(Kode EKONMANJ-0016) : Skripsi Pengaruh Pengendalian Internal Dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Pada Perusahaan Ritel Di Kota X
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Di USA kecurangan akuntansi telah berkembang secara luas. Spathis (XXXX) menjelaskan bahwa di USA kecurangan akuntansi menimbulkan kerugian yang sangat besar di hampir seluruh industri. Kerugian dari kecurangan akuntansi di pasar modal adalah menurunnya akuntabilitas manajemen dan membuat para pemegang saham meningkatkan biaya monitoring terhadap manajemen. Pada umumnya kecurangan akuntansi berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim dilakukan diantaranya adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Tindakan ini merupakan bentuk kecurangan akuntansi.
Indonesia termasuk negara dengan peringkat korupsi tertinggi di dunia (Transparancy International, XXXX). Di Indonesia, kecurangan akuntansi dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa bank, diajukannya manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan, kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi di komisi penyelenggara pemilu, dan DPRD. Meski kecurangan akuntansi diduga sudah menahun, namun di Indoonesia belum terdapat kajian teoritis dan empiris secara komprehensif. Oleh karenanya fenomena ini tidak cukup hanya dikaji oleh ilmu akuntansi, tetapi perlu malibatkan disiplin ilmu yang lain.
Keinginan yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi.
Menurut Shivdasani seperti yang dikutip oleh Wilopo (XXXX) menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan permasalahan kecurangan akuntansi dengan memberi kompensasi yang sesuai kepada agen, serta mengeluarkan biaya monitoring. Untuk mendapatkan hasil monitoring yang baik, diperlukan pengendalian internal perusahaan yang efektif.
Ikatan Akuntan Indonesia seperti yang dikutip oleh Wilopo (XXXX) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai :
1. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan
2. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu diantara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Dari perspektif kriminal, kecurangan akuntansi dikategorikan sebagai kejahatan kerah putih (white-collar crime). Kejahatan kerah putih dalam dunia usaha diantaranya berbentuk salah saji atas laporan keuangan, manipulasi di pasar modal, penyuapan komersial, penyuapan dan penerimaan suap oleh pejabat publik secara langsung atau tidak langsung, kecurangan atas pajak, serta kebangkrutan..
Menurut Abbot et al seperti yang dikutip oleh Wilopo (XXXX) menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi.
Jika suatu sisitem pengendalian internal lemah maka akan mengakibatkan kekayaan perusahaan tidak terjamin keamananya, informasi akuntansi yang ada tidak teliti dan tidak dapat dipercaya, tidak efisien dan efektifnya kegiatan-kegiatan operasional perusahaan serta tidak dapat dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang ditetapkan. Dengan adanya pengendalian wewenang oleh pemilik kepada pengelola, maka fungsi pengendalian semakin bertambah penting. Hal ini untuk menentukan apakah tugas dan wewenang yang didelegasikan telah dilaksankan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Proses pengendalian intern tersebut dilakukan oleh pihak manajemen yang bertanggung jawab untuk melindungi dan mangamankan harta perusahaan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggali pesepsi para manajer supermarket dan karyawan bagian keuangan pada perusahaan ritel di kota X, kota X dan kota X untuk mengetahui kecenderungan kecurangan akuntansi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor ini terdiri dari pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis memberi judul penelitian ini Pengaruh Pengendalian Internal dan Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecandrungan Kecurangan Akuntansi pada Perusahaan Ritel di kota X, kota X dan kota X.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?
2. bagaimana pengaruh kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini objek yang digunakan dibatasi pada:
1. Perusahaan-perusahaan ritel yang mempunyai nilai modal dan kekayaan bersih perusahaan seluruhnya tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha sebesar Rp 200.000.000,-
2. Perusahan-perusahaan ritel yang telah menjalankan kegiatan usahanya lebih dari satu tahun, dan
3. Telah mendaftarkan kembali perusahaannya di Departemen Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
1.5 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut :
1. Dapat memberikan informasi kepada manajer dalam melihat pengaruh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan ritel di kota X, kota X dan kota X.
2. Dapat menerapkan teori dalam praktek mengenai pengaruh pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
3. Bagi pihak lain, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.6 Tinjauan Pustaka
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (XXXX) dengan judul analisa factor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (studi pada prusahaan publik dan Badan Usaha Milik Nagara) menunjukkan bahwa pengendalian internal yang efektif memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Data penelitian diolah dengan menggunakan analisis AMOS 4. pengukuran variabel menggunakan skala likert 1-5 dengan lima item pertanyaan. Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan terbuka dan BUMN di Indonesia. Data penelitian diolah dengan menggunakan analisis AMOS 4, pengukuran variabel menggunakan skala likert 1-5 dengan enam item pertanyaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel dependen dan independen yang digunakan dimana pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi sebagai variabel dependen dan kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai variabel independen, dan juga persamaan dari penelitian ini terdapat dalam penggunaan data kuisioner yang dikembangkan oleh peneliti dari IAI dan Gibson. Perbedaannya terdapat pada objek yang diteliti yaitu perusahaan ritel di X.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurbaya (XXXX) dengan judul pengaruh kompensasi terhadap tingkat produktivitas pegawai (studi kasus pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota bandung) menunjukkan bahwa kompensasi memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat produktivitas pegawai. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh dari laporan keuangan PDAM dari periode tahun XXXX sampai dengan tahun XXXX. selanjutnya data dioleh dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dan korelasi. Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, kemudian ditarik kesimpulan dari hipotesis yang diajukan dengan menggunakan uji t. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel dependen yaitu kompensasi. Perbedaannya terdapat pada objek penelitian yaitu pada perusahaan ritel di X.
1.7 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka didapat hipotesis awal sebagai berikut:
H1 : diduga Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
H2 : diduga Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
H3 : diduga Pengendalian Internal dan Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
Home » All posts
Skripsi Pengaruh Pengendalian Internal Dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Pada Perusahaan Ritel Di Kota X
Skripsi Pengaruh Implementasi Relationship Marketing Terhadap Customer Loyalty Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang X Di Kota X
(Kode EKONMANJ-0014) : Skripsi Pengaruh Implementasi Relationship Marketing Terhadap Customer Loyalty Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang X Di Kota X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perubahan dalam dunia usaha yang semakin cepat mengharuskan perusahaan untuk merespon perubahan yang terjadi, problem sentral yang dihadapi perusahaan-perusahaan saat ini adalah bagaimana perusahaan tersebut menarik pelanggan dan mempertahankanya agar perusahaan tersebut dapat bertahan dan berkembang, tujuan tersebut akan tercapai jika perusahaan melakukan proses pemasaran.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi dalam pemasaran modern seperti ini paragdima pemasaran telah bergeser, tidak hanya menciptakan transakasi untuk mencapai keberhasilan pemasaran tetapi perusahaan juga harus menjalin hubungan dengan pelanggan dalam waktu yang panjang. Paragdima tersebut disebut relationship marketing dasar pemikiran dalam praktek pemasaran ini adalah, membina hubungan yang lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan (Chan S, XXXX).
Relationship marketing mampu memperdayakan kekuatan keinginan pelanggan dengan tekanan teknologi informasi untuk memberikan kepuasan pada pelanggan. Cakupannya meliputi tuntutan manajemen mutu terpadu secara global untuk menghadapi kebutuhan bisnis pelanggan dengan lebih agresif. Strategi bisnis difokuskan pada kelanggengan dan pemuasan pelanggan serta bekerja untuk mengantisipasi kebutuhan serta penyesuaian hasil produk.
Salah satu indikator yang cukup handal untuk kelangsungan hidup dan keuntungan dari suatu proses bisnis adalah kelanjutan dari kepuasan pelanggan. Diperkirakan untuk menarik satu pelanggan baru diperlukan biaya mulai dari lima sampai lima belas kali, dibandingkan dengan menjaga hubungan dengan satu pelanggan lama.
Pada dasarnya relationship marketing adalah hubungan dan ikatan jangka panjang antara produsen, konsumen dan pemasok serta pelaku lainnya. Esensi relationship marketing paling tidak menyangkut hubungan yang langgeng dan pertukaran yang terus menerus dan dituntut untuk saling kepercayaan dan ketergantungan. Sehingga dalam konsep relationship marketing, pemasar sangat menekankan pentingnya hubungan baik jangka panjang dengan konsumen dan infrastruktur pemasaran, yang dapat menciptakan kesadaran dalam bentuk hubungan dan komitmen yang menyeluruh.
Relationship marketing diartikan sebagai menarik, memelihara dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan (Berry, 1995 dalam Wibowo S, XXXX). Relationship marketing lebih merupakan pendekatan bersifat jangka panjang, dimana hal ini berbeda dengan pendekatan pemasaran transaksional yang lebih berorientasi jangka pendek. Tujuan dari pemasaran transaksional adalah untuk mendapatkan pelanggan semata, sedangkan tujuan dari relationship marketing adalah untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan.
Relationship marketing biasanya lebih sering digunakan dalam perusahaan jasa, sedangkan pemasaran transaksional lebih aplikatif dan sesuai untuk pemasaran bagi perusahaan yang menghasilkan produk manufaktur (Gronroos, 1995 dalam Wibowo S, XXXX). Penelitian ini memfokuskan pada implementasi proses relationship marketing pada perusahaan perbankan, karena perbankan merupakan salah satu penyedia jasa yang menerapkan adanya keramahtamahan dalam hubungan dengan konsumen.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Wibowo S, (XXXX). Model penelitian yang dilakukan adalah Model Effective relationship marketing dari Evans dan Laskin (1994) yang terdiri dari relationship marketing inputs yang mencakup Understanding Customer Expectation (UCE), Building Service Partnership (BSP), Total Quality Management (TQM), Empowering Employees (EE), dan Relationship marketing outcomes yang mencakup Customer Satisfaction (CS), Customer Loyalty (CL), Quality of Product (QP), Increased Profitability (IP).
Alasan yang mendasari topik penelitian ini adalah bahwa setiap perusahaan jasa dalam mempertahankan konsumenya, perusahaan harus mampu menjalin hubungan yang baik. Relationship marketing merupakan strategi yang dapat diimplementasikan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Dan penelitian yang berkaitan dengan relationship marketing pada perusahaan perbankan belum banyak dilakukan. Penelitian ini memfokuskan pada implementasi proses relationship marketing pada suatu perusahaan jasa Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang X di X.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa dimana pelanggannya memiliki kebutuhan jangka panjang (long time horirizon), dengan kondisi tersebut Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini menyadari pentingnya konsep relationship marketing. Hal tersebut diwujudkanya dengan menerapkan relationship marketing pada Bank Rakyat Indonesia (BRI). Konsep ini mengharapkan adanya inovasi dan peningkatan fasilitas agar dapat menciptakan loyalitas konsumen terhadap Bank Rakyat Indonesia (BRI) sehingga tercipta hubungan jangka panjang yang harmonis antara perusahaan dan konsumen.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu perusahaan yang bekerja dalam bidang profit atau sifatnya mencari keuntungan. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah perbankan yang mempunyai cabang maupun unit di hampir seluruh pelosok Indonesia. Relationship Marketing di Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang X di X menarik diteliti karena bank ini adalah cabang yang tidak mempunyai unit, sehingga bank ini hanya memfokuskan pada keuntungan atau menjaga agar nasabah tetap dipuaskan dengan pelayanan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dalam proses pemasaran di Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang X, benar-benar melibatkan nasabah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Implementasi Relationship Marketing Terhadap Customer Loyalty (Studi Kasus pada Bank Rakyat Indonesia Cabang X di X)”.
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam objek yang diteliti dengan tetap mempertahankan keutuhan dari objek, sehingga data yang dikumpulkan bisa dipelajari sebagai keseluruhan yang berintegrasi, maka perlu diberikan batasan masalah sebagai berikut :
Relationship marketing input dalam penelitian ini adalah understanding customer expectation, building service partnership, total quality management dan empowering employees, sedangkan relationship marketing outcomes dalam penelitian ini dibatasi pada customer loyalty.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, peneliti mencoba mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah Understanding Customer Expectation, Building Service Partnership, Total Quality Management dan Empowering Employees berpengaruh signifikan terhadap Customer Loyalty pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang X di X?
2. Apakah Understanding Customer Expectation, Building Service Partnership, Total Quality Management dan Empowering Employees secara serentak berpengaruh signifikan terhadap Customer Loyalty pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang X di X?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji pengaruh dari Understanding Customer Expectation, Building Service Partnership, Total Quality Management dan Empowering Employees terhadap Customer Loyalty pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang X di X.
2. Untuk menguji pengaruh dari Understanding Customer Expectation, Building Service Partnership, Total Quality Management dan Empowering Employees secara serentak terhadap Customer Loyalty pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang X di X.
E. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dari terlaksananya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk menerapkan ilmu yang telah di dapat dibangku kuliah ke dunia usaha yang sebenarnya.
2. Bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan upaya membangun hubungan baik dengan konsumen dan referensi bagi pengembangan riset dikemudian hari.
Skripsi Pengaruh Pemberian Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Guru Di SMK X Di Kota X
(Kode EKONMANJ-0015) : Skripsi Pengaruh Pemberian Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Guru Di SMK X Di Kota X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prestasi kerja pengajar dari suatu lembaga pendidikan, selalu menekankan pelaksanaan tugas pengajar, sedangkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan adalah bagian dari pekerjaan atau posisi dalam lembaga pendidikan.
Para pimpinan lembaga pendidikan secara rutin menilai keefektifan individu melalui proses evaluasi prestasi kerja, evaluasi prestasi kerja ini menjadi dasar untuk kenaikan gaji, promosi, insentif, kompensasi dan jenis imbalan lain yang diberikan lembaga bimbingan belajar itu.
Menurut situasi yang lazim setiap individu bekerja dalam kelompok unit kerja, dalam beberapa hal keefektifan kelompok adalah jumlah sumbangan dari seluruh anggautanya, dalam hal lain keefektifan kelompok unit kerja melebihi jumlah sumbangan individual. Karena organisasi terdiri dari individu dan kelompok unit kerja, keefektifan organisasi adalah fungsi dari keefektifan individu dan kelompok unit kerja, walaupun demikian keefektifan organisasi melebihi jumlah keefektifan individu dan kelompok unit kerja.
Lembaga pendidikan dapat memperoleh tingkat prestasi kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah prestasi kerja masing-masing bagian individu dan kelompok unit kerja. Lembaga bimbingan belajar sebagai alat untuk mengerjakan pekerjaan dapat menyelesaikan pekerjaan lebih baik dari usaha individu manapun.
Prestasi kerja suatu lembaga pendidikan menunjukkan bahwa keefektifan kelompok unit kerja tergantung pada keefektifan individu dan keefektifan organisasi tergantung pada keefektifan kelompok unit kerja. Hubungan yang pasti antara ketiga perspektif itu bervariasi tergantung pada berbagai faktor seperti macam organisasi lembaga pendidikan, pekerjaan yang dilakukan dan penggunaan teknologi dalam melakukan pekerjaan tersebut.
Prestasi kerja individu menjadi bagian dari prestasi kerja kelompok unit kerja, yang pada gilirannya menjadi bagian dari prestasi kerja organisasi lembaga pendidikan. Di dalam lembaga pendidikan yang efektif, manajemen membantu prestasi kerja secara keseluruhan, yaitu suatu keseluruhan yang lebih besar dari sekedar penjumlahan kelompok-kelompok unit kerja. Tidak ada suatu ukuran atau kriteria yang memadai, yang dapat mencerminkan prestasi kerja lembaga pendidikan.
Prestasi kerja lembaga pendidikan harus dilihat dalam hubungan ukuran berganda di dalam suatu kerangka. Tetapi ketidak efektifan prestasi kerja sesuatu tingkatan organisasi lembaga pendidikan merupakan pertanda bagi manajemen untuk mengambil tindakan korektif. Semua tindakan korektif manajemen akan berpusat pada elemen perilaku organisasi lembaga pendidikan, struktur, dan proses.
Jadi keefektifan kelompok unit kerja lebih besar dibandingkan dengan jumlah keefektifan individual karena perolehan terwujud melalui usaha gabungan individual dan kelompok unit kerja. Tugas manajemen adalah mengindentifikasi sebab-sebab keefektifan organisasi lembaga pendidikan, kelompok unit kerja dan individu.
Prestasi kerja organisasi lembaga pendidikan mencerminkan kemampuan organisasi untuk menghasilkan jumlah dan kualitas keluaran yang dibutuhkan lingkungan. Ukuran prestasi kerja organisasi lembaga pendidikan berhubungan secara langsung dengan keluaran yang diterima oleh organisasi bersangkutan.
Salah satu dorongan seseorang mengejar prestasi kerja pada suatu organisasi lembaga pendidikan adalah adanya kompensasi, sudah menjadi sifat dasar dari manusia pada umumnya untuk menjadi lebih baik, lebih maju dari posisi yang dipunyai pada saat ini. Para pengajar juga mulai memikirkan bahwa kerja bukanlah hanya sekedar untuk memperoleh pendapatan, tetapi juga memikirkan untuk menyatakan dirinya (Self Actualization), karena itulah mereka menginginkan suatu dorong an dalam hidupnya.
Dengan meningkatnya kemajuan teknologi mengakibatkan semakin berkembangnya pemahaman manusia tentang pentingnya aspek sumber daya manusia dalam suatu organisasi lembaga pendidikan. Bagaimanapun tingginya teknologi tanpa didukung oleh manusia sebagai pelaksana operasionalnya, tidak akan mampu menghasilkan suatu output yang sesuai dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Betapapun modernnya mesin-mesin yang digunakan, unsur manusia masih akan tetap memegang peranan yang sangat menentukan. Oleh karena itu pemahaman dan pengembangan sumber daya manusia didalam suatu organisasi lembaga pendidikan menjadi sangat penting.
Dalam kehidupan modern dewasa ini, faktor manusia sangatlah diutamakan dengan menitikberatkan secara mendasar pada pengukuran hasil nyata yang mampu dicapai oleh seorang tenaga kerja yang terlibat dalam proses penentuan sasaran.
Prestasi kerja didalam organisasi lembaga pendidikan diukur dari mampu tidaknya mewujudkan sasaran yang telah diterapkan sebelumnya dan bila mampu jauh hasil nyatanya dibandingkan dengan sasaran tersebut. Ketidak jelasan dalam menetapkan sasaran, akan mengakibatkan tenaga kerja tidak dapat mengevaluasi dan tidak mengetahui sampai sejauh mana prestasi kerja yang telah dicapainya.
Sejalan dengan uraian tersebut diatas maka penulis mengangkat judul "PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP PRESTASI KERJA GURU DI SMK X".
B. Perumusan Masalah
Adapun dalam kesempatan ini, penulis mengklasifikasikan beberapa masalah yang ada kaitannya dengan judul skripsi antara lain :
1. Bagaimana pemberian kompensasi di SMK X?
2. Bagaimana prestasi kerja guru di SMK X?
3. Bagaimana pengaruh pemberian kompensasi terhadap prestasi kerja guru di SMK X?
C. Tujuan Penulisan Skripsi
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pemberian kompensasi di SMK X.
2. Untuk mengetahui prestasi kerja guru di SMK X.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompensasi terhadap prestasi kerja guru di SMK X.
D. Hipotesis
Penulis mengemukakan hipotesis bahwa jika pemberian kompensasi dilaksanakan dengan baik akan mempunyai hubungan positif dengan prestasi kerja guru di SMK X.
Uji hipotesisnya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
t : Distribusi student (t student)
n : Jumlah sampel
r : Kekuatan Korelasi
Dengan derajat bebas sebesar n-2
Adapun rumus korelasi adalah sebagai berikut :
x =Variabel bebas (independent)
y = Variabel tidak bebas (dependent)
E. Metodologi Penulisan Skripsi
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah pada Sekolah Menengah Kejuruan X 2 di Jl. Dr. Sumeru No. 42 X. Adapun proses penelitian dilaksanakan dari bulan Mei XXXX sampai dengan Juli XXXX.
2. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
a. Riset Kepustakaan (Library Research)
Riset kepustakaan adalah pengumpulan data dengan membaca literatur-literatur kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas.
b. Riset Lapangan (Field Research)
Riset lapangan dilakukan dengan cara mengadakan penelitian di lapangan dengan cara sebagai berikut :
1) Observasi, dimana penulis mengadakan pengamatan langsung pada Sekolah Menengah Kejuruan X 2.
2) Wawancara, dimana penulis melakukan kegiatan tanya jawab kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pengumpulan data tersebut.
3) Angket, dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk dibagikan atau disebarkan kepada guru secara langsung.
3. Jenis Data
Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, observasi, dan angket. Sementara data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan melakukan riset kepustakaan dengan cara mencari dan mengumpulkan berbagai buku dan literatur yang mempunyai hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
4. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah analisis yang mempergunakan alat analisis berupa angka-angka, dengan menggunakan metode-metode statistik. Di dalam penelitian ini analisis statistik dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product And Service Solutions) Versi 11.00 for Windows. Dari penggunaan program SPSS ini akan didapat suatu informasi diantaranya adalah Mean, Standard Deviation, Correlations, Model Summary, F test, t test, dan persamaan regresi.
b. Analisis Kualitatif
Tahap analisis data merupakan tahap akhir dari metodologi statistik, sebelum penarikan kesimpulan. Pada tahap itu, diinterprestasikan hasil dari tahap-tahap sebelumnya. Setelah itu, dibuat kesimpulan yang merupakan titik akhir suatu permasalahan, berupa keputusan atau rencana yang menjadi jawaban terbaik dari permasalahan tersebut.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, hipotesis, metodologi penulisan skripsi, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas mengenai pengertian kompensasi, tujuan pemberian kompensasi, metode pemberian kompensasi, pengertian tunjangan, jenis-jenis tunjangan, pengertian prestasi kerja, penilaian prestasi kerja, faktor-faktor yang mempenaruh prestasi kerja, dan hubungan pemberian kompensai terhadap prestasi kerja.
BAB III GAMBARAN UMUM SMK X
Pada bab ini membahas tentang sejarah singkat SMK X, analisis SWOT SMK X, struktur organisasi, visi, misi dan tujuan SMK X, dan aspek sumber daya manusia,
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan penyajian data penelitian, dan analisis dan interpretasi data.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran-saran yang bermanfaat bagi SMK X.
Skripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Kuasi Di Indonesia
(Kode EKONMANJ-0012) : Skripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Kuasi Di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu studi yang masih menimbulkan kontroversi hingga saat ini, khususnya dibidang moneter, adalah tentang permintaan uang. Kontroversi tersebut berawal dari dua kutub utama dalam permintaan uang, yaitu mashab keynes dan mashab monetaris. Kunci utama pemikiran keynes terletak pada suku bunga sedangkan mashab monetaris mengacu pada stok uang. Perdebatan kedua mashab tersebut tidak terbatas pada perdebatan teoritis, namun juga merambat pada perdebatan empiris.
Dengan makin berkembangnya teknologi, aktifitas ekonomi, perbankan dan lembaga keuangan menjadi semakin maju. Derajad kepekaan (responsiveness) variabel–variabel moneter, khususnya suku bunga domestik, menjadi semakin tinggi terhadap perubahan variabel moneter internasional. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pembatas antara ekonomi domestik dengan ekonomi intenasional menjadi semakin luntur. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, membuat para pelaku ekonomi menjadi semakin cerdas dalam mengurai informasi ekonomi yang diterimanya.
Masih terkait dengan kemajuan teknologi, perkembangan analisispun juga terbawa dalam proses kemajuan. Analisis yang berkembang saat ini bukan hanya sekedar menyajikan hubungan dalam jangka panjang yang bersifat statis, namun juga telah mampu menganalisis kondisi jangka pendek dengan menampilkan berbagai metode analisis.
Teori permintaan uang merupakan bagian dari pilihan alokasi sumber daya yang langka. Seluruh anggota masyarakat hanya memiliki sumber daya terbatas yang tersedia pada mereka dalam bentuk pendapatan sekarang dan aktiva total yang terkumpul. Oleh karena itu mereka harus membuat pilihan yang menyangkut alokasi mereka.
Jika mereka memilih lebih banyak konsumsi, mereka harus menyimpan lebih sedikit aktiva total. Jika mereka memilih untuk menyimpan lebih banyak jenis aktiva yang satu mereka harus menyimpan lebih sedikit aktiva yang lain. Mereka harus menyeimbangkan terus menerus keuntungan menyimpan yang satu lebih banyak terhadap kerugian menyimpan yang lain lebih sedikit.
Meletakkan permasalahan dengan cara ini menimbulkan pertanyaan mengapa orang-orang memilih untuk menyimpan saldo uang. Uang biasanya tidak menghasilkan pendapatan yang eksplisit, atau paling banter, hanya tingkat hasil yang rendah dibandingkan dengan hasil aktiva lain. Tetapi menyimpan uang berarti mengorbankan sesuatu, kerugiannya adalah kepuasan atau pendapatan yang dikorbankan dengan menyimpan uang dan bukan menggunakan dana ini untuk manfaat lain.
Kenyataan bahwa orang memilih untuk menyimpan sejumlah tertentu saldo uang dengan biaya alternatif yang menarik memberi kesan bahwa menyimpan uang pasti menghasilkan semacam keuntungan terhadap individu itu. Hal ini diakibatkan oleh kualitas uang akseptabilitasya yang umum dalam pembayaran, likuiditasnya yang sempurna, dan keamanannya dalam arti bahwa uang tidak menurun nilainya (depresiasi) dilihat dari segi uang. Memang sebagaimana akan kita lihat, sifat-sifat uang ini menimbulkan beberapa alasan yang berbeda untuk menyimpan uang.
Beberapa studi yang menampilkan analisis jangka panjang dengan pendekatan yang relatif tentang permintaan uang. Studi ini diarahkan pada beberapa persoalan, yang pertama menganalisis dalam perspektif jangka pendek maupun jangka panjang tentang permintaan uang terutama uang kuasi, yang didefenisikan sebagai aset moneter yang memiliki likuiditas tinggi, namun secara langsung tidak dapat berfungsi sebagai medium of exchange. Yang termasuk dalam kategori uang kuasi adalah deposito berjangka baik dalam bentuk rupiah maupun dalam bentuk valuta asing.
Disamping itu, studi ini juga akan mengamati bagaimana perilaku masyarakat dalam memegang uang kuasi. Mengamati stabilitas permintaan uang kuasi ini sangat penting karena terkait dengan efektif tidaknya kebijakan pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia, untuk menggunakan instrumen suku bunga dan valuta asing sebagai instrumen kebijakan, pada dua masa yang memiliki kondisi berbeda yaitu normal dan kondisi krisis.
Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian deregulasi keuangan dan perbankan yang di mulai tahun 1983. Implikasi dari deregulasi tersebut adalah semakin meningkatnya integrasi dan interaksi antar berbagai unsur ekonomi yang menyebabkan struktur ekonomi menjadi dinamis dan kompleks.
Struktur ekonomi yang kompleks akan merubah perilaku pelaku ekonomi yang diindikasikan dengan munculnya berbagai fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. Perkembangan industri keuangan non-bank seperti pasar modal akan mendorong terjadinya disintermediasi dan perubahan perilaku investasi.
Selain itu, terlihat pula gejala merenggangnya hubungan antar variabel makro ekonomi. Kondisi ini pada akhirnya akan mempersulit otoritas moneter untuk mengambil keputusan dalam manajemen moneternya. Di Indonesia, kebijakan moneter sepenuhnya diserahkan kepada otoritas moneter yaitu Bank Indonesia. Dalam hal ini, jumlah uang beredar merupakan alat yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan moneter. Jumlah uang beredar dipengaruhi oleh berapa besarnya jumlah uang kartal, jumlah tabungan masyarakat dan jumlah uang kuasi.
Jumlah uang kuasi di suatu negara dipengaruhi banyaknya faktor-faktor antara lain kebijakan pemerintah, politik, dan keamanan. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi adalah tingkat suku bunga, tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya, jumlah uang yang beredar, inflasi, ramalan mengenai keadaan ekonomi masa depan, tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh, dan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Berdasarkan data statistik jumlah perkembangan uang kuasi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup bervariasi. Perkembangan jumlah uang kuasi di Indonesia dalam kurun waktu 1996 hingga tahun XXXX dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Uang Kuasi di Indonesia
Selama Periode 1996-XXXX (Milyar Rp)
Tahun Jumlah Uang Kuasi
(Milyar Rp) Pertumbuhan
(%)
1996 224.543-
XXXX 277.300 23,50
1998 476.184 71,72
1999 521.572 9,53
XXXX 584.842 12,13
XXXX 666.322 13,93
XXXX 691.969 3,85
XXXX 731.893 5,77
XXXX 779.709 6,53
XXXX 921.310 18,16
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Seperti terlihat pada Tabel di atas perkembangan jumlah uang kuasi di Indonesia selama periode 1996-XXXX mengalami pertumbuhan yang bervariasi. Data statistik menunjukkan pada setiap tahunnya jumlah uang kuasi selalu mengalami pertambahan, peningkatan yang berarti terjadi dari tahun XXXX sampai dengan tahun 1998, ini merupakan dampak dari krisis ekonomi yang dialami oleh semua aspek perekonomian indonesia.
Pada tahun 1998 terjadi peningkatan jumlah uang kuasi hingga mencapai 71,72% yang berhubungan dengan tingginya tingkat suku bunga di Indonesia, dan menyebabkan masyarakat mendepositokan uang mereka karena tinginya tingkat bunga dan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
Data statistik menunjukkan pada tahun XXXX jumlah uang kuasi di Indonesia sebesar Rp 277.300 milyar dan mengalami peningkatan selama dua tahun berturut–turut sampai pada tahun 1999, hingga mencapai angka Rp 521.572 milyar. Berarti tahun XXXX sampai tahun 1999 jumlah uang kuasi di Indonesia selalu mengalami peningkatan baik dalam angka absolut maupun angka relatif (persentase). Pada tahun berikutnya jumlah uang kuasi terus mengalami peningkatan dan tidak diikuti dengan persentasenya yang pertumbuhannya tidak tetap. Terakhir dari tahun XXXX-XXXX pertumbuhan uang kuasi mencapai 18,16%
Faktor yang paling mempengaruhi terhadap perkembangan jumlah uang kuasi antara lain pendapatan nasional, nilai tukar dan tingkat suku bunga. Berikut disajikan data tentang perkembangan pendapatan nasional, nilai tukar dan tingkat suku bunga di Indonesia selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir :
Tabel 2. Perkembangan Pendapatan Nasional, Nilai Tukar,dan Tingkat Suku Bunga Di Indonesia Selama Periode 1996-XXXX
Tahun PDB Atas Harga Konstan XXXX (%) Nilai Tukar
(Kurs Tengah BI) (%) Tingkat
Suku
Bunga
(Deposito) (%)
1996 14432,74-2.383-16,92-
XXXX 15125,18 4,80 4.650 95,13 23,01 35,99
1998 13146,53-13,08 8.025 72,58 51,67 124,55
1999 13249,76 0,79 7.100-11,53 23,97-53,61
XXXX 13897,70 4,89 9.595 35,14 11,16-53,44
XXXX 14432,56 3,85 10.400 8,39 14,54 30,29
XXXX 15062,81 4,37 8.940-14,04 14,41-0,89
XXXX 15773,43 4,72 8.465-5,31 9,70-32,69
XXXX 16569,37 5,05 9.290 9,75 6,20-36,08
XXXX 17498,14 5,61 9.830 5,81 8,36 34,84
Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Tabel 2 memperlihatkan bahwa jumlah PDB, nilai tukar dan tingkat suku bunga di Indonesia cenderung mengalami perubahan dari tahun ketahun. Perubahan itu diduga berpengaruh terhadap jumlah uang kuasi di Indonesia.
Pada pertengahan tahun 1998 awal terjadinya krisis ekonomi di Indonesia menyebabkan turunnya nilai PDB Indonesia mencapai Rp.13146,53 dengan pertumbuhan ekonomi-13,08, melonjaknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mencapai Rp 8.025. Begitu juga dengan tingkat suku bunga yang mengalami pertumbuhan hingga 124,55% dan itu semua berakibat pada meningkatnya jumlah uang kuasi dari Rp 277.300 mencapai Rp 476.184 dengan perumbuhan mencapai 71,72%.
Pada tahun 1999 sampai dengan XXXX PDB Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jumlah tertinggi yaitu pada tahun XXXX sebesar Rp.17498,14 milyar dengan laju pertumbuhan 5,61%. Sementara itu nilai tukar terendah terjadi pada tahun pada tahun 1996 sebesar Rp 2.383 terhadap dolar Amerika. Pada tahun XXXX nilai tukar kembali naik menjadi 5,81% disebabkan karena adanya perubahan struktur politik dan ekonomi dalam negeri. Sedangkan tingkat suku bunga tertinggi yaitu pada tahun 1998 yaitu sebesar 124,55%.
Dengan terjadinya peningkatan PDB, nilai tukar, dan kenaikan tingkat suku bunga ini berpengaruh terhadap jumlah uang kuasi di Indonesia dimana jumlah nilai tukar juga mengalami peningkatan yang cukup berarti pada tahun 1998 dan selalu mengalami kenaikan, dan laju pertumbuhan tertingginya terjadi di awal krisis moneter di tahun 1998 pada angka 95,13%
Di Indonesia, jumlah permintaan uang tiap tahunnya selalu mengalami perubahan. Terutama pada jumlah uang kuasi, yang meliputi tabungan, giro dan deposito baik yang dalam bentuk rupiah maupun dalam bentuk valuta asing. Dengan adanya kenaikan dan penurunan jumlah uang kuasi tersebut, mengakibatkan terjadinya fluktuasi terhadap kondisi likuiditas perekonomian Indonesia. Akibatnya, baik pemerintah maupun Bank Indonesia mengalami kerepotan dalam mengatasi hal tersebut. Melihat adanya pengaruh jumlah uang kuasi dalam perekonomian Indonesia sekaligus melanjutkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan memberikan masukan kepada pemerintah.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji secara statistik apakah terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan tidak mengabaikan variabel lain, untuk membuktikan hal ini perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Kuasi di Indonesia”
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Apa saja faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi perkembangan permintaan atau jumlah uang kuasi di Indonesia.”
1. Sejauhmana pendapatan nasional mempengaruhi jumlah uang kuasi di Indonesia.
2. Sejauhmana nilai tukar rupiah mempengaruhi jumlah uang kuasi di Indonesia.
3. Sejauhmana tingkat suku bunga deposito mempengaruhi jumlah uang kuasi di Indonesia.
4. Sejauhmana suku bunga internasional mempengaruhi jumlah uang kuasi di Indonesia.
5. Sejauhmana jumlah uang beredar mempengaruhi jumlah uang kuasi di Indonesia.
6. Sejauhmana Kebijakan Pemerintah mempengaruhi jumlah uang kausi di Indonesia.
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini dibatasi pada permasalahan yang menyangkut jumlah uang kuasi di Indonesia selama periode 1991-XXXX. adapun variabel-variabel bebas yang akan diteliti yaitu : Pendapatan Nasional, Nilai Tukar, dan Tingkat Suku Bunga Deposito.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sejauhmana pendapatan nasional mempengaruhi jumlah uang kuasi di Indonesia?
2. Sejauhmana nilai tukar mempengaruhi jumlah uang kuasi di Indonesia?
3. Sejauhmana tingkat suku bunga deposito mempengaruhi jumlah uang kuasi di Indonesia?
4. Sejauhmana pendapatan nasional, nilai tukar, dan tingkat suku bunga deposito mempengaruhi jumlah uang kuasi di Indonesia?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis :
1. Pengaruh pendapatan nasional terhadap jumlah jumlah uang kuasi di Indonesia.
2. Pengaruh nilai tukar terhadap jumlah uang kuasi di Indonesia
3. Pengaruh tingkat suku bunga deposito terhadap jumlah uang kuasi di Indonesia.
4. Pengaruh pendapatan nasional, nilai tukar, dan tingkat suku bunga deposito terhadap jumlah uang kuasi di Indonesia.
F. Manfaat Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat berharap agar hasil penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut :
1. Bagi penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
2. Pengembangan ilmu ekonomi moneter dan ekonomi makro, terutama tentang teori jumlah uang beredar, pendapatan nasional, nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga.
3. Pengambil kebijakan disini perlunya peran serta pemerintah, terutama menteri keuangan, dalam hal melihat laju peredaran uang.
4. Peneliti lebih lanjut, dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan keadaan jumlah uang beredar di Indonesia terutama uang kuasi.
Skripsi Penetapan Biaya Standar Sebagai Alat Pengendali Biaya Produksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara X)
(Kode EKONMANJ-0013) : Skripsi Penetapan Biaya Standar Sebagai Alat Pengendali Biaya Produksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara X)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan yang berdiri mempunyai keinginan untuk hidup terus (going concern). Namun jika di tengah kesulitan ekonomi seperti saat ini, satu-satunya pilihan adalah survive diantara perusahaan lain. Persaingan yang umumnya sangat ketat dalam dunia usaha tidak dapat dihindari, oleh karena itu dituntut untuk mempunyai kiat khusus guna menyiasati tidak stabil perekonomian saat ini.
Setiap pengusaha berlomba-lomba untuk menjadikan produknya lebih unggul dari produk yang dihasilkan oleh pesaing baik dalam hal mutu, harga maupun bagian pasar yang dikuasai. Untuk dapat mencapai kondisi seperti itu, salah satu jalan yang ditempuh adalah berusaha mengendalikan biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan, terutama biaya yang berkenaan langsung dengan produksi. Dengan mengendalikan biaya produksi seefisien mungkin, akan dihasilkan Harga Pokok Produksi (HPP) yang lebih rendah, di mana dengan HPP yang lebih rendah itu perusahaan akan mampu bersaing di pasaran.
Setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk dapat menghasilkan produk yang bersifat lebih sempurna dalam jumlah yang lebih besar dengan biaya serendah mungkin, akan tetapi kenyataannya adalah perusahaan mengeluarkan biaya produksi dari tahun XXXX sampai XXXX mengalami peningkatan yang disebabkan karena fluktuasi harga bahan baku, kualitas bahan baku yang jelek, ketidak-efisienan tenaga kerja, gaji, serta jam berhenti mesin yang tinggi.
Perusahaan memang telah berusaha mengendalikan biaya produksi dengan membuat anggaran yang berpedoman pada realisasi biaya produksi pada tahun sebelumnya tanpa menganalisa penyebab timbulnya selisih sehingga tidak diketahui penyebab dan akibat penyimpangan. Akibatnya terjadi peningkatan Harga Pokok Produksi yang berdampak pada penurunan laba perusahaan. Oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian biaya serendah mungkin dalam menghasilkan produk. Untuk dapat mengendalikan biaya produksi perlu ditetapkan suatu patokan (standar) sebagai dasar motivasi guna mencapai efisiensi biaya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa dengan menetapkan biaya standar, berguna untuk mengetahui berapa besar biaya produksi yang seharusnya terjadi, dengan membandingkan biaya standar tersebut dengan biaya yang sesungguhnya akan diketahui adanya tidak efisiennya biaya produksi yang terjadi. Dengan memusatkan perhatian serta mengadakan analisis terhadap keadaan yang menyimpang, maka pengendalian dan tindakan perbaikan akan dapat dilakukan.
Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka penulis memilih judul “Penetapan Biaya Standar Sebagai Alat Pengendali Biaya Produksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) PG. X”.
1.2. Perumusan Masalah
Usaha untuk mencapai tujuan setiap perusahaan akan selalu menghadapi suatu masalah, baik masalah jangka pendek maupun jangka panjang. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah apakah penggunaan biaya standar dapat mengendalikan biaya produksi pada perusahaan PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) PG. X ?
1.3. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak melebar maka perlu adanya pembatasan permasalahan. Penelitian ini dibatasi pada hubungan antara pengendalian biaya produksi dengan penetapan biaya standar.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penetapan biaya standar dapat digunakan sebagai alat pengendali biaya produksi pada perusahaan.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Mengadakan perbandingan sejauh mana teori-teori yang didapat selama perkuliahan dapat diaplikasikan untuk memecahkan masalah yang dihadapi perusahaan.
2. Bagi perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan pimpinan perusahaan untuk pengambilan keputusan sebagai usaha untuk menyiasati masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan.
3. Bagi almamater
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan juga untuk menambah pengetahuan khususnya bagi pihak-pihak yang tertarik pada bidang ini.
Skripsi Determinan Keuntungan Para Pedagang Didalam Mengambil Kredit Dari BKK Di Kabupaten X
(Kode EKONMANJ-0011) : Skripsi Determinan Keuntungan Para Pedagang Didalam Mengambil Kredit Dari BKK Di Kabupaten X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur, merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan pancasila.
Semua itu pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya, sehingga di dalamnya terkandung makna adanya keselarasan,
keseimbangan dan kedaulatan yang utuh dari seluruh kegiatan pembangunan.
Di dalam GBHN 1999-XXXX disebutkan bahwa salah satu arah
kebijakan pembangunan nasional di bidang ekonomi adalah mengupayakan
kehidupan yang layak berdasarkan atas kemanusian yang adil bagi masyarakat,
terutama bagi fakir miskin dan anak-anak terlantar dengan mengembangkan
sistem dana jaminan sosial melalui progam pemerintah serta
menumbuhkembangkan usaha dan kreativitas masyarakat yang
pendistribusiannya dilakukan dengan Undang-Undang (GBHN, 1999 : 17).
Dalam pada itu, untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
rakyat Indonesia, maka dalam pelaksanaan pembangunan perlu ditingkatkan
serta diperluas usaha-usaha yang mendorong terciptanya kemakmuran bagi
seluruh rakyat Indonesia melalui pemerataan berbagai bidang antara lain
pemerataan dalam memperoleh penghidupan yang layak.
Dalam rangka mewujudkan aspek pemerataan hasil-hasil
pembangunan, sektor usaha kecil menduduki peran yang penting dan strategis
dalam pembangunan nasional, karena usaha kecil dapat menjangkau ke
seluruh pelosok tanah air, sehingga pengembangannya akan memudahkan
pemerintah dalam mewujudkan pembangunan, yaitu dengan memberdayakan
pengusaha kecil dan menengah terutama di daerah pedesaan.
Dalam pelaksanaan pembangunan daerah di pedesaan banyak kendala
yang harus dihadapi, baik itu menyangkut masyarakat yang tradisional,
kemampuannya yang masih rendah, kebudayaan dan adat istiadat yang kurang
mendukung, lokasi yang sulit dijangkau dan hambatan-hambatan lainnya.
Akan tetapi hambatan-hambatan itu tidak membuat pelaksanaan pembangunan
desa di tunda. Hal ini justru merupakan tantangan untuk dapat mengentaskan
masyarakat pedesaan dari kemiskinan dan keterbelakangan.
Salah satu ciri umum didalam masyarakat pedesaan adalah
permodalan yang lemah. Padahal modal merupakan motor penggerak dalam
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat. Kekurangan modal
akan membatasi ruang gerak aktivitas usaha dalam rangka menciptakan
pendapatan, sehingga usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat akan
terhambat. Sebenarnya di daerah pedesaan telah banyak pihak yang beroperasi
menawarkan permodalan atau dana yang bisa di peroleh dengan mudah,
seperti pelepas uang (rentenir). Penghutang tinggal memberikan jaminan harta
benda yang dimiliki untuk mendapatkan sejumlah dana yang diinginkan
dengan waktu yang teramat singkat, tanpa perlu menghadapi birokrasi yang
berbelit-belit. Namun pinjaman ini hanya untuk mengatasi kesulitan dana
sementara waktu. Penghutang akan merasakan beban baru akan resiko yang
dipikulnya (Mubyarto dan Edi Suandi Hamid, 1986 : 3).
Persyaratan yang dituntut kreditur perorangan itu memang mudah.
Akan tetapi, tingkat bunga dari pinjaman ini sangat penting. Di samping itu,
konsekuensi dari keterlambatan membayar cicilan atau pokok hutangnya juga
sangat berat, misalnya dengan menyita atas barang-barang yang dijadikan
jaminan yang nilainya lebih tinggi dari pinjamannya. Dengan demikian
penghutang akan semakin menderita karena nilai harta jaminannya lebih besar
dari nilai hutang yang diperoleh (Maryatmo R dan Y. Sri Susilo, 1996 : 32)
Di sisi lain maraknya perkembangan perbankan tidak banyak
membantu mengatasi kesulitan dana dari kelompok ini. Bank-bank di
Indonesia, bank milik pemerintah maupun milik swasta, apalagi swasta asing
direkayasa atau didesain bukan untuk melayani masyarakat ekonomi lemah.
Perbankan modern tidak berani menanggung resiko berhadapan dengan
mereka. Resiko macetnya kredit bagi mereka amat menakutkan. Dengan sebab
itu, perbankan modern lebih berorientasi pada pemberian kredit bagi pegusaha
besar. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
ekonomi lemah, kalau hanya mengandalkan lembaga perbankan modern
kiranya terlalu lama untuk bisa berkembang (Bambang Riyanto, 1994 : 28).
Untuk itu diperlukan lembaga dan pola yang bisa efektif untuk
masyarakat di daerah pedesaan. Dimana lembaga perkreditan tersebut mampu
menyesuaikan dengan kelompok tersebut. Mereka lebih memilih untuk
meniru perilaku lembaga perkreditan informal yaitu tidk berbelit-belit
birokrasinya, pola kerja pengolahannya tidak terbawa arus pola kantoran,
lokasi kredit yang dekat dengan tempat tinggal mereka serta dengan jaminan
kredit yang lebih ringan (Muchdarsyah Sinungan, 1998 : 60).
Atas dasar keadaan tersebut di atas maka dengan berdirinya suatu
lembaga perkreditan di tingkat kecamatan yang disebut BKK (Badan Kredit
Kecamatan), diharapkan bisa menyentuh kelompok miskin pedesaan yang
benar-benar membutuhkan tambahan permodalan. Dengan sistem permodalan
yang murah, mudah dan mengarah pada pemupukan modal masyarakat
khususnya yang ada di pedesaan diharapkan BKK akan semakin berkembang
bagi masyarakat Indonesia umumnya dan khususnya bagi masyarakat
pedesaan di Jawa Tengah, sehingga kredit dari BKK dapat disalurkan secara
produktif guna kepentingan anggota masyarakat yang ekonomi lemah (Teguh
Pudjo Mulyono, 1990 : 39)
Dengan sistem permodalan yang murah, mudah dan mengarah pada
pemupukan modal masyarakat khususnya yang ada di pedesaan diharapkan
BKK akan semakin berkembang bagi masyarakat Indonesia umumnya dan
khususnya bagi masyarakat pedesaan di Jawa Tengah, sehingga kredit dari
BKK dapat disalurkan secara produktif guna kepentingan anggota masyarakat
yang ekonomi lemah.
Berdasarkan dari permasalahan diatas serta pentingnya BKK bagi
masyarakat, maka maka penelitian ini memfokuskan pada: “DETERMINAN KEUNTUNGAN PARA PEDAGANG DIDALAM MENGAMBIL KREDIT DARI BKK DI KABUPATEN X”.
B. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulisan
skripsi ini perumusan masalah yang relevan untuk diungkap.sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan keuntungan pedagang yang menjual kebutuhan
pokok dengan pedagang yang menjual bahan kebutuhan lainnya.
2. Bagaimanakah pengaruh variabel modal kerja, kredit, pengalaman kerja,
dan jenis barang dagangan terhadap keuntungan para pedagang di
Kabupaten X.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan keuntungan pedagang di Kabupaten
X berdasarkan perbedaan macam barang dagangan yang dijual.
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel modal sendiri, besarnya kredit dari
BKK, pengalaman kerja, dan jenis barang dagangan terhadap keuntungan
para pedagang di Kabupaten X.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, dapat memberikan pengalaman secara nyata serta sebagai
sarana untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah.
2. Bagi pihak lain, penelitian ini merupakan sumber pengetahuan yang dapat
digunakan untuk menambah wawasan serta untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi pemerintah, dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan
pertimbangan bagi instansi yang berkepentingan, sehingga dapat
digunakan untuk menentukan kebijaksanaan yang sesuai dalam kaitannya
dengan pemberian kredit dan pelayanan terhadap nasional.
E. Kerangka Pemikiran
Secara sistem kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Keuntungan
Modal Kerja
Jenis Barang
Dagangan
Pengalaman
Kredit BKK
Kebutuhan pokok
Lain-lain
Gambar 1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Para
Pedagang didalam Mengambil Kredit dari BKK.
Dari gambar 1.1 tersebut dapat dijelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi keuntungan pedagang antara lain adalah modal kerja, kredit dari
BKK, pengalaman kerja dan jenis barang dagangan
Keuntungan yang diperoleh pedagang adalah hasil selisih pendapatan
dengan biaya yang dikeluarkan untuk pembelanjaan barang dagangan.
Keuntungan yang diperoleh pedagang berbanding lurus dengan modal kerja
yang digunakan, semakin tinggi modal kerja yang digunakan maka pendapatan
pedagang akan meningkat secara otomatis keuntungan akan meningkat pula.
Kredit dari BKK memberikan bantuan pengembangan usaha para pedagang,
setelah usaha berkembang dengan pesat maka pendapatan yang diperoleh akan
meningkat, kenutungan yang diperoleh akan bertambah. Pengalaman kerja
banyak mempengaruhi keputusan strategis dalam setiap masalah, semakin
berpengalaman seorang pedagang maka kinerjanya akan semakin baik. Jenis
barang dagangan banyak berpengaruh terhadap harga jual dan tingkat
kebutuhan. Jenis barang dagangan di bagi menjadi dua, yaitu barang kebutuhan
pokok dan lainnya.
F. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diduga bahwa terdapat perbedaan keuntungan pedagang antara pedagang
yang menjual bahan kebutuhan pokok dengan bahan kebutuhan lainnya.
Dimana keuntungan yang diperoleh penjulan bahan lain-lain lebih besar
daripada penjual bahan kebutuhan pokok.
2. Diduga bahwa modal kerja, besarnya kredit, pengalaman kerja dan jenis
barang dagangan berpengaruh positif terhadap besarnya keuntungan para
pedagang.
G. Metode Penelitian
1. Ruang lingkup Penelitian
Ruang penelitian ini adalah pedagang yang mengambil kredit dari
BKK di Kabupaten X.
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh pedagang yang mengambil kredit dari BKK di
Kabupaten X. Populasi diambil dari 12 Kecamatan di Kabupaten
X hanya akan diambil 5 BKK sebagai sampel. Dasar
pertimbangan dan pengambilan sampel ini adalah dengan menggunakan
metode area random sampling, yaitu dari seluruh BKK yang ada di
Kabupaten X hanya diambil 5 wilayah kecamatan secara acak,
kemudian dari masing-masing wilayah tersebut diambil 20 orang
respondaen secara acak/random. Lima wilayah tersebut adalah BKK
X Kecamatan X, BKK X Kecamatan X,
BKK X Kecamatan X, BKK X Kecamatan X, BKK
X Kecamatan X.
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer
dan data sekunder.
a. Data Primer
Variabel yang termasuk data primer adalah variabel modal kerja,
kredit, pengalaman kerja, dan jenis barang dagangan.
b. Data Sekunder
Variabel yang termasuk data sekunder adalah variabel kredit.
Selain variabel kredit yang termasuk data sekunder adalah tentang
gambaran umum Kabupaten X dan BKK.
4. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a). Modal Kerja
Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai operasinya sehari-hari, misalnya untuk membeli barang dagangan atau transport, biaya retribusi, membayar upah tenaga kerja, diukur dalam satuan rupiah.
b). Kredit
Kredit adalah jumlah kredit yang diperoleh pedagang dari BKK
berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam yang telah disepakati bersama untuk menambah modal usaha dan diukur dalam satuan rupiah.
c). Keuntungan
Keuntungan adalah jumlah pendapatan pedagang setelah
dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk berdagang, diukur
dalam satuan rupiah perbulan.
d). Jenis Barang Dagangan
Jenis barang dagangan adalah macam-macam barang yang
diperdagangkan oleh pedagang diukur dengan menggunakan variabel
Dummy, yaitu nilai 1 untuk jenis barang dagangan kebutuhan bahan
pokok dan nilai 0 untuk jenis barang dagangan lainnya.
e). Pengalaman Kerja
Pengalaman Kerja adalah lamanya pedagang menekuni
pekerjaan sebagai pedagang yang diukur dari saat berdagang,mulai
berdagang sampai saat diadakannya penelitian,diukur dalam satuan
tahun.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data antara lain:
a. Kuesioner (Daftar Pertanyaan)
Yaitu teknik memperoleh informasi dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis dan lengkap yang
harus dijawab responden.
b. Interview (Wawancara)
Yaitu teknik memperoleh informasi melalui wawancara secara
langsung antara penulis dengan responden untuk memperoleh
kejelasan data-data yang berhubungan dengan penelitian.
6. Teknik Penganalisaan Data
a. Untuk mengetahui perbedaan keuntungan pedagang antara penjual
kebutuhan pokok dengan kebutuhan lainnya digunakan alat Analisis
Test Hipotesis Beda Dua Mean (Djarwanto PS & Pangestu
Subagyo,1993 : 203).
Adapun langkah-langkah penguji adalah sebagai berikut:
1) Ho : ??1 = ??2 atau (??2-??1) = 0 (Sama)
Hi : ??1 ?? ??2 atau (??2-??1) ?? 0 (Ada Beda)
??2 = Rata-rata keuntungan pedagang bahan kebutuhan pokok
??1 = Rata-rata keuntungan pedagang bahan lainnya.
2) Menentukan Level of Significance
3) Kriteria Pengujian
-Z ??/2 Z ??/2
Ho
diterima
HoDitolak
Ho Ditolak
Ho diterima jika –Z??/2 < Z hitung < Z??/2
Ho ditolak jika Z <-Z??/2 atau Z > Z??/2
4) Mencari Z hitung
Z hitung =
5) Kesimpulan
Jika Ho diterima, hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan rata-rata
keuntungan pedagang bahan kebutuhan pokok dengan bahan yang
lainnya dari BKK di Kabupaten X.
Jika Ho ditolak, hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan rata-rata
keuntungan pedagang bahan kebutuhan pokok dengan bahan yang
lainnya di BKK di Kabupaten X.
b. Untuk mengetahui pengaruh variabel modal kerja, kredit, pengalaman
kerja, dan jenis barang dagangan terhadap variabel besarnya keuntungan
para pedagang, digunakan Analisis Regresi Berganda (Gujarati, 1995:
91).
Model regresi berganda tersebut adalah sebagai berikut:
Dimana:
Y = Keuntungan (Rupiah)
X1 = Pengalaman Kerja (Tahun)
X2 = Modal Kerja (Rupiah)
X3 = Kredit BKK (Rupiah)
D1 = Jenis Barang Dagangan (1=Kebutuhan Pokok;
0=lainnya)
1) Uji Statistik
a. Pengujian variabel bebas secara bersama-sama (uji F).
Merupakan pengujian untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang digunakan mempunyai pengaruh terhadap
variabel dependen atau tidak.
Adapun rumusnya adalah (gujarati,1995:120)
Dimana:
R2 = merupakan koefisien determinan
K = banyakrnya parameter
Langkah-langkah pengujian:
(1) Ho : ??1 = ??2 =??3 =??4 = ??5 = 0
Ha : ??1 ?? ??2 ?? ??3 ?? ??4 ?? ??5 ?? 0
(2) Menentukan level of significance
(3) Menentuk
a n k r i t e r i a
pengujian
(Gujarati,
1995 : 120)
(4) Melakukan penghitungan nilai F
(5) Kesimpulan
Ho diterima jika Fhit < Ftab, berarti secara bersama-sama
variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen
Ho ditolak jika Fhit > Ftab
b. Pengujian variabel bebas secara individu (uji t)
Merupakan pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas (independen) secara individual terhadap variabel tidak
bebas (dependen) dengan asumsi bahwa variabel bebas lain
dianggap konstan.
Adapun langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:
(1) Ho : ßi = 0
Ho diterima
Ho ditolak
F ? (n-k) (k-1)
Ha : ß1 ?? 0
(2) Menentukan level of significance
(3) Menentukan kriteria pengujian
(4) Melakukan penghitungan t dengan rumus
dimana:
ßi = koefisien ßi
Se = Standar Error
(5) Kesimpulan
??Ho diterima jika –ttab < thit < ttab, artinya variabel
independen tidak mempengaruhi variabel dependen
Ho diterima
Ho ditolak Ho ditolak
-t ?/2 (n-k) t ?/2 (n-k)
??Ho ditolak jika thit < ttab dan thit >-ttab, artinya variabel
independen mempengaruhi variabel dependen
c. Uji koefisien Determinan (R2)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variasi
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
independen.
Nilai R2 berada diantara 0 dan 1. Besarnya R2 dapat dihitung
dari persamaan sebagai berikut (Gujarati, 1995: 101).
R2 = ESS/TSS
R2 = 1-(RSS/TSS)
Dimana:
ESS = Explained Sum of Square
TSS = Total Sum of Square
RSS = Residual Sum of Square
Nilai RSS ini tergantung terhadap banyaknya variabel bebas
yang ada pada model. Semakin besar variabel bebas, maka nilai
RSS semakin menurun sehingga nilai R2 akan meningkat. Maka
sering digunakan nilai R2 yang telah disesuaikan derajat
kebebasan hubungan R2 dengan R2 yang telah disesuaikan dapat
ditulis sebagai berikut (Gujarati, 1995: 102):
Dimana:
N = jumlah observasi
K = jumlah variabel bebas
2) Uji asumsi klasik
a. Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah hubungan linier atau korelasi
secara sempurna maupun tidak sempurna diantara beberapa atau
semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi (Gujarati,
1995: 157). Jika dalam model terdapat multikolinieritas, maka
model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga
koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan yang tinggi
untuk mendeteksi adanya gejala multikolinieritas dilakukan
pengujian dengan metode Klein yaitu dengan membandingkan
nilai antara R2 > r2 berarti tidak ada gejala multikonieritas dan
sebaliknya, apabila R2 < r2 berarti terjadi gejala
multikolinieritas.
b. Heteroskedatisitas
Terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi
yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga penaksir OLS
tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar.
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala
heteroskedatisitas dalam suatu model, maka dilakukan pengujian
dengan metode Glejser. Langkah-langkah dalam uji Glejser
adalah (Gujarati, 1995: 187).
(1) membuat model regresi yang digunakan tanpa
mempedulikan adanya heteroskedatisitas. Dari hasil
pengujian model tersebut diperoleh nilai residual (ei)
(2) Meregresikan nilai absolut dari ei/[ei] terhadap variabel X
yang diduga mempunyai hubungan yang erat dengan ei2.
(3) Membuat nilai thit dengan ttab. Apabila thit > ttab atau thit
<-tab, berarti ada gejala heteroskedatisitas. Sebaliknya
jika –ttab < thit < ttab, maka tidak ada gejala
heteroskedatisitas.
c. Autokorelasi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan atau korelasi diantara rangkaian variabel yang
diobservasi. Pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan
dengan menggunakan uji Statistik Durbin Watson, yaitu dengan
membandingkan angka Durbin Watson dalam tabel dengan
derajat kebebasan tertentu dengan angka Durbin-Watson yang
diperoleh dari hasil perhitungan analisis regresi.
Angka Durbin-Watson dalam tabel menunjukkan
nilai distribusi antara batas bawah (dl) dengan batas atas (du).
Sedangkan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
dhit < dl = menunjukkan adanya autokorelasi positi f
dl < dhit < du = tidak dapat disimpulkan
4-du < dhit < 4-dl = tidak dapat disimpulkan
4-dl < dhit < 4 = menunjukkan adanya autokorelasi
negatif
du < dhit < 4-du = tidak terdapat autokorelasi positif/
negatif
Auto
Pos
Daerah
Ragu
Daerah
Ragu
Auto
Neg.
Tidak ada
autokorelasi
0 d du 4-du 4-dl 4
Skripsi Atribut-Atribut Swalayan Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih PT. X Supermarket
(Kode EKONMANJ-0010) : Skripsi Atribut-Atribut Swalayan Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih PT. X Supermarket
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan berkembang pesat khususnya di kota-kota besar, telah terjadi perubahan diberbagai sektor, termasuk dibidang industri dan produksi serta pada kegiatan eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala besar. Perkembangan bisnis eceran yang pesat ini tidak lepas dari faktor meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan juga meningkatkan jumlah pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang menyebabkan taraf hidup masyarakat Indonesia semakin meningkat. Hal ini membawa dampak kepada pola perilaku belanja seseorang, dimana semakin meningkatnya taraf hidup seseorang maka tuntutan akan tempat berbelanja yang nyaman dan dapat menyediakan segala kebutuhan konsumen dalam satu lokasi semakin dibutuhkan.
Perkembangan yang terus menerus berlangsung dalam perdagangan eceran ini menunjukkan bahwa perdagangan eceran bersifat dinamis. Hal ini terjadi tidak lain karena perdagangan eceran ingin selalu berusaha memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen (perdagangannya). Bentuk usaha eceran yang mengalami perkembangan cukup pesat adalah : supermarket (pasar swalayan).
Dewasa ini perkembangan pasar swalayan di tanah air, tampak cukup pesat. Hampir di setiap ibukota propinsi dan kota-kota besar lainnya bermunculan pasar swalayan dengan berbagai fasilitas dan pelayanan yang semakin lengkap. Pasar swalayan sebagai ujung tombak pemasaran akan terus bertambah, dan yang sudah ada terus dikembangkan hingga menjadi superstore yaitu pasar swalayan yang menyediakan kebutuhan masyarakat yang selengkap-lengkapnya.
Namun disadari usaha pasar swalayan tak ubahnya seperti usaha-usaha lainnya yang didalam usahanya meningkatkan penjualan juga diliputi oleh persaingan. Dalam situasi persaingan setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh suatu pasar swalayan dengan maksud untuk menandingi atau mengambil kesempatan yang ada. Timbulnya keadaan seperti itu menandakan bahwa manajer atau pengusaha semakin menyadari pentingnya mempertahankan dan memperluas pasar untuk kesinambungannya. Pada dasarnya keberhasilan usaha dibidang retail ini berada pada pengadaan barang, baik secara kuantitas maupun kualitas, serta harga yang rendah guna meningkatkan jumlah kunjungan.
Untuk menghadapi persaingan ini dan agar tetap ramai dikunjungi konsumen, maka supermarket harus melakukan berbagai jenis upaya dalam kegiatan pemasarannya agar menarik dan sesuai dimata konsumen. Oleh karena itu, pihak swalayan harus tanggap terhadap atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu swalayan, karena pada saat ini konsumen sudah semakin kritis terhadap kemampuan suatu swalayan dalam menarik pembelinya untuk berbelanja di suatu swalayan.
1.2. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada PT. Hero Supermarket Tbk yang berada didaerah X.
1.3. Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka permasalahannya adalah sebagai berikut :
Atribut-atribut swalayan apa saja mempengaruhi konsumen dalam memilih PT. Hero Supermarket Tbk ?
1.4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi atribut-atribut swalayan yang mempengaruhi konsumen dalam memilih PT. Hero Supermarket Tbk.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan yang lebih baik kepada perusahaan dalam menentukan kebijaksanaan perusahaan selanjutnya.
2. Sebagai bahan perbandingan dan informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
1.5. Metodologi Penelitian
1.5.1. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan rancangan atau desain penelitian dengan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem penelitian ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
1.5.2. Variabel dan Pengukuran
Variabel dalam penelitian ini adalah : Atribut-atribut swalayan yang mempengaruhi konsumen dalam memilih swalayan, yang terdiri dari delapan dimensi yaitu harga, lokasi, keragaman dan mutu barang, fisik swalayan, iklan, promosi penjualan, pramuniaga, dan pelayanan.
1.5.3. Definisi Operasional Variabel
Atribut-atribut swalayan yang mempengaruhi konsumen dalam memilih swalayan adalah : faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan oleh konsumen sebelum mendatangi suatu tempat berbelanja dalam hal ini PT. Hero Supermarket Tbk, yang meliputi kebijakan harga, lokasi, keragaman dan mutu barang, iklan, promosi penjualan, pramuniaga, fisik swalayan, dan pelayanan.
1.5.4. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk data primer dan data sekunder.
a. Data Primer : adalah data yang diperoleh langsung dari PT. Hero Supermarket Tbk.
b. Data Sekunder : adalah data yang dihimpun oleh pihak atau badan lain, yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.
2. Pengumpulan Data
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu metode pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku wajib yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, yang dapat diperoleh dari perpustakaan Universitas Gunadarma dan Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM).
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu metode pengumpulan data dengan mendatangi langsung objek penelitian, yang dilakukan melalui wawancara dan kuesioner.
• Wawancara, dilakukan untuk mendapatkan data dengan mewawancarai langsung pihak perusahaan yang bersangkutan pada PT. Hero Supermarket Tbk.
• Kuesioner, dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada 100 orang responden. yaitu para konsumen yang berbelanja pada PT. Hero Supermarket Tbk.
1.5.5. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode Deskriptif Kualitatif, yaitu untuk mengetahui atau untuk mengevaluasi atribut-atribut swalayan yang mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu swalayan, yang dilakukan dengan membandingkan antara pelaksanaannya dengan teori-teori yang berkaitan.
2. Metode Deskriptif Kuantitatif, yaitu untuk mengetahui tanggapan konsumen terhadap atribut-atribut swalayan yang mempengaruhi
konsumen dalam memilih suatu swalayan, melalui penyebaran kuesioner pada konsumen.
Dalam hal ini digunakan skala Likert, dengan bobot dan kategori sebagai berikut :
Bobot Kategori
1
2
3
4
5 Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Cukup setuju
Setuju
Sangat setuju
Berdasarkan jumlah responden 100, maka dapat ditentukan bobot penilaian dengan menggunakan jarak, yang dapat dihitung melalui nilai tertinggi dan terendah sebagai berikut :
Nilai tertinggi = 5 X 100 (jumlah responden) = 500
Nilai terendah = 1 X 100 (jumlah responden) = 100
Rumus jarak :
Nilai tertinggi-Nilai terendah = 500-100 = 80
Kelas 5
Setelah diketahui jarak, maka dapat ditentukan pengelompokan sebagai berikut :
Bobot Penilaian
100-179
180-259
260-339
340-419
420-500 Sangat tidak baik
Tidak baik
Cukup baik
Baik
Sangat baik