Home » Posts filed under skripsi pendidikan matematika dan ipa
Tingkat Penguasaan Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SKRIPSI EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pada kenyataannya jarang dijumpai kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif meskipun telah memenuhi standar proses. Pembelajaran hanya berlangsung kegiatan transfer knowledge tanpa memperhatikan kebutuhan siswa. Standar proses yang telah dibuat dan ditetapkan hanya menjadi sebuah peraturan tertulis tanpa pelaksanaan secara nyata dan tepat. Menurut Aisyah (2008 : 2-17) belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
PENERAPAN PEMBELAJARAN OUTDOOR ACTIVITIES PADA MATA PELAJARAN IPA
SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN OUTDOOR ACTIVITIES PADA MATA PELAJARAN IPA SD
Sementara Standar Proses mengisyaratkan proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005).
"PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN OUTDOOR ACTIVITIES PADA MATA PELAJARAN IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR".
EFEKTIVITAS MEDIA PRESENTASI MICROSOFT POWER POINT TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG MATA PELAJARAN MATEMATIKA
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM OPEN ENDED TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK
SKRIPSI KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM OPEN ENDED TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari di sekolah. Oleh karena itu peserta didik harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif pada saat pelajaran matematika. Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar apabila dilakukan secara kontinyu. Di dalam proses belajar matematika, terjadi juga proses berpikir, karena seseorang dikatakan berpikir bila orang tersebut melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar matematika mesti melakukan kegiatan mental.
Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan suatu hasil belajar matematika, sehingga diperlukan adanya pendekatan-pendekatan yang baru dalam pelaksanaannya. Untuk melaksanakan pembelajaran matematika tersebut, guru hendaknya berupaya agar peserta didik dapat memahami ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis yang terkandung di dalam matematika itu sendiri. Menurut pendapat Heddens dan Speer (dalam Wasi'ah, 2004) pendekatan open-ended adalah salah suatu pendekatan pembelajaran yang memberi keleluasaan berpikir peserta didik secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Karena itu pendekatan open ended lebih tepat digunakan dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa
Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus SMA Tahun Ajaran X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Pendidikan bagi manusia adalah proses, menemukan, menjadi dan memperkembangkan diri sendiri dalam keseluruhan dimensi kepribadian. Dalam dunia pendidikan formal tidak lepas dari proses pendidikan yaitu proses belajar mengajar. Pokok dari proses pendidikan adalah siswa yang belajar. “Adapun fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak kearah suatu tujuan yang bernilai tinggi yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan ketrampilannya serta memiliki sikap yang benar” (Tabrani, 1989:15).
Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan yang diharapkan. Untuk itulah guru dituntut untuk merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar berdasarkan GBPP kurikulum SMA Mata Pelajaran Fisika. Untuk menjalankan fungsi tersebut beberapa unsur pokok GBPP yakni konsep dan subkonsep, tujuan pembelajaran menjadi titik tolak pengembangan kegiatan belajar mengajar dan dalam aplikasinya untuk pemilihan buku pegangan siswa yang relevan. Unsur yang tercakup dalam pendidikan sekolah (pengajaran), meliputi subyek didik (guru, siswa dan tenaga kependidikan non guru), tujuan, bahan, pendekatan, metode-strategi teknik, peralatan, penilaian, administrasi, dan pengaruh lingkungan yang perlu dijalin dalam tata hubungan yang serasi, saling mempengaruhi serta saling tergantung, yang kesemuanya berorientasi dan hendaknya berdampak positif bagi pembentukan diri siswa (Pendekatan sistem). Bahan pengajaran sebagai salah satu unsur yang tercakup dalam komponen pendidikan, dalam usaha untuk meningkatkan mutu kualitas pengajaran maka bahan pengajaran perlu ditingkatkan dalam proses penyampaian dan penyusunannya dalam pengajaran. Bahan yang disampaikan dalam pengajaran fisika haruslah menyesuaikan dengan kurikulum. Pendidikan fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung dalam arti bekerja ilmiah sebagai lingkup proses.
Dalam hal ini siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan proses untuk memahami perilaku atau gejala alam. Ketrampilan proses ini meliputi ketrampilan mengamati dengan indera, ketrampilan menggunakan alat dan bahan, merencanakan eksperimen, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah. Berdasarkan hal itu maka seseorang guru harus mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. Disamping itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan kemampuan untuk menciptakan suasana yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar (PBM) merupakan salah satu aktivitas pendukung bagi seorang pendidik yang sadar akan tujuan pembelajaran atau instruksional disamping tujuan kurikuler yang dapat dirumuskan dan ditetapkan sebelum berlangsungnya proses belajar mengajar yang termuat dengan jelas dan tegas pada Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Namun demikian, masih banyak proses belajar mengajar belum dapat mencapai hasil optimal dalam keseluruhan tujuan tersebut. Umpamanya pada setiap ujian komprehensif masih ada sebagaian siswa yang mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penguji yang menghendaki jawaban yang aplikatif atau demonstratif, seperti praktikum laboratorium. Kondisi tersebut menuntut lembaga pendidikan untuk melakukan pembaharuan dalam metode pengajarannya. Konsep metodologi pengajaran yang baik adalah multimethod, terutama adalah penggunaan metode demonstrasi dan tanya jawab yang berkesinambungan dan menyeluruh sebagai upaya pencapaian tujuan instruksional, yaitu unsur kognitif.
Metode merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran itu terdiri atas unsur kognitif, unsur afektif dan unsur psikomotorik. Variasi metode juga sangat mempengaruhi model mengajar seorang pendidik. Berfungsinya metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran unsur kognitif. Sedangkan penerapan pembelajaran metode diskusi informasi dapat dilaksanakan baik dalam kegiatan pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran yang dimediakan. Metode pembelajaran diskusi informasi juga dapat diterapkan pada berbagai bidang studi. Dapat dilakukan pula antara guru dengan seluruh kelas, guru dengan sekelompok siswa, siswa dengan siswa dalam kelompok, dan siswa dengan siswa dalam kelas. Dengan demikian, yang dapat menjadi pemimpin diskusi tidak hanya guru, tetapi lebih baik jika guru memimbing siswa agar mampu memimpin diskusi. Kalau demikian guru dikatakan berhasil.
Tiga kategori kognitif pertama termasuk dalam tingkatan kognitif rendah dan ketiga kategori terakhir termasuk dalam tingkatan kognitif tinggi sedangkan pertanyaan yang berkaitan dengan ketrampilan berpikir siswa yaitu pertanyaan yang diajukan oleh guru selama pembelajaran yang dapat memacu siswa untuk berpikir, sehingga siswa tersebut dapat mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi materi pelajaran atau informasi sehingga akhirnya menemukan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang tepat berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Pada akhirnya, pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi dan diskusi diharapkan dapat tercapainya prestasi belajar yang tinggi dan tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul : “PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN KINEMATIKA GERAK LURUS SMA TAHUN AJARAN XXXX/XXXX”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut :
1. Pendidikan bagi manusia adalah proses, menemukan, menjadi dan memperkembangkan diri sendiri dalam keseluruhan dimensi kepribadian.
2. Unsur yang tercakup dalam pendidikan sekolah meliputi subjek didik guru, siswa, dan tenaga pendidikan non guru), tujuan, bahan, pendekatan, metode-teknik, peralatan, penilaian, administrasi dan pengaruh lingkungan.
3. Pendidikan fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung dalam arti bekerja ilmiah sebagai lingkup proses.
4. Metode merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran.
C. Pembatasan Masalah
Masalah pada penelitian dibatasi pada hal sebagai berikut :
1. Aspek pemahaman konsep merupakan aspek yang mengacu pada kemampuan makna materi yang dipelajari.
2. Pendekatan dalam pengajaran yang digunakan adalah ketrampilan proses dan dalam menyampaikan materi pelajaran menggunakan metode demonstrasi dan metode diskusi.
3. Prestasi belajar yang dibatasi pada pencapaian peningkatan kemampuan kognitif siswa melalui seperangkat tes tentang kinematika gerak lurus.
4. Materi yang disampaikan dalam penelitian ini yaitu pokok bahasan kinematika gerak lurus.
D. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian penulis rumuskan sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai tingkat kemampuan pemahaman konsep tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa ?
2. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan ketrampilan proses metode diskusi dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa ?
3. Adakah interaksi pengaruh antara tingkat kemampuan pemahaman konsep dengan pendekatan ketrampilan proses terhadap kemampuan kognitif siswa ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan umtuk mengetahui :
1. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai tingkat kemampuan pemahaman konsep tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.
2. Ada tidaknya perbedaan pengaruh pendekatan ketrampilan proses metode diskusi dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa.
3. Ada tidaknya interaksi pengaruh antara tingkat kemampuan pemahaman konsep dengan pendekatan ketrampilan proses terhadap kemampuan kognitif siswa.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah :
1. Menambah wawasan penulis
2. Memberi gambaran tentang pentingnya penerapan pendekatan dalam pengajaran yang tepat dengan metode demonstrasi dan diskusi informasi sehingga mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
3. Sebagai masukan dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar di SMA khususnya dalam pengajaran fisika pada pokok bahasan kinematika gerak lurus.
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA PUZZLE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
SKRIPSI PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA PUZZLE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana menyenangkan di dalam proses belajar mengajar agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, misalnya guru memilih suatu media dan metode pembelajaran yang lain dari biasanya. Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui pemilihan yang sesuai dengan perumusan Tujuan Instruksional Khusus (Djamarah, 2010 : 75)
KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KESIAPAN GURU SMA DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
SKRIPSI ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KESIAPAN GURU SMA DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Perubahan kurikulum memiliki tujuan meningkatkan rasa ingin tahu dan keaktifan siswa. Bahan uji publik Kurikulum 2013 menjelaskan standar penilaian kurikulum baru selain menilai keaktifan bertanya, juga menilai proses dan hasil observasi siswa serta kemampuan siswa menalar masalah yang diajukan guru sehingga siswa diajak berpikir logis. Elemen perubahan Kurikulum 2013 meliputi perubahan standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan standar penilaian (Kemendikbud 2012). Standar kompetensi lulusan dibedakan menjadi domain yaitu sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Rancangan Kurikulum 2013 menyebutkan adanya pengurangan mata pelajaran di tingkat SD dan SMP. Perubahan lain yaitu penambahan jam pelajaran, komponen kurikulum seperti buku teks dan pedoman disiapkan pemerintah, adanya integrasi mata pelajaran IPA dan IPS di tingkat SD, serta rencana penjurusan lebih awal di tingkat SMA.
KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MEMAHAMI KONSEP BIOLOGI PADA KONSEP MONERA
SKRIPSI ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MEMAHAMI KONSEP BIOLOGI PADA KONSEP MONERA
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, para pendidik dihadapkan dengan sejumlah karakteristik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Untuk mencapai tujuan agar siswa mempunyai minat dan kemampuan yang baik terhadap Biologi berimplikasi pada tugas dan tanggung jawab yang sangat strategis pada guru-guru pengajar Biologi di kelas-kelas awal di MAN. Mereka dituntut membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip Biologi untuk memudahkan mereka mempelajari Biologi di kelas yang lebih tinggi. Ini berarti proses pembelajaran Biologi yang dilakukan guru hendaknya memungkinkan terjadinya pengembangan pemahaman konsep, sikap, dan meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran Biologi.
Efektivitas Metode Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) Yang Didukung Diagram V (Ve) Dan TAI Didukung Peta Konsep
Skripsi Efektivitas Metode Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) Yang Didukung Diagram V (Ve) Dan TAI Didukung Peta Konsep Pada Materi Pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia Dengan Memperhatikan Keingintahuan Siswa Kelas X Semester Genap SMA X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan dalam bidang pendidikan mendapat perhatian yang besar dari pemerintah. Hal ini wajar karena untuk mencapai salah satu tujuan Nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu bangsa Indonesia menaruh harapan besar pada perkembangan pendidikan karena pendidikanlah yang mampu mempersiapkan warga negaranya agar siap menjadi agen pembangunan didalam masyarakat dan Negara. Hal ini terlihat dengan banyaknya dibangun sarana dan prasarana sekolah yang mendukung.
Dalam draf Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dikatakan : “Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sains, sudah semestinya mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian. Peranan guru dalam menentukan pola kegiatan belajar mengajar di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik “apa yang akan dipelajari” saja, melainkan juga pada bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.” (Balitbang Kurikulum, 2001 : 11).
Sebelum diberlakukan kurikulum 2004, pembelajaran yang dianut oleh guru didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran siswa. Oleh karena itu, para guru memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepala siswa tanpa memperhatikan bahwa mereka saat memasuki kelas mempunyai bekal kemampuan dan kesiapan yang tidak sama.
Metode pembelajaran yang dijalankan adalah pembelajaran satu arah dimana siswa hanya sebagai obyek pendidikan, mereka ke sekolah hanya melaksanakan prinsip 3D, Datang, Duduk, Diam sehingga keaktifan siswa sangat kurang saat proses belajar mengajar berlangsung. Kurikulum 2004 disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar perfomansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004 : 18).
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa kurikulum 2004 ini menekankan pada pencapaian kompetensi siswa bukan tuntasnya materi, sehingga mau tidak mau siswa dituntut aktif selama proses belajar pembelajaran karena siswa sebagai pusat pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu metode pengajaran yang diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan ilmu pengetahuan untuk siswa secara efektif. Penerapan metode-metode mengajar yang bervariasi akan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi berupaya untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar dan sekaligus sebagai salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan. Namun perlu diketahui bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam menangkap pelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun faktor dari dalam siswa itu sendiri. Metode pengajaran yang baik hendaknya disesuaikan dengan karakteristik materi pokok yang akan disampaikan.
Kimia merupakan salah satu pelajaran IPA yang pada hakekatnya merupakan pengetahuan yang berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan produk hasil penelitian yang dilakukan para ahli, sehingga untuk kemudian perkembangan ilmu kimia dirahkan pada produk ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dan akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa. Namun dari data yang diperoleh dari DIKPORA X menunjukkan bahwa prestasi hasil belajar kimia masih rendah.
** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **
Dari Tabel 1. terlihat bahwa nilai rata-rata ujian akhir di SMA X adalah 6,47 untuk tahun ajaran X. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswa di SMA X belum sepenuhnya memahami materi kimia dengan baik. Dalam hal ini khususnya materi Hukum-hukum Dasar Kimia, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahaminya. Hal ini mengacu pada batas tuntas di SMA X pada materi tersebut adalah 6,50, dimana sebagian besar siswa masih berada di bawah batas tuntas tersebut. Rendahnya prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kimia ini, dimungkinkan karena proses belajar mengajar yang hanya terpusat pada guru, sehingga siswa tidak ikut terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar tersebut.
Berkaitan dengan hal di atas, perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja, tetapi juga mempunyai kemampuan khusus, sehingga selain diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa diharapkan juga model pembelajaran yang diterapkan dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses kegiatan belajar semaksimal mungkin
Berkaitan dengan semakin perlunya reformasi model pembelajaran dan mengingat pentingnya interaksi kooperatif tersebut, maka pembelajaran strategi pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi sangat penting. Pembelajaran kooperatif mempunyai syarat-syarat untuk mencapai hasil yang maksimal, yaitu : adanya perbedaan etnik/ras, bersifat heterogen, adanya rasa tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok.
Oleh karena itu untuk mencapai tujuan dari salah satu anggota, maka salah seorang anggota tersebut harus membantu kelompoknya dengan melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil (Slavin, 1995 : 5). Maka perlu adanya pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa aktif dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain : diskusi, presentasi, debat pendapat dan sebagainya sehingga KBM yang berlangsung aktif dan siswa tidak cepat mengalami kebosanan.
Pembelajaran kooperatif adalah aktivitas belajar kelompok yang diatur sehingga kebergantungan pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antar anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya (Carolyn Kessler, 1992 : 8). Adapun beberapa metode pembelajaran kooperatif, antara lain : STAD (Student Taems Achievement Division), TGT (Teams Games Tournament), CIRC (Cooperatif Intregated Reading and Composition), Jigsaw dan TAI (Teams Assisted Individualization).
Salah satu metode kooperatif adalah TAI (Team Assisted Individualization) yang digunakan peneliti adalah metode TAI (Team Assisted Individualization). Metode TAI merupakan metode pengajaran secara kelompok dimana terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Pada pengajaran TAI akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif.
Metode pengajaran TAI (Team Assisted Individualization) dapat diterapkan untuk materi hitungan dan materi yang adanya suatu kegiatan praktikum. Materi Hukum-Hukum Dasar Kimia bersifat hitungan sehingga untuk metode TAI ini dapat diterapkan. Metode TAI sendiri dapat didukung dengan Diagram V dan Peta Konsep, dengan berdasar atas materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia tersebut. Kesulitan pemahaman materi yang tidak dapat dipecahkan secara individual dapat dipecahkan bersama dengan ketua kelompok serta bimbingan guru. Kesulitan pemahaman konsep-konsep awal yang berkaitan dengan materi dapat dipecahkan secara bersamasama karena keberhasilan dari tiap individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Pengajaran TAI dapat menghemat waktu presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif dan dititkberatkan pada keaktifan siswa.
Dalam pengajaran IPA pencapaian tujuan pendidikan kimia lebih didukung adanya kegiatan laboratorium dan kokurikuler, terutama untuk menggiatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar (Saroso Purwadi, 1980 : 14). Kiranya tidak dapat disangsikan lagi bahwa praktikum yang merupakan salah satu kegiatan laboratorium, sangat berperan dalam menunjang proses belajar mengajar IPA, dapat melatih ketrampilan berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan masalah baru mengenai metode ilmiah dan sebagainya (Moh. Amin, 1988 : 89). Diagram V merupakan sebuah alat untuk membangun struktur ilmu pengetahuan. Diagram V menghubungkan antara perkembangan ilmu pengetahuan atau penemuan dari prosedur aktivitas di laboratorium dengan konsep dan ide-ide teori yang mengarah pada pertanyaan. Diagram V membantu praktikan “melihat” hubungan antara struktur ilmu pengetahuan yang dikembangkan selama di laboratorium dan konsep ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari proses penyelidikan.
Diagram V memberikan gambaran yang benar untuk menampilkan dan memilih kejadian, objek, konsep tertentu yang relevan dalam memahami konsep tertentu dengan memberikan fokus pada hubungan yang ada. Diagram V memperkecil kemungkinan kesalahan dalam mengambil catatan yang salah atau gagal sebab dengan diagram V ini praktikan selalu diajak untuk “melihat” antara sisi konsep dan sisi metode dalam mendapatkan pemahaman kerjanya.
Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit. Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri dari dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Sejumlah konsep yang sama dapat tersusun dengan hierarki itu. Setiap peta konsep memperlihatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna bagi orang yang menyusunnya.
Setiap orang merasa ingin tahu dari waktu ke waktu, khususnya bila dihadapkan pada sesuatu situasi baru atau hal-hal yang menarik. Pengalaman istimewa yang dimiliki seseorang pada keadaan seperti itu dapat dipandanag sebagai suatu keadan ingin tahu. Tetapi beberapa individu lebih aktif mencari pengalamanpengalaman yang baru daripada yang lain. Para eksplorer (orang yang suka berpetualang) sebagai contoh para ilmuwan, tampak termotivasi oleh suatu kepribadian tertentu yang tampak seperti pada para peneliti dipandang sebagai suatu pembawaan yang kuat untuk ingin tahu yang analog dengan konsep keadaan dan sifat kebimbangan.
Selanjutnya dalam draft yang sama mengenai rambu-rambu pengajaran bidang studi kimia dirumuskan : “Dalam melakukan kegiatan penyelidikan / percobaan atau “kerja ilmiah” selalu dikembangkan sikap dan nilai, seperti rasa ingin tahu, tekun, terbuka, jujur, bekerjasama, dan menghargai pendapat orang lain. Disamping itu dalam melakukan kegiatan tersebut sebaiknya siswa diarahkan untuk membuat laporan dan mempresentasikannya”. (Balitbang Kurikulum, 2001 : 11).
Berdasar hal di atas, maka siswa perlu mengembangkan rasa keingintahuannya terhadap sesuatu. Keingintahuan merupakan keinginan untuk mengetahui secara alami, bila pada diri siswa telah ada keinginan ini, maka siswa akan memiliki motivasi dalam belajar. Keingintahuan sendiri menuntut agar siswa dapat menemukan fakta dan membangun konsep diri, sehingga akan menggeneralisasikan teori untuk menerangkan satu peristiwa.
Dari latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka pada penelitian ini akan dicoba untuk dikembangkan metode pembelajaran kimia secara kooperatif. Terdapat beberapa metode pembelajaran kooperatif. Pada penelitian ini akan dicoba untuk mengembangkan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI yang didukung Diagram V dan Peta Konsep dengan memperhatikan Keingintahuan siswa pada materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia.
B. Identifikasi Masalah
Dari berbagai uraian di atas yang menjadi latar belakang masalah, dapat dimunculkan berbagai pertanyaan yang mungkin timbul sebagai masalah, antara lain :
1. Apakah siswa sudah mengenal Diagram V dan Peta Konsep?
2. Adakah kemungkinan penggunaan metode TAI yang didukung peta konsep dalam menyampaikan materi Hukum-Hukum Dasar Kimia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ?
3. Adakah kemungkinan penggunaan metode TAI yang didukung Diagram V dalam menyampaikan materi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ?
4. Adakah perbedaan proses belajar antara siswa yang diajar dengan metode TAI melalui penggunaan peta konsep dan Diagram V untuk materi pokok Hukum- Hukum Dasar Kimia ?
5. Bagaimanakah rasa keingintahuan yang dimiliki para siswa berbeda satu sama lain terhadap suatu materi pelajaran?
6. Apakah faktor keingintahuan siswa terhadap materi kimia dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa?
7. Apakah ada pengaruh antara keingintahuan siswa dengan metode pembelajaran TAI didukung Diagram V dan Peta Konsep terhadap prestasi belajar siswa?
8. Apakah ada pengaruh antara keingintahuan siswa dengan metode pembelajaran TAI didukung Diagram V terhadap prestasi belajar siswa?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, dan tidak memungkinkan setiap masalah yang ada untuk diteliti, maka penelitian ini hanya dibatasi:
1. Dalam penelitian ini, model pembelajaran dibatasi pada TAI yang didukung Diagram V dan Peta Konsep sebagai 2 kelompok eksperimen.
2. Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi pelajaran kimia kelas X semester genap pada materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia.
3. Penilaian yang digunakan adalah aspek kognitif dan aspek afektif.
4. Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA X.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identififkasi masalah dan pembatasan masalah tersebut maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran TAI didukung Diagram V dengan TAI didukung Peta Konsep pada materi pokok Hukum-HukumDasar Kimia kelas X semester genap SMA X tahun ajaran X?
2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar bagi siswa yang mempunyai keingintahuan tinggi dengan yang rendah pada materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia kelas X semester genap SMA X tahun ajaran X?
3. Adakah interaksi antara model pembelajaran TAI didukung Diagram V dan TAI didukung Peta Konsep dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia kelas X semester genap SMA X tahun ajaran X?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi model pembelajaran TAI didukung Diagram V dengan TAI didukung Peta Konsep pada materi pokok Hukum -Hukum Dasar Kimia kelas X semester genap SMA X tahun ajaran X.
2. Mengetahui perbedaan prestasi belajar bagi siswa yang mempunyai keingintahuan tinggi dengan yang rendah pada materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia tahun ajaran X.
3. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran TAI didukung Diagram V dan TAI didukung Peta Konsep dengan keingintahuan terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia kelas X semester genap tahun ajaran X.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1. Memberi masukan kepada tenaga pengajar khususnya tenaga pengajar SMA X dalam mengembangkan suatu metode pembelajaran yang berorientasi pada keterlibatan aktif siswa pada kegiatan belajar mengajar dengan guru berfungsi sebagai fasilitator, yang membantu agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran secara efektif sehingga dapat mencapai kompetensi secara optimal.
2. Memberi masukan kepada tenaga pengajar khususya pengajar di SMA X dalam menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada keterlibatan secara aktif siswa dalam proses belajar mengajar sesuai yang diharapkan pada kurikulum 2004.
3. Bahan acuan bagi para praktisi pendidikan untuk penelitian metode pembelajaran kooperatif lebih lanjut.