepatan pembangunan ekonomi daerah hinterland Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) X ?
3. Sejauh mana pengaruh dan hubungan koneksitas komunikasi organisasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) X terhadap percepatan pembangunan ekonomi daerah hinterlandnya ?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji koneksitas komunikasi organisasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Kerpadu (KAPET) X.
2. Untuk mengkaji percepatan pembangunan ekonomi daerah hinterland Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) X.
3. Untuk mengkaji pengaruh dan hubungan koneksitas komunikasi organisasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) X terhadap percepatan pembangunan ekonomi daerah hinterlandnya.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Teoritis.
a. Sebagai pengayaan dalam menunjang pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang komunikasi organisasi dan kaitannya dengan pembangunan ekonomi.
b. Sebagai sumbangsih informasi dan instrumen rujukan ilmiah bagi pihak-pihak berkepentingan, khususnya insan akademisi yang ingin atau sedang melakukan penelitian/pengkajian tentang masalah yang serupa dengan penelitian ini.
2. Praktis
a. Sebagai sumbangsih informasi dan pemikiran bagi para pengambil kebijakan/keputusan, khususnya bagi para Pimpinan/Badan Pengelola (BP) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) X dalam rangka meningkatkan koneksitas dan kinerja para karyawannya.
b. Sebagai sumbangsih informasi dan perbandingan bagi pemerintah propinsi Sulawesi Selatan maupun pemerintah daerah masing-masing wilayah KAPET X dalam mengevaluasi dan mengantisipasi beberapa kendala perencanaan, program dan pelaksanaan kinerja KAPET X sehingga tercipta iklim kerja yang kondusif
dan dapat menunjang percepatan pembangunan ekonomi untuk setiap daerah hinterland kelima wilayah KAPET X.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:53:00