MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI METODE MENDONGENG (PGTK)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang digunakan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa setidaknya setiap orang akan mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan aktivitas berpikir dan perasaannya yang dapat dipahami dan dimaknai bersama oleh orang yang mendengarkannya (Yusuf, 2000)
Pengembangan bahasa merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya, mengingat bahasa merupakan pusat dari pengembangan aspek-aspek lainnya (Dhieni dkk, 2005).
Pendidikan bahasa untuk anak merupakan upaya sadar dalam meningkatkan kemampuan bahasa bagi anak, agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya (Somantri, 2000). Santrock (2002) mengemukakan bahwa masa anak-anak merupakan periode yang sangat penting untuk belajar bahasa, jika pengenalan bahasa tidak dilakukan sebelum masa remaja maka seumur hidup anak akan mengalami ketidakmampuan dalam menggunakan tata bahasa yang baik. Untuk itu pengenalan bahasa pada anak sejak usia dini dapat membantu anak untuk memperoleh keterampilan bahasa yang lebih baik. (Adamson; Schegloff dalam Santrock, 2002).
Perkembangan bahasa pada anak usia dini meliputi keterampilan mendengar atau menyimak, berbicara, membaca dan menulis sebagaimana yang terdapat di dalam kurikulum TK tahun 2004. Sedangkan menyimak merupakan awal dari keterampilan bahasa lainnya, karena di dalam kompetensi hasil belajar anak harus terlebih dahulu mampu mendengar sebelum berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.
Sutanto (2001) menandaskan juga bahwa kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat sosialisasi. Sutanto (2001) menjelaskan bahasa merupakan suatu cara merespons orang lain sehingga keterampilan berbahasa dengan cara menyimak sangat dibutuhkan untuk anak-anak taman kanak-kanak. Karena pada anak-anak usia dini ini, bila kemampuan menyimaknya sudah baik dan benar, merupakan modal bagi mereka dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang akan didapatinya kelak di kemudian hari.
Agustin (2008 : 74) berpendapat bahwa kecerdasan bahasa merupakan kecerdasan manusia pertama yang sangat diperlukan untuk bermasyarakat, baik dalam bentuk berbicara, membaca maupun menulis. Di dalam berbicara memungkinkan anak menyebutkan objek nyata yang ada di sekitarnya, biasanya terhadap perkembangan jiwa sesuai dengan pengalaman hidup dan kecerdasan anak (Abdul Azis, 2005 : 35).
Musfiroh (Agustin 2008 : 35) , berpendapat bahwa anak yang cerdas dalam linguistik memiliki keterampilan menyimak yang baik, cepat menangkap informasi melalui bahasa, serta mudah menghafal pesan, kata-kata lirik, bahkan sampai hal terkecil seperti nama, tempat dan tanggal. Menyimak sebagai salah satu sarana penting penerimaan komunikasi.
Keterampilan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, dan merupakan komunikasi tatap muka menurut Brooks; 1964 (Henry G. Tarigan, 1986 : 3). Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengar lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Sutanto, 2001).
Menurut Subyakto (2005 : 21) , proses menyimak dari anak usia dini memerlukan sejumlah kemampuan sebagai berikut :
"Setiap anak yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan. Pada saat menyimak menangkap bunyi bahasa, anak harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian, bunyi yang ditangkap perlu di identifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik, bunyi yang sudah di identifikasi itu, harus di identifikasi dan di pahami maknanya, dalam hal ini anak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non linguistik , makna yang sudah di identifikasi dan dipahami harus pula ditelaah, dikaji, dipertimbangkan dan di kaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki anak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi, melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan. Kecermatan menanggapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi atau menanggapi"
Proses kegiatan belajar mengajar, anak harus banyak terlibat langsung dalam proses menyimak dan berusaha untuk memahami apa yang mereka simak, kemampuan menyimak anak bervariasi, dan guru hendaklah mampu memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyimak, anak harus sering mengikuti aktivitas berbahasa lisan dan sering berlatih menyimak dalam berbagai macam situasi. Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik sebelum, sedang maupun setelah proses menyimak berlangsung (Subyakto, 2005 : 21). Artinya kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase menyimak. Memusatkan perhatian pada sesuatu berarti yang bersangkutan memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu. Disamping kemampuan memusatkan perhatian, masih ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak, yakni kemampuan mengingat. Kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal yang akan disampaikan, pada saat menyimak berlangsung kemampuan mengingat digunakan untuk mengingat bunyi yang sudah didengar untuk mengidentifikasi dan menafsirkan makna bunyi bahasa.
Kendala yang ada dalam proses kegiatan menyimak di taman kanak-kanak, dikarenakan selama ini guru belum menguasai teknik yang menarik dan efektif dalam pembelajaran menyimak. Guru berperan sangat besar dalam meningkatkan kemampuan menyimak, tanpa guru sadari bahwa pembelajaran saat ini lebih menekankan kepada keterampilan membaca dan menulis saja, semua ini tuntutan dari para orang tua yang menginginkan anaknya menjadi orang yang pandai. Dalam hal ini orang tua mengabaikan kemampuan menyimak, padahal kemampuan menyimak merupakan landasan kemampuan membaca dan menulis.
Mendongeng sebagai salah satu dari pembelajaran bahasa tidak bisa lepas dari dunia anak-anak. Di Taman Kanak-kanak mendongeng dijadikan sebagai kegiatan pembelajaran sehari-hari atau kegiatan terencana, yang dalam kegiatan sehari-harinya mendongeng dapat dilakukan secara spontan/berdasarkan keinginan anak, sesuai dengan rencana pembelajaran atau sebagai media evaluasi bagi anak, yang mana anak memperoleh pengalaman atau pengetahuan mengenai hal yang telah anak dengar dari isi dongeng tersebut.
Sarana dalam mengekspresikan, ide, gagasan dan pengalaman-pengalaman yang telah dialami, kegiatan mendongeng memiliki peranan yang sangat penting untuk perbendaharaan kosa kata anak, sehingga perbendaharaan kosa kata anak bertambah melalui dongeng yang dibacakan oleh guru atau orang tua. Hal tersebut di dukung oleh Dawson dalam Tarigan (1980) dalam penelitiannya, bahwa "Kosa kata mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung, seandainya muncul kata-kata yang baru dalam buku bacaan atau dongeng siswa, maka guru menjelaskan kepada anak agar anak memahami arti dari kata tersebut"
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK X, terlihat bahwa masih terdapat masalah yang berkaitan dengan rendahnya keterampilan menyimak anak di Taman Kanak-kanak tersebut. Hal ini terlihat dari beberapa indikasi berikut : Masih kurangnya minat anak dalam pembelajaran di bidang pengembangan bahasa terutama menyimak, kurangnya perhatian anak terhadap pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, hal ini terlihat dari beberapa anak tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru setelah pembelajaran selesai dan belum dapat mengingat pesan atau pelajaran yang disampaikan gurunya.
Menyimak adalah proses penerimaan, maka sangatlah sulit bagi guru untuk mengetahui apa yang sedang dialami anak didiknya (Tarigan 1986). Guru terkadang menemukan kesulitan untuk menciptakan suasana kelas di mana anak-anak dapat memperoleh hasil yang maksimal dari kemampuan menyimak mereka. Jika guru-guru beranggapan bahwa tugas mereka adalah untuk mengendalikan tingkah laku anak-anak, maka para guru akan menemukan kesulitan dalam menciptakan suasana informal yang penting bagi anak-anak berbicara dan mendengarkan sesamanya. Dalam hal ini guru mencoba menggunakan atau menerapkan metode mendongeng untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada anak, sehingga anak tidak bosan atau jenuh dengan penyampaian materi dalam bidang pengembangan bahasa dengan berlatih berbicara serta menyimak secara aktif.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan utama dalam penelitian ini difokuskan pada pembahasan "bagaimana meningkatkan kemampuan menyimak pada anak Taman Kanak-kanak melalui metode mendongeng ?".
Permasalahan tersebut diuraikan dalam bentuk rincian pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi awal kemampuan menyimak anak di TK X ?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran bahasa dengan menggunakan metode mendongeng untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak ?
3. Bagaimana kemampuan menyimak pada anak di TK X setelah menggunakan metode mendongeng ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai peranan aktivitas mendongeng dalam meningkatkan kemampuan menyimak anak. Adapun secara lebih khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi awal kemampuan menyimak anak di TK X.
2. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran bahasa dengan menggunakan metode mendongeng terhadap peningkatan kemampuan menyimak anak TK X.
3. Mengetahui dan memperbaiki kemampuan menyimak/mendengar anak setelah pelaksanaan pembelajaran metode mendongeng di terapkan di TK tersebut.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau acuan untuk menyusun langkah-langkah yang efektif dalam meningkatkan kemampuan menyimak anak melalui metode mendongeng dalam pengembangan bahasa, khususnya untuk anak usia TK.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak :
a. Guru Taman Kanak-kanak. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi inovasi terhadap upaya-upaya peningkatan kualitas pengembangan kemampuan berbahasa khususnya dalam menyimak pada anak TK. Dan juga lebih memperhatikan kebutuhan anak dalam menyampaikan materi pembelajaran yang akan disampaikan.
b. Bagi anak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak dalam belajar, dapat berpikir kritis serta melatih keterampilan belajar dan juga dapat menerima isi atau pesan yang tersirat dalam proses pembelajaran.
c. Pihak Sekolah. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pengadaan fasilitas sarana, prasarana, media, dan sumber belajar yang belum tersedia.
d. Orang Tua. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi dan masukan bahwa dengan sering membacakan dongeng atau cerita kepada anak dapat meningkatkan keterampilan berbahasa khususnya mendengar, sehingga anak lebih cepat dan lebih baik lagi dalam meningkatkan kemampuan berbicara.