Cari Kategori

Skripsi Hubungan Kegiatan Employee Relations Dan Kepuasan Komunikasi Karyawan PT X Periode Maret-April Tahun XXXX

(Kode ILMU-KOM-0006) : Skripsi Hubungan Kegiatan Employee Relations Dan Kepuasan Komunikasi Karyawan PT X Periode Maret-April Tahun XXXX

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut maka dibutuhkan kerjasama yang baik di antara sumber daya yang terdapat dalam organisasi. Salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi adalah karyawan. Karyawan merupakan salah satu anggota organisasi yang dapat menentukan keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Tanpa adanya dukungan yang baik dari para karyawan maka organisasi akan sulit dalam mencapai tujuan-tujuannya. Karyawan dapat berkerja dengan baik apabila di dalam organisasinya terdapat bentuk hubungan dan komunikasi yang baik antara perusahaan yang diwakili oleh pihak manajemen dan para karyawan sebagai bawahannya.
Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik secara individu, kelompok, maupun dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi memiliki kompleksitas yang tinggi, yaitu bagaimana menyampaikan informasi dan menerima informasi merupakan hal yang tidak mudah, dan menjadi tantangan dalam proses komunikasinya. Dalam komunikasi organisasi, aliran informasi merupakan proses yang rumit, karena melibatkan seluruh bagian yang ada dalam organisasi. Informasi tidak hanya mengalir dari atas ke bawah, tetapi juga sebaliknya dari bawah ke atas dan juga mengalir diantara sesama karyawan.
Untuk membentuk kerjasama yang baik antara organisasi dan para anggota, maka dibutuhkan bentuk hubungan serta komunikasi yang baik antara para anggota organisasi. Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada komunikasi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan. Komunikasi dalam organisasi merupakan bentuk interaksi pertukaran pesan antar anggota organisasi, baik komunikasi secara verbal maupun non verbal. Dalam fungsi public relations terdapat berbagai macam bentuk hubungan yang dapat dilakukan. Diantaranya yang umum dilakukan adalah, community relations, government relations, consumer relations, investor relations, media relations dan employee relations. Semua bentuk hubungan-hubungan tersebut diatur oleh public relations, dengan tujuan untuk mencapai pengertian publik (public understanding), kepercayaan publik (public confidence), dukungan publik (public support), dan kerjasama publik (public cooperation).1
Salah satu bentuk hubungan dalam public relations yang mengatur hubungan antara perusahaan dan para karyawannya adalah employee relations. Employee relations dilakukan antara lain adalah untuk menciptakan bentuk hubungan atau komunikasi dua arah yang baik antara pihak manajemen dengan para karyawannya dalam upaya membina kerjasama dan hubungan yang harmonis di antara keduanya. Dengan kata lain, employee relations bertujuan untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding), kerjasama (relationship) serta loyalitas diantara pihak manajemen dengan para karyawannya.
Aktivitas employee relations yang berlangsung dalam organisasi akan berdampak langsung terhadap iklim komunikasi dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi yang di dalamnya terdapat komunikasi yang merupakan hasil dari persepsi karyawan terhadap kegiatan komunikasi yang berlangsung di dalam perusahaan.
Dengan demikian apabila karyawan mempersepsikan bahwa aktivitas employee relations yang berlangsung dalam organisasi tidak menciptakan iklim komunikasi dalam kondisi yang baik di dalam organisasi, tentunya hal tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku dan partisipasi karyawan dalam perusahaan. Sehingga hal tersebut mempengaruhi usaha organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh karyawan untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan organisasi, untuk bersikap jujur dalam berkerja, untuk mendukung para rekan sekerja lainnya untuk melaksanakan tugas secara kreatif, dan untuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif organisasi, semua ini dipengaruhi oleh iklim komunikasi.
Kegiatan employee relations bertujuan untuk mencipatakan iklim komunikasi yang dapat membantu mencapai tujuan perusahaan, yaitu iklim komunikasi yang dapat berkembang dengan baik, iklim komunikasi yang dapat meningkatkan saling keterbukaan dan hubungan baik antara pihak manajemen dan setiap karyawan, iklim komunikasi yang berorientasi pada kepentingan karyawan, dan dapat membangkitkan minat dan semangat kerja yang mengarahkan pada produktivitas kerja karyawan.
Pembahasan mengenai iklim komunikasi maka tidak lepas dari kepuasan komunikasi yang merupakan hasil dari iklim organisasi yang terdapat dalam organisasi. Kepuasan komunikasi ini cenderung menyoroti tingkat kepuasan individu dalam lingkungan komunikasinya. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa iklim komunikasi tertentu memiliki pengaruh terhadap keputusan dan perilaku karyawan di dalam organisasinya. Maka setiap organisasi harus dapat melakukan kegiatan employee relations yang dapat menciptakan kepuasan komunikasi karyawan.
Menurut McNamara, keterampilan mengelola rapat merupakan perjalanan menuju komunikasi yang efektif yang merupakan salah satu prinsip-prinsip pokok komunikasi informal organisasi.2 Pertemuan-pertemuan dinas yang melibatkan para staff dan pegawai, baik itu yang diselenggarakan di markas besar maupun di kantor- kantor cabang, dan juga konferensi tingkat nasional, merupakan acara berkumpul yang bermanfaat untuk menggalang kebersamaan dan keakraban, sekaligus untuk menciptakan hubungan yang baik antara pihak manajemen dengan para pegawai. Dalam acara-acara tersebut, berlangsung suatu bentuk komunikasi yang paling efisien, yakni komunikasi tatap muka.3
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka kegiatan yang dapat mempertemukan antara karyawan dengan atasannya adalah salah satu bentuk aktivitas employee relations yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Salah satu bentuk employee relations adalah pertemuan rutin antara karyawan dengan atasanya seperti regular meeting. Regular meeting merupakan bentuk dari employee relations yang dilakukan perusahaan untuk membentuk iklim komunikasi yang positif dengan memelihara hubungan yang harmonis antara perusahaan atau pihak manajemen dengan para karyawannya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan kegiatan employee relations dalam bentuk regular meeting terhadap kepuasan komunikasi karyawan. Selain itu juga karena, hasil penelitian mengenai kepuasan komunikasi dalam organisasi merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi organisasi. Seperti yang yang dikatakan oleh Down:
“Kuesioner kepuasan komunikasi adalah pusaka berharga. Dilandasi suatu proses pengembangan yang kokoh, memiliki orientasi teoritis yang kaya, dan digunakan dalam berbagai situasi organisasi, kuesioner ini terbukti merupakan sarana berguna, fleksibel, dan efisien untuk “meninjau” komunikasi organisasi”.4
Dalam penelitian ini penulis memilih PT X sebagai objek penelitian. Alasan-alasan penulis dalam memilih PT X sebagai objek penelitian adalah, karena PT X adalah grup perusahaan PT X yang secara rutin melakukan aktivitas employee relations dalam bentuk regular meeting. Kegiatan regular meeting tersebut berlangsung secara rutin, setidaknya satu kali dalam setiap minggu. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian ini.
Menurut pendapat dari beberapa karyawan mengenai kegiatan regular meeting yang selama ini dilakukan, mereka mengatakan bahwa regular meeting yang rutin dilakukan memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan dalam lingkungan komunikasi organisasi mereka. Mereka menilai bahwa regular meeting merupakan media yang baik untuk menjalin hubungan baik antara sesama karyawan, atau atasan dengan bawahannya. Melalui regular meeting karyawan juga mendapatkan informasi-informasi penting mengenai pekerjaan ataupun mengenai kebijakan-kebijakan baru dari perusahaan. Disamping itu ada juga karyawan yang menyatakan, bahwa regular meeting yang dilakukan tidak terlalu memiliki dampak yang positif terhadap kepuasan dalam lingkungan komunikasi organisasi mereka. Karena mereka menilai bahwa semua pesan-pesan yang disampaikan dalam regular meeting dapat disampaikan melalui media penyampaian pesan lainnya seperti papan pengumuman, dan untuk berinteraksi antar sesama karyawan atau antara atasan dengan bawahan, dapat dilakukan setiap saat tanpa melalui kegiatan regular meeting.5
Tidak terlepas dari reputasi baik yang dimiliki oleh PT X sebagai suatu organisasi profit atas kualitas produk serta pelayanan jasanya, dan juga berdasarkan fenomena yang telah disebutkan di atas, sehingga penulis merasa perlu melakukan penelitian ini, dan memberikan jawaban atas fenomena tersebut. Adapun hipotesa dalam penelitian ini yaitu, dengan mengetahui apakah terdapat hubungan antar variabel dalam penelitian ini, yaitu employee relations dalam bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan. PT X merupakan grup perusahaan dari PT X yang merupakan salah satu peusahaan besar di Indonesia dengan reputasi yang baik dan juga perusahaan yang telah lama eksis di Indonesia. Walaupun bukan perusahaan yang besar karena hanya memiliki jumlah karyawan yang tidak lebih dari 60 orang, tetapi penelitian mengenai aktivitas employee relations dan kepuasan komunikasi juga perlu dilakukan pada perusahaan dengan jumlah karyawan yang tidak terlalu banyak.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, untuk mengetahui adakah hubungan antara kegiatan employee relations dalam bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan PT X ?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu, ingin mengetahui hubungan kegiatan employee relations dalam bentuk regular meeting dan kepuasan komunikasi karyawan PT X. Periode Maret sampai April XXXX.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1.4.1 Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis dalam ilmu komunikasi bidang studi public relations tentang komunikasi organisasi, khususnya mengenai employee relations dan kepuasan komunikasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan juga bahan masukan bagi perusahaan-perusahaan, khususnya bagi PT X mengenai aktivitas employee relations yang baik. Sehingga kepuasan komunikasi karyawan dalam organisasi melalui aktivitas employee relations dalam bentuk regular meeting dapat tercapai.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:47:00

Skripsi Hubungan Antara Aktifitas Mendengarkan Program Acara Kamasextra Di Radio X Dengan Pengetahuan Seks Di Kalangan Listener Club

(Kode ILMU-KOM-0005) : Skripsi Hubungan Antara Aktifitas Mendengarkan Program Acara Kamasextra Di Radio X Dengan Pengetahuan Seks Di Kalangan Listener Club

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hausnya sebuah informasi membuat masyarakat mencari sumber-sumber informasi yang dirasa benar. Sumber yang belum terjamin kebenarannya membuat simpang siur, kegelisahan dan dampak buruk kepada masyarakat. Termasuk informasi dibidang pendidikan seks, banyak remaja yang justru terjebak di sumber-sumber pornografi. Regulasi yang kurang tegas di Indonesia tentang pornografi berdampak negatif. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan, sekitar 63 persen remaja usia sekolah SMP dan SMA di Indonesia mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks dan 21 persen di antaranya melakukan aborsi. Hal ini sangat memprihatinkan, apabila di saat ini fakta berbicara seperti ini. Apa yang akan terjadi 5 tahun, 10 tahun, atau 25 tahun mendatang dengan generasi muda kita bila saat ini informasi yang sebenarnya tidak segera disampaikan.
Begitu penting dan dibutuhkan sebuah informasi membuat merebaknya media massa akhir-akhir ini di Indonesia. Tak terkecuali di kota X, media cetak dan elektronik pun bermunculan Salah satu media elektronik yang mendapat sambutan baik oleh masyarakat adalah Radio. Diantara sekian banyak radio di Surakarta, diantaranya adalah radio X yang siaran melalui gelombang 99.60 FM. Salah satu rubrik yang sangat menarik di Radio X adalah program acara Kamasextra. Kamasextra adalah pendidikan seks dalam bentuk konsultasi permasalahan tentang seks yang di kemas dalam bentuk talkshow yang disiarkan secara langsung setiap hari Kamis pukul 22:00-23:00 WIB. Bila dibandingkan media lain di kota X Kamasextra acara pertama yang memberikan pengetahuan secara detail masalah seks dan kesehatan reproduksi. Karena pengemasannya cukup bagus dan santai, maka pendengar merasa nyaman dan tidak malu untuk menanyakan hal hal yang sangat bersifat pribadi. Padahal arti pengetahuan itu sendiri menurut Socrates :
“pengetahuan sejati hanya bisa diperoleh lewat definisi absolute, bila seseorang tidak bisa mendefinisikan sesuatu secara absolute, maka dia tidak benar-benar tahu apa sesuatu itu”1 yang maksudnya adalah ilmu pengetahuan merupakan bentuk keutamaan yang tidak sembarang bisa didapat.
Dari interview kecil pra peneltian, peneliti menemukan fenomena bahwa ada yang mendengarkan Kamasextra Radio X dengan motivasi untuk membangkitkan imajinasi seksual. Yang dikawatirkan, program acara yang harusnya memberikan dampak positif malah memberikan dampak yang negatif. Peneliti baru mengetahui bahwa motivasi pendengar terhadap acara kamasekstra ternyata berbeda-beda yang pastinya berujung pada pemahaman, tanggapan, pengaruh dan dampak yang berbeda-beda juga. Hal inilah yang melatar belakangi penulis memilih acara ini dan tanggapan khalayak sebagai obyek penelitian. Sebagai alat ukur apakah tujuan Kamasextra telah tercapai, yaitu memberikan pemahaman dan informasi tentang pentingnya menjaga kesehatan alat reproduksi dan seksualitas yang sehat kepada masyarakat.

B. Perumusan Masalah
Pada dasarnya perumusan masalah dimaksudkan untuk membatasi masalah yang akan dibahas, sehingga dapat tersusun secara sistematis. Pembatasan ini dimaksudkan pula untuk menetapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk memecahkannya
Dengan melihat uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahnnya yaitu:
Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas mendengarkan program acara Kamasextra di Radio X dengan pengetahuan seks di kalangan listener club X

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya signifikansi hubungan antara aktifitas mendengarkan program acara Kamasextra di Radio X dengan pengetahuan seks di kalangan listener club X

D. Kerangka Teori
1. Komunikasi
Berawal dari sebuah simbol-simbol yang sederhana untuk menyampaikan maksud, pesan dan misi antar mahkluk hidup. Akhirnya tercipta dan berkembanglah sebuah ilmu yang dinamakan ilmu komunikasi hingga saat ini. Sedangkan definisi komunikasi itu sendiri adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.2
Penelitian ini terfokus dalam penyampaian informasi yang dilakukan oleh X dalam program Kamasextra tentang informasi pentingnya kesehatan reproduksi dan seksualitas.
Namun dalam proses komunikasi itu sendiri harus ada komponen atau unsur yang harus ada.
Menurut Mitchell V. Carnley, proses komunikasi mengenal 5 komponen yaitu:
a. Sumber ( source)
b. Komunikator (encoder)
c. Pernyataan Pesan (message)
d. Komunikan (decoder)
e. Tujuan (destination)3
Sesuai prinsip komunikasi yang teridri dari 5 unsur, maka acara Kamasextra yang ditujukan kepada Jaka Dara dan Eksekutif Muda ( sebutan pendengar X Radio) telah memenuhi syarat berlangsungnya proses komunikasi karena unsur-unsur diatas terdapat pada:
a. Sumber (source) : Radio X
b. Komunikator (encoder) : Penyiar radio
c. Pernyataan Pesan (message) : Informasi dalam Kamasextra
d. Komunikan (decoder) : Pendengar X (Listener club X)
e. Tujuan (destination) : Pendidikan seks kepada masyarakat
Apabila dalam proses komunikasi pesan yang disampaikan ditujukan kepada komunikan yang jumlahnya banyak dan tak terhingga biasanya dengan menggunakan komunikasi massa.
2. Komunikasi Massa
Menurut Drs. Jalaludin Rakhmat, M.Sc.: Komunikasi Massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Proses komunikasi massa di radio X juga terjadi demikian, terjadi sebuah komunikasi antara penyiar radio dengan jumlah pendengar yang sangat banyak.
3. Media Massa
Media massa adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:46:00

Skripsi Bagaimana Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota X

(Kode ILMU-KOM-0004) : Skripsi Bagaimana Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota X

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.
Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama dengan timbulnya salah faham dan konflik
Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para pegawai tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah standar.
Aktivitas komunikasi di perkantoran senantiasa disertai dengan tujuan yang ingin dicapai. sesama dalam kelompok dan masyarakat. Budaya komunikasi dalam konteks komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisi. Sisi pertama adalah komunikasi antara atasan kepada bawahan. Sisi kedua antara pegawai yang satu dengan pegawai yang lain. Sisi ketiga adalah antara pegawai kepada atasan. Masing-masing komunikasi tersebut mempunyai polanya masing-masing.
Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran. Menurut Kohler ada dua model komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perkantoran ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses komunikasi yang berfungsi untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem) perkantoran. Kedua, komunikasi interaktif, ialah proses pertukaran informasi yang berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam perkantoran, maupun antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan intensitas komunikasi yang dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu proses komunikasi tersebut.
Dalam hal komunikasi yang terjadi antar pegawai, kompetensi komunikasi yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat kinerja suatu organisasi (perkantoran) menjadi semakin baik. Dan sebaliknya, apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya hubungan yang baik, sikap yang otoriter atau acuh, perbedaan pendapat atau konflik yang berkepanjangan, dan sebagainya, dapat berdampak pada hasil kerja yang tidak maksimal.
Peningkatan kinerja pegawai secara perorangan akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat terhadap perubahan perilaku, yang direkflesikan dalam kenaikan produktifitas.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota X merupakan salah satu organisasi formal di lingkungan aparatur pemerintah yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan khususnya kota X. Program-program kerja yang dirancang bertujuan untuk menmpromosikan dan melindungi bidang kepariwisataan yang merupakan aset negara yang sangat penting sehingga sangat diharapkan kinerja yang optimal yang dapat diwujudkan melalui peranan komunikasi yang efektif supaya dapat memenuhi peran dan fungsinya sebagai aparat pemerintah yang mengabdikan dirinya pada bangsa dan negara ini.
Melihat pengaruh yang sangat penting antara proses komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi khususnya komunikasi interpersonal antar pegawai dengan tingkat kinerja pegawai maka penulis tertarik mengambil judul “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Antar Pegawai Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota X.”

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan berikut :
1. Masih kurangnya komunikasi interpersonal yang terjadi antar pegawai.
2. Masih banyak ditemukan kendala atau hambatan-hambatan dalam melakukan komunikasi interpersonal.
3. Kurang optimalnya kinerja pegawai akibat buruknya proses komunikasi interpersonal yang terjadi.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kinerja pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota X ?”.

1.3 Pembatasan Masalah
1. Penelitian dibatasi pada permasalahan komunikasi interpersonal yang terjadi pada pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota X.
2. Hanya terbatas pada pegawai di lingkungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota X.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses komunikasi interpersonal antar pegawai.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi selama proses komunikasi interpersonal.
3. Untuk mengetahui tingkat kinerja pegawai akibat pengaruh proses komunikasi interpersonal.

1.5 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai masukan atau sumbangan pemikiran dan sumber informasi bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota X dalam hal peningkatan kinerja pegawai.
2. Dapat menjadi bahan bagi peneliti selanjutnya mengenai komunikasi interpersonal dalam sebuah organisasi.
3. Sebagai salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Negara Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Komunikasi X.

1.6 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, komunikasi mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kinerja pegawai. Menurut defenisi Carl I. Hovland “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan)”.
Salah satu jenis komunikasi yang sangat penting adalah komunikasi interpersonal atau komunikasi yang terjadi secara tatap muka antara beberapa pribadi yang memungkinkan respon verbal maupun nonverbal berlangsung secara langsung. Dalam operasionalnya, komunikasi berlangsung secara timbal balik dan menghasilkan feed back secara langsung dalam menanggapi suatu pesan. Komunikasi yang dilakukan dengan dua arah dan feed back secara langsung akan sangat memungkinkan untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Onong U. Effendy yang mengatakan bahwa, “Efektifitas komunikasi antar pribadi itu ialah karena adanya arus balik langsung”.
Di dalam suatu organisasi khususnya perkantoran, proses komunikasi adalah proses yang pasti dan selalu terjadi. Komunikasi adalah sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran. Perkantoran yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai komponen. Suatu perkantoran dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi. Artinya, ketika proses komunikasi antar komponen tersebut dapat diselenggarakan secara harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh dan kinerja perkantoran akan meningkat.
Peningkatan kinerja pegawai secara perorangan akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat terhadap perubahan perilaku, yang direkflesikan dalam kenaikan produktifitas. Jadi dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat didukung dari tingkat kinerja pegawai yang sangat dipengaruhi oleh proses komunikasi yang terjadi antar pegawai.

1.7 Hipotesis
Berdasarkan dari kerangka teori penelitian maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai suatu kesimpulan sementara yaitu sebagai berikut : “Terdapat pengaruh yang positif antara proses komunikasi interpersonal antar pegawai terhadap kinerja pegawai.”

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:45:00

Skripsi Analisis Framing Berita Calon Presiden Dan Konflik PKB Pada Surat Kabar Harian Kompas, Jawa Pos Dan Seputar Indonesia

(Kode ILMU-KOM-0003) : Skripsi Analisis Framing Berita Calon Presiden Dan Konflik PKB Pada Surat Kabar Harian Kompas, Jawa Pos Dan Seputar Indonesia (Studi Analisis Framing Model Zhondhang Pan dan Gerald M. Kosicki)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman yang serba canggih dan modern seperti sekarang ini, peranan berita menjadi sangat penting bagi masyarakat. Berita berisi tentang fakta atau ide yang terkini, yang dapat menarik perhatian pembaca karena peristiwa luar biasa, penting atau luas akibatnya, memiliki segi human interest , emosi, dan ketegangan. Materi berita yang disajikan dalam berita tersebut merupakan daya tarik yang mampu mengundang keingintahuan pembaca atau masyarakat. Semua itu merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengetahui informasi terkini yang terjadi di dunia.1 Era Reformasi diikuti dengan tumbuhnya kebebasan informasi yang luar biasa. Industri media tidak perlu lagi menunggu izin dari pemerintah. Muatan informasi tak lagi menghadapi restriksi dari aparatur negara. Rupanya reformasi yang datang secara tiba-tiba membuat insan media belum menyiapkan secara kultural maupun fajar baru kebebasan informasi. Juga dari segi jurnalisme, kebiasaan lama yang mengandalkan peliputan opinion news atau talking news belum bisa ditinggalkan. Akibatnya hiperrealitas media tetap terjadi. 2
Banyak fenomena yang sesungguhnya penting dan seharusnya diketahui oleh masyarakat diembargo oleh kekuasaan dan sebaliknya, banyak fakta kecil yang tidak penting justru di blow up oleh media massa, dan direproduksi secara tidak wajar dalam arti melampaui apa yang dibutuhkan khalayak. Maka terjadilah ketimpangan antara fakta penting yang terjadi di masyarakat dengan fakta.
Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya, terkesan penuh dengan objektivitas. Namun apabila kita cermati lebih dalam, realitas atau peristiwa yang terjadi disekitar kita sudah direkontruksi dan dibingkai oleh media. Disinilah realitas sosial dimaknai dan dikontruksi dengan ma kna tertentu. yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. 3
Oleh karena itu wajar apabila, suatu peristiwa yang sama akan disajikan berbeda oleh media, tidak terkecuali surat kabar. Kompas, jawa pos, dan Seputar Indonesia adalah salah satu dari surat kabar yang memiliki karekteristik yang khas didalam mengangkat sudut pandang pemberitaanya. Sebagaimana difahami, sejak awal perkembangannya surat kabar telah menjadi bagian dari sebuah konstalasi politik. Baik ditingkat lokal, nasional bahkan International. Secara khusus, surat kabar pun memiliki persepsi diri demikian. Karena surat kabar tidak berdiri sendiri, dibalik itu ia dikelilingi dengan berbagai kepentingan yang mewarnainya. Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis.4
Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis (atau institusi pers: Kompas, Jawa Pos, Seputar Indonesia) menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers.
Salah satu cara untuk menganalisis berita di media adalah analisis bingkai (frame analysis). Analisis bingkai (frame analysis) yang kita lihat adalah bagaimana cara media memaknai, memamahami, dan membingkai kasus/peristiwa yang penting. Metode semacam ini tetntu saja berusaha mengerti, dan mena fsirkan makna dari suatu teks dengan jalan menguraikan bagaimana media membingkai isu5.
Disiplin ilmu ini bekerja dengan didasarkan pada fakta bahwa konsep ini bisa ditemui di berbagai literatur lintas ilmu sosial dan ilmu perilaku. Secara sederhana, analisis bingkai mencoba untuk membangun sebuah komunikasi-bahasa, visual, dan pelaku-dan menyampaikannya kepada pihak lain atau menginterpretasikan dan mengklasifikasikan informasi baru. Melalui analisa bingkai, kita mengetahui bagaimanakah pesan diartikan sehingga dapat diinterpretasikan secara efisien dalam hubungannya dengan ide penulis.6
Sebagaimana dikutip Eriyanto dari Sudibyo, Analisis Framing membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik dan kultural untuk menganalisa fenomena komunikasi. Sehingga suatu fenomena dapat di apresiasi dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau kultural yang melingkupinya.7 Artinya pemberitaan-pemberitaan pada rubrik politik yang disajikan oleh Harian Kompas, Jawa Pos dan Seputar Indonesia akan dapat dianalisis secara mendalam dengan pendekatan analisis Framing ini.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana perbedaan Harian Kompas, Jawa Pos dan Seputar Indonesia membingkai berita politik pada rubrik politik ?

C. Tujuan Penelitian
Untuk memahami pola-pola pembingkaian pemberitaan pada rubrik politik diharian Kompas, Jawa Pos dan Seputar Indonesia

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara :
1. Teoritis
Sebagai referensi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam memahami model- model pembingkaian pemberitaan pada media cetak.
2. Praktis
Memberikan manfaat bagi peneliti sendiri guna menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan yaitu Ilmu komunikasi tentang analisis Framing.
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang perkembangan metode pembingkaian suatu media. Dan memahami ideology dibalik pemberitaan media.

E. Definisi Konsep
Menurut Kerlinger, konsep adalah: “abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasi hal-hal yang k husus”. 8 Kerangka konsep ini berguna untuk menggambarkan konsep-konsep yang khusus, yang berbeda dari variabelvariabel penelitian yang akan diteliti.
Untuk memperjelas penguraian lebih lanjut dalam penulisan, maka perlu dilakukan penjelasan mengenai beberapa pengertian atau istilah yang berkaitan terhadap pokok pembahasan. Dan dimaksud untuk menciptakan keseragaman atau kesamaan pemahaman terhadap pengertian masingmasing konsep yang terkandung dalam pengertian tersebut.
1. Analisis Framing
Dalam analisis framing ini menggunakan metode Paradigma Konstruksionis di mana sebuah fakta tidak berdiri sendiri melainkan ada unsur-unsur yang melingkupi yang dengan kata lain fakta ada karena ada kepentingan. Lebih tegasnya realita merupakan konstruksi dari kepentingan-kepentingan9.
Penelitian ini membahas dan membandingkan bagaimana Surat kabar Kompas, Jawa pos, Seputar Indonesia membingkai dan menggambarkan berita-berita politik yang di bingkai pada rubrik politik .
2. Berita Politik
Dalam berita politik terdapat dua hubungan perangkat komunikator politik dan jurnalis. Jurnalistik sebagai pekerjaan yang menggunakan lambang secara kreatif dan imajinatif. Jurnalis menangkap situasi, menyebut unsur-unsur, struktur dan ramuan yang menonjol, dan memberi nama dengan cara yang mengandung sikap peristiwa.
Peristiwa politik sebagian besar merupakan peristiwa rutin. Peristiwa rutin sebagai peristiwa yang menjadi berita terutama karena orang yang terlibat didalam kejadian itu mengangkatnya menjadi sebuah berita 10.
Pembuat kebijakan juga menggunakan pers untuk mempengaruhi opini publik di luar pemerintahan, untuk membangkitkan dan meredakan kekahawatiran publik, membinan dukungan dan memajukan tujuan kebijakan maupun karier politik. Pada umumnya baik pejabat kebijakan maupun pejabat penerangan berusaha untuk menggunakan pers dalam memajukan kepentingan politik tertentu, singkatnya mereka adalah persuader politik. 11.
3. Capres XXXX dan Konflik Muktamar PKB
Dalam penelitian meneliti berita politik pada rubrik politik edisi senin 30 Juni XXXX, berita politik yang memiliki kesamaan tema pada ketiga media tersebut sebanyak dua tema. Sehingga peneliti menganalisis dari dua tema yang sama pada ketiga media tersebut. Pada rubrik politik & hukum Kompas, rubrik politika pada Jawa Pos, dan rubrik Po litik & Hukum Seputar Indonesia yang berita politik pada rubrik tersebut memiliki kesamaan tema. Pada edisi senin 30 Juni XXXX, peneliti menganalisis popularitas persaingan popularitas tokoh politik sebagai calon presiden pada pemilu XXXX, ketiga media memfokuskan pada persaingan Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Sukarno Putri. Pada edisi Selasa 01 Juli XXXX, peneliti menganalisis Putusan pengadilan negeri Jakarta selatan terkait dengan muktamar luar biasa PKB sebagai efek dari konflik partai, dan muktamar luar biasa yang dilakukan oleh dua kubu diputuskan tidak sah oleh pengadilan negeri Jakarta Selatan.

F. Sistematika Pembahasan
BAB I: Bab ini terdiri dari 6 sub Bab yang meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep dan Sistematika Pembahasan
BAB II: Bab ini berisi Perspektif Teoritis sebuah kerangka teori yang berisi tentang Media Massa Dan Hubungannya dengan Kekuasaan. Media Massa dan Konstruksi Realitas, Strategi Media Massa Dalam Melakukan K onstruksi Realitas
BAB III: Bab ini berisi Metode Penelitian berisi tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian, Unit Analisis, Tahap-Tahap Penelitian
BAB IV: Bab ini berisi penyajian dan analisis data, yang melingkupi deskripsi obyek penelitian, penyajian data, analisis data, dan pembahasan
BAB V: Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:44:00

Skripsi Analisis Deskriptif Tentang Strategi Public Relations Dalam Pemasaran Pariwisata Yang Digunakan Oleh Dinas Pariwisata Kabupaten X

(Kode ILMU-KOM-0002) : Skripsi Analisis Deskriptif Tentang Strategi Public Relations Dalam Pemasaran Pariwisata Yang Digunakan Oleh Dinas Pariwisata Kabupaten X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang diharapkan dapat menjadi sumber utama devisa, memperluas, dan menciptakan kesempatan berusaha serta lapangan kerja. Sektor pariwisata hendaknya ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan yang ada supaya dapat menjadi sumber kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan.
Pariwisata dapat dikatakan sebagai industri yang semakin berkembang pesat. Hampir semua negara di dunia mencoba mengembangkan industri pariwisata. Industri pariwisata dipandang memiliki prospek cerah dan cukup menjanjikan serta banyak mendatangkan keuntungan. Negara yang telah mengelola sektor-sektor kepariwisataannya secara intensif khususnya negaranegara yang potensinya begitu menonjol, bahkan ditangani secara profesional dapat menjadi industri yang mampu menyumbang pendapatan devisa negara yang cukup besar, salah satunya Indonesia.
Indonesia berusaha untuk mengembangkan dan memajukan sektor pariwisata ini. Hal ini didukung oleh letak Indonesia yang strategis, yaitu terletak diantara dua benua dan dua samudera serta berada di bawah garis khatulistiwa sehingga Indonesia beriklim tropis, sangat mendukung untuk pengembangan pariwisata. Di samping itu, kondisi alam sangat mendukung karena wilayah Indonesia terdiri dari pulau-pulau dengan masyarakat yang pluralistis di dalamnya terkandung beraneka ragam suku, adat-istiadat, dan kebudayaan (kepercayaan, seni, moral) yang berbeda-beda serta mempunyai potensi keindahan alam yang terdapat di seluruh penjuru tanah air. Hal ini yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan baik domestik maupun manca negara untuk berkunjung ke Indonesia .
Demikian juga Pemerintah Kabupaten (selanjutnya disingkat dengan Pemkab) X saat ini tengah melaksanakan program pengembangan industri pariwisata. Visi yang dimiliki Dinas Pariwisata X yaitu “Menjadikan Kabupaten X sebagai Daerah Kunjungan Utama Wisata tahun 2012”.
Pemkab X merupakan salah satu dari sekian banyak daerah tujuan wisata utama, karena mempunyai berbagai objek wisata dari wisata alam yang berupa pesona bentang alam pegunungan, keseragaman sumbersumber daya alami, aneka ragam keajaiban alam khatulistiwa, peninggalan sejarah berupa candi, serta masih terpeliharanya kelestarian budayanya. Dinas Pariwisata Kabupaten X telah lama berupaya mengembangkan industri pariwisata. Banyak kegiatan yang dilakukan, tidak hanya yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan saja tetapi juga kegiatan yang membangun perekonomian, sosial serta budaya di mana objek wisata itu berada. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut tidak lepas dari pentingnya peran Public Relations dalam menyukseskan program yang telah direncanakan.
Pemkab X yang dikaruniai kondisi alam dan peninggalan masa lalu yang beraneka ragam bersifat progresif, yakni menggali makna yang lebih dalam terhadap objek yang ada, lalu mensosialisasikan kekayaan makna yang terkandung dalam objek kepada pihak lain. Misalnya, menciptakan berbagai event untuk memperkaya makna tersebut sehingga pada akhirnya timbul apresiasi yang tinggi terhadapnya. Objek-objek yang ada dikembangkan baik untuk tujuan ekonomi yaitu meningkatkan jumlah kunjungan wisata maupun untuk meningkatkan persahabatan dengan pihak lain.
Mengingat begitu besar potensi wisata yang ada di Pemkab X, maka sektor ini perlu dikembangkan secara serius untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, terutama perekonomian daerah sehubungan dengan mulai diberlakukannya otonomi daerah. Hal ini karena sektor pariwisata memberikan sumbangan cukup besar bagi Pendapatan Asli Daerah (selanjutnya disingkat dengan PAD) di Kabupaten X.
Komposisi pendapatan daerah khususnya daerah Kabupaten X seperti daerah-daerah lainnya lebih banyak bergantung pada dana bantuan pemerintah pusat. Berdasarkan pembacaan nota keuangan tanggal 4 Februari 2004 oleh Bupati X, bahwa PAD tertinggi di Karisidenan Surakarta khususnya PAD X sebesar 24,19 milyar rupiah. Masih dirasa kecil jika dibandingkan dengan dana perimbangan dari pusat. Tercatat untuk tahun 2004 dana perimbangan sebesar 299,83 milyar rupiah.1 Dengan demikian bisa dipungkiri walaupun Otonomi Daerah dilaksanakan, maka kenyataannya daerah masih tergantung pada pemerintah pusat. Untuk itulah dikembangkan usaha-usaha untuk meningkatkan PAD khususnya daerah X.
Salah satu upaya untuk mengkampanyekan potensi daerah X adalah dengan meningkatkan potensi sektor pariwisata. Peningkatan sektor pariwisata dapat meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat terutama di sekitar objek wisata, serta berperan dalam peningkatan PAD. Tercatat pada tahun 2004 bahwa kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD sebesar 435 juta rupiah dan mengalami peningkatan untuk tahun 2005 menjadi 455 juta rupiah.2 Melalui peningkatan potensi pariwisata, maka diharapkan dapat menarik perhatian para investor untuk menanamkan modal di Kabupaten X.
Komitmen Pemkab X untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan perlu ditindaklanjuti dengan membentuk sebuah instansi sebagai unsur pelaksana di bidang pariwisata. Dinas Pariwisata Kabupaten X sebagai salah satu organisasi sistem terbuka yang mengemban tugas menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang pariwisata, sudah pasti akan menghadapi tantangan perubahan yang berat, hal ini disebabkan oleh sangat kompleksnya permasalahan di bidang kepariwisataan yang senantiasa bersentuhan dengan berbagai aspek seperti sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
Pengembangan potensi pariwisata X diarahkan agar dapat memantapkan sumbangan ekonomis bagi pendapatan masyarakat dan daerah. Upaya tersebut antara lain dengan mengembangkan studi kebutuhan penunjang pengembangan sektor pariwisata dari aspek sarana prasarana teknis termasuk fasilitas pelayanan, penerangan jalan umum, jaringan jalan, air bersih dan lain-lain serta aspek sumber daya manusia. Besarnya potensi wisata yang dimiliki, adanya pihak-pihak yang turut membantu dalam pengembangan wisata dan tersedianya fasilitas-fasilitas pariwisata mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten X.
Pemerintah mengupayakan pengembangan pariwisata dengan meningkatkan jumlah atraksi wisata melalui pencarian dan pembukaan objek wisata baru, penambahan fasilitas dan penambahan kerja sama pengembangan, hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan maupun untuk meningkatkan persahabatan dengan pihak lain.
Upaya pengembangan pariwisata X tidak terlepas dari peran serta pihak-pihak lain, baik masyarakat, sektor swasta, dan pihak lain yang berpartisipasi dalam menyediakan sarana penunjang pariwisata. Dalam mengembangkan kepariwisataan di Kabupaten X, Dinas Pariwisata melakukan kerja sama pengembangan dengan pihak-pihak luar baik swasta maupun instansi pemerintahan dan masyarakat.
Dengan adanya tuntutan ini, Pemerintah Kabupaten X melalui Public Relations, mencoba menangani tuntutan yang ada melalui kerja sama serta program pengembangan masyarakat yang dilakukan Pemerintah Kabupaten. Public Relations dalam hal ini Sub Dinas Objek Wisata Dinas Pariwisata Kabupaten X sangat penting keberadaannya dalam mensukseskan kegiatan tersebut. Peran aktif Public Relations dalam pengembangan objek pariwisata menuntut keterlibatan langsung Public Relations secara aktif dalam mengambil keputusan penting dalam managemen organisasi.
Dinas Pariwisata Kabupaten X khususnya Sub Dinas Objek Wisata adalah dinas yang menjalankan tugas serta fungsinya sebagai Public Relations. Dengan demikian fungsi dari Public Relations menurut PRSA (Public Relations Society of America) antara lain sebagai programming, relationship, writting, editting, informations, productions, special event, speaking, research, dan evaluation.3 Peran dari Public Relations dalam melaksanakan program Pemerintah Kabupaten adalah bagian penting yang tidak terpisahkan dari manajemen organisasi. Dalam melaksanakan kegiatan Pemerintah Kabupaten tidak lepas dari peran Public Relations dalam mensukseskan program yang telah direncanakan. Peninggalan yang sekarang dikembangkan dan diberi makna di Kabupaten X salah satunya yaitu Candi X. Pengembangan kawasan wisata Candi X merupakan salah satu usaha Pemkab X dalam mengembangan wisata rohani.
Dari penelusuran sejarah, dapat diketahui bahwa Candi X merupakan peninggalan agama Hindu yang mempunyai usia lebih tua dari candi-candi Hindu lainnya, bahkan lebih tua pula dari candi-candi yang ada di Bali. Candi X juga mempunyai nilai sakral bagi masyarakat Hindu. Menurut keyakinan masyarakat Bali, Candi X di X merupakan petilasan dan candi tertua peninggalan umat Hindu. Beberapa tahun setelah dibangun Candi X sekitar tahun 1437 M di X, sebagian umat Hindu dari kerajaan Majapahit berpindah ke Bali. Sebagian besar dari mereka berasal dari X.4
Berdasarkan sejarah keberadaan Candi X tersebut, Bupati X, Hj. Rina Iriani Sri Ratnaningsih, S.pd. M. Hum. mengkomunikasikan keberadaan Candi X kepada Bupati Gianyar, Anak Agung Gde Agung Baratha S.H. Selain dikarenakan oleh nilai sejarah tersebut, juga dikarenakan oleh kesadaran dari Pemkab X atas keterbatasan sumber daya yang dimiliki mendorong Pemkab X untuk belajar bagaimana pengembangan pariwisata yang lebih baik kepada Pemkab Gianyar yang jauh lebih maju sektor pariwisatanya. Pemkab X tidak dapat bekerja sendiri. Oleh karena itu perlu adanya keterlibatan pihak lain untuk mencapai hasil yang maksimal, efektif, dan efisien dalam pengembangan kawasan wisata Candi X tersebut. PAD X tahun 2004 sebesar 29 miliar yaitu hanya sepertujuh jika dibandingkan dengan Kabupaten Gianyar yang mempunyai PAD 200 miliar. Untuk itu guna memajukan pariwisata, Pemkab X mencoba belajar pada Pemkab Gianyar. Melalui belajar, diharapkan ada hal yang bisa dipetik dan ada kerjasama yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak.5
Dapat diambil kesimpulan, bahwa kerja sama antara Pemkab X dengan Pemkab Gianyar di bidang pariwisata yang didasari dari sejarah Candi X dan kesadaran untuk bekerja sama di bidang pariwisata telah membuahkan hasil berupa pengembangan kawasan wisata Candi X. Munculnya objek wisata baru yaitu Puri Taman Saraswati merupakan hasil pengembangan objek wisata baru di komplek Candi X itu sendiri. Letak Candi X yang berada di perbukitan, lingkungan alamnya sangat mendukung, dengan pemandangan alamnya yang indah dan di sekitarnya ada perkebunan teh serta hutan lindung, menjadikan kawasan Candi X tidak hanya untuk wisata rohani namun juga wisata alam. Oleh karena nilai lebih dari keberadaan Candi X itulah, maka pengembangannya dilakukan.
Pengembangan kawasan Candi X tidak bisa dilepaskan dari keberadaan masyarakat X itu sendiri. Masyarakat X secara langsung menerima dampak dari pengembangan objek wisata di Komplek Candi X, baik dampak positif berupa perubahan ekonomi yang lebih baik, atau dampak negatif berupa kerusakan wilayahnya dan dampak-dampak yang lainnya.
Rasa peka terhadap keadaan sosial juga harus dimiliki oleh setiap organisasi, karena situasi seperti sekarang ini menuntut setiap organisasi untuk dapat diterima keberadaannya di masyarakat. Selain itu dibutuhkan strategi untuk menghadapi masyarakat maupun swasta sebagai external stakeholder. Salah satunya dengan memanfaatkan kekuatan Public Relations. Menfokuskan kegiatan humas sebagai kegiatan komunikasi yaitu pengelolaan komunikasi antara sebuah organisasi pemerintah dengan publiknya.
Tabel 1.1
Data Pengunjung Objek Wisata Candi X
(Sumber: Data Pengunjung Objek Wisata Kabupaten X, 2005)
No. Tahun Jumlah Pengunjung Total
Manca Nusantara
1. 1994 - 3.153 3.153
2. 1995 - 4.070 4.070
3. 1996 - 6.401 6.401
4. 1997 - 7.231 7.231
5. 1998 - 2.979 2.979
6. 1999 - 3.801 3.801
7. 2000 83 2.261 2.343
8. 2001 156 5.078 5.234
9. 2002 168 6.086 7.254
10. 2003 326 6.795 7.121
11. 2004 1.031 17.952 18.983
12. 2005 437 12.604 13.041
Ketidakstabilan jumlah pengunjung di Candi X masih begitu kentara. Keberhasilan Dinas Pariwisata X dalam meraih angka pengunjung dari bulan ke bulan sedikit banyak dipengaruhi oleh strategi Public Relations dalam pemasaran pariwisata yang dikoordinasi dengan matang dan tepat.
Komunikasi merupakan peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain. Komunikasi yang efektif dengan publik internal maupun eksternal adalah essensial bagi hubungan masyarakat yang baik. Hubungan dengan masyarakat hanya dapat dibina dengan melakukan komunikasi dengan masyarakat lainnya. Untuk itu organisasi pemerintah harus menyadari akan kebutuhan Public Relations dalam menjalankan kegiatannya.
Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat mutlak dilakukan. Melalui kerja sama akan tercipta suatu hubungan yang baik sehingga tidak akan menghambat pengembangan wisata di kawasan Candi X.
Setelah objek wisata di Komplek Candi X selangkah lebih maju maka dengan segala potensinya dinyatakan siap dan layak jual dan mulai dipasarkan kepada wisatawan secara langsung maupun melalui biro perjalanan wisata. Jadi keterlibatan pihak luar atau swasta tidak hanya dari Pemkab Gianyar, Bali. Akan tetapi biro perjalanan wisata juga dilibatkan. Dengan demikian peran Public Relations sangat dibutuhkan.
Pihak swasta yang terlibat dalam program pengembangan objek wisata antara lain biro perjalanan wisata, restoran, hotel, toko kerajinan, dan lain sebagianya. Namun dalam pengembangan kawasan wisata Candi X, biro perjalanan wisata dinilai paling banyak peranannya dibandingkan pihak-pihak swasta yang lain.
Berdasarkan hasil prasurvei tersebut, penelitian ini mengambil suatu program di mana fokus dari penelitian ini tentang bagaimana peran, strategi, dan program pemasaran yang dilakukan oleh Public Relations untuk pengembangan objek wisata. Ada banyak sekali kegiatan yang dilakukan agar bisa kita lihat siap atau tidaknya suatu organisasi dalam menjalankan programprogramnya. Keberadaan Public Relations dalam suatu manajemen organisasi sangat berpengaruh tidak hanya karena ia mampu menciptakan reputasi yang baik bagi organisasi tersebut tetapi juga dilihat dari Public Relations itu dapat memberikan solusi dan penanganan dari pelaksanaan program tersebut.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan:
1. Bagaimana peranan Sub Dinas Objek Wisata Dinas Pariwisata X sebagai pelaksana fungsi Public Relations dalam pemasaran pariwisata Kabupaten X untuk pengembangan objek wisata khususnya di Komplek Candi X?
2. Program-program apa saja yang dilakukan oleh Sub Dinas Objek Wisata Dinas Pariwisata X sebagai pelaksana fungsi Public Relations dalam pemasaran pariwisata di Komplek Candi X?
3. Bagaimana langkah-langkah yang digunakan Sub Dinas Objek Wisata Dinas Pariwisata X sebagai pelaksana fungsi Public Relations dalam pemasaran pariwisata Kabupaten X tersebut?
4. Faktor apa saja yang menjadi pendukung maupun penghambat pengembangan objek wisata di Komplek Candi X?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peran Public Relations Dinas Pariwisata Kabupaten X dalam pengembangan objek wisata di Komplek Candi X.
2. Mengetahui bagaimana program-program Public Relations Dinas Pariwisata Kabupaten X dalam menunjang sebuah program pemasaran pariwisata.
3. Mengetahui bagaimana pelaksanaan dan sejauh mana strategi Public Relations yang dijalankan oleh Dinas Pariwisata X dalam pengembangan objek wisata di Komplek Candi X.
4. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambatan dalam kinerja Public Relations Dinas Pariwisata Kabupaten X dalam pengembangan pariwisata.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang strategi Public Relations yang digunakan oleh Dinas Pariwisata X dalam pengembangan objek wisata di Komplek Candi X.
2. Memberi saran dan masukan Pemkab X terhadap peran Public Relations Dinas Pariwisata X dalam pengembangan pariwisata.
3. Memberikan bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Tingkat II X dalam penggunaan Public Relations sebagai alat pemasaran pariwisata.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:43:00

Skripsi Pelatihan Kerja Dan Pengaruhnya Terhadap Profesionalisme Prajurit

(Kode EKONMANJ-0024) : Skripsi Pelatihan Kerja Dan Pengaruhnya Terhadap Profesionalisme Prajurit

BAB. I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Landasan di dalam pencapaian peningkatan kemampuan prajurit dengan diberikannya kursus atau kepelatihan Sumber Daya Manusia secara nyata dan profesional. Di dalam usaha peningkatan kemampuan prajurit ada beberapa faktor yaitu faktor dari dalam personel (indogen) dan faktor dari luar personel (eksogen). Faktor indogen adalah beberapa aspek yang harus dipenuhi seorang personel di antaranya adalah Kesehatan fisik dan mental, kemampuan fisik (kecepatan, kekuatan, kelincahan, ketahanan, dll), ketrampilan yang dimiliki sesuai dengan keahliannya, pengalaman dalam kerja yang menunjang bidang pekerjaannya, aspek kejiwaan yang baik (kepribadian, disiplin, ketekunan, kesungguhan, dll).
Peran seorang pelatih atau instruktur sangat menentukan di dalam pembinaan kemampuan dan ketrampilan prajurit. Kepelatihan dapat dilakukan secara efektif, seorang instruktur atau pelatih harus memiliki dan mengembangkan berbagai kompetensi (kecakapan) seperti kemampuan teknik yaitu kemampuan menuju spesialisasi melalui pendidikan, pengalaman dan usaha-usaha lain, kemampuan Konseptual yaitu kemampuan menyusun secara inovatif dan kreatif, analisis dalam pemecahan masalah, kemampuan Manajemen yaitu kemampuan administrasi dan supervisi maupun motivator, kemampuan interpersonal yaitu kemampuan hubungan baik antar manusia dan pendekatan perilaku sesuai bidang ketrampilan.
Pemilihan personel prajurit yang mempunyai semangat minat dan bakat serta kemauan yang tinggi untuk maju dan berprestasi, dukungan dari satuan, dalam hal ini komandan yang peduli dan mendukung secara maksimal (moril maupun material) tentunya sangat berarti pelatih atau instruktur dengan prajurit bimbingan dan pelatihan yang tersusun dan terprogram dengan baik, sehingga dalam jangka waktu yang cukup tentunya sangat berpengaruh terhadap personel.
Profesionalisme yang dimiliki prajurit marinir adalah kombinasi pengetahuan dan kemahiran yang berkemampuan tinggi dalam bidang dan spesifik. Pada dasarnya semua bidang pekerjaan memerlukan pelaksanaan yang profesional agar tercapai secara optimal.
Manfaat yang bisa diperoleh dari program pelatihan sebagai peningkatan profesionalisme prajurit adalah peningkatan kualitas pribadi prajurit yang profesional dengan mewujudkan sistem pembinaan latihan secara optimal, manajemen latihan, dan petunjuk materi latihan sebagai pedoman penyelenggaraan latihan, membangun budaya pelatihan yang berkualitas untuk membina prajurit yang tangguh dan profesional.

1.2 Rumusan Masalah
Dari semua uraian, dapat disimpulkan bahwa semua harapan, keinginan, cita-cita personel yang terwadahi di dalam satuan-satuan dalam rangka peningkatan dan kemampuan personel secara profesional harus selalu memperhatikan faktor-faktor, baik dalam diri prajurit (indogen) maupun faktor luar atau lingkungan (eksogen).
Berdasarkan pembahasan, maka rumusan masalah adalah :
Program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme prajurit.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pelatihan yang berpengaruh dominan terhadap progesionalisme prajurit.

1.4 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari program pelatihan sebagai peningkatan profesionalisme prajurit adalah :
1. Penulis atau mahasiswa
-Merupakan syarat utama guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di STIE X.
-Penelitian ini sangat membantu untuk menambah pengetahuan dan pengalaman, selain memperdalam ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan.
2. Sekolah atau perpustakaan
Untuk menunjang serta menambah wawasan terhadap kemampuan di akademis.
3. Obyek penelitian
Dengan adanya penelitian ini maka prajurit dapat memberikan masukan-masukan yang berharga bagi penyempurnaan pelaksanaan program pelatihan dan peningkatan profesionalisme prajurit, agar sesuai dengan keinginan semua prajurit.
4. Masyarakat umum
Pihak-pihak dari masyarakat umum yang terkait dalam pelaksanaan program pelatihan dan peningkatan profesionalisme prajurit, pelaksanaan ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi tambahan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:24:00

Tesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etnis China Non-Muslim Menjadi Nasabah Bank Syari’ah

(Kode EKONMANJ-0022) : Tesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etnis China Non-Muslim Menjadi Nasabah Bank Syari’ah (Studi Kasus PT. Bank Syariah X)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi Islam dan praktek ekonomi Islam secara internasional maupun nasional tidak bisa dibendung lagi. Di Indonesia, hal ini ditandai dengan pesatnya kajian dan publikasi mengenai prinsip-prinsip dan praktek-praktek bank Syariah.
Perekonomian Islam dimulai dengan kehadiran perbankan syariah sebagai lembaga keuangan yang berlandaskan etika, dengan dasar al Qur’an dan Hadist. Tonggak utama berdirinya perbankan Syariah adalah beroperasinya Mit Ghamr Local Saving Bank 1963 di Kairo, Mesir. Saat ini, perkembangan lembaga keuangan Syariah di dunia maju dengan pesat. Bahkan lembaga keuangan konvensional yang notabene mengadopsi sistem kapitalis mengakui keunggulan sistem Syariah
Dalam perkembangannya di Indonesia, praktek perbankan Syariah bermula pada tahun 1992, yang ditandai dengan beroperasinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan merupakan bank pertama yang menerapkan sistem bagi hasil. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1998 dan memporak porandakan sendi sendi perekonomian sehingga menyebabkan tingkat suku bunga dan inflasi tinggi, Bank Muamalat sebagai Bank Syariah merupakan satu-satunya bank yang mampu bertahan dari badai tersebut, sementara bank-bank konvensional yang terkena likuidasi.
Terjadinya likuidasi terhadap bank-bank konvensional membuktikan bahwa perbankan dengan sistem riba (bunga) tidak dapat mengatasi krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan selanjutnya terjadi krisis kepercayaan dari para nasabahnya. Kemudian, para nasabah (konsumen) mencari alternatif perbankan yang dapat memberikan kepercayaan serta keamanan bagi dirinya, dan perbankan Syariah merupakan suatu sistem alternatif untuk mewujudkan kebutuhan nasabah tersebut.
Perbankan Syariah berkembang pesat terutama sejak ditetapkannya dasar-dasar hukum operasional tentang perbankan melalui UU No 7 tahun 1992, yang kemudian dirubah dalam Undang-Undang No 10 tahun 1998. Undang-undang ini merupakan bentuk penegasan dari Bank Indonesia sebagai otoritas moneter untuk menjamin kelegalan bank Syariah, dan memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi bank Syariah, karena di dalamnya dikelaskan bahwa dalam perbankan Indonesia dikenal sistem (dual banking sistem), yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan Syariah.
Sebagai bentuk perwujudan dari kebutuhan masyarakat terhadap perbankan bersistem Syariah, dan ditegaskannya dual banking sistem pada perbankan nasional, dibukalah peluang bagi pengembangan yang lebih luas terhadap operasional bank Syariah. Di antara bank-bank konvensional yang membuka bank Syariah yaitu Bank Susila Bhakti yang sekarang menjadi Bank Syariah Mandiri, dan belum lama ini mulai beroperasi penuh sebagai Bank Syariah, Bank Tugu yang mengkonversikan diri menjadi Bank Syariah X, selanjutnya Bank IFI, BRI, baik yang beroperasi dikantor pusat maupun cabang, Bank BNI, Bank Niaga, dan lainnya
Sejarah berdirinya perbankan Syariah dengan sistem bagi hasil didasarkan pada dua alasan utama yaitu pertama, pandangan bahwa bunga (interest) pada bank konvensional adalah hukumnya haram karena termasuk kategori riba yang dilarang dalam agama. Kedua, dari aspek ekonomi, penyerahan risiko usaha terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan. Adapun balas jasa modal pada sistem bagi hasil bank Syariah, diperhitungkan berdasarkan keuntungan dan kerugian yang diperoleh dengan adanya kesepakatan pada ”akad” dan ini berlaku pada kreditur maupun debitur.
Bank Syariah dalam melaksanakan kegiatan usahanya harus berdasarkan prinsip Syariah. Oleh karena itu, diperlukan suatu dewan yang bertugas mengawasi jalannya praktek perbankan Syariah agar benar-benar sesuai dengan koridor Syariah. Dewan tersebut dinamakan Dewan Pengawas Syariah dibawah naungan Dewan Syariah Nasional MUI dan hal inilah yang membedakan bank Syariah dari bank Konvensional.
Dalam perspektif jangka panjang, pengembangan sistem perbankan Syariah diharapkan dapat menciptakan efisiensi operasional dan memiliki daya saing yang tinggi dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Syariah, memiliki peran signifikan dalam sistem perekonomian nasional serta memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Kebijakan pengembangan dapat dilakukan dengan pengembangan jaringan kantor di wilayah-wilayah yang dinilai potensial. Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, merupakan potensi yang luar biasa sebagai tempat tumbuh kembangnya kegiatan ekonomi yang berbasis syariah. Potensi dalam hal ini dipandang dari sumber daya dan aktivitas perekonomian suatu wilayah serta pola sikap dari pelaku ekonomi terhadap produk dan jasa bank Syariah. Informasi mengenai pola sikap dan karakteristik masyarakat terhadap perbankan Syariah menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan sosialisasi dan penetapan strategi pemasaran bagi bank-bank Syariah yang akan beroperasi pada suatu wilayah.
Dalam upaya penciptaan efisiensi operasional dan daya saing bank Syariah perlu diperhatikan pencapaian economies of scale dan economies of scope dari perbankan Syariah. Dalam kaitannya dengan hal ini perluasan cakupan pasar dengan juga memberikan perhatian pada pasar rasional dan Cina non Muslim menemukan relevansinya.
Sebagaimana kita ketahui, hingga saat ini pengembangan perbankan Syariah semata-mata masih terfokus pada pasar spiritual, yakni kelompok Muslim dan seolah hanya diperuntukkan bagi masyarakat Muslim di mana mereka enggan untuk menjadi nasabah bank konvensional dengan bisnisnya yang menghalalkan sistem riba (Bunga). Padahal, dalam konteks Indonesia, pasar Cina non Muslim juga perlu diperhatikan karena selain memiliki potensi ekonomi yang cukup besar, juga jumlahnya cukup signifikan. Bila menilik kondisi demografis masyarakat Indonesia, terlihat persebaran yang kurang merata, dimana terdapat wilayah-wilayah yang didominasi masyarakat Cina non Muslim dan dari 220 juta masyarakat Indonesia, produktivitas ekonomi didominasi oleh etnis keturunan Cina.
Sistem kapitalisme yang mengakar pada masyarakat Cina non-Muslim Indonesia berdasarkan pada unsur pengumpulan individualisme dan kekayaan, bercirikan kepemilikan individu. Di samping jiwa kapitalisme, dalam penelitiannya Tjandradiredja (XXXX) dinyatakan bahwa pebisnis Cina pun memiliki sikap yang kurang menyukai kerjasama.
Dalam sistem perbankan, sistem kapitalis tersebut diterapkan pada bank konvensional yang didasarkan pada adanya bunga (interest), keuntungan dan kerugian dimiliki salah satu pihak. Dalam jangka panjang, perbankan konvensional yang mengadopsi sistem kapitalis tersebut, akan menyebabkan penumpukan kekayaan pada segelintir orang yang memiliki kapital besar. Sistem ekonomi ini di bangun atas dasar materialisme. Disadari atau tidak, kegiatan ekonomi yang tengah berlangsung saat ini dan telah mendunia menyebabkan krisis perekonomian saat ini.
Berbeda dengan perbankan konvensional, perbankan Syariah menerapkan sistem bagi hasil yang berprinsip keadilan dan kesederajatan. Selain itu, dalam perbankan Syariah diterapkan pula adanya sistem kerjasama (musyarakah), artinya keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak (’akad).
Adapun mengenai larangan riba, yang merupakan ciri dari sistem perbankan Syariah, ternyata memiliki akar yang kuat pada ajaran-ajaran Cina non Islam. Menurut kalangan kristen, riba merupakan tindakan kriminal, demikian juga pada ajaran hindu, budha. Penetrasi terhadap segmen pasar ini diperkirakan akan lebih mudah bila mengingat bahwa ajaran Hindu, Budha, dan Kristen pun terdapat ajaran akan larangan pemungutan riba
Fenomena menarik, ketika sebagian masyarakat Muslim masih memperdebatkan sistem perbankan Syariah (tanpa bunga), justru pada PT. Bank Syariah X, kalangan non Muslim beramai-ramai menikmati produk bank tersebut. Mayoritas dari mereka adalah etnis keturunan Cina (Tionghoa). Mereka adalah pedagang dan pebisnis yang menguasai perputaran uang di negeri ini dan berjiwa kapitalisme.
Sebanyak ± 42% nasabah PT Bank Syariah X adalah kalangan Cina non Muslim, dan sebagian besar adalah orang-orang Katolik, pengurus yayasan Kristen, dimana citra Islam dalam pandangan mereka terkesan angker, Islam adalah kelompok garis yang keras dan menakutkan. Kenyataan ini patut hargai, karena tidaklah mudah menarik nasabah dari kalangan Cina non-Muslim yang berjiwa bisnis dan mempunyai akar yang kuat pada sistem kapitalisme.
Melihat kenyataan tersebut, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Etnis Cina non Muslim tertarik menjadi nasabah Bank Syariah X dan Implikasinya terhadap pengembangan pemasaran, di mana Penelitian ini didasarkan pada teori-teori mengenai sikap, pengambilan keputusan.
Penelitian ini terutama menggagas kemungkinan penerapan strategi pengembangan perbankan Syariah melalui peningkatan fokus perhatian pada potensi nasabah dari kalangan Cina non Muslim PT Bank Syariah X yang merupaka nasabah rasional. Kendati perbankan Syariah umumnya masih membidik para loyalis Syariah atau pasar yang fanatik terhadap Syariah, namun PT Bank Syariah X merupakan salah satu diantara perbankan-perbankan Syariah yang mampu menggaet nasabah non Muslim sebanyak ± 42% dan sebagian besar beretnis Cina. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan dilaksanakan dengan metode survey. Data digali dengan menggunakan kuesioner disusun berdasarkan skala likert. Uji statistik menggunakan faktor analisis.
Tingkat pertumbuhan nasabah PT Bank Syariah X yang tidak saja nasabah Muslim namun juga terdiri dari kalangan non-Muslim yang beretnis Cina, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal (Kotler, XXXX) terdiri dari
1. produk
2. harga
3. promosi
4. tempat
Faktor-faktor eksternal tersebut, dikelompokkan dan diuraikan menjadi beberapa item yang akan ditanyakan kepada para nasabah Cina non-Muslim dan ditambah pula dengan faktor Syariah yang terkait dengan penelitian ini karena adanya penerapan sistem Syariah yang diterapkan perusahaan PT. Bank Syariah X. Berdasarkan teori tersebut, terbentuk beberapa faktor yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan Etnis Cina non-Muslim menjadi nasabah Bank Syariah X. Hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Samsuddin pada nasabah Bank Syariah Mandiri cabang Thamrin dimana penelitiannya mencakup nasabah Muslim, menunjukkan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi keputusan nasabah adalah fasilitas dan pelayanan. Penelitian berikutnya oleh Yunus (XXXX) dengan judul ”faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat menggunakan jasa bank Syariah, studi kasus pada masyarakat Bekasi” dikatakan bahwa beberapa hal yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih bank sebagian besar didasarkan pada pertimbangan aksesibilitas, jumlah jaringan kantor dan ATM, pelayanan bank dan aspek Syariah. Faktor tingginya bagi hasil atau suku bunga sangat kecil mempengaruhi masyarakat Bekasi dalam memilih bank. Hal tersebut merupakan salah satu pendorong penulis mengadakan penelitian lebih lanjut dengan fokus etnis Cina non-Muslim, dimana penelitian-penelitian sebelumnya hanya berfokus kepada mayoritas nasabah Muslim. Adapun faktor-faktor yang telah terbentuk antara lain:
Faktor Promosi dan Sosialisasi
1. Agar keberadaan Bank Syariah dan kegiatannya dapat dikenal masyarakat luas, maka perlu beriklan di media massa (TV dan Koran)
2. Promosi yang dilakukan di mal-mal dapat menarik minat pengunjung
3. Promosi dikemas menarik dan lebih kreatif agar masyarakat luas mau berkunjung
4. Sosialisasi/promosi melalui figur/sosok, misal, oleh beberapa kalangan cendekiawan
5. Sosialisasi produk dengan menonjolkan manfaat dari suatu produk bank Syariah, melalui bahasa komunikasi yang dapat dipahami konsumen
6. Informasi tentang Bank Syariah X dalam bentuk brosur dan leaflet
Faktor Lokasi
7. Lokasi Bank Syariah X yang sangat strategis
8. Lokasi Bank Syariah X di daerah yang aman
9. Gedung Bank Syariah X menarik, nyaman, dan menyenangkan
10. Fasilitas banyaknya cabang Bank Mega Syariah Indonesia di berbagai daerah
11. Fasilitas banyaknya jaringan ATM Bank Syariah X

Faktor Pelayanan
12. Pelayanan yang cepat dari karyawan/ti Bank Syariah X
13. Penampilan menarik karyawan/ti Bank Syariah X
14. Perlakuan yang ramah karyawan/ti Bank Syariah X
15. Karyawan/ti Bank Syariah X berperan membantu calon nasabah memberikan pemahaman mengenai pengetahuan perbankan Syariah
Faktor Return
16. Tingkat pengembalian (bagi hasil) yang tinggi dari Bank Syariah X
17. Rendahnya tingkat suku bunga bank konvensional
Faktor Syariah
18. Adanya larangan atas bunga karena termasuk riba dan tidak adil
19. Penyimpanan dana dan Peminjaman dana seperti Kredit usaha dan lainnya berdasarkan penanggungan risiko bersama
Faktor Produk
20. Produk Perbankan yang beragam, menarik, dan inovatif
21. Fitur-fitur pendukung/keuntungan yang terdapat dalam produk

1.2. Perumusan Masalah
Kondisi-kondisi di atas sesungguhnya menyiratkan gambaran yang lebih jauh dan serius mengenai makna Syariah secara universal. Perbankan Syariah yang menganut sistem bagi hasil ternyata sesuai dengan ajaran-ajaran yang dimiliki Cina non-Muslim, dan perbankan konvensional dengan sistem ribawi-nya (bunga) dianggap sebagai tindakan kriminal.
Secara budaya, berdasarkan penelitian Tjandradiredja (XXXX), karakteristik etnis Cina non-Muslim enggan untuk melakukan kerjasama, mereka mempunyai jiwa individualis. Disamping itu, secara ekonomi, sistem yang mengakar kuat pada etnis Cina pada abad 19 yaitu sistem kapitalisme yang merupakan sistem ekonomi politik dan cenderung pada pengumpulan harta kekayaan semata, artinya berdasarkan pada keuntungan semata. Hal ini sangat sesuai dengan sistem yang diterapkan pada bank konvensional yakni penerapan bunga (interest) sebagai keuntungan yang akan diberikan. Bagi nasabah sebagai deposan, pihak bank yang menanggung risiko. Namun, bagi nasabah selaku peminjam, seluruh risiko ditanggung peminjam. Jadi, yang memiliki kapital akan semakin kaya. Sistem tersebut sangat kontras dengan apa yang menjadi prinsip-prinsip perbankan Syariah yang memiliki unsur keadilan, penanggungan risiko bersama, (kerjasama), tanpa mengeksploitasi satu sama lain. Artinya, keuntungan dan kerugian ditanggung pihak bank dan nasabah,
Karakter ekonomi kapitalis yang lazim melekat pada kalangan Cina non-Muslim, sewajarnya menjadikan Bank Konvensional sebagai sarana investasi yang menjanjikan. Namun, pada kenyataannya PT Bank Syariah X mampu menarik nasabah dari kalangan etnis Cina non-Muslim sebesar ±42%, dimana mereka memiliki perbedaan karakteristik budaya dengan prinsip-prinsip yang diterapkan bank Syariah. Menariknya, kondisi ini justru tidak terjadi di Bank Syariah lainnya.
Melihat kinerja PT. Bank Syariah X yang telah cukup berhasil membuktikan bahwa Bank Syariah bukan bank khusus Muslim semata, maka penulis ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi etnis Cina non-Muslim menjadi nasabah Bank Syariah X.
Adapun rumusan pertanyaan yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi etnis Cina non-Muslim menjadi nasabah Bank Syariah X?

1.3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah hanya terkait dengan nasabah PT. Bank Syariah Mega, dalam hal ini nasabah “rasional” yang berasal dari komunitas Cina non-Muslim. Sejauhmana komunitas Cina non Muslim mempunyai ketertarikan terhadap perbankan Syariah khususnya PT. Bank Syariah X, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Maka, penelitian ini dibatasi pada khusus nasabah etnis Cina non-Muslim PT Bank Syariah X yang menggunakan jasa perbankan Syariah yakni jasa yang ditawarkan PT. Bank Syariah X.

1.4. Kerangka Pemikiran
Kerangka teori adalah fondasi yang mendasari pelaksanaan riset dan secara logis membangun, menggambarkan dan mengelaborasi hubungan-hubungan (network of association) antara variabel-variabel yang relevan terhadap permasalahan. Kerangka teori ini diidentifikasikan melalui proses diantaranya interview, observasi, dan tinjauan kepustakaan. (lihat Sekaran, hal 102, XXXX).
Dalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk atau jasa, seorang konsumen melakukan beberapa tahapan, seperti diawali dengan pengenalan terhadap kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian. (Kotler, XXXX). Sebelum terjadi proses pembelian, seorang konsumen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal untuk mengambil keputusannya menggunakan suatu jasa atau produk. Faktor ekternal tersebut dikenal dengan marketing mix, diantaranya promosi, harga, tempat dan produk. Adapun, faktor Syariah dilandasi oleh prinsip-prinsip perbankan Syariah, yang melarang adanya praktek bunga (riba), dan hal ini sesuai dengan ajaran-ajaran selain Muslim.
Sejalan dengan pertumbuhan nasabah pada PT. Bank Syariah X, yang tidak saja terdiri dari nasabah Muslim, namun juga non Muslim, maka kebutuhan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan customer yang dalam penelitian ini ditujukan khusus pada Cina non Muslim untuk menggunakan jasa bank Syariah amat dipelukan dalam rangka pengembangan pemasaran selanjutnya. Kerangka teoritis tersebut kiranya dapat dipakai sebagai alat untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan customer untuk menggunakan jasa perbankan syariah X.
Permasalahan pertama ditujukan untuk mencari tahu apa sebenarnya faktor dominan yang mempengaruhi customer untuk menggunakan jasa perbankan Syariah (PT. Bank Mega Syariah Indonesia). Secara keseluruhan ada 21 faktor yang diduga dapat mempengaruhi keputusan nasabah Etnis Cina non-Muslim Bank Syariah X, dan faktor dominan yang mempengaruhi adalah faktor-faktor yang beratribut Syariah. Teknik analisa yang digunakan adalah analisis faktor. Faktor pertama yang terbentuk menjadi faktor dominan yang mempengaruhi etnis Cina non-Muslim menjadi nasabah bank Syariah X, sehingga framework permasalahannya sebagai berikut

Gambar 1.1
Skema Theoritical Framework
Keputusan menggunakan jasa
Keputusan customer untuk menggunakan jasa Bank Syariah
Faktor Eksternal
Faktor Promosi
Faktor Lokasi
Faktor Pelayanan
Faktor Return
Faktor Syariah
Faktor Produk
Sumber: Sekaran (XXXX)

1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Cina non Muslim menjadi nasabah bank Syariah X, dan untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan menjadi daya tarik etnis Cina non-Muslim menjadi nasabah Bank Syariah X
2. Mencari alternatif Strategi Pemasaran Bank Syariah bagi etnis Cina-non-Muslim

1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi akademisi dan praktisi, khususnya bidang pemasaran (marketing)
2. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pengambil keputusan, dalam hal ini pihak manajemen bank, dan dapat menjadi acuan dalam penerapan strategi pemasaran
3. Bagi Perkembangan ekonomi syariah, penjelasan-penjelasan diatas tentunya dapat memberikan sumbangsih yang cukup berarti bagi perkembangan ekonomi Islam terkait dengan pemasaran Syariah yang difokuskan untuk semua kalangan baik Muslim maupun non-Muslim dan Cina maupun pribumi.

1.7. Metode Penelitian
1.7.1. Desain Penelitian
Metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif. Tujuannya untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai keadaan yang sebenarnya. Kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis faktor.
1.7.2. Jenis Data
Kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan penulisan penelitian ini, antara lain dengan mencari dan mengumpulkan data dengan klasifikasi sebagai berikut
a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh penulis dari lapangan (field research). Dalam hal ini penulis menggunakan metode pengumpulan data kuesioner.
b. Data sekunder yang di gunakan sebagai pelengkap dari data primer di peroleh dari library search, terutama dari text books, majalah, surat kabar, dan bulletin, serta literatur penunjang lainnya tentang komunikasi pemasaran
1.7.3. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, untuk memudahkan dalam proses analisa datanya, maka semua data yang akan diinput terlebih dahulu dilakukan coding (pemberian kode). Penulis menggunakan program SPSS versi 12.0 for Windows Standard Edition. Beberapa teknik analisis yang dipakai antara lain:
1. Analisis validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
2. Analisis faktor untuk mereduksi data dari faktor-faktor dan menentukan faktor dominan
Data dan informasi yang dikumpulkan akan dikaji dengan metode perhitungan untuk melihat skor faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat digambarkan peluang yang ada untuk menentukan strategi alternatif yang dapat dipertimbangkan atau dipilih sebagai pedoman yang perlu dilakukan.

1.8. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab 1. Pendahuluan
Dalam bab ini dikemukakan latar belakang masalah yang akan diteliti, kemudian perumusan masalah, batasan masalah, kerangka pemikiran, tujuan, metode analisis dan sistematika penulisan.
Bab 2. Landasan Teori
Dalam landasan teori ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan perilaku konsumen dalam memilih jasa serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengmbilan keputusan, selanjutnya proses untuk pengambilan keputusan untuk membeli dan dasar-dasar strategi pemasaran.
Bab 3. Metodologi Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan sekilas mengenai Gambaran umum PT Bank Syariah X, selanjutnya metodologi penelitian mencakup tahapan-tahapan penelitian, Model Pendekatan Penelitian, Metode Analisa Data
Bab 4. Analisa Hasil Penelitian
Dalam bab ini penulis membahas mengenai hasil penelitian berdasarkan data yang telah diolah dengan dasar analisis adalah output pengolahan data dengan menggunakan piranti lunak (Software) SPSS V. 12 yang mencakup uji validitas dan reliabilitas, dan analisis faktor, serta gambaran terhadap implikasi pemasaran.
Bab 5. Penutup
Bab berikut merupakan bagian penutup dari penulisan ini yang berisi kesimpulan akhir dari awal sampai akhir penulisan ini, berdasarkan hasil kesimpulan akhir tulisan itulah penulis akan memberikan saran atas hasil penelitian yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait bagi Bank Syariah khususnya PT Bank Syariah X serta akan dijelaskan kekurangan dari penulisan ini.

Gambar 1.2
SKEMA PENELITIAN

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 23:23:00