Cari Kategori

Skripsi Peranan Radio Siaran Swasta Dapat Meningkatkan Dan Memberikan Bekal Pengetahuan Mengenai Lingkungan Kepada Masyarakat

(Kode ILMU-KOM-0013) : Skripsi Peranan Radio Siaran Swasta Dapat Meningkatkan Dan Memberikan Bekal Pengetahuan Mengenai Lingkungan Kepada Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sepintas lalu, hubungan lingkungan hidup dengan komunikasi mungkin tidak nampak. Namun kalau dipikirkan secara lebih mendalam, lingkungan hidup sebenarnya merupakan konsep yang sangat relevan bagi komunikasi ditinjau dari berbagai segi.
Pertama, dipandang dari segi luas, komunikasi hanya berarti dalam konteks lingkungan hidup. Pada intinya. komunikasi adalah proses yang menyangkut hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya Tanpa komunikasi manusia jadi terpisah dari lingkungan. Namun tanpa lingkungan komunikasi menjadi kegiatan yang tidak relevan. Dengan kata lain, manusia berkomunikasi karena perlu mengadakan hubungan dengan lingkungannya, meskipun caranya berbeda tergantung lingkungan yang dihadapi, umpamanya dengan lingkungan sosial tertentu.
Kedua, secara langsung atau tidak sebagian besar komunikasi manusia sebenarnya menyangkut atau bertitik tolak pada informasi tentang lingkungannya. Baik mengenai benda fisik dan komponen lingkungan itu, prinsipnya yang mengatur hubungan antara komponen tersebut, proses dan cara kerjanya, ataupun gagasan dan keinginan yang ada dalam otak manusia mengenai bagaimana seharusnya lingkungan itu. Ini bukanlah hal baru. Pengetahuan dan konsep yang ada pada seseorang dibentuk pertama kali oleh lingkungannya, atau berdasar kepada hal-hal yang diamati dari lingkungan. Andaikata ia kemudian belajar tentang hal-hal mengenai lingkungan yang lain, informasi itu pun akan selalu mengacu atau dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya. Itulah sebabnya maka komunikasi biasanya lebih lancar dan lebih efektif jika menyangkut atau berkaitan dengan lingkungan yang telah dikenalnya. Dapat dikatakan komunikasi akan makin berarti bagi seseorang jika informasi yang disampaikan makin terkait dengan lingkungan orang itu.
Berkaitan erat dengan ini adalah relevansi lingkungan yang ketiga, yaitu dari segi fungsi komunikasi. Seperti yang dikemukakan banyak pakar, bahwa salah satu fungsi penting komunikasi bagi manusia dalam masyarakat adalah pengamatan lingkungan. Di mana ada media, fungsi ini terbantu dengan komunikasi massa yang diharapkan menyampaikan hasil pengamatan secara teratur dan sistematik. Dimana tidak ada media, fungsi ini dilakukan melalui komunikasi interpersonal dan sosial. Orang saling bertanya dan bertukar informasi setiap hari untuk mendapatkan gambaran mengenai perubahan yang terjadi dan keadaan terakhir (termasuk ancaman, bahaya maupun keadaan yang menguntungkan) yang berkembang di sekitarnya, agar mereka dapat menyesuaikan kehidupannya, sebaik mungkin (M. Alwi Dahlan, 1987: 2-3).
Oleh karena itu informasi yang diperoleh melalui berbagai media massa memegang peranan sangat penting dalam membentuk sikap mental masyarakat agar dapat berperan secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan umumnya dan terhadap kesadaran untuk aktif menjaga kelestarian lingkungan khususnya. Namun dalam pemberian informasi kepada masyarakat ada masalah-masalah yang harus dihadapi;
1. Pemastian penerimaan informasi.
2. Informasi lintas batas (trans frontier).
3. Informasi tepat waktu (timely information).
4. Informasi lengkap (comprehensive information).
5. Informasi yang dapat dipahami (comprehensible information)
(Koesnadi, 1988: 141-144).
Adanya permasalahan ini menuntut bahwa informasi yang dibutuhkan, diharapkan akan memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan bagi masyarakat. Kedudukan masyarakat amat penting karena keefektifannya bertindak selaku pengawas terhadap setiap adanya permasalahan lingkungan sehingga diharapkan dengan secepatnya kondisi tersebut diantisipasi dan dikembalikan ke keadaan semula.
Dengan makin berkembangnya teknologi komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan dan kelestarian lingkungan, sebenarnya masalah kecepatan, daya jangkau, ketepatan, volume maupun jenis informasi yang dapat diberikan kepada masyarakat sudah tidak lagi menjadi permasalahan. Dalam kenyataannya masyarakat masih banyak yang belum memahami apa yang seharusnya diketahui mengenai lingkungan sekitarnya terutama terhadap kegiatan-kegiatan yang memungkinkan timbulnya masalah lingkungan. Seiring dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat, akhir-akhir ini masalah lingkungan banyak menarik perhatian terutama dari media massa yang meliput secara langsung atau berdasarkan laporan dari masyarakat yang terkena dampak masalah lingkungan.
Dari ketentuan Undang-undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 9 tentang Lingkungan Hidup yang berbunyi;
“Pemerintah berkewajiban menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui penyuluhan, bimbingan, pendidikan, dan penelitian tentang lingkungan hidup”.
serta penjelasannya;
“Pendidikan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat dilaksanakan baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak atau sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi maupun melalui jalur pendidikan nonformal”
penyebarluasan informasi lingkungan dapat dilaksanakan melalui penyuluhan, bimbingan, pendidikan secara formal maupun non formal. Dengan makin berkembangnya kesadaran dan kehidupan masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup maka dikeluarkanlah peraturan perundangan lingkungan hidup yang baru yaitu Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan penyempurnaan dari Undang-undang No. 4 Tahun 1982. Selanjutnya Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ini disebut UUPLH.
Dalam Pasal 10 huruf b UUPLH dengan tegas disebutkan bahwa;
“Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah berkewajiban mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup”
dalam penjelasannya;
“Kegiatan ini dilakukan melalui penyuluhan, bimbingan, serta pendidikan dan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia”
Berbagai bentuk informasi lingkungan wajib diberikan pemerintah kepada masyarakat untuk peningkatan kesadaran akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam mengelola lingkungannya. Jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 7 ayat (1) UUPLH yang menyebutkan;
“Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup”
maka tanggung jawab terhadap lingkungan bukan hanya terletak kepada pemerintah saja tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan karena baik secara langsung maupun tidak langsung masyarakat merasakan dampak negatif dari kerusakan lingkungan itu. Dengan dasar pemikiran itu penggunaan berbagai media massa sangat menunjang berbagai bentuk usaha peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Dari dua bentuk media massa yaitu media elektronik dan media cetak, radio merupakan salah satu media elektronik yang berfungsi sebagai media penyampaian informasi dan dinilai mampu untuk menjangkau segala lapisan masyarakat. Oleh karena itu rasio memegang peranan penting dalam menumbuhkan dan membina sikap mental masyarakat dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah lingkungan.
Dari ketentuan Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang No. 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi yang menyatakan bahwa;
“Penyelenggaraan telekomunikasi untuk keperluan khusus dapat dilakukan oleh instansi pemerintah tertentu, perseorangan, atau badan hukum selain badan penyelenggaraan dan badan lain sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)”
maka secara jelas dinyatakan bahwa di samping pemerintah selaku pembina dan penyelenggara telekomunikasi pihak swasta dapat juga berperan serta baik perseorangan maupun badan hukum. Ketentuan ini berimplikasi kepada media elektronik, televisi maupun radio, sehingga pada saat ini telah berdiri sejumlah televisi swasta dan radio swasta.
Di Daerah Istimewa X terdapat media komunikasi milik pemerintah, TVRI dan RRI, dan media komunikasi swasta, yaitu radio siaran swasta FM dan AM yang dapat digunakan untuk penyampaian informasi mengenai masalah lingkungan Informasi ini dapat dikemas dalam bentuk acara khusus maupun dengan memasukkan pesan ke dalam acara tertentu.
Peranan penting TVRI, RRI, dan radio swasta adalah dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran lingkungan sehingga peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat meningkat.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana peranan radio siaran swasta dapat meningkatkan dan memberikan bekal pengetahuan mengenai lingkungan kepada masyarakat dikaitkan dengan ketentuan Pasal 10 huruf b UUPLH?
2. Dari ketentuan yang telah ada yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970 tentang Radio Siaran Non-Pemerintah, terutama mengenai fungsinya sebagai alat pendidikan dan alat penerangan, apakah ketentuan ini sudah dapat berjalan seperti yang diharapkan oleh ketentuan Pasal 10 huruf b UUPLH ?
3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap adanya program atau acara yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian lingkungan yang dikelola oleh radio siaran swasta?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui peranan salah satu media komunikasi, dalam hal ini radio siaran swasta, yang digunakan sebagai sarana penerangan dan pendidikan lingkungan kepada masyarakat melalui jalur nonformal.
b. Dengan ketentuan yang ada, baik Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970 maupun Pasal 10 huruf b UUPLH dapat diketahui kondisi yang diharapkan tercipta dalam hubungan komunikasi dan informasi khususnya dalam bidang lingkungan antara masyarakat dengan radio siaran swasta.
c. Untuk mengetahui tanggapan yang diberikan oleh masyarakat mengenai program atau acara radio siaran swasta yang berkaitan dengan lingkungan.
2. Tujuan Subyektif
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan jenjang studi strata satu di Universitas X.

D. Tinjauan Pustaka
Hakikat komunikasi dalam arti luas adalah suatu kegiatan manusia baik secara pribadi maupun kolektif sebagai masyarakat untuk menyebarluaskan gagasan atau pikiran, fakta ataupun data agar gagasan, fakta dan data tersebut menjadi milik bersama.
Dalam batasan ini komunikasi juga berfungsi sebagai usaha

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:52:00

Skripsi Peranan Kampanye Anti Narkoba Pada Pemahaman Narkoba Bagi Siswa-Siswi SMA X

(Kode ILMU-KOM-0011) : Skripsi Peranan Kampanye Anti Narkoba Pada Pemahaman Narkoba Bagi Siswa-Siswi SMA X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia yang hidup dalam masyarakat tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Semenjak bangun tidur manusia secara kodrati senantiasa melakukan suatu komunikasi. Pengertian komunikasi itu sendiri secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu Communicatio, dan perkataan ini berasal dari kata communis yang berarti sama yaitu sama makna (lambang) mengenai suatu hal. 1 Sebagai contoh, jika dua orang terlibat dalam suatu pembicaraan dimana salah satunya menanggapi atau mengerti maksud dari pembicaranya. Sehingga, timbul adanya suatu timbal balik. maka, komunikasi ini berjalan dengan baik. Sedangkan secara terminologis komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain baik secara verbal (secara lisan ) maupun non verbal (simbol-simbol).
Komunikasi dapat terjadi apabila ada komunikator(orang yang menyampaikan pesan atau informasi) dan komunikan (orang yang mendapatkan informasi atau pesan). Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, emosi, ketrampilan dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik dan lain-lain. Kegiatan atau proses penyampaiannya biasa dinamakan komunikasi.2 Dengan adanya komunikasi seseorang akan lebih mudah mendapatkan suatu informasi. Seperti halnya, dengan diadakannya kampanye anti narkoba yang dicanangkan oleh pemerintah baik secara verbal (dengan menggunakan bahasa) maupun komunikasi secara non verbal (menggunakan simbol atau tanda seperti lambang). Dalam komunikasi terdapat dua proses yaitu proses komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara sekunder.3
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial (berkomunikasi melalui gerakan tubuh seperti mengedipkan mata), isyarat, gambar, warna, dan sebagainya, yang secara langsung ”menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Sedangkan proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Selain itu juga, keberhasilan komunikasi bukan hanya ditentukan oleh medianya saja akan tetapi keberhasilan juga ditentukan oleh peranan komunikator sebagai penyampai pesan. Pesan yang akan disampaikan itu hendaknya dapat lebih mengena khalayaknya. Seperti halnya kampanye anti narkoba yang diselenggarakan di sekolah-sekolah salah satunya SMU X. Program ini difokuskan pada anak-anak remaja terutam a dikalangan anak-anak sekolah.
Sebelum membahas tentang kampanye anti narkoba terlebih dahulu membahas tentang kampanye itu sendiri. Pengertian kampanye secara umum yang telah dikenal sejak tahun 1940-an. Kampanye adalah menampilkan suatu kegiatan yang bertitik tolak untuk membujuk. Kesuksesan suatu kampanye dipengaruhi oleh seberapa banyak pesan kampanye itu disebarluaskan baik melalui media sekaligus. Kampanye tersebut dapat diterima oleh khalayak atau tida k tergantung dari isi pesan kampanye itu sendiri. Banyak juga persepsi yang berbeda-beda dari khalayak. Oleh karena itu, para pelaksana kampanye harus menghindari hal-hal yang tidak di inginkan, yang dimana khalayak tersebut berbalik menentang sehingga mereka tidak akan mengikuti atau menjalankan isi dari pesan kampanye tersebut. Sering kali pelaksana kampanye tidak diterima oleh khalayak. Kegagalan seperti itu kerap kali terjadi. Dengan adanya kegagalan seperti itu bukan berarti problem yang dikampanyekan tidak dapat terpecahkan, mungkin strategi kampanye tersebut masih kurang tepat sehingga kurang mengena di mata khalayak. 4
Setelah mengetahui tentang kampanye kini maka penulis mencoba untuk menjelaskan tentang narkoba. Mungkin di era globalisasi ini sudah tidak heran lagi dengan adanya narkoba. Narkoba kini telah merajalela dimanamana. Narkoba ini telah diedarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sebenarnya mereka tahu akan bahayanya narkoba. Akan tetapi, karena tergiur sejumlah uang yang begitu banyak pada akhirnya para pengedar tidak memperdulikan lagi akan bahayanya narkoba. Dan lebih parahnya lagi, mereka mengedarkannya kepada generasi muda baik di sekolah, kantor, kampus bahkan di jalan-jalan. Oleh karena itu, sebelum terjerumus ke dalam narkoba sebaiknya, perlu diketahui terlebih dahulu tentang apa itu narkoba.
Narkoba singkatan dari Narkotika dan Obatan-obatan terlarang. Istilah narkotika berasal dari bahasa Yunani Narkotikos, yang berarti menggigil. Ditemukan Kali pertama dari substansi-substansi yang dapat membantu orang untuk tidur. Narkotika atau obat bius yang bahasa Inggrisnya disebut ”narkotic” adalah semua bahan obat yang mempunyai efek kerja. Pada awalnya narkotika memiliki khasiat dan bermanfaat bagi ilmu kedokteran. Narkotika kemudian menjadi permasalahan karena akibat dari penyalahgunaan pemakaian, sehingga adanya motivasi lain untuk dijadikan komoditas ilegal oleh segolongan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.5
Lebih kurang 30% penduduk Indonesia adalah remaja yang berusia 10- 24 tahun. Selain merupakan potensi yang luar biasa bagi usaha -usaha pembangunan maka usia tersebut juga merupakan sasaran utama dalam penyalahgunaan narkoba. Hal tersebut akan menjadi runyam manakala kita ketahui bahwa kegiatan kejahatan narkoba adala h kegiatan yang tersusun rapi dan bersifat internasional yang beroperasi dengan sistem jaringan yang tertutup dan rahasia.6 Selain itu juga, banyak diantara para siswa masih belum paham akan bahayanya nakoba. Sehingga dengan mudahnya Mereka tertipu oleh bujuk rayu dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Menurut data Direktorat Pembinaan Kesehatan Pemprov Jatim, dari 400 kasus narkoba di Jatim yang terjadi selama XXXX, sebanyak 60 persen di antaranya adalah berusia 15-19 tahun. Seluruhnya adalah pelajar SLTP dan SMU.7
Maka dari itu, pihak sekolah mengadakan suatu kampanye untuk memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi mereka. Kampanye anti narkoba ini digalakkan karena adanya fenomena -fenomena yang telah melibatkan beberapa remaja bahkan siswa sekolah. Pengguna narkoba di kalangan siswa SMU di X ternyata cukup banyak dan ada yang berasal dari keluarga harmonis.
Penyebab utama yang paling dominan anak SMU terlibat narkoba adalah kepribadian yang rapuh. Penegasan itu dikemukakan Ketua Tim Peneliti Faktor-faktor Penyebab Siswa SMU Mengkonsumsi Narkoba, Lemlit Universitas Putra Bangsa (UPB) Murphy J. Sembiring, S.E., M.Si. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan November -Desember XXXX. Dari 500 siswa SMU di X, 85 di antaranya adalah wanita. Dan semua responden yang diwawancarai adalah pemakai narkoba.8 Mendiknas juga mengungkapkan berdasarkan hasil penelitian penyalahgunaan narkoba pada siswa SMP, SMA, dan SMK yang dilakukan melalui tes urine di tiga kota yaitu DKI Jakarta, Bandung, dan Denpasar yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Depdiknas bekerjasama dengan Pusat Laboratorium Terapi dan Rehabilitasi BNN pada XXXX menunjukkan bahwa dari sampel sebanyak 1.155 siswa terdapat 19 orang atau 1,6 persen diantaranya adalah penyalahguna narkoba.9 Tak jarang dari mereka yang telah meninggal dunia dikarenakan ”Overdosis”. Selain itu juga menurut M. Syamsul Muarif, program manajer Lembaga Studi Pembelajaran untuk Pencerahan (LSP2), dari 75 penderita positif HIV, 15 persen di antaranya kalangan remaja berusia 15-20 tahun. Remaja tersebut mengidap HIV positif karena menjadi pecandu narkoba. 10 Menurut Ketua Masyarakat Peduli AIDS Indonesia Zubairi Djoerban pada tahun XXXX ada 50 pasien baru HIV dalam sebulan, dan 80-90 persennya adalah pengguna narkoba dan termasuk siswa sekolah. Belum lagi resiko terkena hepatitis C, penyakit hati menahun, dan kanker hati yang akan berakhir dengan kematian. 11
Dengan adanya fenomena-fenomena yang seperti itu pihak pemerintah dan sekolah gencar mengkampanyekan anti narkoba dikalangan remaja. Disela-sela mengkampanyekan anti narkoba pihak pemerintah juga menggunakan teknik ganjaran (pay of Technique)12 yaitu kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara menjanjikan hal-hal yang menguntungkan atau yang menjanjikan harapan. Misalnya, dengan cara memberi hadiah bagi siswa yang mengetahui dan mampu dengan segera memberitahukan kepada pihak berwajib atau pihak sekolah tentang adanya penjualan narkoba yang beredar dikalangan siswa dilingkungan sekolah mereka. Selain teknik ganjaran (pay of technique) biasanya juga menggunakan teknik ”pembangkit rasa takut” (Fear arousing), yaitu suatu cara yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan konsekuensi yang buruk. Misalnya dengan cara memperlihatkan akibat yang ditimbulkan jika siswa menggunakan narkoba.
Untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap kampanye anti narkoba ini, maka diperlukan adanya pertanyaan yang diajukan kepada siswa tentang materi yang telah disajikan oleh narasumber. Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi tiga yaitu rana h kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. 13
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan ketrampilan intelektual. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Sedangkan Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan untuk bertindak.
Jadi, dari pengertian pemahaman diatas dapat penulis simpulkan bahwa siswa dapat dikatakan paham apabila siswa mengerti serta mampu untuk menjelaskan kembali dengan kata-katanya sendiri tentang materi yang telah disampaikan oleh narasumber, bahkan mampu untuk menerapkan ke dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, lingkungan sekitar dan di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk meneliti sejauhmana siswa SMU di X paham tentang adanya suatu kampanye anti narkoba.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Adakah pemahaman siswa-siswi SMA X terhadap narkoba?.
2. Kalaupun ada sejauh mana pemahaman siswa-siswi SMA X terhadap narkoba?.

B. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pemahaman tentang narkoba bagi siswa dan siswi SMU X terhadap kampanye anti narkoba.

C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Guna menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti untuk memperkaya ilmu pengetahuan tentang narkoba yang diharapkan agar bermanfaat bagi generasi yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan mampu dijadikan bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan pengawasan terhadap siswanya agar tidak salah langkah dalam menyingkapi keberadaan dan bahayanya narkoba terhadap siswa-siswanya yang berkembang di sekitar lingkungannya.

D. Definisi Operasional
Guna memperjelas arah pembahasan lebih lanjut serta untuk menguji dugaan yang mungkin benar dan salah dalam penafsiran perumusan masalah, maka berikut ini penulis paparkan kajian pengertian kampanye anti narkoba yang dianggap relevan dengan maksud dan tujuan penelitian ini.
1. Peranan
Menurut kamus bahasa Indonesia adalah fungsi.14 Dimana maksud peranan ini adalah bahwa kampanye anti narkoba sangat berfungsi untuk penambahan pemahaman siswa tentang narkoba.
2. Kampanye
Menurut kamus bahasa Indonesia adalah serentak mengadakan gerakan bisik- gerakan dengan jalan menyiarkan kabar angin kampanye. Menurut Rice dan Paisley menyebutkan bahwa kampanye adalah keinginan untuk mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku orang lain dengan daya tarik yang komunikatif.15
3. Anti
Menurut kamus bahasa Indonesia adalah menolak, melawan, dan menentang.16
4. Narkoba
Bahan zat baik secara alamiah maupun sintetis yaitu narkotika, psikotropika dan zat adiktif jika masuk ke dalam tubuh manusia tidak melalui aturan ke sehatan berpengaruh terhadap otak pada susunan pusat dan bila disalahgunakan bertentangan ketentuan hukum. 17
5. Pemahaman
Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pemikiran. Memahami maksudnya menangkap maknanya adalah tujuan akhir dari setiap belajar.18
6. Siswa
Murid, terutama pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. 19

E. Sistematika Pembahasan
Pembahasan ini terdiri atas lima bab antara lain yaitu:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
BAB II : Kajian teoritis berisi tentang peranan kampanye anti narkoba terhadap pemahaman siswa SMA X.
BAB III : Metode Penelitian berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, obyek penelitian, teknik sampling, variabel dan indikator penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.
BAB IV : Penyajian dan analisis data yang berisi tentang gambaran umum obyek penelitian, penyajian data, pengujian hipotesis dan ana lisis, pembahasan hasil penelitian.
BAB V : Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:50:00

Skripsi Peranan Public Relation Dinas Informasi Dan Komunikasi Dalam Menyebarluaskan Informasi Pembangunan

(Kode ILMU-KOM-0012) : Skripsi Peranan Public Relation Dinas Informasi Dan Komunikasi Dalam Menyebarluaskan Informasi Pembangunan

BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah
Perkembangan Public Relation (PR) saat ini maju dengan pesatnya. Setiap instansi dipastikan membutuhkan praktisi PR. Keberadaannya sangat dibutuhkan karena PR mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu instansi tersebut. Kemajuan dan kemunduran instansi itu tergantung dengan kinerja PR sendiri. PR merupakan profesi yang menjadi mediator antara lembaga yang diwakilinya dengan para public baik eksternal maupun internal. PR seyogyanya bisa membangun hubungan baik dengan mereka, karena hal ini nantinya bisa memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak
Dengan kata lain ciri khas dari PR adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two way communication) antara lembaga dengan public yang bertujuan untuk me nciptakan saling pengertian dan dukungan bagi terciptanya suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi barang/pelayanan jasa dan sebagainya. Demi kemajuan instansi yang bersangkutan. 1 PR tidak hanya memberikan informasi kepada publiknya akan tetapi, PR juga menerima informasi dari publiknya. Oleh karena itu masing-masing pihak akan mengetahui keinginan pihak yang lainnya. Proses komunikasi yang dilakukan oleh PR pada sebuah instansi adalah hal yang sangat penting dimana peran PR tersebut bukanlah sebuah tugas yang mudah dan sepele yang bisa dilaksanakan secara personal tanpa adanya kerjasama dari sebuah tim yang solid serta tanpa sebuah rencana kerja yang efektif, efisien, dan komprehensif, dan juga didukung oleh para orang-orang yang ahli dibidang ini.
Oleh sebab itu PR memegang peranan penting dalam sebuah instansi, Menurut Dozier dan Broom, “peranan PR ada empat kategori diantaranya : sebagai penasehat ahli (expert prescriber), fasilitator komunikasi (communication fasilitator), fasilitator proses pemecahan masalah (problem solving process fasilitator), dan teknisi komunikasi (communication technician)”.2
Peranan-peranan diatas bisa dijadikan sebagai bahan pedoman untuk menyukseskan program-program yang sedang dilakukan serta sebagai bekal untuk meningkatkan kinerja PR. Tidak hanya instansi berskala kecil, lembaga besar juga sangat membutuhkan akan jasa PR, karena disuatu lembaga itu bisa dipastikan memiliki banyak kepentingan dan tanggung jawab social, setiap public pasti memiliki keinginan, kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Bahkan dari keinginan itu bisa menjadi konflik bagi instansi itu sendiri yang dikhawatirkan bisa menggangu kestabilan instansi tersebut apabila tidak dicari pemecahannya secara cepat dan akurat. Oleh karena itu sekali lagi praktisi PR dituntut untuk menciptakan kerjasama dengan dasar hubungan baik dengan publiknya. Secara sederhana tugas PR bisa dikatakan mentransformasi sebuah informasi dari instansi kepada public.
Seiring perkembangan te knologi yang semakin canggih, system informasi juga mengalami kemajuan yang begitu cepat. Berbagai macam informasi saat ini, tidak dipungkiri bisa dijadikan suatu kebutuhan oleh masyarakat didalam kehidupannya. Baik dalam kegiatan perekonomian, kebudayaan, social, maupun pembangunan. Selain untuk masyarakat itu sendiri, keberadaan informasi juga sangat mendukung dalam peningkatan efisiensi serta produktivitas suatu instansi, serta mendorong terwujudnya masyarakat yang makmur dan sejahtera.
Selain itu sis tem informasi saat ini juga dirancang dan dikembangkan serta dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan, sehingga sistem informasi sekarang diarahkan untuk menunjang perencanaan pembangunan. Oleh karena itu informasi ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat luas yang berada di propinsi X. Pembangunan merupakan sebuah proses,3 yang tidak bisa langsung berkembang dalam waktu yang relative singkat. Dalam undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah telah dibuka saluran baru bagi pemerintah propinsi dan kabupaten untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada masyarakat setempat, untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.4
Dalam hal ini telah diaplikasikan oleh Dinas Informasi dan Komunikasi (Infokom) Propinsi X. Meskipun hanya sebagian dari misi pemerintah. Apabila informasi pembangunan ini nantinya bisa dimengerti dan dipahami oleh para masyarakat, maka praktisi PR bisa mewujudkan misi pemerintah, diantaranya adalah “Mewujudkan Indonesia yang aman dan damai, Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis serta mewujudkan Indonesia yang sejahtera.”5
Sebagaimana diketahui bahwa Dinas Informasi dan Komunikasi merupakan instansi pemerintahan, maka PR disini bisa dikatakan sebagai PR pemerintahan bukan seperti PR perusahaan pada umumnya, karena Dinas Informasi dan Komunikasi (Infokom) Propinsi X merupakan wakil dari Pemerintah yang akan mendistribusikan semua informasi kepada masyarakat luas. Oleh sebab itu PR pemerintahan perlu mengerti tujuan dan program pemerintah yang perlu disampaikan kepada masyarakat. Ia dituntut memiliki pengetahuan mengenai system pemerintahan dan seluk beluk negara. Hal ini disebabkan karena PR pemerintahan harus bertindak sebagai juru bicara pemerintah,6 yang dalam hal ini adalah Pemerintah Propinsi X.
Dinas Infokom X merupakan instansi yang mempunyai peran utama dalam bidang pelayanan publik, terutama dalam hal layanan kebutuhan informasi kepada seluruh masyarakat khususnya di Propinsi X. Dibentuk oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Propinsi X pada tahun 2000 melalui Perda nomor 11 tahun 2000, dan diperbarui dengan Perda nomor 13 tahun 2002. Selain peran utama sebagai pelayan publik, juga berperan membantu Gubernur Jatim dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dan pembangunan di bidang informasi dan komunikasi. Dan memfasilitasi berbagai media massa umum dalam membangun masyarakat Informasi yang demokratis, maju, berbudaya, untuk mewujudkan masyarakat informasi yang mandiri. 7
Peran PR dalam menyebarluaskan informasi sangat penting, asalkan didukung dengan teknik penyampaian yang baik dan benar dalam menjembatani partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Karena dengan informasi itu orang bisa senang, susah, bahagia, menyesal, serta dapat celaka. Selain itu tugas PR pemerintahan adalah membentuk opini publik, menampung dan mengolah pesan serta aspirasi masyarakat,
Mengklasifikasikan data dan informasi yang berkembang dimasyarakat, serta mensosialisasikan kebijakan dan program kebijakan pemerintah dan sebagai penghubung antara instansi dengan pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan PR pemerintah terdiri dari kelompok media, internal lembaga, serta kelompok lembaga swadaya masyarakat dan lembaga kemasyarakatn. Pemangku kepentingan berfungsi sebagai mitra praktisi PR Pemerintah dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi. 8
Praktisi PR tidak akan bisa melaksanakan tugas dan peranannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lainnya. Begitu pula dengan PR Dinas Infokom yang bekerjasama dengan sub dinas lainnya yaitu media informasi. Untuk lebih jelasnya akan peneliti bahas pada bab selanjutnya. Meskipun kedua subdin tersebut memiliki tugas dan fungsi masing-masing akan tetapi diantara mereka terdapat hubungan yang saling terkait da n tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

B Rumusan Masalah
Bagaimanakah peranan PR Dinas Infokom Propinsi X dalam menyebarluaskan informasi pembangunan ?

C Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendes kripsikan lebih mendalam tentang peranan PR Dinas Infokom dalam menyebarluaskan informasi pembangunan.

D Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memper kaya kajian ilmu komunikasi khususnya minat studi public relation. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai masukan bagi para mahasiswa komunikasi.
2. Secara praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi PR, serta dapat dijadikan masukan ataupun usulan bagi dinas Infokom Propinsi X, khususnya pada bagian PR.

E Definisi Konsep
“ Menurut R. Merton, konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati ; konsep menentukan antara variabel-variabel mana kita ingin menentukan adanya empiris”.9
Oleh karena itu batasan pada konsep sangat diperlukan, supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan serta memahami konsep-konsep yang diajukan oleh peneliti, diantaranya :
1. Peranan Public Relation
“Peranan adalah sesuatu yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.10 Sehingga peranan ini nantinya lebih peneliti khususkan pada apa saja yang dilakukan oleh praktisi PR serta tugas-tugasnya di Dinas Infokom Propinsi X.
“Publik Relation adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh suatu lembaga atau organisasi dan badan usaha melalui para petugas public relation (PRO) untuk merumuskan organisassi atau struktur dan komunikasi guna menciptakan saling pengertian yang lebih baik antara lembaga itu dengan khalayaknya (orang-orang yang harus selalu dihubungi)”11 Praktisi PR tersebut memang harus diemban oleh sebuah organisaai yang terdiri orang-orang yang mempunyai keahlian dibidangnya, serta berkompeten.
2. Dinas Infokom adalah unsur pelaksana pemerintah propinsi dibidang informasi dan komunikasi. Secara tidak langsung Dinas Infokom membantu gubernur dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan dibidang informasi dan komunikasi.
3. Informasi Pembangunan
Informasi adalah produk kegiatan dari proses pencarian, pengolahan dan proses penyampaian data, keterangan dan penjelasan dibidang politik, keamanan, ekonomi, keuangan, dan industri serta kesejahteraan rakyat agar dapat dijadikan sumber informasi yang dapat dipercaya bagi masyarakat.12
Pembangunan adalah menurut W. W. Rostow mendefinisikan sebagai proses beralihnya masyarakat tradisional manjadi masyarakat industri. 13 karena studi penelitian ini pada Dinas Infokom Propinsi X, maka pembangunan ini meliputi wilayah di X.
Sehingga Informasi pembangunan ini lebih peneliti batasi pada aspek kesejahteraan masyarakat dari sudut pandang pendidikan.

F Sistematika Pembahasan
Supaya memudahkan dalam penelitian, maka disusunlah pembahasan sebagai berikut:
Bab Pertama, Pendahuluan. Dalam bab ini, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua, Kerangka Teoritik. Dalam bab ini, penulis membagi dalam tiga subbab, Pertama berisi tinjauan tentang public relation, Kedua , berisi tinjauan tentang informasi, Ketiga, korelasi antara teori dengan permasalahan yang diteliti. Keempat, berisi tinjauan tentang penelitian terdahulu yang relevan.
Bab Ketiga, Metode Penelitian. Dalam bab ini, berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, subjek penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.
Bab Keempat, Penyajian dan Analisis Data. Dalam bab ini, peneliti membagi dalam dua subbab, Pertama, berisi tinjauan tentang penyajian data yang meliputi deskriptif umum objek penelitian, deskriptif hasil penelitian. Kedua, berisi tinjauan tentang bentuk peranan PR dalam menyebarluaskan informasi pembangunan : Tinjauan Teori Peranan (Role Theory)
Bab Kelima, Penutup. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:50:00

Skripsi Pemakaian Bahasa Jawa Dalam Iklan Radio Di Kota X (Tinjauan Sosiolinguistik)

(Kode ILMU-KOM-0009) : Skripsi Pemakaian Bahasa Jawa Dalam Iklan Radio Di Kota X (Tinjauan Sosiolinguistik)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk individu dan makluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia perlu berinteraksi dengan manusia lain. Dalam interaksi, manusia menggunakan bahasa agar dapat menyampaikan apa yang mereka maksudkan. Menurut Harimurti Kridalaksana (1993: 21) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Hal ini bisa dicermati bahwa bahasa merupakan unsur terpenting dalam sebuah komunikasi.

Salah satu jenis alat komunikasi yaitu radio karena dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai hal kepada masyarakat. Bahasa Jawa yang digunakan untuk berkomunikasi di radio merupakan cerminan bahasa masyarakat. Hal ini dapat dipahami apabila kita memperhatikan dan menyimak jenis bahasa yang digunakan dalam siaran acara di radio. Bahasa yang merupakan cerminan bahasa dari masyarakat dapat menyebabkan gejala sosial, yang tidak dapat dilepaskan dari pemakaiannya.
Gejala sosial dalam pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik, antara lain faktor-faktor sosial dan faktor-faktor situasional. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa antara lain tingkat ekonomi, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan sebagainya. Pemakaian bahasa yang dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional yaitu siapa yang berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana dan mengenai masalah apa. Hal tersebut dirumuskan secara singkat oleh Fishman (dalam Suwito, 1983:3) yaitu who speak, what language to whom and when ‘siapa yang berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, dan kapan’.
Salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari bahasa dengan berbagai macam hubungannya dengan manusia disebut sosiolinguistik. Sementara itu, Fishman (dalam Suwito, 1983:4) berpendapat bahwa sosiolingustik sebagai studi tentang sifat-sifat khusus (karakterisasi) variasi bahasa, sifat-sifat khusus fungsi bahasa dan sifat-sifat khusus pemakaian bahasa dalam jalinan interaksi suatu perubahan-perubahan antara ketiganya di masyarakat tuturnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa peristiwa alih kode, campur kode, dan interferensi saat penutur berganti-ganti bahasa atau ragam bahasa merupakan bagian dari kajian sosiolinguistik
Selain sebagai gejala sosial yang timbul dalam masyarakat, bahasa merupakan alat pengungkap yang baik dan dapat menimbulkan efek tertentu, bukan saja menggambarkan objek itu semirip mungkin tetapi dapat juga melahirkan setepat-tepatnya apa yang dimaksudkan. Selain memiliki kecermatan dan pemahaman, seseorang harus memiliki pula kemampuan untuk mempergunakan kata-kata yang tepat menggambarkan dengan seteliti-telitinya apa yang dikehendakinya. Lebih-lebih bila seseorang bertujuan mempengaruhi orang lain, misalnya dalam periklanan.
Iklan merupakan salah satu jenis dan bentuk siaran dalam radio yang biasanya diputar setiap jeda acara. Terutama pada acara yang memiliki rating tinggi. Terkadang iklan memberi hiburan tersendiri bagi pendengarnya dengan kemasan yang unik dan mudah diingat baik dari ilustrasi musik maupun bahasa yang digunakan. Dengan demikian bahasa iklan di radio harus dapat menarik konsumen supaya orang yang mendengar dapat tertarik pada produk yang ditawarkan.
Iklan merupakan salah satu bentuk pesan. Dalam dunia usaha kebutuhan iklan bagi pengusaha merupakan hal yang penting. Hal ini disebabkan oleh persaingan produk yang semakin ketat. Untuk itulah pembuat iklan dituntut untuk mengemas iklan dengan semenarik mungkin. Salah satunya adalah dengan diksi (pemilihan kata-kata) yang tepat dan memberi efek tertentu pada pendengarnya, sehingga iklan tidak terasa monoton dan membosankan.
Bahasa iklan merupakan hal yang sangat menarik untuk dijadikan bahan penelitian oleh karena pada pemakaian bahasa Jawa dalam iklan terdapat adanya alih kode, campur kode, dan interferensi. Penelitian sebelumnya membahas tentang pemakaian bahasa Jawa dalam iklan di radio sebagai berikut.
Dwi Astuti BW pada tahun 1986 berupa skripsi dengan judul Bahasa Jawa dalam Register Iklan (Suatu Tinjauan Deskriptif Sosiolinguistik). Hasil penelitian ini mendeskripsikan latar belakang pembuatan register, komponen tutur dan pengaruh wacana iklan.
Agus Budiyono pada tahun 1999 yang berupa skripsi dengan judul Iklan Berbahasa Jawa di Radio Se-kodia Surakarta. Hasil penelitian ini mendeskripsikan jenis-jenis iklan, struktur kebahasaan iklan dan pemakaian gaya bahasa berdasarkan pilihan kata. Hal tersebut berbeda dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis menekankan pada bentuk bahasa dalam penggunaan alih kode, campur kode, dan interferensi bahasa, faktor penentu bahasa serta fungsi bahasa Jawa dalam iklan di radio. Berdasarkan dari kenyataan-kenyataan tersebut di atas, maka penelitian ini berjudul Pemakaian Bahasa Jawa dalam Iklan Radio di Kota X (Tinjauan Sosiolinguistik).
Adapun alasan penelitian ini didasarkan atas dua pertimbangan sebagai berikut. Pertama, radio merupakan salah satu alat komunikasi yang cukup komunikatif dan juga disukai oleh masyarakat.
Kedua, bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat X sangat unik karena kurang memperhatikan tingkat tutur bahasa Jawa yang ada. Hal ini dimungkinkan pada latar belakang masyarakatnya yang tidak begitu mempermasalahkan status sosial. Menurut mereka yang sebagian berwiraswasta di bidang kerajinan batik, kedudukan antara pekerja dengan pemilik modal adalah sama, sebagai mitra-kerja dalam usaha tersebut. Untuk itu penggunaan bahasa yang menggunakan tingkat tutur tidak menjadi ukuran dalam pergaulan mereka. Kecuali, mereka lebih memandang orang-orang yang memiliki ilmu agama dan perilaku keagamaan yang lebih baik daripada masyarakat pada umumnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan di X hanya sebagai alat komunikasi saja merupakan identitas dari kelas sosial tertentu seperti pada masyarakat pada umumnya. Ketiga belum pernah ada yang mengkaji secara khusus dalam penelitian seperti ini di Kota X.
1.2 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah sangat diperlukan dalam suatu penelitian yang dapat memberikan ruang lingkup yang dikaji dalam penelitian itu. Mengingat suatu permasalahan selalu berkaitan dengan aspek-aspek yang melingkupinya, sehingga ruang lingkupnya bisa sangat luas. Moleong (1994:103) mengatakan bahwa “pembatasan yang cermat sangat menentukan keberhasilan penelitian”
Penelitian ini membatasi kajian pada pemakaian bahasa Jawa dalam iklan radio di X. Dalam hal ini wujud bahasa Jawa yang penulis soroti adalah penggunaan alih kode, campur kode, dan interferensi pada iklan di radio. Selain wujud bahasa penulis juga menyoroti fungsi bentuk bahasa Jawa dan faktor penentu.

1.3 Perumusan Masalah
Dalam suatu penelitian diperlukan masalah yang akan dikaji, untuk lebih mempertegas ruang lingkup yang akan diteliti. D. Edi Subroto menegaskan bahwa “masalah yang akan diteliti perlu diklasifikasikan secara lebih terinci dan dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan” (1992:88). Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimanakah bentuk iklan radio berbahasa Jawa (tingkat tutur, interferensi, alih kode, dan campur kode,) di Kota X ?
2) Bagaimanakah fungsi bentuk bahasa Jawa dalam iklan radio di Kota X ?
3) Apakah yang melatarbelakangi terjadinya alih kode, campur kode dan interferensi?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut.
1) Medeskripsikan tentang bentuk bahasa iklan (meliputi tingkat tutur, peristiwa interferensi, alih kode, dan campur kode dalam bahasa Jawa) radio di Kota X.
2) Mendeskripsikan fungsi bentuk bahasa Jawa dalam iklan radio di Kota X.
3) Mendeskripsikan latar belakang terjadinya interferensi, alih kode, dan campur kode yang terdapat dalam tuturan iklan radio di Kota X.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah suatu penelitian memberikan sumbangan baik ke arah pengembangan ilmu maupun pemecahan masalah yang bersifat praktis (D.Edi Subroto, 1992:91). Untuk itu diharapkan bagi penulis dari penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis.
1. Manfaat teoretis dalam penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang teori sosiolinguistik, khususnya pada penggunaan alih kode, campur kode dan interferensi.
2. Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a) Dapat menambah pengetahuan tentang pemakaian bahasa Jawa dalam iklan radio.
b) Menambah satu bacaan bagi dunia kepustakaan dalam khasanah sisi linguistik Jawa
c) Memberi motivasi kepada mahasiswa yang mengadakan penelitian sejenis, agar dapat dikembangkan lebih lanjut.

1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut.
Bab pertama, pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, landasan teori yang berisi tentang pengertian iklan, tujuan iklan, klasifikasi iklan, fungsi iklan, media iklan, alih kode, campur kode, interferensi, dan faktor penentu pemakaian bahasa.
Bab ketiga, metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, data dan sumber data, alat penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis data, metode penyajian hasil analisis data.
Bab keempat, pembahasan yang berisi tentang hasil analisis dan pembahasan sesuai dengan masalah yang akan dibahas, yaitu mengenai pemakaian bahasa Jawa dalam iklan radio di Kota X (suatu kajian sosiolinguistik).
Bab kelima, penutup yang berisi tentang simpulan dan saran sesuai dengan hasil dan pembahasan yang dilaksanakan dalam penelitian.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:49:00

Skripsi Komunikasi Interpersonal Antara Pengasuh, Pengurus dan Santri di Pondok Pesantren X

(Kode ILMU-KOM-0007) : Skripsi Komunikasi Interpersonal Antara Pengasuh, Pengurus dan Santri di Pondok Pesantren X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial apabila orang telah mengadakan hubungan tetap, maka system komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut mempererat atau mempersatukan mereka mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul1.
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok manusia kecil dengan berbagai efek dan umpan balik (feed back )2.
Berkomunikasi merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu ada sejumlah kebutuhan manusia di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan dengan lewat komunikasi dengan sesamanya.
Komunikasi antarpribadi juga sangat penting bagi kebahagiaan hidup kita. Johnson (1981) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia3.
Pertama, komunikasi antarpribadi membentuk perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Di awali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan ole h kualitas komunikasi kita dengan orang lain itu.
Kedua, identitas atau jati-diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.
Ketiga, dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan kepercayaan orang lain tentang realitas yang sama. Tentu saja perbandingan sosial (social comparison) semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain.
Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita. Bila hubungan kita orang lain diliputi berbagai masalah, maka tentu kita akan merasa menderita, merasa sedih,cemas, frustrasi. Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar orang lain maka rasa sedih dan terasi yang mungkin kita alamipun tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan penderitaan emosional atau batin, bahkan mungkin penderitaan fisik.
Agar merasa bahagia kita membutuhkan konfirmasi dari orang lain, yakni pengakuan berupa tanggapan dari orang lain bahwa diri kita normal, sehat dan berharga. Lawan dari konfirmasi adalah diskonfirmasi, yakni penolakan dari orang lain berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa diri kita abnormal tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya itu hanya kita peroleh lewat komunikasi antarpribadi, komunikasi dengan orang lain4.
Adapun fungsi dari komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah5:
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain.
2. Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk mengetahui lingkungan kita secara baik.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan baik antar personal.
4. Mengubah sikap dan perilaku.
5. Bermain dan mencari hiburan dengan berbagi kesenangan pribadi.
6. Membantu orang lain dalam menyelesaikan persoalan.
Fungsi global dari komunikasi antarpribadi adalah menyampaikan pesan yang feed backnya diperoleh saat proses komunikasi tersebut berlangsung6.
Dan di dalam kehidupannya, setiap manusia baik personal maupun lembaga tidak dapat melepaskan diri dari aktifitas komunikasi, termasuk dalam lembaga Pondok Pesantren X ini. Disini, terdapat beberapa anak dari berbagai daerah dan suku berumpul menjadi satu, mulai dari dalam kota, luar kota maupun luar pulau, dan mereka memiliki tujuan yang sama yakni untuk menimba ilmu, baik ilmu Agama (non formal) maupun Ilmu pengetahuan umum (formal). Santri yang tinggal di Pondok Pesantren X ini adalah mayoritas dari anak-anak kaum dhu’afa’, yatim, piatu maupun yatim piatu. Karena pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat besar dalam meningkatkan eksistensi manusia untuk menghadapi hidup, maka sepatutnyalah anak-anak ini dapat perhatian dan mendapatkan kedudukan yang selayaknya baik di dunia maupun di akherat dari menganyam sebuah pendidikan.
Seperti yang di jelaskan dalam Al-Qur’an Q.S. Al-Mujadalah :11, yang berbunyi7 :
“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat”.
Nabi Muhammad SAW juga bersabda8 :
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) kedua orang tuanyalah yang menyebabkan ia menjadi yahudi, nasrani atau majusi”.
Untuk itulah bagi anak-anak yang tidak memiliki orang tua atau yang memang orang tua mereka tidak mampu memfasilitasi pendidikan mereka dengan layak karena keterbatasan ekonomi atau karena tidak percaya diri karena tidak bisa mendidik anak–anak mereka secara islami, maka mereka lebih mempercayakan dalam masalah pendidikan anak pada lembaga pendidikan muslim seperti di Pondok Pesantren X ini agar anak mereka menjadi anak yang bertakwa dan selamat dunia akherat. Pondok Pesantren X ini adalah merupakan sebuah yayasan pendidikan dan sosial yang berdiri pada hari sabtu pahing 18 Shofar 1413 H atau 21 Nopember 1992, berlokasi di X, dirikan dan diasuh secara langsung oleh KH. Abdul Mu’thy Nurhadi, SH. Pondok Pesantren X ini membuka penerimaan santri baru setiap saat, maka dari itu jumlah santri yang ada di Pondok Pesantren X ini selalu mengalami perubahan. Karena santri (siswa) yang berdomisili di Pondok Pesantren X ini berasal dari berbagai suku dan latar belakang yang berbeda untuk itulah maka diperlukan sebuah komunikasi yang efektif agar mencapa i suatu tujuan baik dari sang pengasuh, pengurus dan santri. Juga komunikasi antara santri dengan santri.
Dan di sinilah peran komunikasi interpersonal sangat berpengaruh pada kehidupan mereka sehari-hari, baik antara pengasuh dan santri, pengasuh dan pengurus, pengurus dan santri juga antara santri dan santri.
Seperti yang biasa kita ketahui bahwa kehidupan di dalam pondok pesantren kebanyakan baik dalam sikap maupun perilaku adalah sebisa mungkin selalu sesuai dengan Al-Quran dan Hadist. Di pondok pesantren X ini juga seharusnya tidak jauh dengan keadaan yang demikian. Adanya komunikasi personal antara pengasuh, pengurus dan santri, bagaimana sikap santri terhadap pengasuh dan keluarga ndalem, sikap santri terhadap para pengurus atau ustadz ustadzah secara tradisi santri memang harus bersikap hormat dan ngawulo (tunduk) terhadap guru dan keturunannya. Hal ini seperti diterangkan dalam kitab Ta’limul Muta’alim 9 :
“Ketahuilah, para pelajar (Santri) tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya, tanpa menhormati mau menghormati ilmu dan guru”.
Dalam hal ini bahkan sayyidina Ali Karromallahu Wajha berkata10:
“Aku adalah sahaya (budak) orang yang mengajarku walau hanya satu huruf, jika dia mau silahkan menjualku atau memerdekakanku atau tetap menjadikanku sebagai budak ”.
Hal ini menunjukkan bahwa tutur kata dan perilaku para santri memang diatur sedemikian rupa seperti yang diungkap dalam kitab Ta’limul Muta’alim tersebut. Antara santri dan pengasuh terdapat sekat atau batasan dalam hal bertutur kata, perilaku, cara duduk dan berjalan dan lain sebagainya. Sikap santri terhadap gurunya disini seperti yang dikemukakan dalam tutur kata sayyidina Ali di atas. Dan apabila tidak ada sikap ngawulo atau ngabdi kepada guru maka boleh jadi ilmu yang sudah diperoleh dari guru tersebut tidak akan manfaat.
Demikianlah yang harus diterapkan oleh para santri. Namun tidak demikian halnya dengan santri yang ada di Pondok Pesantren X ini. Menurut kaca mata pandang peneliti, disini para santri saat ini sudah tidak mengindahkan lagi beberapa aturan tersebut. Jika berjalan di depan gurunya tidak ada tawadhu’. Bertutur kata pun sudah jarang diantara mereka yang menggunakan bahasa krama (jawa: halus). Entah tidak tahu bagaimana caranya bertutur kata atau memang dari senior sekarang tidak memberikan contoh pengamalan sikap yang demikian atau terdapat faktor yang lain penyebab dari semua itu. Untuk itulah perlu diadakan penelitian terhadap komunikasi interpersonal yang terjadi di dalamnya, karena komunikasi memang suatu kegiatan manusia yang sedemikian otomatis, namun banyak komunikasi yang terjadi dan berlangsung tetapi tidak tercapai sasaran tentang apa yang di komunikasikan itu11. Maka dari itulah di dalam komunikasi interpersonal di lembaga Pondok Pesantern X ini setiap komponen harus di pandang dan di jelaskan sebagai bagian–bagian yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi antar priabdi.
Dan untuk mengetahui lebih dalam bagaimanakah komunikasi interpersonal yang terjadi antara pengasuh, pengurus dan santri, maka peneliti mencoba untuk menelitinya sebagai tugas akhir untuk menyeleseikan studi peneliti dalam bidang komunikasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana komunikasi interpersonal antara Pengasuh dan Pengurus di Pondok Pesantren X?
2. Bagaimana komunikasi interpersonal antara Pengasuh dan santri di Pondok Pesantren X?
3. Bagaimana komunikasi interpersonal antara Pengurus dan santri di Pondok Pesantren X?

C. Tujuan Penelitian
Di dalam penelitian ini juga terdapat tujuan penelitian, yang mana tujuan penelitian ini adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Berdasarkan pokok permasalahan yang dikemukakan di atas maka, tujuan penelitian kali ini adalah :
1. Untuk memahami komunikasi interpersonal antara Pengasuh dan Pengurus di Pondok Pesantren X.
2. Untuk memahami komunikasi interpersonal antara Pengasuh dan santri di Pondok Pesantren X.
3. Untuk memahami komunikasi interpersonal antara Pengurus dan santri di Pondok Pesantren X.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini memiliki kegunaan baik dari segi teoritis maupun dari segi praktis, sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian :
1. Dari segi teoritis penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut : Untuk Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, khususnya bagi program studi komunikasi adalah merupakan sumbangan teoritis dalam bidang komunikasi interpersonal antara pengasuh, pengurus dan santri di Pondok Pesantren X.
2. Sedangkan bila dilihat dari segi praktis dari penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
Untuk Pondok Pesantren X sendiri tentunya sebagai mas ukan sekaligus bahan evaluasi dalam melakukan komunikasi interpersonal antara pengasuh, pengurus dan santri. Sehingga dapat tercipta komunikasi yang efektif dan terbuka.

E. Konseptualisasi
a. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal atau yang biasa disebut sebagai komunikasi antar pribadi adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan seorang yang lain atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui timbal baliknya. Komunikasi antar pribadi juga dapat dijelaskan sebagai hubungan antara dua individu yang ada dalam satu lingkungan12. Komunikasi antara pribadi juga merupakan suatu bentuk komunikasi baik verbal ataupun non verbal yang dilalui dua person dan dengan tanggapan yang seketika13..
Jadi komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua orang atau lebih dalam suatu lingkungan atau di dalam suatu kelompok kecil baik verbal maupun non verbal dengan berbagai macam umpan balik seketika atau yang biasa di sebut dengan feed back.
b. Pengasuh, Pengurus dan Santri Pondok Pesantren.
Pengasuh Pondok Pesantren dalam hal ini adalah keluarga pemilik pondok pesantren atau yang biasa disebut dengan keluarga ndalem. Keluarga ndalem adalah pihak yang mempunyai otoritas tertinggi yang mana merupakan pemilik dan penanggung jawab pondok pesantren serta mengarahkan gerak dan langkah santri dan pengurus dalam suatu sistem. Dan dalam hal ini ndalem mempunyai 3 unsur tugas di dalamnya yaitu sebagai pengasuh, pemimpin dan penasehat.
Pengurus adalah santri yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga (mengurusi) apapun yang ada dalam kawasan pesantren sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.
Santri adalah anak yang mondok dan berniat mengaji di Pondok Pesantren X.

F. Sistematika Pembahasan
Suatu karya ilmiah tidak lepas dari pembahasan yang sistematis guna memberikan uraian garis besar tentang pokok bahasan dalam setiap bab penelitian, yang disusun mulai awal hingga akhir, mulai pendahuluan hingga kesimpulan. Adapun pembahasan dalam skripsi ini meliputi :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi gambaran umum mengenai isi penulisan yang berisi : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Konseptualisasi, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan mengenai kajian teoritis dari judul yang ada, uraian-uraian tersebut dipaparkan secara komperehensif, berisi terdiri dari: Pengertian Komunikasi Interpersonal, Fungsi Komunikasi Interpersonal,
Karakteristik Komunikasi Interpersonal , Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal , Keefektifan Hubungan Interpersonal, dan Kerangka Teoritik.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan secara rinci dan operasional tentang metode dan teknik yang digunakan dalam mengkaji obyek penelitian. Adapun urutannya adalah sebagai berikut : Pendekatan dan Jenis penelitian, Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Tahap-tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, teknik Analisis Data, Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Dalam bab ini berisikan terdiri dari : Gambaran Umum Obyek Penelitian yang mana objek penelitian akan dipaparkan dengan secukupnya agar pembaca mengetahui hal ikhwal objek penelitian tersebut.
BAB V : ANALISIS DATA
Dalam bab ini memaparkan secara utuh beberapa hasil temuan yang diperoleh di lapangan dan hasil temuan tersebut di konfirmasikan dengan teori yang telah ada.
BAB VI : PENUTUP, yang mencakup, kesimpulan dan saran.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:48:00

Skripsi Komunikasi Sebagai Proses Akulturasi Budaya Kaum Urban (Studi Pada Masyarakat Di Kelurahan X)

(Kode ILMU-KOM-0008) : Skripsi Komunikasi Sebagai Proses Akulturasi Budaya Kaum Urban (Studi Pada Masyarakat Di Kelurahan X)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kekuatan pembaharuan yang selama ini menjadi momok masyarakat tetapi tidak mungkin dihindari ialah sentuhan budaya (kultural encounters). Definisi kebudayaan/budaya adalah “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”. Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang komunikasi, telah memperlancar mobilitas penduduk serta komunikasi yang mendorong peningkatan intensitas kontak-kontak budaya, secara langsung maupun tidak langsung. Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan proses budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain tak lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan /percampuran/akulturasi.1.
Adapun judul penelitian diatas mengangkat masalah-masalah perilaku komunikasi dengan interaksi tentang percampuran/akulturasi kebudayaan pada masyarakat pendatang/kaum urban terhadap masyarakat setempat di kelurahan X kecamatan X. Sebuah percampuran atau akulturasi kebudayaan tersebut sering kali membawa dampak yang positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi aktivitas keseharian masyarakat setempat.
Dengan demikian masyarakat pendatang tersebut juga bisa dikatakan sebagai masyarakat urban, dalam artian mereka datang dari daerah tempat tinggal masing-masing menuju daerah yang mempunyai daya tarik ekonomi. Dalam hal ini kelurahan X kecamatan X. Masyarakat urban, kebanyakan tinggal di tempat tinggal yang dikontrakan. Namun tidak sedikit juga dari masyarakat urban yang tersebut sudah mampu membeli tanah, membangun rumah dan secara administratif mereka sudah terdaftar menjadi bagian dari masyarakat kelurahan X kecamatan X. Dengan demikian proses komunikasi antara masyarakat urban dengan masyarakat setempat biasa terjadi. Komunikasi yang terjadi antara masyarakat urban dengan masyarakat setempat merupakan komunikasi antar budaya. Oleh karena antara komunikator dan komunikan berasal dari kebudayaan yang berbeda.
Fenomena yang sering muncul, yang terkait dengan komunikasi antar budaya adalah sebuah aktifitas komunikasi yang terjadi antara masyarakat urban dengan masyarakat setempat dalam kehidupan kesehariannya. Seperti ketika ada suatu acara perkumpulan (acara tahlil, rapat RT dan lain-lain), dalam acara itu tentu terjadi aktifitas komunikasi. Ketika dalam acara tersebut akan menentukan suatu kebijakan mengenai rencana untuk hari peringatan kemerdekaan tujuh belas Agustus, suara dari masyarakat urban ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat setempat. Bahkan tidak jarang muncul ungkapan yang menyudutkan keberadaan dari masyarakat urban. Ungkapan-ungkapan yang menyudutkan itu misalnya, hala atase pendatang ae, setuju ae (orang cuma pendatang saja, setuju saja).
Dalam kehidupan masyarakat, manusia tidak bisa melepaskan diri dari aktifitas komunikasi. Apalagi masyarakat tersebut bertempat tinggal bersama dan mendiami suatu daerah tempat tinggal. Dalam kaitan komunikasi antar budaya, komunikasi antara masyarakat urban dengan masyarakat setempat sudah tampak jelas memperlihatkan bahwa komunikasi yang terjadi melibatkan dua unsur budaya yang berbeda. Masyarakat urban dengan latar belakang budaya dari daerah tempat asalnya dan masyarakat setempat de ngan latar belakang budaya daerah setempat. Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan kebiasaan, nilai, pemaknaan, penggambaran (image), struktur aturan, pemrosesan informasi, dan pengalihan konvensi, pikiran, perbuatan, dan perkataan yang dibagikan diantara para anggota suatu sistem sosial dan kelompok sosial dalam suatu masyarakat. Komunikasi yang terjadi dengan latar belakang budaya yang berbeda, tak jarang hal ini menimbulkan kesalahpahaman dalam proses komunikasinya. Demikian juga dengan komunikasi yang terjadi antara masyarakat urban dan masyarakat setempat di kelurahan X kecamatan X. Sebagai masyarakat setempat mereka merasa lebih berhak atas apa saja mengenai daerahnya, dan sebagai masyarakat urban, tak jarang mereka dia nggap “sebelah mata” oleh masyarakat setempat.
Penelitian ini memilih judul komunikasi sebagai proses akulturasi budaya kaum urban di kecamatan X (studi pada masyarakat kelurahan
X kecamatan X), dengan alasan bahwa penelitia n ini ingin mengungkap bagaimana komunikasi antara masyarakat urban dengan masyarakat setempat. Selain itu, pemilihan judul ini juga ingin menjelaskan sampai sejauh mana pengaruh yang diberikan dengan adanya akulturasi budaya oleh masyarakat urban terhadap masyarakat setempat.
Judul komunikasi sebagai proses akulturasi budaya kaum urban di kecamatan X (studi pada masyarakat kelurahan X kecamatan X) ini terinspirasi dari sering nampaknya fenomena-fenomena atau kejadian-kejadia n yang sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat antara masyarakat urban dengan masyarakat setempat. Dalam kehidupan bersama yang menghuni suatu wilayah dalam hal ini kelurahan X, antara urban dengan masyarakat setempat terkadang muncul ketidak selarasan, kesalahpahaman, atau ketidakkompakan. Dalam kehidupan, hal ini adalah sesuatu yang wajar, dan biasa terjadi dalam kehidupan. Perbedaanperbedaan yang lahir dari kehidupan bersama tak bisa dihindarkan, karena hal itu merupakan suatu anugerah dari sang pencipta kehidupan. Yang terpenting bagi peneliti adalah bagaimana cara peneliti mengelolah berbagai masalahmasalah itu bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.
Sebuah percampuran yang terjadi pada dua kebudayaan yang berbeda seperti yang terjadi pada masyarakat kelurahan X merupakan sebuah permasalahan yang dapat menciptakan adanya perubahan kebudayaan yang sudah ada turun temurun semenjak dahulu tercampur oleh kebudayaan yang dibawa oleh para kaum urban yang menetap disana.
Intensitas interaksi keseharian begitu rapat sehingga menunjang terjadinya percampuran kebudayaan yang tidak dapat terbendung lagi.
Bagi peneliti sebuah komunikasi dalam proses akulturasi budaya sangatlah menjadi perhatian yang penting. Karena dis ana terdapat berbagai ragam interaksi yang terjadi dan memungkinkan dapat terciptanya sebuah integrasi nasional.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perilaku komunikasi kaum urban dalam proses akulturasi budaya di Kelurahan X Kecamatan X ?
2. Sejauh mana proses akulturasi budaya kaum Urban di Kelurahan X Kecamatan X dalam berkomunikasi dengan masyarakat setempat?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana proses akulturasi budaya kaum urban di Kelurahan X Kecamatan X ?
2. Mengetahui sejauh mana proses akulturasi budaya kaum urban di Kelurahan X Kecamatan X dengan budaya setempat ?

D. Manfaat Penelitian
1. Dengan hasil penelitian ini diharapkan komunikasi dalam proses akulturasi budaya yang terjadi di masyarakat kita dapat terjalin baik tanpa adanya konflik-konflik sosial budaya yang dapat menjadi cikal bakal munculnya disintegrasi budaya.
2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat sebagai motivasi agar masyarakat tetap mencintai dan melestarikan budaya-budaya yang menjadi identitas bangsa.

E. Definisi Konsep
1. Komunikasi
Komunikasi dalam bahasa inggris adalah communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti Sama. Sama disini maksudnya adalah Sama Makna. Komunikasi tidak lain merupakan sebuah interaksi. Kesepakatan atau kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama sehingga interaksi berjalan dengan baik. Secara ideal, tujuan komunikasi bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan.
Ada dua jenis komunikasi, yaitu verbal dan non verbal, komunikasi verbal meliputi kata-kata yang diucapkan atau tertulis, sedangkan komunikasi non verbal meliputi bahasa tubuh. Menurut Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.2 Keterkaitan komunikasi disini adalah interaksi yang terlibat dalam proses percampuran kebudayaan kaum urban dengan masyarakat setempat atau masyarakat X.
2. Akulturasi Budaya
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsurunsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur -unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.
Misalnya, masyarakat pendatang berkomunikasi dengan masyarakat setempat dalam acara syukuran, secara tidak langsung masyarakat pendatang berkomunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu milik mereka untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi kebudayaan setempat tanpa menghilangkan kebudayaan setempat.
3. Urbanisasi dan Masyarakat Urban
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu periode waktu tertentu, mendiami suatu daerah dan pada akhirnya mulai mengatur diri mereka sendiri menjadi suatu unit sosial yang berbeda dari kelompok-kelompok yang lain. Setiap anggota-anggota masyarakat menganut suatu kebudayaan, kebudayaan dan masyarakat tidak mungkin hidup terpisah satu sama lain. Di dalam sekelompok masyarakat akan terdapat suatu kebudayaan.
Urbanisasi terjadi apabila sejumlah besar orang meninggalkan daerah-daerah pertanian (desa) dan bertempat tinggal di perkotaan. Proses Urbanisasi ini dimulai karena adanya keinginan untuk mencari pekerjaan dan mendirikan rumah-rumah di kota-kota.3 Menurut peneliti dari intensitas aktivitas keseharian tersebut percampuran sering kali tercipta dan memungkinkan dapat terciptanya kebudayaan baru hasil dari percampuran kebudayaan kaum urban dengan kebudayaan setempat. Dalam konteks itulah proses urbanisasi yang meniscayakan pertukaran budaya (cultural share), persilangan, dan persenyawaan budaya selalu menarik untuk dilihat terkait dengan bergesernya modus individu dan masyarakat yang ingar-bingar tampil dalam kota-kota besar sebagai hasil dari proyeksi modernitas.4
Masyarakat urban adalah sekelompok masyarakat yang meninggalkan daerah asalnya dan mendiami suatu daerah baru yang lebih modern dan pada akhirnya mulai mengatur diri mereka sendiri menjadi suatu unit sosial yang berbeda dari kelompok-kelompok yang lain.

F. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelit ian ini terdiri atas enam bab dengan susunan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menyajikan: konteks penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika pembahasan.
BAB II : KERANGKA TEORITIK
Pemaparan teori Harold Lasswell, Zimmermann, dan Bauer sebagai pisau bedah bagi judul penelitian (Komunikasi sebagai proses akulturasi budaya kaum urban di Kelurahan X Kecamatan X)
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini mencakup pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahap -tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik pemeriksaan keabsahan data.
BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Hasil-hasil penelitian berupa data-data mengenai “komunikasi sebagai proses akulturasi budaya kaum urban di Kelurahan X Kecamatan X” disajikan dan dianalisis
BAB V : PENUTUP
Dalam penutup berisikan kesimpulan, kritik dan saran penulis.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:48:00

Skripsi Hubungan Kegiatan Employee Relations Dan Kepuasan Komunikasi Karyawan PT X Periode Maret-April Tahun XXXX

(Kode ILMU-KOM-0006) : Skripsi Hubungan Kegiatan Employee Relations Dan Kepuasan Komunikasi Karyawan PT X Periode Maret-April Tahun XXXX

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut maka dibutuhkan kerjasama yang baik di antara sumber daya yang terdapat dalam organisasi. Salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi adalah karyawan. Karyawan merupakan salah satu anggota organisasi yang dapat menentukan keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Tanpa adanya dukungan yang baik dari para karyawan maka organisasi akan sulit dalam mencapai tujuan-tujuannya. Karyawan dapat berkerja dengan baik apabila di dalam organisasinya terdapat bentuk hubungan dan komunikasi yang baik antara perusahaan yang diwakili oleh pihak manajemen dan para karyawan sebagai bawahannya.
Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik secara individu, kelompok, maupun dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi memiliki kompleksitas yang tinggi, yaitu bagaimana menyampaikan informasi dan menerima informasi merupakan hal yang tidak mudah, dan menjadi tantangan dalam proses komunikasinya. Dalam komunikasi organisasi, aliran informasi merupakan proses yang rumit, karena melibatkan seluruh bagian yang ada dalam organisasi. Informasi tidak hanya mengalir dari atas ke bawah, tetapi juga sebaliknya dari bawah ke atas dan juga mengalir diantara sesama karyawan.
Untuk membentuk kerjasama yang baik antara organisasi dan para anggota, maka dibutuhkan bentuk hubungan serta komunikasi yang baik antara para anggota organisasi. Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada komunikasi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan. Komunikasi dalam organisasi merupakan bentuk interaksi pertukaran pesan antar anggota organisasi, baik komunikasi secara verbal maupun non verbal. Dalam fungsi public relations terdapat berbagai macam bentuk hubungan yang dapat dilakukan. Diantaranya yang umum dilakukan adalah, community relations, government relations, consumer relations, investor relations, media relations dan employee relations. Semua bentuk hubungan-hubungan tersebut diatur oleh public relations, dengan tujuan untuk mencapai pengertian publik (public understanding), kepercayaan publik (public confidence), dukungan publik (public support), dan kerjasama publik (public cooperation).1
Salah satu bentuk hubungan dalam public relations yang mengatur hubungan antara perusahaan dan para karyawannya adalah employee relations. Employee relations dilakukan antara lain adalah untuk menciptakan bentuk hubungan atau komunikasi dua arah yang baik antara pihak manajemen dengan para karyawannya dalam upaya membina kerjasama dan hubungan yang harmonis di antara keduanya. Dengan kata lain, employee relations bertujuan untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding), kerjasama (relationship) serta loyalitas diantara pihak manajemen dengan para karyawannya.
Aktivitas employee relations yang berlangsung dalam organisasi akan berdampak langsung terhadap iklim komunikasi dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi yang di dalamnya terdapat komunikasi yang merupakan hasil dari persepsi karyawan terhadap kegiatan komunikasi yang berlangsung di dalam perusahaan.
Dengan demikian apabila karyawan mempersepsikan bahwa aktivitas employee relations yang berlangsung dalam organisasi tidak menciptakan iklim komunikasi dalam kondisi yang baik di dalam organisasi, tentunya hal tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku dan partisipasi karyawan dalam perusahaan. Sehingga hal tersebut mempengaruhi usaha organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh karyawan untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan organisasi, untuk bersikap jujur dalam berkerja, untuk mendukung para rekan sekerja lainnya untuk melaksanakan tugas secara kreatif, dan untuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif organisasi, semua ini dipengaruhi oleh iklim komunikasi.
Kegiatan employee relations bertujuan untuk mencipatakan iklim komunikasi yang dapat membantu mencapai tujuan perusahaan, yaitu iklim komunikasi yang dapat berkembang dengan baik, iklim komunikasi yang dapat meningkatkan saling keterbukaan dan hubungan baik antara pihak manajemen dan setiap karyawan, iklim komunikasi yang berorientasi pada kepentingan karyawan, dan dapat membangkitkan minat dan semangat kerja yang mengarahkan pada produktivitas kerja karyawan.
Pembahasan mengenai iklim komunikasi maka tidak lepas dari kepuasan komunikasi yang merupakan hasil dari iklim organisasi yang terdapat dalam organisasi. Kepuasan komunikasi ini cenderung menyoroti tingkat kepuasan individu dalam lingkungan komunikasinya. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa iklim komunikasi tertentu memiliki pengaruh terhadap keputusan dan perilaku karyawan di dalam organisasinya. Maka setiap organisasi harus dapat melakukan kegiatan employee relations yang dapat menciptakan kepuasan komunikasi karyawan.
Menurut McNamara, keterampilan mengelola rapat merupakan perjalanan menuju komunikasi yang efektif yang merupakan salah satu prinsip-prinsip pokok komunikasi informal organisasi.2 Pertemuan-pertemuan dinas yang melibatkan para staff dan pegawai, baik itu yang diselenggarakan di markas besar maupun di kantor- kantor cabang, dan juga konferensi tingkat nasional, merupakan acara berkumpul yang bermanfaat untuk menggalang kebersamaan dan keakraban, sekaligus untuk menciptakan hubungan yang baik antara pihak manajemen dengan para pegawai. Dalam acara-acara tersebut, berlangsung suatu bentuk komunikasi yang paling efisien, yakni komunikasi tatap muka.3
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka kegiatan yang dapat mempertemukan antara karyawan dengan atasannya adalah salah satu bentuk aktivitas employee relations yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Salah satu bentuk employee relations adalah pertemuan rutin antara karyawan dengan atasanya seperti regular meeting. Regular meeting merupakan bentuk dari employee relations yang dilakukan perusahaan untuk membentuk iklim komunikasi yang positif dengan memelihara hubungan yang harmonis antara perusahaan atau pihak manajemen dengan para karyawannya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan kegiatan employee relations dalam bentuk regular meeting terhadap kepuasan komunikasi karyawan. Selain itu juga karena, hasil penelitian mengenai kepuasan komunikasi dalam organisasi merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi organisasi. Seperti yang yang dikatakan oleh Down:
“Kuesioner kepuasan komunikasi adalah pusaka berharga. Dilandasi suatu proses pengembangan yang kokoh, memiliki orientasi teoritis yang kaya, dan digunakan dalam berbagai situasi organisasi, kuesioner ini terbukti merupakan sarana berguna, fleksibel, dan efisien untuk “meninjau” komunikasi organisasi”.4
Dalam penelitian ini penulis memilih PT X sebagai objek penelitian. Alasan-alasan penulis dalam memilih PT X sebagai objek penelitian adalah, karena PT X adalah grup perusahaan PT X yang secara rutin melakukan aktivitas employee relations dalam bentuk regular meeting. Kegiatan regular meeting tersebut berlangsung secara rutin, setidaknya satu kali dalam setiap minggu. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian ini.
Menurut pendapat dari beberapa karyawan mengenai kegiatan regular meeting yang selama ini dilakukan, mereka mengatakan bahwa regular meeting yang rutin dilakukan memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan dalam lingkungan komunikasi organisasi mereka. Mereka menilai bahwa regular meeting merupakan media yang baik untuk menjalin hubungan baik antara sesama karyawan, atau atasan dengan bawahannya. Melalui regular meeting karyawan juga mendapatkan informasi-informasi penting mengenai pekerjaan ataupun mengenai kebijakan-kebijakan baru dari perusahaan. Disamping itu ada juga karyawan yang menyatakan, bahwa regular meeting yang dilakukan tidak terlalu memiliki dampak yang positif terhadap kepuasan dalam lingkungan komunikasi organisasi mereka. Karena mereka menilai bahwa semua pesan-pesan yang disampaikan dalam regular meeting dapat disampaikan melalui media penyampaian pesan lainnya seperti papan pengumuman, dan untuk berinteraksi antar sesama karyawan atau antara atasan dengan bawahan, dapat dilakukan setiap saat tanpa melalui kegiatan regular meeting.5
Tidak terlepas dari reputasi baik yang dimiliki oleh PT X sebagai suatu organisasi profit atas kualitas produk serta pelayanan jasanya, dan juga berdasarkan fenomena yang telah disebutkan di atas, sehingga penulis merasa perlu melakukan penelitian ini, dan memberikan jawaban atas fenomena tersebut. Adapun hipotesa dalam penelitian ini yaitu, dengan mengetahui apakah terdapat hubungan antar variabel dalam penelitian ini, yaitu employee relations dalam bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan. PT X merupakan grup perusahaan dari PT X yang merupakan salah satu peusahaan besar di Indonesia dengan reputasi yang baik dan juga perusahaan yang telah lama eksis di Indonesia. Walaupun bukan perusahaan yang besar karena hanya memiliki jumlah karyawan yang tidak lebih dari 60 orang, tetapi penelitian mengenai aktivitas employee relations dan kepuasan komunikasi juga perlu dilakukan pada perusahaan dengan jumlah karyawan yang tidak terlalu banyak.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, untuk mengetahui adakah hubungan antara kegiatan employee relations dalam bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan PT X ?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu, ingin mengetahui hubungan kegiatan employee relations dalam bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan PT X. Periode Maret sampai April XXXX.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1.4.1 Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis dalam ilmu komunikasi bidang studi public relations tentang komunikasi organisasi, khususnya mengenai employee relations dan kepuasan komunikasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan juga bahan masukan bagi perusahaan-perusahaan, khususnya bagi PT X mengenai aktivitas employee relations yang baik. Sehingga kepuasan komunikasi karyawan dalam organisasi melalui aktivitas employee relations dalam bentuk regular meeting dapat tercapai.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:47:00