(Kode EKONMANJ-0022) : Tesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etnis China Non-Muslim Menjadi Nasabah Bank Syari’ah (Studi Kasus PT. Bank Syariah X)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi Islam dan praktek ekonomi Islam secara internasional maupun nasional tidak bisa dibendung lagi. Di Indonesia, hal ini ditandai dengan pesatnya kajian dan publikasi mengenai prinsip-prinsip dan praktek-praktek bank Syariah.
Perekonomian Islam dimulai dengan kehadiran perbankan syariah sebagai lembaga keuangan yang berlandaskan etika, dengan dasar al Qur’an dan Hadist. Tonggak utama berdirinya perbankan Syariah adalah beroperasinya Mit Ghamr Local Saving Bank 1963 di Kairo, Mesir. Saat ini, perkembangan lembaga keuangan Syariah di dunia maju dengan pesat. Bahkan lembaga keuangan konvensional yang notabene mengadopsi sistem kapitalis mengakui keunggulan sistem Syariah
Dalam perkembangannya di Indonesia, praktek perbankan Syariah bermula pada tahun 1992, yang ditandai dengan beroperasinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan merupakan bank pertama yang menerapkan sistem bagi hasil. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1998 dan memporak porandakan sendi sendi perekonomian sehingga menyebabkan tingkat suku bunga dan inflasi tinggi, Bank Muamalat sebagai Bank Syariah merupakan satu-satunya bank yang mampu bertahan dari badai tersebut, sementara bank-bank konvensional yang terkena likuidasi.
Terjadinya likuidasi terhadap bank-bank konvensional membuktikan bahwa perbankan dengan sistem riba (bunga) tidak dapat mengatasi krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan selanjutnya terjadi krisis kepercayaan dari para nasabahnya. Kemudian, para nasabah (konsumen) mencari alternatif perbankan yang dapat memberikan kepercayaan serta keamanan bagi dirinya, dan perbankan Syariah merupakan suatu sistem alternatif untuk mewujudkan kebutuhan nasabah tersebut.
Perbankan Syariah berkembang pesat terutama sejak ditetapkannya dasar-dasar hukum operasional tentang perbankan melalui UU No 7 tahun 1992, yang kemudian dirubah dalam Undang-Undang No 10 tahun 1998. Undang-undang ini merupakan bentuk penegasan dari Bank Indonesia sebagai otoritas moneter untuk menjamin kelegalan bank Syariah, dan memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi bank Syariah, karena di dalamnya dikelaskan bahwa dalam perbankan Indonesia dikenal sistem (dual banking sistem), yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan Syariah.
Sebagai bentuk perwujudan dari kebutuhan masyarakat terhadap perbankan bersistem Syariah, dan ditegaskannya dual banking sistem pada perbankan nasional, dibukalah peluang bagi pengembangan yang lebih luas terhadap operasional bank Syariah. Di antara bank-bank konvensional yang membuka bank Syariah yaitu Bank Susila Bhakti yang sekarang menjadi Bank Syariah Mandiri, dan belum lama ini mulai beroperasi penuh sebagai Bank Syariah, Bank Tugu yang mengkonversikan diri menjadi Bank Syariah X, selanjutnya Bank IFI, BRI, baik yang beroperasi dikantor pusat maupun cabang, Bank BNI, Bank Niaga, dan lainnya
Sejarah berdirinya perbankan Syariah dengan sistem bagi hasil didasarkan pada dua alasan utama yaitu pertama, pandangan bahwa bunga (interest) pada bank konvensional adalah hukumnya haram karena termasuk kategori riba yang dilarang dalam agama. Kedua, dari aspek ekonomi, penyerahan risiko usaha terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan. Adapun balas jasa modal pada sistem bagi hasil bank Syariah, diperhitungkan berdasarkan keuntungan dan kerugian yang diperoleh dengan adanya kesepakatan pada ”akad” dan ini berlaku pada kreditur maupun debitur.
Bank Syariah dalam melaksanakan kegiatan usahanya harus berdasarkan prinsip Syariah. Oleh karena itu, diperlukan suatu dewan yang bertugas mengawasi jalannya praktek perbankan Syariah agar benar-benar sesuai dengan koridor Syariah. Dewan tersebut dinamakan Dewan Pengawas Syariah dibawah naungan Dewan Syariah Nasional MUI dan hal inilah yang membedakan bank Syariah dari bank Konvensional.
Dalam perspektif jangka panjang, pengembangan sistem perbankan Syariah diharapkan dapat menciptakan efisiensi operasional dan memiliki daya saing yang tinggi dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Syariah, memiliki peran signifikan dalam sistem perekonomian nasional serta memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Kebijakan pengembangan dapat dilakukan dengan pengembangan jaringan kantor di wilayah-wilayah yang dinilai potensial. Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, merupakan potensi yang luar biasa sebagai tempat tumbuh kembangnya kegiatan ekonomi yang berbasis syariah. Potensi dalam hal ini dipandang dari sumber daya dan aktivitas perekonomian suatu wilayah serta pola sikap dari pelaku ekonomi terhadap produk dan jasa bank Syariah. Informasi mengenai pola sikap dan karakteristik masyarakat terhadap perbankan Syariah menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan sosialisasi dan penetapan strategi pemasaran bagi bank-bank Syariah yang akan beroperasi pada suatu wilayah.
Dalam upaya penciptaan efisiensi operasional dan daya saing bank Syariah perlu diperhatikan pencapaian economies of scale dan economies of scope dari perbankan Syariah. Dalam kaitannya dengan hal ini perluasan cakupan pasar dengan juga memberikan perhatian pada pasar rasional dan Cina non Muslim menemukan relevansinya.
Sebagaimana kita ketahui, hingga saat ini pengembangan perbankan Syariah semata-mata masih terfokus pada pasar spiritual, yakni kelompok Muslim dan seolah hanya diperuntukkan bagi masyarakat Muslim di mana mereka enggan untuk menjadi nasabah bank konvensional dengan bisnisnya yang menghalalkan sistem riba (Bunga). Padahal, dalam konteks Indonesia, pasar Cina non Muslim juga perlu diperhatikan karena selain memiliki potensi ekonomi yang cukup besar, juga jumlahnya cukup signifikan. Bila menilik kondisi demografis masyarakat Indonesia, terlihat persebaran yang kurang merata, dimana terdapat wilayah-wilayah yang didominasi masyarakat Cina non Muslim dan dari 220 juta masyarakat Indonesia, produktivitas ekonomi didominasi oleh etnis keturunan Cina.
Sistem kapitalisme yang mengakar pada masyarakat Cina non-Muslim Indonesia berdasarkan pada unsur pengumpulan individualisme dan kekayaan, bercirikan kepemilikan individu. Di samping jiwa kapitalisme, dalam penelitiannya Tjandradiredja (XXXX) dinyatakan bahwa pebisnis Cina pun memiliki sikap yang kurang menyukai kerjasama.
Dalam sistem perbankan, sistem kapitalis tersebut diterapkan pada bank konvensional yang didasarkan pada adanya bunga (interest), keuntungan dan kerugian dimiliki salah satu pihak. Dalam jangka panjang, perbankan konvensional yang mengadopsi sistem kapitalis tersebut, akan menyebabkan penumpukan kekayaan pada segelintir orang yang memiliki kapital besar. Sistem ekonomi ini di bangun atas dasar materialisme. Disadari atau tidak, kegiatan ekonomi yang tengah berlangsung saat ini dan telah mendunia menyebabkan krisis perekonomian saat ini.
Berbeda dengan perbankan konvensional, perbankan Syariah menerapkan sistem bagi hasil yang berprinsip keadilan dan kesederajatan. Selain itu, dalam perbankan Syariah diterapkan pula adanya sistem kerjasama (musyarakah), artinya keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak (’akad).
Adapun mengenai larangan riba, yang merupakan ciri dari sistem perbankan Syariah, ternyata memiliki akar yang kuat pada ajaran-ajaran Cina non Islam. Menurut kalangan kristen, riba merupakan tindakan kriminal, demikian juga pada ajaran hindu, budha. Penetrasi terhadap segmen pasar ini diperkirakan akan lebih mudah bila mengingat bahwa ajaran Hindu, Budha, dan Kristen pun terdapat ajaran akan larangan pemungutan riba
Fenomena menarik, ketika sebagian masyarakat Muslim masih memperdebatkan sistem perbankan Syariah (tanpa bunga), justru pada PT. Bank Syariah X, kalangan non Muslim beramai-ramai menikmati produk bank tersebut. Mayoritas dari mereka adalah etnis keturunan Cina (Tionghoa). Mereka adalah pedagang dan pebisnis yang menguasai perputaran uang di negeri ini dan berjiwa kapitalisme.
Sebanyak ± 42% nasabah PT Bank Syariah X adalah kalangan Cina non Muslim, dan sebagian besar adalah orang-orang Katolik, pengurus yayasan Kristen, dimana citra Islam dalam pandangan mereka terkesan angker, Islam adalah kelompok garis yang keras dan menakutkan. Kenyataan ini patut hargai, karena tidaklah mudah menarik nasabah dari kalangan Cina non-Muslim yang berjiwa bisnis dan mempunyai akar yang kuat pada sistem kapitalisme.
Melihat kenyataan tersebut, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Etnis Cina non Muslim tertarik menjadi nasabah Bank Syariah X dan Implikasinya terhadap pengembangan pemasaran, di mana Penelitian ini didasarkan pada teori-teori mengenai sikap, pengambilan keputusan.
Penelitian ini terutama menggagas kemungkinan penerapan strategi pengembangan perbankan Syariah melalui peningkatan fokus perhatian pada potensi nasabah dari kalangan Cina non Muslim PT Bank Syariah X yang merupaka nasabah rasional. Kendati perbankan Syariah umumnya masih membidik para loyalis Syariah atau pasar yang fanatik terhadap Syariah, namun PT Bank Syariah X merupakan salah satu diantara perbankan-perbankan Syariah yang mampu menggaet nasabah non Muslim sebanyak ± 42% dan sebagian besar beretnis Cina. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan dilaksanakan dengan metode survey. Data digali dengan menggunakan kuesioner disusun berdasarkan skala likert. Uji statistik menggunakan faktor analisis.
Tingkat pertumbuhan nasabah PT Bank Syariah X yang tidak saja nasabah Muslim namun juga terdiri dari kalangan non-Muslim yang beretnis Cina, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal (Kotler, XXXX) terdiri dari
1. produk
2. harga
3. promosi
4. tempat
Faktor-faktor eksternal tersebut, dikelompokkan dan diuraikan menjadi beberapa item yang akan ditanyakan kepada para nasabah Cina non-Muslim dan ditambah pula dengan faktor Syariah yang terkait dengan penelitian ini karena adanya penerapan sistem Syariah yang diterapkan perusahaan PT. Bank Syariah X. Berdasarkan teori tersebut, terbentuk beberapa faktor yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan Etnis Cina non-Muslim menjadi nasabah Bank Syariah X. Hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Samsuddin pada nasabah Bank Syariah Mandiri cabang Thamrin dimana penelitiannya mencakup nasabah Muslim, menunjukkan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi keputusan nasabah adalah fasilitas dan pelayanan. Penelitian berikutnya oleh Yunus (XXXX) dengan judul ”faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat menggunakan jasa bank Syariah, studi kasus pada masyarakat Bekasi” dikatakan bahwa beberapa hal yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih bank sebagian besar didasarkan pada pertimbangan aksesibilitas, jumlah jaringan kantor dan ATM, pelayanan bank dan aspek Syariah. Faktor tingginya bagi hasil atau suku bunga sangat kecil mempengaruhi masyarakat Bekasi dalam memilih bank. Hal tersebut merupakan salah satu pendorong penulis mengadakan penelitian lebih lanjut dengan fokus etnis Cina non-Muslim, dimana penelitian-penelitian sebelumnya hanya berfokus kepada mayoritas nasabah Muslim. Adapun faktor-faktor yang telah terbentuk antara lain:
Faktor Promosi dan Sosialisasi
1. Agar keberadaan Bank Syariah dan kegiatannya dapat dikenal masyarakat luas, maka perlu beriklan di media massa (TV dan Koran)
2. Promosi yang dilakukan di mal-mal dapat menarik minat pengunjung
3. Promosi dikemas menarik dan lebih kreatif agar masyarakat luas mau berkunjung
4. Sosialisasi/promosi melalui figur/sosok, misal, oleh beberapa kalangan cendekiawan
5. Sosialisasi produk dengan menonjolkan manfaat dari suatu produk bank Syariah, melalui bahasa komunikasi yang dapat dipahami konsumen
6. Informasi tentang Bank Syariah X dalam bentuk brosur dan leaflet
Faktor Lokasi
7. Lokasi Bank Syariah X yang sangat strategis
8. Lokasi Bank Syariah X di daerah yang aman
9. Gedung Bank Syariah X menarik, nyaman, dan menyenangkan
10. Fasilitas banyaknya cabang Bank Mega Syariah Indonesia di berbagai daerah
11. Fasilitas banyaknya jaringan ATM Bank Syariah X
Faktor Pelayanan
12. Pelayanan yang cepat dari karyawan/ti Bank Syariah X
13. Penampilan menarik karyawan/ti Bank Syariah X
14. Perlakuan yang ramah karyawan/ti Bank Syariah X
15. Karyawan/ti Bank Syariah X berperan membantu calon nasabah memberikan pemahaman mengenai pengetahuan perbankan Syariah
Faktor Return
16. Tingkat pengembalian (bagi hasil) yang tinggi dari Bank Syariah X
17. Rendahnya tingkat suku bunga bank konvensional
Faktor Syariah
18. Adanya larangan atas bunga karena termasuk riba dan tidak adil
19. Penyimpanan dana dan Peminjaman dana seperti Kredit usaha dan lainnya berdasarkan penanggungan risiko bersama
Faktor Produk
20. Produk Perbankan yang beragam, menarik, dan inovatif
21. Fitur-fitur pendukung/keuntungan yang terdapat dalam produk
1.2. Perumusan Masalah
Kondisi-kondisi di atas sesungguhnya menyiratkan gambaran yang lebih jauh dan serius mengenai makna Syariah secara universal. Perbankan Syariah yang menganut sistem bagi hasil ternyata sesuai dengan ajaran-ajaran yang dimiliki Cina non-Muslim, dan perbankan konvensional dengan sistem ribawi-nya (bunga) dianggap sebagai tindakan kriminal.
Secara budaya, berdasarkan penelitian Tjandradiredja (XXXX), karakteristik etnis Cina non-Muslim enggan untuk melakukan kerjasama, mereka mempunyai jiwa individualis. Disamping itu, secara ekonomi, sistem yang mengakar kuat pada etnis Cina pada abad 19 yaitu sistem kapitalisme yang merupakan sistem ekonomi politik dan cenderung pada pengumpulan harta kekayaan semata, artinya berdasarkan pada keuntungan semata. Hal ini sangat sesuai dengan sistem yang diterapkan pada bank konvensional yakni penerapan bunga (interest) sebagai keuntungan yang akan diberikan. Bagi nasabah sebagai deposan, pihak bank yang menanggung risiko. Namun, bagi nasabah selaku peminjam, seluruh risiko ditanggung peminjam. Jadi, yang memiliki kapital akan semakin kaya. Sistem tersebut sangat kontras dengan apa yang menjadi prinsip-prinsip perbankan Syariah yang memiliki unsur keadilan, penanggungan risiko bersama, (kerjasama), tanpa mengeksploitasi satu sama lain. Artinya, keuntungan dan kerugian ditanggung pihak bank dan nasabah,
Karakter ekonomi kapitalis yang lazim melekat pada kalangan Cina non-Muslim, sewajarnya menjadikan Bank Konvensional sebagai sarana investasi yang menjanjikan. Namun, pada kenyataannya PT Bank Syariah X mampu menarik nasabah dari kalangan etnis Cina non-Muslim sebesar ±42%, dimana mereka memiliki perbedaan karakteristik budaya dengan prinsip-prinsip yang diterapkan bank Syariah. Menariknya, kondisi ini justru tidak terjadi di Bank Syariah lainnya.
Melihat kinerja PT. Bank Syariah X yang telah cukup berhasil membuktikan bahwa Bank Syariah bukan bank khusus Muslim semata, maka penulis ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi etnis Cina non-Muslim menjadi nasabah Bank Syariah X.
Adapun rumusan pertanyaan yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi etnis Cina non-Muslim menjadi nasabah Bank Syariah X?
1.3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah hanya terkait dengan nasabah PT. Bank Syariah Mega, dalam hal ini nasabah “rasional” yang berasal dari komunitas Cina non-Muslim. Sejauhmana komunitas Cina non Muslim mempunyai ketertarikan terhadap perbankan Syariah khususnya PT. Bank Syariah X, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Maka, penelitian ini dibatasi pada khusus nasabah etnis Cina non-Muslim PT Bank Syariah X yang menggunakan jasa perbankan Syariah yakni jasa yang ditawarkan PT. Bank Syariah X.
1.4. Kerangka Pemikiran
Kerangka teori adalah fondasi yang mendasari pelaksanaan riset dan secara logis membangun, menggambarkan dan mengelaborasi hubungan-hubungan (network of association) antara variabel-variabel yang relevan terhadap permasalahan. Kerangka teori ini diidentifikasikan melalui proses diantaranya interview, observasi, dan tinjauan kepustakaan. (lihat Sekaran, hal 102, XXXX).
Dalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk atau jasa, seorang konsumen melakukan beberapa tahapan, seperti diawali dengan pengenalan terhadap kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian. (Kotler, XXXX). Sebelum terjadi proses pembelian, seorang konsumen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal untuk mengambil keputusannya menggunakan suatu jasa atau produk. Faktor ekternal tersebut dikenal dengan marketing mix, diantaranya promosi, harga, tempat dan produk. Adapun, faktor Syariah dilandasi oleh prinsip-prinsip perbankan Syariah, yang melarang adanya praktek bunga (riba), dan hal ini sesuai dengan ajaran-ajaran selain Muslim.
Sejalan dengan pertumbuhan nasabah pada PT. Bank Syariah X, yang tidak saja terdiri dari nasabah Muslim, namun juga non Muslim, maka kebutuhan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan customer yang dalam penelitian ini ditujukan khusus pada Cina non Muslim untuk menggunakan jasa bank Syariah amat dipelukan dalam rangka pengembangan pemasaran selanjutnya. Kerangka teoritis tersebut kiranya dapat dipakai sebagai alat untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan customer untuk menggunakan jasa perbankan syariah X.
Permasalahan pertama ditujukan untuk mencari tahu apa sebenarnya faktor dominan yang mempengaruhi customer untuk menggunakan jasa perbankan Syariah (PT. Bank Mega Syariah Indonesia). Secara keseluruhan ada 21 faktor yang diduga dapat mempengaruhi keputusan nasabah Etnis Cina non-Muslim Bank Syariah X, dan faktor dominan yang mempengaruhi adalah faktor-faktor yang beratribut Syariah. Teknik analisa yang digunakan adalah analisis faktor. Faktor pertama yang terbentuk menjadi faktor dominan yang mempengaruhi etnis Cina non-Muslim menjadi nasabah bank Syariah X, sehingga framework permasalahannya sebagai berikut
Gambar 1.1
Skema Theoritical Framework
Keputusan menggunakan jasa
Keputusan customer untuk menggunakan jasa Bank Syariah
Faktor Eksternal
Faktor Promosi
Faktor Lokasi
Faktor Pelayanan
Faktor Return
Faktor Syariah
Faktor Produk
Sumber: Sekaran (XXXX)
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Cina non Muslim menjadi nasabah bank Syariah X, dan untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan menjadi daya tarik etnis Cina non-Muslim menjadi nasabah Bank Syariah X
2. Mencari alternatif Strategi Pemasaran Bank Syariah bagi etnis Cina-non-Muslim
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi akademisi dan praktisi, khususnya bidang pemasaran (marketing)
2. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pengambil keputusan, dalam hal ini pihak manajemen bank, dan dapat menjadi acuan dalam penerapan strategi pemasaran
3. Bagi Perkembangan ekonomi syariah, penjelasan-penjelasan diatas tentunya dapat memberikan sumbangsih yang cukup berarti bagi perkembangan ekonomi Islam terkait dengan pemasaran Syariah yang difokuskan untuk semua kalangan baik Muslim maupun non-Muslim dan Cina maupun pribumi.
1.7. Metode Penelitian
1.7.1. Desain Penelitian
Metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif. Tujuannya untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai keadaan yang sebenarnya. Kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis faktor.
1.7.2. Jenis Data
Kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan penulisan penelitian ini, antara lain dengan mencari dan mengumpulkan data dengan klasifikasi sebagai berikut
a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh penulis dari lapangan (field research). Dalam hal ini penulis menggunakan metode pengumpulan data kuesioner.
b. Data sekunder yang di gunakan sebagai pelengkap dari data primer di peroleh dari library search, terutama dari text books, majalah, surat kabar, dan bulletin, serta literatur penunjang lainnya tentang komunikasi pemasaran
1.7.3. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, untuk memudahkan dalam proses analisa datanya, maka semua data yang akan diinput terlebih dahulu dilakukan coding (pemberian kode). Penulis menggunakan program SPSS versi 12.0 for Windows Standard Edition. Beberapa teknik analisis yang dipakai antara lain:
1. Analisis validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
2. Analisis faktor untuk mereduksi data dari faktor-faktor dan menentukan faktor dominan
Data dan informasi yang dikumpulkan akan dikaji dengan metode perhitungan untuk melihat skor faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat digambarkan peluang yang ada untuk menentukan strategi alternatif yang dapat dipertimbangkan atau dipilih sebagai pedoman yang perlu dilakukan.
1.8. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab 1. Pendahuluan
Dalam bab ini dikemukakan latar belakang masalah yang akan diteliti, kemudian perumusan masalah, batasan masalah, kerangka pemikiran, tujuan, metode analisis dan sistematika penulisan.
Bab 2. Landasan Teori
Dalam landasan teori ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan perilaku konsumen dalam memilih jasa serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengmbilan keputusan, selanjutnya proses untuk pengambilan keputusan untuk membeli dan dasar-dasar strategi pemasaran.
Bab 3. Metodologi Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan sekilas mengenai Gambaran umum PT Bank Syariah X, selanjutnya metodologi penelitian mencakup tahapan-tahapan penelitian, Model Pendekatan Penelitian, Metode Analisa Data
Bab 4. Analisa Hasil Penelitian
Dalam bab ini penulis membahas mengenai hasil penelitian berdasarkan data yang telah diolah dengan dasar analisis adalah output pengolahan data dengan menggunakan piranti lunak (Software) SPSS V. 12 yang mencakup uji validitas dan reliabilitas, dan analisis faktor, serta gambaran terhadap implikasi pemasaran.
Bab 5. Penutup
Bab berikut merupakan bagian penutup dari penulisan ini yang berisi kesimpulan akhir dari awal sampai akhir penulisan ini, berdasarkan hasil kesimpulan akhir tulisan itulah penulis akan memberikan saran atas hasil penelitian yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait bagi Bank Syariah khususnya PT Bank Syariah X serta akan dijelaskan kekurangan dari penulisan ini.
Gambar 1.2
SKEMA PENELITIAN
Home » All posts
Tesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etnis China Non-Muslim Menjadi Nasabah Bank Syari’ah
Tesis Pengaruh Faktor-Faktor Motivasi Ditinjau Dari Sisi Finansial-Psikologi-Dan Sosial Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Studi Kasus Pada PT. X
(Kode EKONMANJ-0023) : Tesis Pengaruh Faktor-Faktor Motivasi Ditinjau Dari Sisi Finansial-Psikologi-Dan Sosial Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Studi Kasus Pada PT. X
BAB I PENDAHULUAN
l.l. Latar Belakang Masalah
Seorang manajer adalah orang yang melakukan sesuatu melalui orang lain, dengan membagi dan mengalokasikan tugas-tugas kepada bawahannya. Keberhasilan manajer ditentukan oleh seberapa jauh karyawannya menjalankan tugas yang telah diberikan degan baik.
Seorang karyawan mungkin menjalankan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan baik, mungkin juga tidak. Namun, bila tugas yang dibebankan kepada karyawan tidak bisa terlaksana dengan baik, maka manajer perlu menganalisis apa penyebabnya. Dalam hal ini, kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi adalah, pertama, karyawan memang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan. Kedua, karyawan tidak mempunyai motivasi untuk bekerja dengan baik. Kemungkinan yang ketiga, bisa jadi merupakan kombinasi atau gabungan dari kedua faktor tersebut Menjelang tibanya era perdagangan bebas, pada tahun XXXX ini, karyawan dituntut untuk selalu bekerja tidak hanya sekedar untuk mencari nafkah dan menghidupi diri sendiri dan keluarganya serta mencapai tujuan produksi. Akan tetapi, mereka harus bekerja agar perusahaan dapat tumbuh dan berkembang menghadapi persaingan dengan perusahaan lain. Para pemimpin perusahaan yang menekankan pada pendekatan ekonomi akan berangkat dengan asumsi bahwa karyawan perusahaan akan bekerja secara optimal bila mereka mendapat imbalan yang cukup baik dalam bentuk uang maupun imbalan lainnya seperti kendaraan, tempat tinggal, bonus dan sebagainya. Pada kondisi globalisasi seperti saat ini, asumsi ini belum cukup karena imbalan saja tidak menjamin karyawan bekerja secara optimal.
Pemanfaatan kemampuan karyawan dengan optimal dapat dilakukan dan mampu menyatukan pandangan dari sifat dan karakter yang berbeda-beda dari setiap karyawan pada suatu tujuan, yaitu tujuan perusahaan. Berkaitan dengan hal itu, tugas manajer adalah memiotivasi para karyawan agar bekerja sesuai dengan upaya pencapaian tujuan organisasi. Kemampuan manajer memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan para karyawannya atau menentukan sejauh mana efektifitas leadership seorang manajer.
Robbins (XXXX) mendefinisikan motivasi sebagai keinginan untuk menggunakan usaha yang maksimal dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, dikondisikan oleh kemampuan berbagai program dan praktek motivasional untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu. Dalam hal ini perlu ditekankan beberapa pengertian yang berhubungan dengan motivasi utama dalam pernyataan Quality of Work Life yang diterjemahkan menjadi kualitas kehidupan kerja dalam berbagai artikel dan jurnal.
Karyawan yang bekerja dengan motivasi tinggi merupakan harapan perusahaan. Karyawan yang memiliki motivasi untuk bekerja tidak sama dengan orang yang bekerja dengan motivasi yang tinggi. Karyawan yang bekerja dengan motivasi tinggi ini pada umumnya beranggapan bahwa bekerja hanya karena harus mematuhi kebutuhan yang vital bagi diri dan keluarganya. Hal Inilah yang disebut dengan motivasi ekstrinsik (As'ad, 1991). Karyawan dengan perilaku seperti ini tidak termotivasi untuk bekerja semaksimal mungkin dan memiliki Quality of Work Life yang mempengaruhi kualitas kehidupannya. Dengan demikian, yang dibutuhkan organisasi adalah karyawan yang bekerja dengan motivasi yang tinggi yaitu merasa senang mendapat kepuasan dalam pekerjaannya.
Dengan terciptanya kepuasan kerja karyawan maka akan diharapkan terjadi peningkatan mutu pelayanan karena bila karyawan merasa puas dan senang dalam bekerja akan dapat melakukan tugasnya dengan baik dan tulus dalam menjalankan apa yang menjadi kewajibannya. Selain itu, kepuasan kerja akan membawa dampak para turnover, absensi, kinerja karyawan. serikat kerja, keterlamb atan kerja, dan waktu-waktu luang yang ada.
Bertolak dari uraian diatas, dalam kesempatan ini penulis bermaksud mengkaji sejauhmana pengaruh faktor-faktor motivasi terhadap prestasi kerja karyawan dalam suatu organisasi khususnya organisasi perusahaan. Kajian studi ini selanjutnya akan di wujudkan dalam bentuk penelitian tesis (internship) dengan judul “PENGARUH FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI DITINJAU DARI SISI FINANSIAL, PSIKOLOGI, DAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN. STUDI KASUS DI PT. X".
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah pengaruh faktor-faktor motivasi kerja (yang menyangkut: faktor finansial, faktor psikologis don faktor sosial) terhadap prestasi kerja karyawan PT. X.
Masalah tcrsebut kemudian dirinci menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Seberapa signifikankah pengaruh: faktor finansial, faktor psikologis dan faktor sosial (sebagai faktor motivasi) terhadap prestasi kerja karyawan PT. X
b. Diantara faktor-faktor motivasi tersebut yaitu: faktor finansial, faktor psikologis dan faktor sosial) manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap prestasi kerja karyawan PT. X
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah faktor finansial faktor psikologi, faktor sosial berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. X
2. Untuk mengetahui faktor mana di antara faktor-faktor motivasi tersebut yang paling dominan dalam mempengaruhi prestasi kerja karyawan PT. X
1.4. ManfaatPenelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka diharapkan hasilnya akan bermanfaat sebagai berikut:
a. Sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi manajemen PT. X dalam pengambilan keputusan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas karyawan
b. Kegiatan pendirian ini merupakan kesempatan berharga bagi penulis untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh dengan praktek nyata di perusahaan sekaligus sebagai tambahan wawasan ilmu.
1.5. Sistematika Penyusunan Laporan Penelitian
Laporan hasil penelitian ini, disusun dalam 5 bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut
Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan: Latar belakang masalah;
Rumusan masalah; Tujuan penelitian; Manfaat penelitian dan Sistematika
penyusunan laporan penelitian.
Bab II Landasan Teori Pada bab ini dibahas teori yang digunakan untuk
mendukung penelitian ini. Pembahasan dimulai dengan uraian tentang
pentingnya manajemen sumber daya dalam suatu perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan teori motivasi dan prestasi kerja. Disamping itu, dalam bab ini juga dikemukakan hipotesis penelitian.
Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan cara atau jalannya kegiatan penelitian. Hal tersebut meliputi: Lokasi tempat penelitian ini dilaksanakan; Populasi dan sampel penelitian; Identifikasi variabel penelitian, Definisi operasional; Metode pengumpulan data dan metode analisis datayang digunakan.
Bab IV Analisis Data. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis terhadap
hasil pemrosesan datayang berhasil dikumpulkan. Dengan kata lain, pada bab ini dibahas hasil penelitian.
Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
Skripsi Potensi Dan Kendala Peningkatan Pendapatan Asli Nagari (Studi Di Nagari Bayur Kabupaten Agam)
(Kode EKONMANJ-0021) : Skripsi Potensi Dan Kendala Peningkatan Pendapatan Asli Nagari (Studi Di Nagari Bayur Kabupaten Agam)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terjadinya perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,juga mengakibatkan perubahan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk perubahan yang terjadi adalah dalam sistem pemerintahan yang sentralistik menjadi sistem desentralistik yang sering juga disebut dengan otonomi daerah. Hal ini ditandai dengan keluarnya UU No. 22 Tahun 1999 kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun XXXX tentang Pemerintah Daerah.
Berlakunya Undang-Undang No. 32 Tahun XXXX tentang Pemerintah Daerah ini membawa perubahan besar dalam sistem pemerintahan di daerah, karena daerah kabupaten dan kota diberi kewenangan atau otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat di daerah menurut keinginan sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sejalan dengan itu, UU No. 32 Tahun XXXX tentang Pemerintahan Daerah juga memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk menentukan nama dan bentuk pemerintahan terendah. Hal ini Tergambar dalam rumusan UU No. 32 Tahun XXXX Pasal 1 (12) yang menyebutkan bahwa “Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat huku.m yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Selanjutnya dalam penjelasan pasal 202 UU No. 32 Tahun XXXX menyatakan bahwa desa yang dimaksud dalam ketentuan undang-undang tersebut diantaranya nagari di Sumatera Barat, Gampong di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, Lembang di Sulawesi Selatan, Kampung di Kalimantan Selatan dan Papua dan Negeri di Maluku.
Undang-undang No. 32 Tahun XXXX tentang Pemerintah Daerah ini, mengakibatkan pemerintah pusat memberi kewenangan kepada pemerintah propinsi, pemerintah propinsi kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dan begitu selanjutnya sampai pada tingkat pemerintahan terendah.
Sebelum keluarnya UU No. 32 Tahun XXXX Tentang Pemerintah Daerah, nagari lebih banyak menerima bantuan dana dari pemerintah dibandingkan dengan pendapatan nagari itu sendiri. Hal ini disebabkan nagari yang terbentuk di Sumatera Barat tidak memiliki basis ekonomi yang kuat, disebabkan miskinnya sumberdaya sehingga kehidupan dan efektivitas pemerintah nagari sangat tergantung pada bantuan pemerintah di tingkat atas (Efiyandry XXXX : 105).
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat No. 9 Tahun XXXX, Sumatera Barat kembali menerapkan sistem pemerintahan nagari, sehingga masalah dana atau pembiayaan tetap menjadi perhatian utama. Walaupun desa telah tergabung dalam sebuah nagari, bukan berarti nagari telah mampu berdiri sendiri terutama menyangkut dana atau keuangan nagari.
Sehubungan dengan keadaan di atas, daerah tidak bisa seutuhnya melepaskan diri dari pemerintah pusat mengenai pembiayaan daerah, begitu juga halnya dengan nagari sebagai pemerintahan terendah di Sumatera Barat. Maka pemerintah pusat mengeluarkan UU No. 25 Tahun 1999, yang disempurnakan dengan UU No. 33 Tahun XXXX Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. Undang-Undang ini dikeluarkan agar tidak terjadi kerancuan dalam masalah keuangan, baik di daerah maupun di pusat dan juga untuk menciptakan keseimbangan antara pusat dan daerah.
Berkaitan dengan nagari, bagian dana perimbangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah termasuk salah satu sumber pendapatan dan penerimaan nagari. Adanya bantuan dana ini adalah wajar karena pada awal pelaksanaan pemerintah nagari, sumber pendapatan asli nagari belum bisa memberikan kontribusi yang memadai. Padahal suatu pemerintahan harus melaksanakan pelayanan masyarakat dan melakukan pembangunan.
Pemerintah nagari memiliki kewenangan untuk mengatur kepetingan masyarakatnya. Wali nagari dalam penyelenggaraan pemerintahan bertanggung jawab pada Badan Perwakilan Rakyat Nagari dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas tersebut kepada Bupati. Wali nagari sebagai pemimpin di nagari harus mampu memikirkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya dan tidak hanya bergantung pada bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Hal ini disebabkan karena banyaknya tugas-tugas yang diemban oleh pemerintah daerah, sehingga tidak semua kebutuhan nagari dapat diperhatikan oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu pemerintah nagari diharapkan dapat mencari sumber dana lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan.
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di Nagari Bayur dapat dilihat bahwa perbandingan pendapatan asli nagari tidak seimbang dengan kebutuhan nagari. Hal ini dapat dilihat dari anggaran pendapatan dan belanja nagari tahun XXXX, dimana pendapatan asli nagari hanya sekitar Rp 350.000,-sedangkan kebutuhan nagari yaitu Rp 77.732.683,-. Berdasarkan hal ini dapat dilihat adanya perbedaan yang signifikan antara pendapatan asli nagari dengan kebutuhan nagari. Jika tidak ada bantuan dari pemerintah daerah maka Nagari Bayur secara otomatis tidak akan dapat menjalankan pembangunan yang sudah direncanakan. Dengan kata lain Nagari Bayur pada saat ini masih sangat tergantung pada bantuan pemerintah daerah. Oleh sebab itu peningkatan potensi nagari harus dilakukan semaksimal mungkin oleh pemerintah nagari. Salah satu upaya yang strategis adalah dengan menggali dan memberdayakan potensi nagari.
Pemberdayaan potensi nagari dalam meningkatkan pendapatan asli nagari dilakukan dengan pendirian Badan Usaha Milik Nagari, kerjasama dengan pihak ketiga dan melakukan pinjaman. Sumber pandapatan yang telah diambil alih oleh nagari, tidak dibenarkan diambil alih oleh Kabupaten (Pasal 62 Perda Kab. Agam No. 31 Tahun XXXX Tentang Pemerintahan Nagari).
Sumber pendapatan nagari pada umumnya sesuai dengan keadaan atau kondisi wilayah serta bagaimana kebijakan yang dibuat pemerintah nagari. Sehubungan dengan itu Nagari Bayur merupakan salah satu nagari dari 12 nagari yang terletak di sekeliling Danau Maninjau. Daerah ini merupakan sasaran kunjungan wisata di Kabupaten Agam. Oleh karena itu Nagari Bayur merupakan salah satu yang menjadi tempat kunjungan wisata, baik manca negara maupun domestik. Kondisi ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli nagari. Selain dari sektor pariwisata, sektor pertanian dan perikanan juga diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap peningkatan pendapatan asli nagari. Jadi dengan potensi yang dimiliki Nagari Bayur, baik dalam bidang pariwisata, pertanian, perikanan dan bidang lainnya, seyogyanya mampu mengangkat pendapatan asli nagari, sehingga pembangunan nagari dapat ditingkatkan dan berjalan dengan lancar. Dengan demikian pemerintah nagari harus mampu memberdayakan potensi yang ada guna meningkatkan pendapatan asli nagarinya, serta bagaimana pemerintah nagari dapat mengatasi kendala yang ditemui dalam meningkatkan Pendapatan Asli Nagari dengan memanfaatkan semua potensi yang dimiliki.
Berdasarkan keadaan yang demikian, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan memahami bagaimana potensi dan kendala dalam peningkatan pendapatan asli nagari. Oleh karena itu masalah ini perlu dikaji dalam suatu penelitian dengan judul “Potensi Dan Kendala Peningkatan Pendapatan Asli Nagari (Studi di Nagari Bayur Kabupaten Agam)”.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan Peraturan Daerah kabupaten Agam No. 31 Tahun XXXX tentang Pemerintah Nagari, di dalam pasal 60 dijelaskan bahwa pendapatan dan penerimaan nagari meliputi :
1. Pendapatan Asli Nagari terdiri dari, Harta kekayaan nagari, Hasil usaha nagari, Retribusi nagari terutama retribusi asli yang sudah ada di nagari, Hasil swadaya dan sumbangan masyarakat, Hasil gotong royong, Iuran nagari
2. Penerimaan Lain-Lain seperti Sumbangan pihak ketiga, Pinjaman nagari, Hasil kerjasama dengan pihak lain, Pendapatan lain-lain yang syah
Karena banyaknya sumber pendapatan nagari, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini hanya yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Nagari yang dimiliki atau yang ada di nagari, yaitu harta kekayaan nagari, hasil usaha nagari, retribusi nagari, hasil swadaya dan sumbangan masyarakat, hasil gotong royong dan iuran nagari.
C. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apa saja potensi yang dimiliki Nagari Bayur yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Nagari ?
2. Kendala apa saja yang ditemui di Nagari Bayur untuk meningkatkan Pendapatan Asli Nagari dan cara mengatasinya?
3. Apa upaya yang telah dilakukan Pemerintah Nagari Bayur untuk meningkatkan Pendapatan Asli Nagari ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi potensi yang dimiliki Nagari Bayur untuk menigkatkan Pendapatan Asli Nagari
2. Mengungkapkan kendala kendala yang ditemui dalam meningkatkan Pendapatan Asli Nagari
3. Mengungkapkan upaya yang dilakukan pemerintah Nagari Bayur dalam meningkatkan Pendapatan Asli Nagari
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam mempelajari Sistem Pemerintahan Daerah yang berkaitan erat dengan Sistem Pemerintahan Nagari sebagai pemerintahan terendah di Propinsi Sumatera Barat.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi pemerintah nagari untuk meningkatkan Pendapatan Asli Nagari.
Skripsi Pengujian Kausalitas Granger Antara Nilai Tukar-Suku Bunga Deposito Dan Harga Saham Di Lima Negara Asean Sebelum Dan Sesudah Krisis Moneter
(Kode EKONMANJ-0019) : Skripsi Pengujian Kausalitas Granger Antara Nilai Tukar-Suku Bunga Deposito Dan Harga Saham Di Lima Negara Asean Sebelum Dan Sesudah Krisis Moneter Periode X
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis keuangan di Asia sejak pertengahan tahun XXXX diyakini disebabkan oleh beberapa faktor. Pemicu awal krisis ini ditandai oleh penurunan nilai mata uang regional terhadap Dollar AS sejak tahun 1995. Hal ini ditambah dengan adanya guncangan ekternal seperti penurunan nilai ekspor sejak tahun 1996 di wilayah Asia yang membawa kecemasan terhadap pembiayaan neraca transaksi berjalan yang defisit yang mengarah pada akumulasi pinjaman jangka pendek dan penurunan nilai mata uang. Penambahan pinjaman jangka pendek oleh sektor swasta mulanya memang tidak mengkhawatirkan, mengingat nilai valas yang stabil dan kemampuan ekspor yang baik, akan mampu membayar pinjaman tersebut. Namun saat kegiatan perekonomian menurun dan krisis mata uang mulai tampak, terjadi penekanan kemampuan pembayaran pinjaman oleh sektor swasta domestik.
Sampai pada pertengahan dekade 1990, modal dan hutang internasional masuk dengan deras ke dalam negara-negara di Asia. Namun pengalokasian yang lebih banyak pada sektor non-perdagangan dan beresiko tinggi, seperti properti dan pasar saham, membuat tingkat pengembalian oleh penghutang domestik lebih sulit untuk dilakukan saat terjadi penurunan kegiatan ekonomi dan melonjaknya suku bunga domestik.
Tertekannya tingkat kemampuan pengembalian oleh penghutang domestik terlihat dari menurunnya peringkat kredit oleh para pemeringkat kredit internasional. Tingkat krisis di kawasan Asean yang semakin memanas meningkatkan resiko dan merusak sentimen pasar maupun kepercayaan investor. Maka aliran modal yang masuk berubah menjadi penarikan modal besar-besaran (masive capital outflow) oleh para investor.
Serangan spekulatif terhadap sejumlah mata uang Asia, kerapuhan mekanisme pasar serta kerapuhan sistem perbankan merupakan pemicu dari krisis, namun mendalamnya efek penularan (contagion effect) sangat menentukan aliran arus balik modal yang menjadikan kerawanan pada pasar finansial di Asia. Tekanan yang berawal dari currency turmoil yang melanda Thailand segera menyebar ke Indonesia dan negara Asean lainnya sehubungan dengan karakteristik perekonomian yang mirip.
Pada awalnya upaya menstabilkan mata uang dan menahan tekanan spekulatif di pasar uang dan bursa saham di beberapa negara anggota Asean, seperti Indonesia dan Malaysia, dilakukan dengan melakukan intervensi langsung di pasar valas, menaikan suku bunga dan menerapkan beberapa pembatasan aliran uang serta kontrol devisa. Namun intervensi di pasar valas telah menyebabkan cadangan devisa negara habis karena ekspor yang sedang melemah tidak dapat dijadikan andalan sebagai sumber pemasukan devisa. Melemahnya nilai tukar domestik telah memberikan dampak serius pada kegiatan ekonomi riil, khususnya usaha yang tergantung pada bahan baku impor dan pembiayaan non-rupiah. Sedangkan tindakan pemerintah untuk menaikkan tingkat suku bunga guna menopang nilai mata uang menyebabkan tekanan terhadap perekonomian khususnya di sektor riil dan akan dapat semakin menjatuhkan harga saham di bursa.
Akhirnya pihak yang berwenang pada masing-masing negara anggota Asean berupaya mencari jalan lain untuk bisa mengatasi krisis finansial yang terjadi. Reformasi dan restrukturisasi ekonomi dan sektor perbankan menjadi pilihan untuk mengatasi kelemahan di kedua sektor ini. Di Indonesia, Thailand, dan Malaysia tindakan ini diwujudkan dalam penutupan bank-bank dan lembaga keuangan yang insolven, sedangkan lembaga keuangan yang masih bisa bertahan diperbaiki melalui rekapitalisasi dan merger. Di Indonesia untuk mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka terjadi perubahan sistem nilai tukar dengan menghapus rentang intervensi dan menganut sistem tukar mengambang bebas (flexible exchange rate).
Upaya pemerintah di tiap negara Asia yang terkena krisis moneter lebih difokuskan pada empat bidang utama dimana dua diantaranya yaitu, bidang moneter, dengan melakukan kebijakan moneter ketat untuk mengurangi penurunan atau depresiasi nilai mata uang domestik yang berlebihan, serta bidang perbankan yang ditempuh dengan kebijakan perbaikan kelemahan sistem perbankan untuk memperbaiki dampak krisis dan menghindari krisis di masa yang akan datang.
Krisis di Asia memperlihatkan fluktuasi pada nilai tukar domestik, suku bunga dan harga saham di tiap negara anggota Asean. Devaluasi Bath Thailand pada pertengahan tahun XXXX telah diikuti oleh beberapa negara anggota Asean lain. Fluktuasi ini terus terjadi saat upaya perbaikan krisis dilakukan. Hal ini tidak hanya terjadi sebagai dampak dari faktor fundamental ekonomi tapi juga didukung oleh aksi spekulan valas.
Tabel 1.1 memperlihatkan perubahan nilai tukar di lima negara Asean periode 1996-XXXX. Gambar 1.1 memperlihatkan pergerakan pada indeks harga saham di lima negara Asean periode 1995-Januari XXXX. Sedangkan tabel 1.2 memperlihatkan perubahan tingkat suku bunga deposito 3 bulanan dalam rata-rata tiap tahun 5 negara Asean periode 1996-XXXX.
Tabel 1.1
Nilai Tukar Nominal Domestik Terhadap Dollar (USD)
di Lima Negara Anggota Asean
Periode 1996-XXXX
Tahun Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand
1996 2,342 2.52 26.22 1.41 25.32
XXXX 2,909 2.81 29.47 1.48 31.32
1998 10,014 3.92 40.89 1.67 41.31
1999 7,855 3.80 39.09 1.69 37.79
XXXX 8,422 3.80 44.19 1.72 40.11
XXXX 10,250 3.80 50.99 1.79 44.43
XXXX 9,318 3.80 51.77 1.79 42.96
XXXX 8,575 3.80 54.20 1.74 41.51
Sumber: ASEAN Finance and Macroeconomic Surveillance Unit
Grafik 1.1
Indeks Harga Saham Gabungan di Lima Negara Asean
Periode 1995-Januari XXXX
Sumber : Statistik Pasar Modal-Biro PIR Bapepam
Keterangan :
Indonesia : IHSG
Singapura : STI
Malaysia : KLSE
Thailand :SETI
Filipina : PSE
Tabel 1.2
Tingkat Suku Bunga Rata-Rata Deposito 3 Bulanan
di Lima Negara Asean Periode 1996-XXXX
Negara 1996 XXXX 1999 XXXXXXXXXXXXX
Indonesia 17.03 23.92 12.95 13.24 17.24 13.63 7.14
Malaysia 7.21 9.06 3.33 3.47 3.21 3.20 3.00
Filipina 9.73 12.50 7.18 12.09 8.83 3.80 5.34
Singapura 3.41 4.10 1.68 1.70 1.10 0.78 0.42
Thailand 9.75 11.5 3.75 3.00 2.25 1.75 1.00
Sumber: ASEAN Finance and Macroeconomic Surveillance Unit
Setelah mengamati kondisi perekonomian di kawasan negara anggota Asean sebelum, selama dan setelah krisis, maka fluktuasi nilai tukar domestik, suku bunga dan harga saham merupakan salah satu hal yang menarik untuk dicermati. Krisis moneter di kawasan Asia diperlihatkan oleh fluktuasi yang tinggi pada ketiga indikator moneter tersebut. Maka timbul pertanyaan apakah pergerakan pada salah satu variabel diatas memiliki pengaruh pada masing-masing variabel lainnya.
Terdapat banyak argumen berkaitan dengan pandangan diatas. Bahkan Granger (XXXX) menyatakan, hubungan antara variabel bisa dua arah. Misalnya Granger menyatakan, fluktuasi pada nilai tukar akan dapat mengarah pada pergerakan harga saham, hal ini disebut juga pendekatan tradisional (traditional approach). Sebaliknya pergerakan bursa saham dapat menyebabkan aliran modal yang berakhir pada fluktuasi nilai tukar. Ini dikenal dengan pendekatan portfolio (portfolio approach).
Disamping itu variabel suku bunga juga ikut mempengaruhi fluktuasi harga saham dan nilai tukar. Suku bunga deposito menjadi salah satu tolak ukur masyarakat dalam menanamkan modalnya. Pemilik modal akan mengalokasikan kekayaannya pada aset berdasarkan tingkat return dan resiko yang ada pada suatu aset. Suku bunga deposito menjadi hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perekonomian khususnya sektor riil serta aliran modal di suatu negara.
Maka berdasarkan uraian di atas dan perkembangan perekonomian di lima negara anggota Asean dari sejak awal krisis hingga saat ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER PERIODE 1995.1-XXXX.6“
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan deskripsi yang dituangkan di atas, maka pembahasan skripsi ini akan dibatasi pada beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:
1 Bagaimanakah pengaruh nilai tukar domestik terhadap Dollar (USD) pada indeks harga saham dan suku bunga deposito sebelum dan sesudah krisis di lima negara anggota Asean ?
2 Bagaimanakah pengaruh indeks harga saham pada nilai tukar domestik terhadap Dollar (USD) dan suku bunga deposito sebelum dan sesudah krisis di lima negara anggota Asean ?
3 Bagaimanakah pengaruh suku bunga deposito pada nilai tukar domestik terhadap Dollar (USD) dan indeks harga saham sebelum dan sesudah krisis di lima negara anggota Asean ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar domestik terhadap Dollar (USD) pada indeks harga saham dan suku bunga deposito sebelum dan setelah krisis di lima negara anggota Asean periode 1995.1-XXXX.6
2. Untuk mengetahui pengaruh indeks harga saham pada nilai tukar domestik terhadap Dollar (USD) dan suku bunga deposito sebelum dan sesudah krisis di lima negara anggota Asean periode 1995.1-XXXX.6.
3. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga deposito pada nilai tukar domestik terhadap Dollar (USD) dan indeks harga saham sebelum dan sesudah krisis di lima negara anggota Asean periode 1995.1-XXXX.6.
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek yaitu aspek praktis dan aspek akademis.
1. Kegunaan praktis, penelitian ini dapat menghasilkan implikasi yang lebih bernilai untuk para pembuat kebijakan dalam memecahkan permasalahan perekonomian Indonesia dalam bidang makroekonomi berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar, suku bunga deposito dan harga saham
2. Kegunaan akademis, sebagai referensi bagi penelitian yang lebih lanjut dan mendalam serta dapat memacu motivasi kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan metode yang lain.
Skripsi Peranan Strategi Pemasaran Dalam Upaya Meningkatkan Penjualan Produk Jasa Asuransi Pada PT. X
(Kode EKONMANJ-0020) : Skripsi Peranan Strategi Pemasaran Dalam Upaya Meningkatkan Penjualan Produk Jasa Asuransi Pada PT. X
BAB I
PENDAHULUAN
A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Kebutuhan akan jasa asuransi kini makin dirasakan,baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi resiko yang mendasar seperti resiko kematian, atau dalam menghadapi resiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan kegiatannya menghadapi berbagai resiko yang mungkin dapat mengganggu kesinambungan usahanya.
Dengan mulai membaiknya iklim dan minat masyarakat dalam bidang asuransi mengakibatkan tingkat persaingan di dunia asuransi menjadi semakin ketat. Strategi pemasaran merupakan salah satu senjata bagi perusahaan untuk menghadapi persaingan pasar. Pada dasarnya strategi pemasaran adalah mencari kecocokan antara kemampuan internal perusahaan dengan peluang eksternal yang ada di pasar. Mencari kecocokan ini merupakan tanggung jawab dari bagian pemasaran untuk menerapkan strategi pemasaran yang sesuai dengan produk yang dihasilkan dan sesuai dengan dengan segmen pasar yang ingin dituju oleh produk yang diluncurkan.
Mengenali karakteristik pasar dan struktur pasar sangatlah menguntungkan bagi perusahaan untuk dapat tetap bersaing dan survive (kelangsungan hidup perusahaan). Kelemahan dan keunggulan perusahaan hendaknya dianalisis sehingga menjadi sebuah titik tolak yang kuat buat perusahaan dalam mengambil keputusan yang efektif dan efisien serta untuk memperkuat posisinya dari para pesaing yang ada.
Tujuan utama dari sebuah perusahaan ialah pencapaian profit (laba) dan hal ini dapat juga sebagai tolak ukur dalam sukses atau tidaknya sebuah perusahaan dalam pencapaian tujuannya. Selain itu efektifitas dan efisiensi dalam menjalankan operasional perusahaan juga memegang peranan penting. Efesiensi yang dimaksud adalah strategi pemasaran yang dilakukan dengan perhitungan dan pertimbangan yang tepat sehingga tidak ada pemborosan biaya baik itu dalam operaional maupun dalam biaya promosi maupun iklan dan efektifitas yang dimaksud ialah pemilihan stategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan pasar yang dilayani oleh perusahaan sehingga sasaran yang ditetapkan dapat tercapai.
PT. X sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi jiwa bagi masyarakat juga harus menghadapi persaingan yang cukup ketat dengan perusahaan asuransi lainnya. Agar PT. SLFI dapat bertahan dan berkembang dengan baik maka PT.SLFI harus dapat menciptakan kemampuan bersaing baik dalam hal jenis produk, harga maupun segmen yang dituju sehingga dapat menghasilkan produk yang mampu bersaing dan memenangkan persaingan.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimanakah strategi pemasaran yang dijalankan oleh PT. SUN LIFE FINANSIAL INDONESIA dalam menghadapi persaingan di dunia asuransi. Oleh karena itu penulis memilih judul skripsi,”PERANAN STRATEGI PEMASARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENJUALAN PRODUK JASA ASURANSI PADA PT. X”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan di bahas penulis dalam skripsi ini adalah:
a. Apakah strategi pemasaran yang diterapkan oleh PT.X sudah efektif sehingga mampu bersaing di pasar.
b. Apakah target penjualan pada PT.X dapat terealisasi? (data selama dua tahun yaitu XXXX-XXXX).
C. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus diuji kebenarannya.
Hipotesis yang dikemukan oleh penulis ialah strategi pemasaran yang dimiliki oleh PT.X masih belum efektif dan masih lemah. Hal ini akan dibuktikan melalui uraian deskriptif dari: pasar, bauran pemasaran dan persaingan yang ada.
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian pada PT. X ialah
1. Mencari perbandingan antara teori dan praktek khususnya tentang peranan strategi pemasaran dalam usaha meningkatkan penjualan produk jasa asuransi di PT. X.
2. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada pada perusahaan khususnya pada strategi pemasaran yang diterapkan pada PT. X.
Sedangkan manfaat penelitian ini ialah:
1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya yang berhubungan dengan strategi pemasaran.
2. sebagai bahan untuk menambah pengetahuan di bidang asuransi khususnya tentang peranan strategi pemasaran.
E. METODOLOGI PENELITIAN
1. Data yang Diperlukan
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian guna mendapatkan data dan informasi yang akan digunakan sebagai bahan analisis, dalam hal ini yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Yakni merupakan data yang diperoleh dengan cara mendatangi langsung obyek penelitian, dimana data yang diperoleh hasilnya actual dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Data sekunder
Yakni merupakan data yang diperoleh dari bahan-bahan bacaan, yaitu leteratur, catatan kuliah dan lain-lain yang berhubungan dengan hal tersebut serta sejarah ringkas perusahaan, Struktur organisasi dan Uraian tugas.
2. Metode Penelitian
untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penyelesaian skripsi ini, penulis melakukan dua (2) bentuk penelitian yaitu:
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Untuk menguatkan ide/gagasan dalam menganalisis dan mengevaluasi hasil penelitian lapangan, maka diperlukan landasan seperti teori-teori atau pendapat para ahli yang bersumber dari buku-buku bacaan, bahan kuliah, majalah-majalah ilmiah dan sumber-sumber lainnya yang dianggap penting dan ada hubungannya dengan tulisan ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan peninjauan langsung kepada objek penelitian dilapangan dalam hal ini PT. X. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian secara nyata, tepat dan akurat.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan beberapa cara yaitu:
a. Observasi
Yaitu mendapatkan data dari objek penelitian dengan cara mendatangi langsung ke objek penelitian dalam hal ini PT. X guna melihat secara dekat bagaimana peranan strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan produk jasa asuransi.
b. Wawancara (Interview)
Selama observasi dilakukan, penulis juga melakukan wawancara dan komunikasi dengan staff, karyawan maupun jajaran pimpinan perusahaan itu sendiri untuk mendapatkan input-input ataupun masukan-masukan yang berhubungan dan berguna dalam bidang yang akan diteliti sebagai bahan penulisan skripsi ini.
4. Metode Analisis
Dalam menganalisis data-data yang telah ada. Penulis menggunakan dua metode analisis yaitu:
1. Metode Analisis Deskriptif
Dengan merumuskan dan menafsirkan data yang diperoleh, menyusun dan mengklasifikasikan serta menganalisis, dan menginterprestasikannya sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan perusahaan.
2. Metode Analisis Deduktif
Yaitu suatu metode ilmiah dimana fakta-fakta yang diperoleh dianalisis dengan menguraikan teori-teori yang berlaku. Selanjutnya dicoba untuk menarik kesimpulan untuk membuktikan hipotesa yang dapat digunakan untuk membuat saran-saran yang berguna bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh PT. X.
E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Secara garis besar skripsi ini akan dibagi dalam lima (5) bab dan setiap bab dibagi atas beberapa sub bab dengan kebutuhan pembahasan dan uraiannya sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini penulis mengemukakan secara ringkas latar belakang pemilihan judul, permasalahan, hipotesis, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II : URAIAN TEORITIS
Di dalam bab ini penulis mencoba membuat uraian teoritis yang menunjang mengenai pengertian pasar dan pemasaran, strategi pemasaran, startegi bersaing, bauran pemasaran, dan pengertian asuransi serta manfaat asuransi.
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG PT. X.
Pada bab ini penulis mencoba menjelaskan tentang : sejarah ringkas perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas, perkembangan penjualan, jenis-jenis produk yang dipasarkan, situasi persaingan dan strategi pemasaran.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis mencoba memberikan analisis dan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan perusahaan dengan membandingkannya antara teori dan hasil penelitian dari perusahaan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan atas hasil penelitian dengan memberikan sumbangsih berupa saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan maupun civitas akademika Universitas Sumatera Utara.
Skripsi Pengaruh Perilaku Pemimpin Dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Apartemen X Di Kota X
(Kode EKONMANJ-0017) : Skripsi Pengaruh Perilaku Pemimpin Dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Apartemen X Di Kota X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Industri penginapan saat ini tumbuh sangat pesat, sehingga menimbulkan persaingan yang sangat ketat diantara industri penginapan. Salah satunya mereka berlomba, menawarkan berbagai fasilitas, kualitas pelayanan dan peyajian sebaik mungkin untuk memberikan nilai tambah pada pelayanan yang ditawarkannya. Upaya tersebut dilakukan agar bertahan ditengah persaingan yang sangat ketat dan tetap menjadi pilihan utama bagi wisatawan. Daerah Istimewa X merupakan salah satu daerah pariwisata yang paling banyak dikunjungi oleh para wisatawan, baik itu wisatawan luar negeri maupun wisatawan dalam negeri. Disamping itu banyak juga yang mengunjugi kota X dengan berbagai alasan, misalnya untuk kepentingan bisnis, pendidikan dan lain-lain.
Banyaknya para pendatang mengakibatkan kebutuhan akan pelayanan jasa penginapan semakin meningkat, sehingga semakin banyak bermunculan jasa penginapan yang ada di X. Ada beberapa jenis penginapan yang ada di kota X, antara lain apartemen, hotel, pondokan dan wisma.
Apartemen merupakan salah satu industri atau perusahan yang bergerak dibidang jasa penginapan, yang berarti sebagai organisasi dalam suatu sistem, yaitu rangkaian dan hubungan antar bagian komponen yang bekerja sama sebagai keseluruhan. Dimana setiap komponen merupakan sub sistem yang memiliki kekayaan sistem bagi dirinya (Katz and Kahn, 1966 dikutip oleh Wexley, 1992 : 13). Notoatmojo (1998 : 10) mengemukakan manusia sebagai salah satu komponen perusahaan merupakan sumberdaya penentu tercapainya visi dan misi perusahaan. Kerena itu, sumber daya manusia/karyawan harus dikelola sedemikian rupa sehingga berdaya guna dan berhasil dalam mencapai misi dan tujuan perusahaan.Untuk mengelola karyawan atau sumber daya manusia tersebut dalam mencapai visi dan tujuan perusahaan,maka dibutuhkan seorang pemimpin dalam mengatur perusahan itu.
Salah satu perilaku seorang pemimpin adalah bersifat motivasional artinya memberikan motivasi pada bawahan sehingga bawahan menjadi puas yang berdampak pada prestasi yang efektif, dan memberikan latihan (coaching), bimbingan, dukungan, dan ganjaran yang perlu untuk prestasi yang efektif.
Dalam model yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard (1995 : 113) di Center for Leadership Studies, perilaku pemimpin digunakan sebagai istilah-istilah perilaku tugas dan perilaku hubungan. Perilaku kepemimpinan seseorang adalah pola perilaku yang diperlihatkan orang itu pada saat mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang dipersepsikan orang lain
Kompensasi sangat penting bagi karyawan apartemen itu sendiri sebagai individu, karena besarnya kompensasi merupakan pencerminan atau ukuran nilai pekerjaan karyawan itu sendiri. Sebaliknya besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi prestasi kerja. Apabila kompensasi diberikan secara tepat dan benar para karyawan akan lebih berprestasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Prestasi kerja karyawan merupakan salah satu faktor penentu prestasi perusahaan. Prawirosentono, (1999 : 3) menyatakan terdapat hubungan yang erat antara prestasi perseorangan dengan prestasi perusahaan, dengan kata lain bila prestasi karyawan baik maka kemungkinan besar prestasi perusahaan juga baik. Prestasi seorang karyawan akan baik bila dia mempunyai keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena digaji atau diberi upah sesuai dengan perjanjian, mempunyai harapan masa depan lebih baik. Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa jika ingin prestasi perusahaan baik, maka pemimpin perusahaan harus mampu menciptakan kondisi kinerja setiap karyawannya baik dengan cara menciptakan kondisi yang kondusif yaitu memotivasi karyawan berprestasi.
Apartemen X merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang jasa penginapan yang terletak dikawasan Universitas Sanata Drama. Jumlah karyawan Apartemen X pada tahun XXXX sebanyak 95 orang. Apartemen X terletak di Jalan Pringgodani No 16, Desa X, Kecamatan X, Kabupaten X sehingga memudahkan transportasi keluar masuknya pengguna penginapan ke Apartemen X.
Program kompensasi yang diberikan oleh pihak Apartemen X antara lain :
1. Komponen gaji merupakan suatu bagian balas jasa yang diterima karyawan. Komponon gaji terbagi menjadi dua yaitu gaji bulanan dan gaji lembur
2. Insentif merupakan penghargaan yang diberikan kepada karyawan yang memliki prestasi kerja yang baik dengan tujuan untuk memotivasi karyawan. Intensif ini bisa berupa bonus dan penghargaan ini bisa kepada karyawan teladan
3. Komponen tunjangan merupakan pembayaran dan jasa-jasa yang melengkapi gaji pokok. Tunjangan ini bisa berupa tunjangan hari raya, tunjangan kesehatan, kecelakaan kerja, tunjangan perkawinan, tunjangan kematian dan tunjangan hari tua
4. Fasilitas merupakan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung dalam pekerjaan berupa tempat kerja, pakaian kerja, cuti kerja, transportasi dan olah raga
Berdasarkan penjelasan tersebut jelas bahwa perilaku pemimpin dan kompensasi yang diberikan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja karyawan dan hal ini harus dikondisikan oleh pemimpin dalam rangka meningkatkan prestasi karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan secara maksimal. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penilitian tentang “Pengaruh Perilaku Pemimpin Dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada Apartemen X”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat ditarik suatu permasalahan yaitu :
1. Apakah variabel perilaku pemimpin dan kompensasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan pada Apartemen X di X ?
2. Apakah variabel perilaku pemimpin atau kompensasi yang dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan pada Apartemen X di X ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui apakah variabel perilaku pemimpin dan kompensasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan pada Apartemen X di X.
b. Untuk mengetahui variabel perilaku pemimpin atau kompensasi yang dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan pada Apartemen X di X.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai evaluasi dan bahan pertimbangan bagi perusahaan, tentang bagaimana pengaruh perilaku pemimpin dan kompensasi yang diterima karyawan terhadap prestasi kerja karyawan
b. Bagi penulis
Menambah wawasan dan memperluas pengetahuan dalam masalah perilaku pemimpin dan kompensasi yang diterima karyawan terhadap prestasi kerja yang ada pada perusahaan sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan referensi ilmu pengetahuan yang khususnya pada sumber daya manusia.
c. Bagi fakultas.
Menambah referensi bacaan mengenai sumber daya manusia yang dapat berguna bagi ilmu pengetahuan tentang perilaku pemimpin dan kompensasi terhadap prestasi kerja.
Skripsi Pengaruh Tingkat Kepuasan Atas Penerimaan Upah Insentif Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT. X
(Kode EKONMANJ-0018) : Skripsi Pengaruh Tingkat Kepuasan Atas Penerimaan Upah Insentif Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT. X
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan setiap bidang pembangunan akan melibatkan faktor sumberdaya manusia. Sehingga peningkatan kualitas sumberdaya manusia menjadi sisi yang sangat penting yang perlu dicermati guna mensejajarkan posisi Indonesia dengan negara yang sudah maju keadaan ekonominya.
Disadari bahwa peranan manusia dalam suatu perusahaan sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian yang mendalam, karena bukan hanya sebagai penggerak utama atas kelancaran jalannya perusahaan atau tidak hanya terbatas pada keperluan-keperluan perusahaan tetapi berhubungan erat dengan usaha-usaha pembangunan yang sedang giat kita lakukan dewasa ini. Jika sekiranya masalah tenaga kerja dapat dipecahkan sebaik-baiknya, maka bukan saja perusahaan yang bersangkutan yang akan mendapatkan hasilnya tapi juga berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.
Peningkatan produktivitas kerja karyawan yang ada akan dapat meningkatkan hasil yang lebih baik dari pekerja. Usaha peningkatan produktivitas kerja karyawan merupakan upaya untuk integrasi antara pekerja dengan perusahaan serta suatu usaha untuk pencapaian tujuan yang nantinya berguna bagi karyawan secara keseluruhan.
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas kerja, melalui pemberian upah insentif yang memuaskan. “Kepuasan merupakan fungsi dan kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja melebihi harapan yang diinginkan, maka karyawan sangat puas, jika kinerja belum memenuhi apa yang diinginkan dan jika kinerja dibawah harapan yang diinginkan maka karyawan tidak puas” (Tjiptono, F., dan Diana, A., 1995 : 102).
Upah insentif sangatlah penting bagi setiap karyawan sebagai individu, karena besarnya ukuran upah insentif yang diberikan mencerminkan ukuran produktivitas kerja seseorang. Program-program upah insentif juga penting dilaksanakan oleh perusahaan, karena mencerminkan tindakan atau kebijakan yang dilakukan oleh organisasi untuk mempertahankan sumberdaya manusianya serta dengan pelaksanaan pemberian upah insentif yang dilakukan perusahaan dapat mempengaruhi organisasi dan kerjasama dengan karyawan.
Dengan pemberian upah insentif yang baik maka perusahaan tersebut akan memperoleh keuntungan atau manfaat yang sangat berarti. Adapun manfaat tersebut untuk menimbulkan keselarasan tujuan antara tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
Keberadaan karyawan PT. X sangat dibutuhkan. Karena didalam melakukan kegiatan operasional perusahaan diperlukan karyawan yang berprestasi baik, maka untuk meningkatkan produktivitas kerja dari karyawan bagian produksi diperlukan adanya pemberian upah insentif yang lebih memuaskan terhadap para karyawan perusahaan tersebut.
Permasalahan pada PT. X adalah besarnya upah insentif yang belum memuaskan, sehingga produktivitas kerja karyawan bagian produksi masih belum baik. Hal ini perlu diperhatikan dengan baik sehingga produktivitas kerja karyawan, terutama premi hadir, upah lembur dan bonus akan sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen perusahaan. Dari latar belakang diatas, penulis mengambil judul yaitu “Pengaruh Tingkat Kepuasan atas Penerimaan Upah Insentif Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi pada PT. X”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apakah upah insentif yang meliputi premi hadir, upah lembur dan bonus berpengaruh serempak terhadap produktivitas karyawan PT. X ?
b. Manakah diantara tingkat kepuasan atas penerimaan upah insentif yang meliputi premi hadir, upah lembur dan bonus, yang berpengaruh paling dominan terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi PT. X ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah tingkat kepuasan atas penerimaan upah insentif yang meliputi premi hadir, upah lembur dan bonus, secara serempak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi PT. X.
2. Untuk mengetahui apakah salah satu faktor tingkat kepuasan atas penerimaan upah insentif yang meliputi premi hadir, upah lembur dan bonus mempunyai pengaruh paling dominan terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi PT. X.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis, agar dapat mengetahui sejauh mana kesesuaian antara teori yang diperoleh selama kuliah dengan praktek dalam organisasi perusahaan mengenai tingkat kepuasan atas penerimaan upah insentif dan produktivitas.
2. Bagi Perusahaan, diharapkan perusahaan dapat mempertimbangkan kembali mengenai upah insentif dan penilaian produktivitas kerja yang dipakai dan berlaku selama ini.
3. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi “X” X, skripsi ini dapat dijadikan bahan kajian.
1.5. Penjelasan Judul
Untuk menghindari penyimpangan arti dan meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan penjelasan judul sebagai berikut :
TINGKAT KEPUASAN, Tingkat keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu hal.
UPAH INSENTIF, Penghargaan atau ganjaran yang diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak tetap atau sewaktu-waktu (Nawawi, XXXX: 317).
PRODUKTIVITAS KERJA, Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seorang pekerja (Kusriyanto, 1993 : 37).
KARYAWAN, Setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa sesuai dengan peraturan atau perjanjian (Hasibuan, 1994 : 132).
PT. X, Perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi genteng, dimana penulis mengadakan penelitian.
Jadi arti dari judul secara keseluruhan adalah : pengaruh tingkat kepuasan atas penerimaan dalam penghargaan atau ganjaran yang diberikan untuk memotivasi para pekerja bagian produksi dalam menghasilkan genteng pada PT. X.
1.6. Sistematika Skripsi
Untuk lebih memudahkan pemahaman terhadap isi skripsi yang akan disusun berikut ini diberikan sistematika skripsi yang terdiri dari lima bab, sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan judul, dan sistematika skripsi.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Memuat uraian tentang landasan teori yang berhubungan dengan persoalan yang diteliti, penelitian terdahulu, dan rumusan hipotesis.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Memuat uraian tentang definisi operasional variabel dan pengukurannya, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : ANALISIS
Berisikan gambaran umum perusahaan, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan data dan informasi yang diperoleh.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN