PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN BUDI PEKERTI PADA ANAK USIA DINI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses tiada henti sejak manusia dilahirkan hingga akhir hayat. Bahkan banyak pendapat mengatakan bahwa pendidikan sudah dimulai sejak manusia masih berada dalam kandungan (pre-natal). Pastinya proses pendidikan akan dan harus dialami dan dijalani oleh setiap manusia di setiap waktu.
Masa anak usia dini adalah salah satu fase yang dijalani oleh manusia. Masa ini merupakan masa pendidikan yang terfokus pada psikomotorik anak serta penanaman akhlak dan sikap hidup anak didik. Di masa kanak-kanak, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk itu, peranan orang tua dengan memberikan teladan berupa budi pekerti yang baik akan membantu proses belajar anak. Kesan-kesan yang baik, yang diberikan orang tua kepada anak akan membantu mendorong berkembangnya kepribadian anak ke arah yang baik.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah adalah fase kedua dari pendidikan pertama dalam keluarga, karena pendidikan pertama dan utama diperoleh anak dari keluarganya. Pada masa inilah peletakan pondasi belajar harus tepat dan benar.
Dalam perkembangannya, seorang anak selain membutuhkan perhatian dari keluarga dan sekolah juga membutuhkan perhatian dari lingkungan masyarakat. Lingkungan ini nantinya akan memberi pengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Seperti yang diungkapkan oleh Suhartono (2008 : 50) bahwa lingkungan masyarakat adalah kegiatan pendidikannya berpusat pada bimbingan potensi moral. Masyarakat secara kodrat bertanggung jawab atas pencerdasan emosional. Peran masyarakat terhadap pendidikan amat menentukan. Tanpa pelibatan masyarakat, pendidikan sekolah tidak bisa berlangsung. Oleh sebab itu, agar peran masyarakat terhadap pendidikan lebih efektif, setiap faksi sosial perlu membangun kembali visinya dengan menanamkan kependidikan sebagai landasan dasar kemajuan. Bahwa kemajuan kehidupan masyarakat tanpa spirit pendidikan tidaklah mungkin. Karena pendidikan pada hakikatnya adalah upaya mempertumbuhkan nilai kemanusiaan. Jika nilai kemanusiaan tumbuh, maka tidak mungkin terjadi kerusakan moral, kerusakan alam, dam kerusakan spiritual (Suhartono, 2008 : 52).
Pendidikan anak usia dini perlu dilakukan dengan terarah ke pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak serta dilaksanakan secara terintegrasi dalam suatu kesatuan program yang utuh dan proporsional. Secara makro, prinsip ini juga memiliki makna bahwa penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD) dilakukan secara terintegrasi dengan si stem sosial yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen masyarakat sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya. Hal ini memerlukan keselarasan antara pendidikan yang dilakukan dalam berbagai lembaga; keluarga, sekolah dan masyarakat (Siti Aisyah, dkk., 2008 : 1.23).
Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini di negara maju telah berlangsung lama sebagai bentuk yang berbasis masyarakat (community based education), akan tetapi gerakan untuk menggalakkan pendidikan ini di Indonesia baru muncul beberapa tahun terakhir. Hal ini didasarkan akan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini dalam menyiapkan manusia Indonesia seutuhnya (MANIS) serta membangun masa depan anak-anak dan masyarakat Indonesia seluruhnya (MASIS). Namun sejauh ini jangkauan pendidikan anak usia dini masih terbatas dari segi jumlah maupun eksistensinya, misalnya; penitipan anak dan kelompok bermain masih terkonsentrasi di kota-kota. Padahal bila dilihat dari tingkat kebutuhannya akan perlakuan sejak dini, anak-anak usia dini di pedesaan dan dari keluarga miskin jauh lebih tinggi guna mengimbangi miskinnya rangsangan intelektual, sosial dan moral dari keluarga dan orang tua.
Pemerintah telah menunjukkan kemauan politiknya dalam membangun sumber daya manusia sejak dini. Seperti yang disampaikan Ibu Megawati Soekarno Putri (Wakil Presiden saat itu) saat membuka Konferensi Pusat I Masa Bakti VII Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia. Beliau menegaskan pentingnya pendidikan anak usia dini dalam konsep pembinaan dan pengembangan anak dihubungkan pembentukan karakter manusia seutuhnya. Lebih jauh lagi beliau menyatakan sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan bagi anak usia dini merupakan basis penentu pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan berbangsa.
Pernyataan ini menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting bagi kelangsungan bangsa dan perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah. Pendidikan anak usia dini merupakan strategi pembangunan sumber daya manusia harus dipandang sebagai titik sentral mengingat pembentukan karakter bangsa dan kehandalan SDM (sumber daya manusia) ditentukan sebagaimana penanaman sejak usia dini. Pentingnya pendidikan pada masa ini sehingga sering disebut dengan masa usia emas (the golden age).
Dalam merealisasikan upaya tersebut pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah telah menerapkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan, salah satunya standar nasional pendidikan yang dinilai paling berperan terhadap peningkatan mutu pendidikan adalah standar pendidik dan standar kependidikan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan mencakup jalur pendidikan formal dan pendidikan non formal. Semua upaya pemerintah tersebut dimaksudkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Adapun tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Dalam hal ini menekankan pada peningkatan kualitas manusia. Ngalim Purwanto (2006 : 37), menegaskan bahwa hal tersebut didasarkan atas tuntutan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara dalam pengembangan ilmu dan teknologi yang sangat diperlukan dalam kehidupan dunia yang sedang mengalami era industrialisasi, informasi dan globalisasi. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, maka diupayakanlah suatu penyelenggaraan pendidikan yang bersifat formal mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Segala aktivitas yang berlangsung di dalamnya memerlukan sarana dan prasarana yang memadai seperti pendidik yang kompeten, laboratorium dan perpustakaan yang baik.
Ki Hajar Dewantara, selaku Bapak Pendidikan Indonesia menegaskan bahwa : "Pendidikan harus dilakukan secara kooperatif antara keluarga, terpenting, karena kelurga lah pondasi utama pembentukan Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ)”.
Bertolak dari latar belakang tersebut, peneliti bermaksud untuk mengupas lebih lanjut pokok persoalan tentang "PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN BUDI PEKERTI PADA ANAK USIA DINI (STUDI PADA TAMAN KANAK-KANAK X)".
B. Rumusan Masalah
Untuk membuat permasalahan menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan titik tekan kajian, maka harus ada rumusan masalah yang benar-benar fokus. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan dalam penelitian ini, tidak melebar dari apa yang dikehendaki. Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, ada beberapa rumusan yang bisa diambil :
1. Sejauh mana peran guru dan orang tua dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X serta di lingkungan keluarga ?
2. Faktor-faktor apakah yang mendorong dan menghambat guru dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X ?
3. Faktor-faktor apakah yang mendorong dan menghambat orang tua dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini di lingkungan keluarga ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejauh mana peran guru dan orang tua dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X serta di lingkungan keluarga.
2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat guru dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X.
3. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat orang tua dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini di lingkungan keluarga.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian kualitatif ini meliputi dua, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi khasanah ilmu, terutama bagi jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dalam memberikan gambaran yang jelas mengenai peran guru dan orang tua dalam mendidik budi pekerti anak usia dini Taman Kanak-kanak.
2. Manfaat Praktis
Bagi orang tua dan guru di Taman Kanak-kanak X, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang dapat digunakan dalam upaya peningkatan pembinaan budi pekerti pada anak usia dini.
Post a Comment