Cari Kategori

BUDI PEKERTI ALUR PEMBUDAYAAN DAN KEGIATAN SEHARI-HARI DI SEKOLAH

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mengembangkan potensi manusia yang beriman. Hal itu sesuai dengan UU SISDIKNAS No. 20Tahun 2003 yang mengatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” 
budi pekerti di sekolah, contoh budi pekerti di sekolah, pendidikan budi pekerti di sekolah, pengertian budi pekerti, contoh budi pekerti, makalah budi pekerti, budi pekerti bahasa jawa, pendidikan budi pekerti di lingkungan keluarga, puisi budi pekerti

Tujuan untuk mengembangkan peserta didik (Anak PAUD) dapat dilakukan melalui proses pendidikan, salah satunya dilakukan melalui sekolah. Sekolah adalah suatu lembaga yang menjalankan proses pendidikan dengan memberikan pengajaran kepada siswa-siswanya. 

Usaha pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan pendidikan dalam keluarga. Sekolah juga merupakan lembaga di mana terjadi proses sosialisasi kedua setelah keluarga sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya dan diselenggarakan secara formal dan Nonformal. Proses sosialisasi nilai-nilai dan karakter di sekolah menjadi sangat penting karena berkaitan dengan penumbuhan budi pekerti luhur.


Berikut langkah-langkah mengapa pembiasaan itu menjadi penting dalam kaitannya dengan penumbuhan budi pekerti tersebut seperti yang dikembangkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai berikut :







Alur Pembudayaan :
Penumbuhan_Budi_Pekerti

Kegiatan Sehari-hari Di Sekolah :




Nilai-nila / Budi pekerti luhur yang diharapkan dapat tumbuh mencakup antara lain : 





Sumber : www.kemendikbud go.id


budi pekerti di sekolah


  • contoh budi pekerti di sekolah
  • pendidikan budi pekerti di sekolah
  • pengertian budi pekerti
  • contoh budi pekerti
  • makalah budi pekerti
  • budi pekerti bahasa jawa
  • pendidikan budi pekerti di lingkungan keluarga
  • puisi budi pekerti

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:56:00

MENGATASI RENDAH DIRI PADA ANAK USIA DINI

Kita sering menemukan anak yang mengalami masalah rendah diri, yang berakibat pada kemampuannnya untuk bersosialisasi dengan teman-teman dan lingkungannya. Anak yang mengalami rendah diri atau dalam bahsa sehari-hari disebut dengan minder, berkaitan dengan perasaan tidak berharga dan kurang penghargaan terhadap diri sendiri, yang juga berpengaruh terhadap motivasi, sikap, dan tingkah laku anak.  Menurut Schaefer & Millman, (1981) ada sejumlah hal yang dapat kita lakukan untuk membantu dalam mengatasi rasa rendah diri anak ini yaitu :

MENGATASI RENDAH DIRI PADA ANAK USIA DINI, rendah diri dalam islam, rendah diri artinya, rendah diri vs rendah hati, cara mengatasi rendah diri, akibat rendah diri, rendah diri menurut alkitab, contoh rendah hati dan rendah diri, ciri ciri orang rendah hati

Meningkatkan pemahaman diri anak

Pendidik dapat memberikan penjelasan dan pemahaman kepada anak bawa dalam kehidupan ini tidak ada orang yang sempurna, setiap orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Mendukung kompetensi dan kemandirian anak

Anak perlu dilatih untuk melakukan keterampilan yang sesuai dengan usianya dan dijamin bahwa anak akan memperoleh perasaan aman dalam proses menguasai keterampilan tersebut.

Menyediakan kehangatan dan penerimaan

Pada diri anak rasa harga diri yang tinggi dioperoleh jika anak merasa dirinya diterima. Dukungan emosiona menjadi sangat penting karena pada dasarnyan anak membutuhkan perasaan aman.

Fokus pada Hal-hal Positif yang dapat dilakukan Anak

Sebagai guru pendidik dan orang tua, kita perlu jeli dan cermat dalam mengenali dan mendukung kekuatan atau kelebihan anak. Perhatian sebaiknya lebih besar dicurahkan pada kelebihan anak, bukan pada kekurangan dan kelemahan anak.

Menyediakan pengalaman yang konstruksi

Rencanakan dan lakukan kegiatan-kegiatan dengan cara-cara yang tepat untuk menjamin agar anak mau berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Meningkatkan rasa percaya diri anak

Pada diri anak peningkatan kepercayaan diri dapat terjadi karena pengalaman yang terjadi berangsur-angsur secara berulang-ulang. Usahakan penugasan dan kegiatan yang diberikan pada anak  yang sebisa mungkin dapat diselesaikan oleh anak.

Memberikan Reward (Penghargaan).

Setiap kali anak menunjukan sikap optimis dan tidak mudak berkecil hati,  beri anak reward yang dapat mendukung dan memperkuat perilakunya. Rewad ini dapat berupa penghargaan misalnya pujian, nilai bintang, atau sesuatu yang sangat disukai anak.

Demikianlah cara  Mengatasi Rendah Diri Pada Anak, semoga bermanfaat untuk orang tua dan bunda pendidik sekalian dalam rangka mendukung kemampuan perkembangan fisik dan mental anak dilembaga PAUDnya masing. masing. wassalam.....


MENGATASI RENDAH DIRI PADA ANAK USIA DINI


  • rendah diri dalam islam
  • rendah diri artinya
  • rendah diri vs rendah hati
  • cara mengatasi rendah diri
  • akibat rendah diri
  • rendah diri menurut alkitab
  • contoh rendah hati dan rendah diri
  • ciri ciri orang rendah hati


Sumber : Schaefer & Millman, (1981), Bahan penataran TOT PAUD 2009

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:51:00

CARA TERBAIK MENGAJARKAN ANAK SECARA ISLAMI

Salah satu keuntungan memiliki anak adalah kita akan memiliki mata air yang indah yang tiada akan kering dari cinta, hingga akhir khayat kita, dan juga salah satu amal yang tidak pernah terputus pahalanya sekalipun kita telah meninggalkan dunia ini adalah “anak yang sholeh/sholehah”. Doa anak yang sholeh juga merupakan salah satu doa yang insya Allah dikabulkan oleh Allah SWT. Bagaimana cara untuk mendidik anak kita, agar menjadi anak yang sholeh dan beriman hingga menjadi kebanggan ayah dan bunda? Didiklah anak dengan cara yang islami, seperti beberapa tips berikut ini:

mendidik anak, mendidik anak secara islami, tips mendidik anak sejak dini, terj cara mendidik tanpa kekerasan, mendidik anak yang keras kepala, mendidik anak balita, cara mendidik anak, mendidik anak dalam kandungan, mendidik anak yang baik

  1. Biasakan anak kita bangun pada waktu shubuh. Contoh: sejak usia dini, ajaklah ia sholat shubuh bersama atau berjamaah di mesjid.
  2. Berikan ia lingkungan pergaulan dan pendidikan yang islami. Contoh: sejak dini ikutkan anak kita dalam TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), mengikuti kursus di mesjid, dsb.
  3. Berikan teladan, bukan hanya perintah yang egois. Contoh: jangan hanya menyuruh ia belajar mengaji atau sholat, namun kita sendiri tidak melakukannya.
  4. Ajak anak kita untuk mengunjungi mesijd secara rutin. Contoh: secara rutin, ajaklah anak kita untuk berjamaah di mesjid.
  5. Perkenalkan batasan aurat sejak dini. Contoh: jika sejak dini kita biasakan anak perempuan kita menggunakan jilbab, maka saat dewasa ia justru akan merasa tidak nyaman jika memperlihatkan auratnya.
  6. Biasakan anak kita untuk selalu membawa perlengkapan sholat, terutama untuk anak perempuan.
  7. Minimalkan anak kita dalam mendengar musik-musik non islami. Sebaliknya, maksimalkan anak kita untuk mendengar ayat-ayat Al-Qur’an atau nasyid.
  8. Buatlah jadwal menonton TV dan dampingi anak ketika menonton. Jauhkan anak dari tontonan yang tidak mengandung unsur pendidikan, seperti: sinetron, film horor, film cengeng, dan lain-lain.
  9. Ajarkan nilai-nilai Islam secara langsung. Sampaikan nilai-nilai Islam yang kita kuasai kepada anak kita. Akan lebih baik jika dalam bentuk cerita yang menarik.
  10. Jadilah sahabat setia baginya. Jadikan ia nyaman untuk menjadikan kita tempat curhat yang utama sehingga kita akan selalu mengetahui masalahnya.
  11. Ciptakan suasana hangat dan harmonis dalam keluarga. Jika keluarga tidak lagi terasa hangat baginya, anak akan mencari pelampiasan di tempat lain.
  12. Lakukan semua tips di atas dengan bijak, sabar dan konsisten. Jangan pernah menggunakan kekerasan dan hindari sikap emosional yang dapat membuatnya sakit hati.
Demikian lah semoga tips-tips ini dapat membantu kita menjadi orang tua yang baik bagi anak kita dan mengajaknya bersama-sama masuk ke dalam surga-Nya yang kekal abadi. Amin.

CARA TERBAIK MENGAJARKAN ANAK SECARA ISLAMI


  • mendidik anak
  • mendidik anak secara islami
  • tips mendidik anak sejak dini
  • terj cara mendidik tanpa kekerasan
  • mendidik anak yang keras kepala
  • mendidik anak balita
  • cara mendidik anak
  • mendidik anak dalam kandungan
  • mendidik anak yang baik

Sumber: :http://cara-muhammad.com/tips/tips-mendidik-anak/

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:47:00

PRINSIP PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Prinsip yang  digunakan  dalam  proses  pembelajaran anak usia dini adalah sebagai berikut :

PEMBELAJARAN PAUD, materi pembelajaran paud, media pembelajaran paud, proses pembelajaran paud, pembelajaran paud yang efektif, metode pembelajaran paud, metode pembelajaran pendidikan anak usia dini, model pembelajaran paud, strategi pembelajaran paud 2016

PRINSIP PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Belajar melalui bermain

Anak di bawah usia 6 tahun berada pada masa bermain. Pemberian rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain, dapat memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak.

Berorientasi pada perkembangan anak

Pendidik harus mampu mengembangkan semua aspek perkembangan sesuai dengan tahapan usia anak.

Berorientasi pada kebutuhan anak

Pendidik harus mampu memberi rangsangan  pendidikan atau stimulasi sesuai  dengan kebutuhan anak, termasuk anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus.

Berpusat pada anak

Pendidik  harus  menciptakan  suasana  yang  bisa  mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat perkembangan, dan kebutuhan anak.

Pembelajaran aktif

Pendidik harus mampu menciptakan suasana yang mendorong anak aktif mencari, menemukan, menentukan pilihan, mengemukakan  pendapat,  dan  melakukan  serta  mengalami sendiri.

Berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter

Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter yang positif pada anak. Pengembangan nilai-nilai karakter tidak dengan pembelajaran langsung, akan tetapi melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi  pengetahuan dan keterampilan serta melalui pembiasaan dan keteladanan.

Berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup

Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan kemandirian anak. Pengembangan kecakapan hidup dilakukan  secara terpadu baik melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan maupun melalui pembiasaan dan keteladanan.

Didukung oleh lingkungan yang kondusif

Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa agar menarik, menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan  ruang diatur agar anak  dapat berinteraksi  dengan pendidik, pengasuh, dan anak lain.

Berorientasi pada pembelajaran yang demokratis

Pembelajaran yang demokratis sangat diperlukan untuk mengembangkan rasa saling menghargai antara anak dengan pendidik, dan antara anak dengan anak lain.

Pemanfaatan media belajar, sumber belajar, dan narasumber Penggunaan

media  belajar, sumber belajar, dan narasumber yang ada di lingkungan PAUD bertujuan agar pembelajaran lebih kontekstual dan bermakna. Termasuk narasumber adalah orang-orang  dengan  profesi  tertentu  yang dilibatkan sesuai dengan tema, misalnya dokter, polisi, nelayan, dan petugas pemadam kebakaran.

PEMBELAJARAN PAUD


  • materi pembelajaran paud
  • media pembelajaran paud
  • proses pembelajaran paud
  • pembelajaran paud yang efektif
  • metode pembelajaran paud
  • metode pembelajaran pendidikan anak usia dini
  • model pembelajaran paud
  • strategi pembelajaran paud 2010


Sumber : Permendikbud RI Nomor 146 Tahun 2014.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:38:00

Permainan Berhitung Bagi Anak PAUD


PENGERTIAN DAN TEORI PERMAINAN BERHITUNG DI TK PAUD


Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika, sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung siswa digunakan metode tes.

Metode tes adalah serentetan pertanyan atau latihan atau alat lain yang digunakan pada lingkup perkembangan. Metode tes adalah termasuk metode non eksperimental. Berikut ini adalah metode-metode eksperimental antara lain :


  1. Metode pengamatan, suatu cara untuk mencatat tingkah laku tertentu dari orang yang diamati dengan menggunakan pedoman observasi.
  2. Metode survei, suatu metode yang digunakan untuk mempelajari beberapa masalah yang sulit dipelajari melalui metode pengamatan dan menggunakan kuesioner atau wawancara.
  3. Metode klinis, suatu metode yang digunakan untuk mengamati seseorang di tempat khusus yang telah disediakan, sehingga dapat diketahui perilaku-perilaku dan pernyataan-pernyataannya yang spontan dengan tujuan paedagogis atau medis.
  4. Metode angket, suatu cara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau pertanyaan yang diberikan kepada sejumlah orang yang harus dijawab, untuk kemudian dicari simpulan umum.
  5. Metode wawancara, suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses berpikir, proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah laku covert yang tidak dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode observasi.
  6. Metode sejarah kehidupan, suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku seseorang dengan segala latar belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau wawancara tentang masa lalu subjek.
  7. Metode tes (pemeriksaan psikologis), suatu metode yang digunakan untuk memeriksa hal-hal yang tidak dapat diketahui dengan metode-metode lain, seperti IQ, kepribadian, arah minat, kecemasan dengan menggunakan tes psikodiagnostik.

Minat penelitian ilmiah tentang anak mendapat dorongan yang besar setelah G. Stanley Hall mengawali penelitiannya tentang konsep anak (1891) dengan tekanan bahwa anak bukan orang dewasa kecil. Pandangan ini diterima oleh murid-muridnya yang tidak lama kemudian diikuti oleh banyak psikolog dan ahli pendidikan.


PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN DI TK PAUD, pengertian berhitung permulaan, pengertian berhitung permulaan menurut para ahli, pengertian berhitung menurut para ahli, definisi berhitung, soal berhitung anak tk, pengertian berhitung anak usia dini menurut para ahli, belajar berhitung anak tk b, kemampuan berhitung menurut para ahli


Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di taman kanak-kanak sebagai berikut :

Tingkat perkembangan mental anak

Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam pendidikan anak. Artinya belajar sebgai proses membutuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis. Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.
Anak usia TK berada pada tahapan pra operasional kongkret dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interprestasi dan pengalamannya (persepsi sendiri).

Masa peka berhitung pada anak

Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.

Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika. Karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dan lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi / rangsangan / motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya.

Perkembangan awal menentukan perkembangan anak selanjutnya

Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya diamalkan akan sangat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.

Dalam studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson (dalam Elizabet B. Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk akan berkembang mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti”.

Selanjutnya Erikson menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali ia belajar, sikap demikian akan mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan suasana sepanjang hidup.

Crumley.F.E. dkk, Gagne R.M. dan Smith, dkk (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menunjukkan bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak tahun-tahun prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas telah memperlihatkan bahwa banyak diantara mereka sangat buruk penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga tidak pernah dalam suatu kelompok atau mempunyai banyak teman. Sebagai tambahan, banyak diantaranya menderita kesulitan berbicara, sekolah, serta enuretik dan keluarga mereka menganggapnya sebagai “anak yang penuh masalah”. Dari studi riwayat anak nakal, Glueck (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal, dapat diidentifikasi sedini usia dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya.

Prinsip-Pinsip Permainan Berhitung permulaan

1. Permainan berhitung diberikan secara bertahap.
2. Penget dan ket pd permainan berhitung dibrkn scr bertahap.
3. Permainan brhtng akan berhasil jika anak diberi kesempatan berprtsp
4. Permainan brhtng membutuhkan suasana menyngkn dn rasa aman.
5. Bahasa yg digunakan seyogyanya yg sederhana.
6. Anak dikelompokkan sesuai dg tahap penguasaanya.
7. Dalam mengevaluasi hasil perkemb harus dimulai dari awal smp akhir

Landasan Teori Permainan Berhitung 


Tingkat perkembangan mental anak

Jean Piaget : Anak usia TK berada pada tahapan pra-operasional konkrit yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yg konkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pd interpretasi dan pengalamannya ( persepsinya sendiri ).

Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar

Apabila anak sudah menunjukan masa peka ( kematangan ) unt berhitung maka ortu dan guru TK harus tanggap.

Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya.

Hurlock( 1993 ) : Bahwa lima tahun pertama dlm kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya.Anak yg mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik mapun psikis di awal perkembangannya diramalkan akan dpt melaksanakan tugas perkembanganKonsep bentuk warna, ukuran dan pola (TPP Permendiknas 58 ).

Usia 4 – < 5tahun
1. Mengklasifikasikan berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran
2. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yg sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi
3. Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC
4. Mengurutkan benda berdasarkan variasi ukuran atau warna.

Usia 5 – < 6 tahun
1. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran “ lebih dari “ “ kurang dari “ dan “ paling ter “
2. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk dan ukuran ( 3 variasi )
3. Mengklasivikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yg sama atau kelompok yg sejenis atau kelompok berpasangan yg lebih dari 2 variasi
4. Mengenal pola ABCD – ABCD
5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atu sebaliknya
tahapan penguasaan berhitung dijalur matematika yaitu :
1. Penguasaan konsep Pemahaman dan pengertian sesuatu dg menggunakan benda dan peristiwa konkrit, spt pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.
2. Masa Transisi
Proses berfikir yg merupakan masa peralihan dr pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yg abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Dilakukan guru secara bertahap sesuai dg laju dan kecepatan kemampuan anak secara individual.
3. Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep misalnya lambang 7 unt menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar unt menggambarkan konsep ruang dan persegi empat unt menggambarkan konsep bentuk.

Konsep berhitung yg harus dikenalkan kpd anak :

1. Korespondensi Satu Satu
Pertama mulailah dg mencoba-coba membilang dr tingkatan yg sangat sederhana.contoh : satu buku, satu pensil,dst.
2. Pola
Pola merupakan kemampuan unt memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2-3 pola yg berurutan.
3. Memilah/menyortir/klasifikasi
pengelompokan berdasarkan atribut, bentuk, ukuran, jenis warna,dll.
4. Membilang
Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka yg akan membantu pemahaman anak akan arti sebuah angka.contoh : 1 2 3 4 5 6 7 8………dst.
5. Makna angka dan pengenalannya
Setiap angka memiliki makna dr benda-benda/simbul-simbul = 3 bintang Dikenalkan pd bentuk-bentuk yg sama/tdk sama, besar kecil dsb.
6. Ukuran
Anak perlu mengalaman akan mengukur berat, isi, panjang dg cara mengukur langsung sehingga prosesmenemukan angka dr sebuah objek.
7. Dua hal ini merupakan bagian dr proses kehidupan sehari-hari.
Contoh :Waktu : 1 hari Ruang : Sempit 2 hari Luas
8. Penambahan dan pengurangan
2 hal dapat dikenalkan pd anak pra sekolah dg memanipulasi benda.
contoh : Penambahan  4+2= 6
contoh : Pengurangan 5-2=3

Konsep klasifikasi/pengelompokan

Kegiatan meletakkan benda- benda ke dalam sebuah kelompok dengan cara memilah benda- benda yang memiliki satu atau lebih ciri sama ( menyerupai )dan merupakan keterampilan dasar dalam membentuk pola grafik, bangun, ruang dan pengukuran
Jalur Matematika Di TK
1. Bermain pola
Anak diharapkan dpt mengenal dan menyusun pola-pola yg terdapat disekitarnya.Anak mampu membuat urutan pola sendiri sesuai dg kreativitasnya.
2. Bermain Klasifikasi
Anak diharapkan dpt mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya sesuai dg yang dicontohkan dan tugas yg diberikan oleh guru.
3. Bermain Bilangan
Anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dg jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dpt mencocokan sesuai dg lambang bilangan.
4. Bermain Ukuran
Anak diharapkan dpt mengenal konsep ukuran standard yg bersifat informal atau alamiah, seperti panjang, tinggi, dan isi melalui alat ukur alamiah, antara lain jengkal, jari, langkah, tali, tongkat
5. Bermain Geometri
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda berdasarkan bentuk geometri dg cara mengamati benda benda yg ada disekitar anak mis lingkaran,segitiga,bujur sangkar, segi empat, segi lima,segi enam,setengah lingkaran,bulat telur (oval).
6. Bermain estimasi (memperkirakan)
Anak diharapkan dapat mengenal kemampuan memperkirakan (estimasi) sesuatu mis perkiraan terhadap waktu, luas jumlah ataupun ruang.Anak terlatih untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yg akan dihadapi
Perkiraan waktu misalnya:
Berapa hari biji tumbuh
Berapa lama kita makan
Berapa lama anak dapat memantulkan bola
Berapa ketukan gambarnya selesai
Perkiraan jumlah:berapa jumlah ikan yg ada dalam aquarium.
Perkiraan ruang misalnya : Berapa anak bergandengan untuk dapat mengelilingi kelas ini.
7. Bermain Statistika.
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk memahami perbedaan dalam jumlahdan perbandingan dan hasil pengamatan terhadap suatu obyek (dalam bentuk visual


PERSIAPAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN

Melalui Permainan
TK Merupakan lembaga Pra akademik artinya :
  • Tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membelajarkan ket membaca dan menulis, melainkan menjadi tanggung jawab lembaga SD
  • Pembelajaran persiapan membaca dan menulis di TK hendaknya diberikan secara terpadu dalam pengembangan Bahasa dan Motorik
  • Alur pemikiran tersebut tidak sejalan dg praktik kependidikan di TK maupun SD di Indonesia.Pergeseran tanggung jawab seolah olah telah bergeser dari SD ke TK.
Keaksaraan (Permendiknas 58)
► TPP Usia 4-5 tahun
1. Mengenal simbol simbol
2. Mengenal suara suara hewan / benda benda yang ada disekitarnya
3. Membuat coretan yang bermakna
4. Meniru huruf
► Usia 5-<8 tahun
1. Menyebutkan simbol simbol huruf yang dikenal
2. Mengenal suara huruf awal dari nama benda benda yang ada disekitarnya
3. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi / huruf awal yang sama
4. Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf
5. Membaca nama sendiri
6. Menuliskan nama sendiri.

Munculnya keaksaraan
Keaksaraan tidak hanya ditandai dengan kemampauan untuk anak membaca dan menulis huruf atau kata-kata, tetapi yang terpenting anak memahami setiap kata dan kalimat dalam tulisan.
Kata pertama harus bermakna bagi anak. Kata itu harus merupakan bagian dari dirinya. Harus merupakan ikatan yang organik, secara organik lahir dari dinamika hidup itu sendiri. Harus kata yang sudah menjadi bagian dari dirinya. Kata pertama, buku pertama harus dibuat oleh anak itu sendiri. Saya masuk kedalam otak anak, membawa keluar apa yang saya temukan disana dan menggunakannya sebagai bahan kerja pertama. Ini adalah kosakata penting bagi mereka.(Sylvia Ashton Warner-1963)
Apa itu Keaksaraan :
► Membangun kemampuan anak untuk mengenal huruf dan angka
► Pengetahuan yang dibangun dalam keaksaraan :
1. BAHASA
2. MATEMATIKA
3. KESADARAN LINGKUNGAN 


Kemampuan yang diperlukan untuk menulis

► Mengenal bentuk
► Mengenal perbedaan bunyi huruf
► Mengenal rangkaian (pola)
► Kekuatan jari-jari tangan
► Kelenturan gerakan pergelangan tangan
► Anak akan benar-benar tertarik huruf dan angka saat mereka sudah pada tahap perkembangan usia empat tahun.
► Enam tulang pergelangan tangan yang diperlukan untuk menulis pada buku tulis, belum sepenuhnya berkembang sampai usia tujuh tahun.
Tujuan Konsep Bahasa
1. Menambah kosakata baru
2. Mendengar musik dan membedakan bunyi
3. Memahami dan mengikuti alur cerita
4. Menggunakan buku dan media
5. Menjadikan anak senang membaca, mendengar, dan menulis
TUJUAN
 Mendeteksi kemampuan awal membaca dan menulis anak(Perbedaan individual hasil intervensi )
 Mengembangkan kemampuan menyimak, menyimpulkan dan mengkomunikasikan berbagai hal melalui berbagai bentuk gambar dan permainan
 Melatih kelenturan motorik halus anak melalui bentuk permainan olah tangan dalam rangka persiapan membaca dan menulis
Perkembangan kemampuan berbahasa 4 – 6 tahun
• Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi
• Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan kata sambung.
• Menunjukan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
• Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.
• Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.

PERKEMBANGAN POTENSI KEMAMPUAN BERBAHASA MUNCUL DITANDAI BERBAGAI GEJALA
 Senang bertanya dan memberi informasi tentang sesuatu hal
 Berbicara sendiri dg alat atau tanpa alat spt bboneka,mobil mainan dsb.
 Mencoret coret buku atau dinding
Gejala ini mrpkn tanda munculnya berbagai jenis potensi tersembunyi(hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency).Apabila tdk diberikan rangsangan potensi akan kembali menjadi potensi tersembunyi dan lambat laun berkurang hingga sel saraf mati. 

TAHAPAN PERKEMBANGAN MEMBACA
Melibatkan unsur Auditif ( Pendengaran ) dan Visual (Pengamatan ) Kemampuan membaca di mulai ketika anak senang membolak-balikbuku.
1. Tahapan Fantasi ( Magical Stage ).
Anak belajar menggunakan buku, membolak-balik buku, membawa
buku kesukaannya.Guru atau Ortu menunjukan contoh model
perlunya membaca, membacakan cerita.
2. Tahap Pembentukan Konsep Diri ( Self Concept Stage ).
Anak memandang dirinya sbg pembaca, pura-pura membaca,
memberi makna pd gambar.Ortu memberi rangsangan membacakan
sesuatu.
3. Tahap Membaca gambar ( Bridging Reading Stage ).
Anak sadar cetakan yg tampak dapat menemukan kata yg sudah di-
kenal, dapat mengulang cerita yg tertulis, sudah mengenal abjad.
Guru memberi kesempatan menulis sesering mungkin.
4. Tahap Pengenalan Bacaan ( Take-off Reader Stage ).
Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat ( graphoponic, semantic,
dan syntactic ) secara bersama-sama.Anak tertarik pd bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pd konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pd lingkungan serta membaca berbagai tanda spt kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.Guru masih tetap membacakan sesuatu shg mendorong anak membaca sesuatu pd berbgai sesuatu, jgn memaksa anak membaca huruf secara sempurna.
5. Tahap membaca Lancar ( Independent Reader Stage ).
Anak dpt membaca berbagai jenis buku.Ortu dan Guru msh tetap
membacakan berbagai jenis buku.
Untuk memberikan rangsangan trhdp munculnya berbagai potensi
keberbahasaan maka permainan dan berbagai alat memegangperanan penting.

TAHAPAN PERKEMBANGAN MENULIS
Menulis merupakan ekspresi/ungkapan dr bahasa lisan ke dalam suatu bentuk goresan/coretan. Kegiatan awal menulis di mulai ketika anak pura-pura menulis dlm bentuk coretan sampai anak mampu menirukan bentuk tulisan sesungguhnya.
1. Tahap Mencoret atau Membuat Goresan ( Scrible Stage )
Anak mulai membuat tanda-tanda menggunakan alat tulisnya,
membuat coretan acak ( Tidak Teratur ),coretan sering kali
digabungkan seolah-olah tidak prnh lepas dr kertas.Ortu seharusnya
menyediakan jenis-jenis bahan unt menulis.Anak menganggap
goresan sbg tulisan.
2. Tahap Pengulangan secara Linear ( Linear Repetitive Stage ).
Anak menelusuri bentuk tulisan yg mendatar ( Horizontal ) atau
garis tegak lurus.
3. Tahap Menulis Secara Random/acak ( Random Letter Stage ).
Anak belajar tentang berbagai bentuk sbg suatu tulisan dan
menggunakan itu semua agar dpt mengulang berbagai kata dan
kalimat.Anak menghasilkan garis yg berisi pesan yg tdk mempunyai
keterkaitan pd suatu bunyi dr berbagai kata.
4. Tahap Berlatih huruf (menyebutkan huruf huruf)
Kebanyakan anak anak , biasanya tertarik huruf huruf yang membentuk namanya sendiri.
5. Tahap menulis Tulisan nama (letter-name writing or phonetic writing)
Anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi
Anak senang menuliskan nama pendek panggilan mereka melalui contoh yang mereka lihat dengan huruf huruf besar atau kecil.Semakin berkembangnya penguasaan kosa kata anak serta kemampuannya dalam berkomunikasidg orang lain akan berdampak terhadap fungsi kognitifnya.
6. Tahap menyalin Kata-kata yang ada di Lingkungan.
Anak menyukai menyalin kata-kata yg terdapat pada poster di dinding atau dari kantong kata sendiri.
7. Tahap Menemukan Ejaan
Anak usia 5-6 tahun ini telah menggunakan konsonan awal (L untuk Love) konsonan awal tengah akhir untuk mewakili huruf (DNS) pada kata dinosaurus
8. Tahap Ejaan Sesuai ucapan
Anak mulai dapat mengeja suatu tulisan berupa kata kata yg dikenalnya sesuai yg didengarnya.

PENDEKATAN PERMAINAN MEMBACA DAN MENULIS DI TK

Pendekatan Permainan Membaca.
1. Metode Sintesis
Didasarkan pada teori asosiasi, suatu unsur(mis huruf) akan bermakna bila dihubungkan dengan unsur lain(huruf lain) sehingga membentuk suatu arti. Permainan membaca ini dilakukan dg menggunakan bantuan gambar pd setiap kali memperkenalkan huruf, mis a disertai gambar ayam.
2. Metode Global
Didasarkan pada teori ilmu jiwa keseluruhan (gestalt).Keseluruhan memiliki makna yg lebih dibanding dg unsur-unsurnya.Kedudukan setiap unsur hanya berarti jika memiliki kedudukan fungsional dalam suatu keseluruhan. Contoh unssur “a”bermakna jika “a” ini fungsional dlm kata atau kalimat mis “ ayam berlari”Atas dasar ini Membaca permulaan pd metode global dimulai dg memperkenalkan kalimat,dipilih kalimat perintah agar anak melakukan hal yg ada dlm perintah tsb spt “ambil apel itu”.

Pendekatan Permainan Menulis
Dalam pengembangan kemampuan menulis, dalam hal ini untuk memperkenalkan huruf, anak diminta unt meraba dan menelusuri dg jarinya suatu huruf.Sebagai contoh ketika memperkenalkan tulisan dari huruf “a” yg terbuat dari bahan ampelas kasar di atas kertas.Agar anak dpt melatih kelenturan tangan, maka dpt dilatih unt mengisi lukisan dg garis ( mengarsir ) dan menebalkan.Kegiatan mengarsir tdk hanya dilakukan dg pensil hitam melainkan jg dg pensil berwarna.

Identifikasi Kemampuan Membaca dan Menulis

1. Permainan membaca
Meliputi kemampuan mendengar, melihat dan memahami, berbicara dan membaca gambar.
2. Permainan menulis
a. Persiapan menulis misalnya : meronce, mewarnai, menjahit,
melipat, menganyam, mencetak, membatik dsb.
b. Bentuk tulisan misalnya : mencoret ( menarik garis datar, tegak dsb)
Tulisan horisontal, menulis acak,menulis nama bil(mencontoh angka
1-10,mlis angka1-10)

PENGALAMAN-PENGALAMAN MOTORIK HALUS

• Penjepit besar digunakan untuk mengelompokkan bahan-bahan
Penjepit kecil digunakan dengan huruf kecil dari pasta
> Pensil–macam-macam ukuran
> Spidol dan krayon macam-macam ukuran
> Alat seperti obeng dan tang kecil digunakan untuk melepaskan bagian-bagian kecil
perkakas yang patah

Main Awal Keaksaraan untuk Bayi:
  • Anak pendengar aktif: mengajak anak bercakap-cakap pada setiap kesempatan; saat menyusui, memandikan, memberi makan, mengganti popok, membangunkan,
  • Anak pengamat teliti: bercakap dengan menggunakan mimik muka di depan muka anak sesuai dengan intonasi suara
  • Membuat permainan: membuat suara, meniup, bernyanyi,
  • Membolehkan anak untuk memegang sendok untuk makan dan memegang tempat minum saat anak makan
  • Melatih jari tangan dengan menjumput makanan kecil untuk dimakannya
  • Memasukkan benda ke wadah
  • Mendongeng
  • Membacakan buku buku 
Main yang mendukung keaksaraan untuk anak usia 1-2 tahun:
  • Bernyanyi lagu dengan irama sederhana yang diulang-ulang disertai gerakan sederhana
  • Mengajak anak berbicara dan mengenalkan nama benda dengan cara menempelkan kata di setiap benda
  • Membacakan buku yang sudah dikenal anak
Main yang mendukung keaksaraan untuk anak usia 2-3 tahun:
  • Bernyanyi lagu dengan irama sederhana yang diulang-ulang disertai gerakan sederhana
  • Membacakan buku yang sudah dikenal anak
  • Bertepuk tangan dengan ritme berulang, misalnya: plok plok – plok plok plok, plok plok – plok
  • Bermain tepuk tangan sambil menyebutkan nama anak, misalnya: A – ni – ta , A – ni , Mar – li – na , Sa – e – ful ,dst.
  • Merangkai dengan berbagai bentuk
  • Melibatkan anak saat membereskan mainan yang sudah digunakannya untuk mengenalkan klasifikasi.
  • Bernyanyi dengan gerak dan irama sederhana, dilakukan secara berulang-ulang
  • Membaca buku bersama anak secara berulang terus-menerus
  • Puzzle bentuk
  • Meronce
  • Menghadirkan buku-buku yang paling disukai anak.
  • Mengajak anak bertepuk tangan mengikuti irama
  • Menyebut nama anak dengan perlahan menurut suku katanya.
  • Bermain dengan berbagai bentuk
  • Bermain puzle tunggal
  • Melibatkan anak saat membereskan mainan
  • Memperkuat motorik kasar anak dengan membolehkan anak bergerak bebas,
  • Melatih kekuatan motorik halusnya dengan cara memegang, meremas, menjumput, menjepit, merobek kertas, dll.
  • Main keaksaraan untuk mendukung kemampuan membaca anak usia 4-6 tahun
  • Buku – buku – buku – buku
  • Membolehkan anak untuk memilih buku cerita yang diminatinya
  • Menuliskan nama anak, lalu anak menyusunnya dengan menggunakan kartu huruf
  • Menuliskan kegiatan yang dikerjakan anak
  • Mendiskusikan kata baru yang didapatkan dari buku bacaan.
  • Bermain menyelesaikan kata, misalnya bo + la = bola Menggabungkan kartu suku kata dengan mencocokkan kata yang telah dibuat kader
  • Memancing kartu huruf sesuai nama sendiri
  • Mencetak huruf dengan playdough sesuai dengan namanya
  • Mencari kartu yang bertuliskan nama temannya
  • Membaca puisi yang memuat kata-kata yang hampir sama hurufnya, misalnya Tari senang menari, Tari juga senang berlari, dst
  • Membuat cerita dari kumpulan kalimat yang diucapkan anak.
  • Menuliskan nama anak dengan mengubah huruf awal dengan huruf yang sedang diperkenalkan, misalnya mengenalkan huruf S, nama Kania jadi Sania,
  • Mengelompokkan nama binatang yang huruf depannya sama, misalnya katak, kura-kura, kadal, dst.
  • Melibatkan anak saat membereskan mainan yang sudah digunakannya
  • Bernyanyi dengan gerak dan irama sederhana, berulang-ulang
  • Membaca buku bersama anak, berulang terus-menerus
  • Puzzle bentuk
  • Meronce
  • Menghadirkan buku-buku yang paling disukai anak
  • Kegiatan yang mendukung kemampuan menulis anak 3-4 tahun
  • Membuat coretan pada kertas besar dengan crayon atau spidol.
  • Membuat coretan dengan batang kayu di tanah atau pasir
  • Melukis dengan cat jari
  • Menjepit biji-bijian atau buah-buahan terbuat dari kayu dengan wadah dan penjepit.
  • Mengocok air sabun dengan alat pengocok telur
  • Meremas: daun, koran bekas, parutan kelapa, ublek, tanah lempung, playdough, dll.
  • Mencetak playdough, tanah liat, pasir basah dengan cetakan huruf
  • Kegiatan menggunting
  • Main keaksaraan untuk mendukung kemampuan menulis anak usia 4-6 tahun
  • Menyediakan berbagai huruf, kata dan suku yang terkait dengan nama anak atau kata-kata yang sudah dikenal anak.
  • Melukis dengan kuas, dengan cat jari
  • Menjiplak huruf-huruf dengan menggunakan cetakan huruf
  • Menjiplak kata yang sudah ditulis guru
  • Mengingatkan anak untuk selalu menuliskan namanya pada setiap kertas kerjanya
  • Membuat buku dari kumpulan gambar anak dengan cerita yang ditulis anak
  • Membuat kata-kata yang paling sering diucapkan kader untuk ditunjukkan kepada anak saat kader menyebutkan kata tersebut, lalu anak menuliskannya. Misalnya kata ”terima kasih” ” maaf” ”tolong”.
  • Menyediakan kertas, pensil, craton, spidol warna di setiap tempat yang disukai anak.
  • Memberi kesempatan anak-anak untuk mengurutkan, mengklarifi-kasikan, menyusun pola, dan mengorganisasikan bahan serta menyediakan pengalaman awal menulis dan membaca.
  • Dirancang secara khusus untuk memperkuat keterampilan dan pengetahuan tersebut
Lima langkah yang harus diulang-ulang
• Pilih mainan yang diinginkan
• Selesaikan hingga tuntas
• Tunjukkan pada guru
• Rapikan kembali
• Pilih mainan yang lain.

AREA MASAK / SENTRA MASAK
Dalam area Masak atau sentra masak juga dapat dikembangkan secara utuh kegiatan yang terkait dengan keaksaraan dan berhitung permulaan. Sentra / Area ini sangat kental dengan keaksaraan (huruf, angka, bunyi, dll) dan sains. Dalam sentra masak terdapat beberapa hal pokok yang dapat meningkatkan perkembangan anak dalam hal keaksaraan dan angkanya yaitu antara lain:
Konsep matematika menjadi kegiatan yang nyata
Anak melihat banyak perubahan yang terjadi yang merupakan sebuah proses.
Anak memiliki wawasan yang memperkaya ruang pengetahuannya
Anak berkembang secara sosial dalam keterampilan aksaranya. dll.

Sumber : Dirangkum dari berbagai sumber !!

PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN DI TK PAUD


  • pengertian berhitung permulaan
  • pengertian berhitung permulaan menurut para ahli
  • pengertian berhitung menurut para ahli
  • definisi berhitung
  • soal berhitung anak tk
  • pengertian berhitung anak usia dini menurut para ahli
  • belajar berhitung anak tk b
  • kemampuan berhitung menurut para ahli

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 19:31:00

KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) PADA SMK X

Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa. Menyadari akan hal ini, pemerintah melakukan perubahan dan penyempurnaan pengelolaan pendidikan yang salah satunya dikenal dengan istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat (2002 : 45) mengisyaratkan bahwa implementasi MBS akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sifatnya internal di lingkungan sekolah, ataupun faktor eksternal di luar sekolah, yaitu : (1) kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik, (2) kondisi sosial, ekonomi, dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan, (3) dukungan pemerintah, dan (4) profesionalisme.

Selanjutnya, Rivai (2009 : 148) mengemukakan :
Dalam mengimplementasikan konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi setiap personel sekolah di dalam kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Kepala sekolah harus tampil sebagai motivator dari sejumlah orang yang mewakili berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat sekolah dan secara personal harus terlibat dalam setiap proses pembahan di sekolah melalui penerapan prinsip-prinsip pengelolaan mutu total dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan baik di dalam sekolah itu sendiri maupun dengan sekolah lain.

Dengan demikian, konsep MBS mengharuskan kepala sekolah untuk berperan aktif dalam mengkoordinasikan, menggerakan, dan menyelaraskan segala sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi kelembagaan serta semangat untuk maju dan mengabdi dalam mencapai tujuan dan program-program pendidikan yang telah ditetapkan.

Faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan MBS adalah partisipasi warga masyarakat melalui wadah Komite Sekolah. Dalam hal ini, Satori dan Fattah (2001 : 99) menyatakan : "Sekolah perlu memberdayakan masyarakat melalui Komite Sekolah dengan mengajak bekerja sama dalam memanfaatkan potensi yang ada sehingga semua sumber daya berkembang secara maksimal sesuai dengan kapabilitas masing-masing. Kebersamaam merupakan potensi yang amat vital untuk membangun masyarakat menciptakan demokratisasi pendidikan".

Dengan MBS diharapkan dapat mendorong terciptanya peningkatan pelayanan pendidikan kepada masyarakat dengan muaranya pada upaya peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan pada tataran yang paling bawah yaitu sekolah. Oleh sebab itu, penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan model implementasi kebijakan desentralisasi pendidikan yang dapat dianalisis dan dipahami melalui apa yang senyatanya terjadi sesudah program atau kebijakan dirumuskan dan dinyatakan berlaku.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja komite sekolah dalam mengimplementasikan kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dengan demikian, rumusan judul pada penelitian ini adalah : "Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Komite Sekolah terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kabupaten X".

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini difokuskan pada kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kabupaten X. Dengan demikian, adanya otonomi pengelolaan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan dan untuk mengimplementasikan kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sangat diperlukan figur kepala sekolah yang benar-benar mempunyai kapabilitas dan kredibilitas serta daya juang yang tinggi sehingga dapat memberdayakan segala sumber daya yang ada, termasuk sumber daya masyarakat yang diorganisasikan dalam wadah komite sekolah. Untuk itu, diperlukan kesamaan persepsi dari seluruh elemen pendidikan yang ada di sekolah tentang pentingnya konsistensi implementasi kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Hal lain yang perlu dipertimbangkan oleh Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kabupaten X dalam mengimplementasikan kebijakan MBS ini adalah analisis terhadap kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi sehingga kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ada dapat melahirkan program-program yang realistis dan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, kepala sekolah selaku pemimpin dalam lembaga pendidikan (sekolah) hendaknya dapat memacu partisipasi masyarakat melalui wadah komite sekolah.

Atas dasar itu, maka masalah-masalah penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) lingkungan pendidikan pada SMK Negeri di Kabupaten X?
2. Bagaimana persepsi kepala sekolah dan komite sekolah SMK Negeri di Kabupaten X terhadap implementasi MBS?
3. Bagaimana perilaku kepemimpinan kepala sekolah SMK Negeri di Kabupaten X dalam mengimplementasikan MBS?
4. Bagaimana peran komite sekolah SMK Negeri di Kabupaten X dalam mengimplementasikan MBS?
5. Bagaimana persepsi guru SMK Negeri di Kabupaten X terhadap kemampuan manajerial kepala sekolahnya dalam mengimplementasikan MBS?
6. Seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas implementasi MBS pada SMK Negeri di Kabupaten X?
7. Seberapa besar kontribusi kinerja komite sekolah terhadap efektivitas implementasi MBS pada SMK Negeri di Kabupaten X?
8. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja komite sekolah pada SMK Negeri di Kabupaten X?
9. Seberapa besar pengaruh kinerja komite sekolah terhadap perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada SMK Negeri di Kabupaten X?
10. Seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap efektivitas implementasi MBS pada SMK Negeri di Kabupaten X?

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, perumusan masalah penelitian ini difokuskan pada, "Seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap efektivitas implementasi MBS pada SMK Negeri di Kabupaten X?".
Adapun sub masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas implementasi MBS pada SMK Negeri di Kabupaten X?
2. Seberapa besar kontribusi kinerja komite sekolah terhadap efektivitas implementasi MBS pada SMK Negeri di Kabupaten X?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui besarnya kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas implementasi MBS pada SMK Negeri di Kabupaten X.
2. Mengetahui besarnya kontibusi kinerja komite sekolah terhadap efektivitas implementasi MBS pada SMK Negeri di Kabupaten X.
3. Mengetahui besarnya kontibusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja komite sekolah secara simultan terhadap efektivitas implementasi MBS pada SMK Negeri di Kabupaten X.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan wawasan tentang ilmu administrasi pendidikan baik pada tingkat makro di lembaga birokrasi pendidikan, maupun pada tingkat mikro di tingkat satuan pendidikan (sekolah).
Khususnya pada tingkat sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan model-model baru kerjasama antara kepala sekolah dengan komite sekolah dalam mengimplementasikan kebijakan MBS sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Memberi masukan kepada pihak sekolah, khususnya kepala sekolah, agar dapat memberdayakan masyarakat melalui wadah komite sekolah.
b. Memberi masukan kepada kepala sekolah dan komite sekolah dalam bekerja sama meningkatkan mutu pendidikan melalui pengimplementasian kebijakan MBS dengan menggalang dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap program-program sekolah.
c. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten X, yang bertanggungjawab dalam memajukan lembaga pendidikan di wilayahnya dengan melibatkan peranserta masyarakat. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi umpan balik (feedback) dan evaluasi terhadap pemberlakuan kebijakan MBS dan komite sekolah, sehingga dapat diambil langkah-langkah antisipatif dan mencari solusi untuk memecahkan permasalahan yang timbul dari kebijakan tersebut sehingga Manajemen Berbasis Sekolah dan Komite Sekolah dapat berfungsi secara efektif.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:39:00

KINERJA PENGAWAS DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SEKOLAH

Pendidikan mempunyai tingkat akurasi yang tinggi dengan urgensi dan signifikansi yang memadai bagi kehidupan manusia. Ini semua terindikasi dari fungsi strategis pendidikan, yaitu bahwa pendidikan dapat difungsikan sebagai proses sosialisasi dalam memasyarakatkan nilai nilai, ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan. Pendidikan juga dapat difungsikan sebagai proses perkembangan, yakni upaya pengembangan potensi manusia secara maksimal untuk mewujudkan cita-citanya dalam kehidupan yang kongkrit.

Disamping itu pendidikan juga merupakan salah satu bidang yang sangat penting untuk menunjang kehidupan masyarakat dalam menyesuaikan perkembangan dunia. Oleh karena itu pemerintah membuat undang-undang tentang pendidikan guna memenuhi kebutuhan yang selalu berkembang. 

Untuk mengatasi perkembangan tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberi arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi : (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan dan (8) standar penilaian.

Implikasi dari hal tersebut bermakna bahwa tingkat pentingnya pendidikan menuntut pada upaya-upaya untuk menyelenggarakan pendidikan secara baik, tertata dan sistematis serta antisipatif terhadap perubahan yang terjadi. Sebab pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan jaman, sehingga proses yang terjadi di dalamnya dapat menjadi suatu sumbangan besar bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia/pengembangan potensi manusia, yang pada akhirnya akan berdampak pada makin meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat.

Pengawas, Kepala Sekolah dan guru merupakan tenaga pendidik dan kependidikan yang mutlak terstandarisasi kompetensinya secara nasional menurut PP No 19 tahun 2005 di atas. Karena pengawas, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur yang berperan aktif dalam persekolahan. Guru sebagai pelaku pembelajaran yang secara langsung berhadapan dengan para siswa di ruang kelas, dan pengawas serta kepala sekolah adalah pelaku pendidikan didalam pelaksanaan tugas Kepengawasan dan menejeririal pendidikan yang meliputi tiga aspek yaitu supervisi, pengendalian dan inspeksi kependidikan.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, guru, pengawas maupun kepala sekolah, dituntut keprofesionalannya untuk melaksanakaan tugas pokok dan fungsinya sesuai tuntutan kompetensi guru, pengawas maupun kepala sekolah yang tertuang dalam Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas nomor 12 tahun 2007 tentang Pengawas. Guru sebagai penjamin mutu pendidikan di ruang kelas, sementara pengawas dan kepala sekolah adalah penjamin mutu pendidikan dalam wilayah yang lebih luas lagi. Pada era otonomi sekarang ini, sekolah harus berubah kearah yang sesuai dengan tuntutan masa, agar tidak ketinggalan zaman. Jam'an Satori (1999) dalam Dadang Suhardan (2006 : 8-9) menyatakan bahwa : 

...perubahan yang seharusnya terjadi di sekolah pada era otonomi pendidikan terletak pada : (1). Peningkatan kinerja staf, (2). Pengelolaan sekolah menjadi berbasis lokal, (3). Efisiensi dan efektivitas pengelolaan lembaga, (4). Akuntabilitas, (5). Transparansi, (6). Partisipasi masyarakat, (7) Profesionalisme pelayanan belajar, dan (8). Standarisasi.

Kedelapan aspek tersebut seharusnya membawa sekolah kepada keunggulan mutu lembaga, sebab sekolah memiliki keleluasaan dalam melaksanakan peningkatan mutu layanan belajar, namun kenyataannya belum terjadi. Menurut Dadang Suhardan (2006 : 9) : "...Sekolah-sekolah kini belum mampu memberi layanan belajar bermutu karena belum mampu memberi kepuasan belajar peserta didiknya"

Usaha apapun yang telah dilakukan pemerintah mengawasi jalannya pendidikan untuk mendobrak mutu bila tidak ditindak lanjuti dengan pembinaan gurunya, maka tidak akan berdampak nyata pada kegiatan layanan belajar dikelas. Kegiatan pembinaan guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam setiap usaha peningkatan mutu pembelajaran. Disatu pihak peranan pengawas dan kepala sekolah didalam pembinaan dan pengembangan kompetensi profesional guru sangat signifikan terhadap produktivitas dan efektifitas kinerja guru tersebut.

Kinerja pengawas satuan pendidikan yang profesional tampak dari unjuk kerjanya sebagai pengawas dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya menampilkan prestasi kerja atau performance hasil kerja yang baik, serta berdampak pada peningkatan prestasi dan mutu sekolah binaannya. Dalam MBS misalnya, kinerja pengawas tentunya juga akan nampak secara tidak langsung dalam mengupayakan bagaimana Kepala Sekolah : memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia, terwujudkannya visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Bagaimana kemampuan manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah mampu mengambil inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.

Kinerja pengawas satuan pendidikan juga tampak dampaknya pada bagaimana guru menerapkan PAKEM (pembelajaran siswa yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan), bagaimana pemahaman guru tentang implikasi dari implementasi MBS, penilaian portofolio dalam penilaian (Masdjudi, 2002).

Selain itu kinerja pengawas satuan pendidikan juga berkaitan dengan kiprah dan keberadaan komite sekolah dan peran serta orang tua dan masyarakat dalam pendidikan.

Jadi kinerja pengawas diartikan sebagai unjuk kerja atau prestasi kerja yang dicapai oleh pengawas yang tercermin dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, kreativitas dan aktivitasnya dalam proses kepengawasan, komitmen dalam melaksanakan tugas, karya tulis ilmiah yang dihasilkan serta dampak kiprahnya terhadap peningkatan prestasi sekolah yang menjadi binaannya.

Agar mutu lulusan meningkat, pengawas, kepala sekolah dan guru serta staf bekerja sama dalam mengupayakan kelancaran proses belajar sebagai upaya mengadakan perubahan yang dapat meningkatkan produktivitas sakolah. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini hendaknya melaksanakan fungsi fungsi kepemimpinan, baik yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan yang efektif dan efisien menuju produktifitas yang bermutu. Seperti yang diungkapkan oleh Widodo S (2007) bahwa;

Satu hal yang perlu disadari adalah bahwa produktifitas pendidikan harus dimulai dari menata SDM tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Hal kedua adalah bahwa penataan SDM harus dilaksanakan dengan prinsip efektifitas dan efisien karena efektifitas dan efisien adalah kriteria dan ukuran yang mutlak bagi produktifitas pendidikan untuk menghasilkan lulusan baik secara kuantitas maupun kualitas.

Fenomena di lapangan, khususnya di Kota Administrasi X menunjukkan bahwa produktifitas sekolah di SMPN perlu ditingkatkan diantaranya dengan mengoptimalkan kinerja pengawas dan kepemimpinan kepala sekolah.

B. Identifikasi masalah
Sebagaimana dikemukakan dalam latar belakang masalah, pada organisasi pendidikan terutama sekolah menghadapi berbagai masalah dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan terutama program pembelajaran.

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah tidak terlepas dari peranan pengawas, kepala sekolah dan guru. Tugas pokok guru adalah mengajar dan membantu siswa menyelesaikan masalah masalah belajar dan perkembangan pribadi dan sosialnya. Kepala sekolah memimpin guru dan siswa dalam proses pembelajaran serta membantu mengatasi masalah yang dihadapi. Pengawas melakukan supervisi dan memberikan bantuan kepada kepala sekolah, guru dan siswa dalam mengatasi persoalan yang dihadapi selama proses pendidikan berlangsung.

Terdapat berbagai pemicu timbulnya permasalahan di lingkungan sekolah yang terkait dengan pengelolaan sekolah dan kegiatan belajar mengajar, masalah tersebut diantaranya berhubungan dengan kinerja pengawas, serta kepemimpinan kepala sekolah yang belum maksimal dalam upaya peningkatan produktivtas sekolah

Terkait dengan masalah tersebut di atas, seharusnya ada penerapan pengelolaan sekolah secara terpadu, terutama yang ada pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas sekolah, seperti :
1. Pemberian motivasi kepada guru guru untuk melaksanakan program kegiatan belajar mengajar sesuai dengan yang diharapkan.
2. Membangun rasa percaya diri kepada guru guru agar mempertinggi semangat kerja untuk berbuat yang maksimal.
3. Menciptakan suasana yang kondusif, dan iklim kerja yang mendukung terciptanya suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Beberapa Sekolah Menengah Pertama Negeri yang terdapat di Kota Administrasi X, diduga belum melaksanakan pengelolaan sekolah secara maksimal terutama yang dikaitkan dengan peran kinerja pengawas dan kepemimpinan kepala sekolah dalam menjalankan visi, misi dan tujuan sekolah dalam rangka untuk mencapai peningkatkan produktivitas sekolah sebagaimana yang diharapkan.
Pengawasan/supervisi pendidikan bermaksud meningkatkan kemampuan profesional dan teknis bagi guru, kepala sekolah dan personil sekolah lainnya agar proses pendidikan di sekolah lebih berkualitas.

Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah hendaknya memberikan motivasi kepada guru, sehingga guru guru terdorong untuk melakukan proses pembelajaran dengan baik, dan menghasilkan kinerja yang maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran. Maka dari itu harus ada kerjasama antara kepala sekolah dan guru guru untuk mencapai produktivitas sekolah yang baik. Kepala sekolah harus membuat pembaharuan, memberikan motivasi yang tinggi, memiliki visi ke depan. Begitu halnya dengan guru harus meningkatkan kinerjanya secara maksimal serta mengembangkan ilmu pengetahuan melalui pelatihan pelatihan agar tercapai kualitas sekolah yang diharapkan dalam peningkatan produktivitas sekolah.

Produktivitas sekolah yang baik dan bermutu akan menjadikan sekolah yang unggul dan pavorit. Sekolah yang menghasilkan siswa yang bermutu tentunya merupakan kepuasan bagi masyarakat dan orang tua.
Adapun Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitiannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran kinerja pengawas di SMP Negeri Kota Administrasi X ?
2. Bagaimana gambaran kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri Kota Administrasi X ?
3. Bagaimana gambaran peningkatan produktivitas sekolah di SMP Negeri Kota Administrasi X ?
4. Seberapa besar pengaruh kinerja pengawas terhadap peningkatan produktivitas sekolah di SMP Negeri Kota Administrasi X ?
5. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan produktivitas sekolah di SMP Negeri Kota Aministrasi X ?
6. Seberapa besar pengaruh kinerja pengawas terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri Kota Administrasi X ?
7. Seberapa besar pengaruh kinerja pengawas dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama terhadap peningkatan produktivitas sekolah di SMP Negeri kota Administrasi X.

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuat diskripsi analitis mengenai peran kinerja pengawas dan kepala sekolah sebagai pimpinan yang bertanggung jawab langsung dalam penyelenggaraan pendidikan serta membangun rasa percaya diri kepada guru agar bekerja lebih maksimal. Pengawas, kepala sekolah dan guru berkomunikasi untuk menfokuskan berbagai usaha untuk mencapai produktivitas sekolah yang diharapkan.

Adapun tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana telah disebutkan di atas, yaitu;
1. Untuk mengetahui gambaran kinerja pengawas di SMP Negeri Kota Administrasi X.
2. Untuk mengetahui gambaran kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri Kota Administrasi X.
3. Untuk mengetahui gambaran peningkatan produktivitas sekolah di SMP Negeri Kota Administrasi X.
4. Untuk menganalisa seberapa besar pengaruh kinerja pengawas terhadap peningkatan produktivitas sekolah di SMP Negeri Kota Administrasi X.
5. Untuk menganalisa seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan produktivitas sekolah di SMP Negeri Kota Administrasi X.
6. Untuk menganalisa seberapa besar pengaruh kinerja pengawas terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri Kota Administrasi X.
7. Untuk menganalisa seberapa besar pengaruh kinerja pengawas dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan produktivitas sekolah di SMP Negeri Kota Administrasi X.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Secara teoritis diharapkan dari penelitian ini diperoleh desain pengembangan produktifitas sekolah di SMPN Kota X oleh Pengawas dan kepala sekolah dengan segala aspek-aspek yang mempengaruhi proses implementasinya
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan guru dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam proses kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat lebih meningkatkan kualitas pembelajarannya.
b. Bagi pengawas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dan bahan pertimbangan dalam penetapan model pembinaan dan layanan supervisi terhadap efektivitas mengajar guru di sekolah.
c. Bagi kepala sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dan bahan pertimbangan dalam model pembinaan terhadap guru dan karyawan dalam meningkatkan produktivitas sekolah.
d. Bagi Suku Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Administrasi X.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dan pengembangan serta implementasi supervisi pendidikan dan pembinaan kepala sekolah pada jenjang satuan pendidikan.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 12:38:00