Cari Kategori

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode Resitasi Pada Sub Pokok Bahasan Relasi Dan Fungsi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII

(Kode PENDMIPA-0024) : Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode Resitasi Pada Sub Pokok Bahasan Relasi Dan Fungsi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri X Tahun Pelajaran X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan di bidang ilmu pendidikan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat di berbagai bidang. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menopang perkembangan IPTEK tersebut. Lembaga pendidikan merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan SDM. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila bidang pendidikan mendapat perhatian, penanganan dan prioritas yang baik dari pemerintah, masyarakat maupun para pengelola pendidikan. Sebagai negara berkembang, cara untuk mengejar ketinggalannya di bidang IPTEK adalah dengan melaksanakan pembangunan di bidang pendidikan.
Lembaga pendidikan merupakan lembaga dimana setiap peserta didik disiapkan menjadi SDM yang berkualitas. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal, di dalamnya terjadi proses belajar mengajar. Pada dasarnya proses belajar mengajar terdiri dari tiga komponen yaitu pengajar (guru), bahan ajar (materi), dan yang diajar (siswa). Peran guru sangat penting karena ia berfungsi sebagai komunikator yaitu menyampaikan pesan (materi) kepada siswa yang diadopsi sebagai bekal siswa setelah menyelesaikan studinya.
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, tepat pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah guru harus menguasai teknik-teknik penyajian materi, atau biasanya disebut metode pembelajaran. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu metode ceramah, ekspositori, demonstrasi, drill, latihan, tanya jawab, penemuan, pemecahan masalah, inkuiri, laboratorium, kegiatan lapangan, permainan dan resitasi (penugasan). Pemilihan metode pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal, seperti materi yang disampaikan, tujuan, waktu yang tersedia, siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Metode pembelajaran merupakan faktor penting dalam menentukan prestasi belajar matematika siswa. Kurang tepatnya seorang guru dalam memilih suatu metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar, yang akhirnya akan bermuara pada keoptimalan prestasi belajar siswa. Hal ini karena metode pembelajaran merupakan cara yang tepat dan telah direncanakan dengan baik oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga tercapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Sehingga guru harus dapat memilih dan menggunakan metode yang tepat untuk menyampaikan materi kepada siswa.
Belajar matematika pada dasarnya merupakan belajar konsep, sedangkan konsep-konsep dasar matematika merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Pembelajaran matematika harus dimulai dari hal-hal yang sifatnya umum ke halhal yang lebih khusus dan harus memperhatikan urutan dari beberapa konsep. Suatu konsep harus diajarkan lebih dulu jika konsep itu akan diperlukan pada pembelajaran konsep berikutnya.
Untuk meningkatkan pemahaman konsep itu diperlukan latihan memecahkan persoalan yang berkaitan dengan konsep itu. Ini berarti guru dituntut untuk memberikan latihan dan tugas dan siswa harus bersedia mengerjakan tugas dan latihan tersebut. Dengan demikian belajar matematika tidak hanya mendengarkan guru menerangkan di depan kelas saja namun kegiatan belajar matematika mencakup kegiatan di rumah, di perpustakaan, di laboratorium, dan lain-lain.
Pada jenjang pendidikan SMP, materi yang diajarkan pada kelas VIII semester I meliputi Relasi dan Fungsi, Kuadrat dan Akar Kuadrat Suatu Bilangan, Teorema Pythagoras, Garis-garis Sejajar, Jajar Genjang, Belah Ketupat, Layanglayang dan Trapesium, Perbandingan, Waktu, Jarak dan Kecepatan serta Tempat Kedudukan.
Pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi keaktifan siswa sangat diperlukan karena pokok bahasan ini banyak menuntut siswa untuk dapat mengkonstruksikan dan memahami materi secara mendalam. Materi ini bukan materi hafalan sehingga jika siswa belum memahami konsepnya maka siswa akan kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah metode resitasi atau penugasan, karena metode ini menuntut siswa untuk selalu belajar dan mengevaluasi tugas-tugas yang diberikan guru. Dengan demikian diharapkan siswa akan lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan dan tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.
Dalam proses belajar mengajar, faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar ada dua yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa misalnya kemampuan awal yang dimiliki siswa. Kemampuan awal tiap-tiap siswa tentunya berbeda antara siswa yang satu dengan yang lain. Dengan adanya perbedaan ini maka akan menimbulkan adanya perbedaan penerimaan materi pelajaran dan perbedaan hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin dikarenakan kurang tepatnya pemilihan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru matematika dalam menyampaikan materi, sehingga banyak konsep yang tidak dipahami siswa.
2. Metode pembelajaran merupakan salah satu penunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Metode konvensional adalah salah satu metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar karena dapat digunakan di berbagai kondisi dan situasi sekolah. Namun pada kenyataannya prestasi belajar matematika siswa masih rendah. Hal ini mungkin karena pada metode konvensional siswa tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode resitasi yang menuntut keaktifan siswa mungkin dapat memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional.
3. Sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi merupakan salah satu sub pokok bahasan yang diajarkan di kelas VIII semester I. Relasi dan Fungsi merupakan sub pokok bahasan yang seharusnya mudah dipahami dan dimengerti siswa, namun pada kenyataannya masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal pada sub pokok bahasan tersebut. Perbedaan tingkat pemahaman siswa pada sub pokok bahasan ini mempengaruhi prestasi belajar.
4. Adanya perbedaan tingkat kemampuan awal siswa dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar matematika siswa.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka terdapat berbagai macam masalah dalam penelitian. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan agar penelitian ini dapat dikaji lebih mendalam untuk memperoleh hasil yang maksimal yaitu sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang digunakan dibatasi metode resitasi yaitu pemberian tugas dan latihan yang diberikan pada saat proses belajar mengajar (untuk kelas eksperimen) dan metode konvensional (untuk kelas kontrol).
2. Kemampuan awal dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan awal siswa pada mata pelajaran matematika yang diambil dari nilai tes awal yang diberikan sebelum penelitian dilakukan.
3. Prestasi belajar pada penelitian ini adalah hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar pada pokok sub bahasan Relasi dan Fungsi yang dilakukan pada akhir penelitian.
4. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester I SMP Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran resitasi dengan metode pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi?
2. Apakah terdapat pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi ?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran resitasi dengan metode pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi?
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi?
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan Relasi dan Fungsi.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:
1. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru matematika dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat dijadikan alternatif lain selain metode konvensional yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
2. Memberikan masukan kepada guru atau calon guru matematika tentang pengaruh kemampuan awal siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan atau referensi untuk meneliti pada mata pelajaran lain atau permasalahan lain yang prosedur penelitiannya hampir sama.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 22:35:00

Eksperimentasi Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) Pada Limit Fungsi Aljabar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas XI

(Kode PENDMIPA-0025) : Eksperimentasi Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) Pada Limit Fungsi Aljabar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas XI-IA Semester 2 SMA X Tahun Pelajaran X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di dalam dunia pendidikan, mata pelajaran matematika tergolong mata pelajaran yang sulit. Hal ini terlihat dari hasil atau nilai tes yang diperoleh siswa menunjukkan nilai yang kurang memuaskan. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, pemerintah telah berupaya untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan cara pengubahan kurikulum, penggunaan metode baru dalam pembelajaran, dan lain sebagainya. Namun hasil yang diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan terutama matematika.
Metode dan kurikulum merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi siswa yang berasal dari luar. Selain itu, faktor yang berasal dari dalam diri siswa juga sangat berpengaruh yaitu aktivitas belajar, kemampuan awal, minat, dan lain sebagainya.
Mutu pendidikan ditingkatkan dengan memperbaiki mutu pembelajaran. Dimana pembelajaran itu sendiri merupakan perpaduan antara kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru. Mengajar tidak hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa siswa belajar aktif untuk mencapai perubahan tingkah laku. Namun pada praktiknya banyak dijumpai guru yang gagal membawa siswanya belajar, mungkin dikarenakan penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat. Guru yang mengajar seolah-olah hanya dia yang paling tahu dan menguasai, menjawab semua soal dan pertanyaan yang diajukan olehnya ataupun siswanya untuk berinteraksi dalam menjawab akan mengesankan bahwa yang belajar bukannya siswa tetapi guru.
Matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah atau yang biasa disebut matematika sekolah berbeda dengan matematika sebagai ilmu. Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpedoman pada perkembangan IPTEK. Atas dasar hal tersebut guru seharusnya dapat mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan materi dan keterampilan matematika tetapi juga menanamkan nilai-nilai matematika dalam diri siswa. Hasil akhir yang diharapkan dari belajar matematika adalah dapat membawa siswa dalam mencapai kedewasaan baik dalam berfikir, bersikap, dan bertindak, bukannya putus asa jika tidak bisa mengerjakan dengan benar dan tidak bisa memahami konsep dengan cepat.
Pada proses belajar mengajar matematika, suatu metode pembelajaran belum tentu cocok untuk setiap materi pokok yang ada. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang berlaku sekarang ini terdapat beberapa metode yang dapat dipergunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran diantaranya Student Team Achievement Division (STAD), Problem Based Learning (PBL), Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK), dan sebagainya.
Pada proses belajar mengajar guru dihadapkan pada siswa dengan aktivitas belajar yang berbeda-beda dalam belajar matematika. Belajar pada prinsipnya adalah perbuatan untuk mengubah tingkah laku, sehingga belajar adalah aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Begitu pula dengan belajar matematika diperlukan aktivitas belajar, karena belajar matematika adalah belajar konsep dari yang sederhana sampai yang bersifat kompleks. Namun pada kenyataannya karena terbatasnya waktu, pembelajaran matematika sekarang ini masih banyak bertumpu pada aktivitas guru dimana siswa masih dibatasi aktivitasnya berdasarkan perintah guru. Hal ini menyimpang dari arti belajar yang sebenarnya, akibatnya hasil belajar matematika siswa kurang memuaskan.
Salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi Limit Fungsi yaitu pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan siswa yang rata-ratanya masih rendah. Pada materi ini siswa mengalami kesulitan dalam menghitung nilai limit fungsinya. Dalam menentukan limit fungsi aljabar di suatu titik dan di titik tak terhingga siswa kesulitan untuk memilih cara mana yang sesuai untuk menyelesaikan soal karena belum bisa mencermati bentuk-bentuk soalnya. Selain itu siswa juga kesulitan dalam memfaktorkan, mengalikan dengan faktor sekawan, membagi dengan pangkat tertinggi, dan mengaplikasikan sifat-sifat limit fungsi untuk mencari nilai limit suatu fungsi.
Untuk mengatasi hal ini, penulis tertarik untuk menerapkan metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar. Di dalam metode ini kelas disusun atas kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas empat atau lima siswa dengan kemampuan berbeda yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Siswa diharapkan dapat bekerja sama dalam kelompok tersebut dan bertanggung jawab atas ketuntasan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Adapun aktivitas siswa antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong anggota kelompok untuk berpartisipasi secara aktif, berdiskusi, dan sebagainya.
Kelebihan dari metode PISK ini adalah siswa akan lebih memahami apa yang diperolehnya, karena siswa mencari sendiri pengetahuan tentang materi tersebut. Selain itu, siswa dapat bekerja sama dan berinteraksi dengan anggota kelompoknya sehingga dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam KBM. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh metode PISK tersebut diharapkan dapat memberikan solusi yang baik untuk mengatasi kesulitan siswa khususnya pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, meningkatkan prestasi belajar, dan penyimpanan materi pelajaran lebih lama.
Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti apakah penggunaan metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) ditinjau dari aktivitas belajar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar menjadi lebih baik khususnya mata pelajaran matematika pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat muncul masalahmasalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagi seorang guru, mengajar tidak hanya memindahkan pengetahuan tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa siswanya belajar, namun pada praktiknya banyak dijumpai guru yang gagal membawa siswanya belajar yang mungkin dikarenakan penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat. Terkait dengan hal ini, dapat diselidiki apakah jika metode pembelajaran guru matematika diubah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Matematika sekolah berbeda dengan matematika sebagai ilmu, sehingga guru dalam mengajar seharusnya tidak hanya sekedar menyampaikan materi dan keterampilan matematika tetapi juga menanamkan nilai-nilai matematika dalam diri siswa. Sehubungan dengan hal ini, dapat diteliti apakah jika guru dalam mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan materi dan keterampilan matematika tetapi juga menanamkan nilai-nilai matematika dalam diri siswa akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Limit Fungsi Aljabar masih dipandang sebagai materi yang sulit oleh siswa. Hal ini dikarenakan guru dalam mengajarkan Limit Fungsi Aljabar menggunakan metode konvensional sehingga siswa pasif dalam belajar. Sehubungan dengan hal ini dapat diteliti apakah jika guru mengganti metode konvensional dengan pembelajaran kooperatif dalam mengajarkan Limit Fungsi Aljabar, siswa dapat aktif belajar sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat.
4. Pembelajaran matematika masih banyak bertumpu pada aktivitas guru dimana siswa masih dibatasi aktivitasnya oleh perintah guru, akibatnya hasil belajar matematika siswa kurang memuaskan. Terkait dengan hal ini, dapat diteliti apakah benar bahwa rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan oleh rendahnya aktivitas belajar siswa.

C. Pemilihan Masalah
Suatu hal yang tidak mungkin untuk melakukan penelitian dengan banyak pertanyaan penelitian dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, dalam penelitian ini hanya akan dicoba untuk meneliti masalah penelitian yang pertama, ketiga, dan keempat yaitu yang terkait dengan perbaikan metode pembelajaran dalam mengajarkan sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar dan aktivitas belajar siswa.

D. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah maka penulis akan membatasi masalah tersebut sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang digunakan ada dua yaitu metode konvensional untuk kelas kontrol dan metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) untuk kelas eksperimen.
2. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas siswa dalam belajar matematika yang dibedakan dalam tiga kategori yaitu aktivitas belajar tinggi, sedang, dan rendah.
3. Prestasi belajar dibatasi pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.
4. Penelitian dilakukan di SMA X pada kelas XI-IA semester 2 tahun pelajaran XXXX/XXXX.
5. Uji coba instrumen yang berupa tes dan angket dilaksanakan di SMA X pada kelas XI-IA semester 2 tahun pelajaran XXXX/XXXX pada tanggal 22 Mei XXXX.

E. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, secara tegas dapat dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada metode konvensional pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar?
2. Apakah aktivitas belajar matematika siswa yang tinggi dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada aktivitas belajar siswa yang sedang dan rendah pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar?
3. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan aktivitas belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar?

F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah metode Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada metode konvensional pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.
2. Untuk mengetahui apakah aktivitas belajar matematika siswa yang tinggi dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada aktivitas belajar siswa yang sedang dan rendah pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.
3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan aktivitas belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.

G. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini penulis berharap semoga hasilnya dapat berguna untuk:
1. Memberi masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.
2. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih memperhatikan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar khususnya pada sub pokok bahasan Limit Fungsi Aljabar.
4. Memperluas wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam tahapan proses pembinaan diri sebagai calon pendidik.
5. Bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian sejenis.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 22:35:00

Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Program Linear Pada Siswa Kelas II SMA Negeri X

(Kode PENDMIPA-0022) : Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Program Linear Pada Siswa Kelas II SMA Negeri X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Setiap bidang kehidupan di masyarakat terdapat proses pendidikan, baik yang disengaja maupun secara tidak sengaja. Pada pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari tujuan pendidikan yang akan dicapai karena tercapai tidaknya tujuan pendidikan merupakan tolak ukur dari keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional disesuaikan dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia, sehingga tujuan pendidikan bersifat dinamis.
Di sekolah, tujuan pendidikan dioperasionalkan menjadi tujuan pembelajaran dari bidang studi yang diberikan guru di kelas, diantaranya pembelajaran matematika yang menggiring siswa memiliki kemampuan berpikir obyektif, kritis, cermat, analitis dan logis. Untuk memenuhi tujuan tersebut, kemampuan utama dan pertama yang harus dimiliki setiap peserta didik adalah kemampun membaca, menulis dan berhitung. Pencapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran matematika dapat dinilai salah satunya dari keberhasilan siswa dalam memahami matematika dan memanfaatkan pemahaman ini untuk menyelesaikan persoalan dalam matematika maupun dalam ilmu-ilmu lain dan diukur dengan tes hasil belajar siswa. Hasil belajar ini merupakan prestasi belajar matematika.
Berdasarkan kenyataan yang ada prestasi belajar matematika SMA dewasa ini masih rendah. Rendahnya prestasi ini ditunjukkan antara lain dengan rendahnya nilai matematika baik dalam raport, ulangan harian, ulangan umum dan UAN . Selain itu nilai matematika juga sering menempati urutan terakhir dalam peringkat nilai-nilai mata pelajaran yang diperoleh siswa.
Banyak unsur yang secara bersama-sama dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika. Diantara unsur–unsur yang mempengaruhi antara lain: siswa, pendidik/guru, metode pembelajaran, lingkungan. Ditinjau dari diri siswa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa antara lain faktor guru, kurikulum, sarana, prasarana, lingkungan sosial. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain minat, bakat, kemampuan verbal, kemampuan non verbal, kemampuan komputasi, kemampuan pandang ruang.
Rendahnya kemampuan dalam faktor–faktor internal di atas menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika yang ditunjukkan antar lain dengan ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika dan dapat dilihat dari adanya kesalahan penyelesaian soal. Kesalahan ini diketahui guru dalam proses belajar mengajar di kelas maupun dari hasil pekerjaan siswa dalam tes.
Adanya kesalahan penyelesaian oleh siswa dalam soal-soal matematika perlu mendapat perhatian. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam penyelesaian soal perlu diidentifikasi. Informasi tentang kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika dapat digunakan untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar matematika dan akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Clement, bahwa kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan perhitungan disusul kesalahan pemahaman konsep.
Materi matematika SMA terdiri dari banyak topik. Salah satu diantaranya adalah program linear. Program linear merupakan salah satu bagian matematika terapan yang banyak manfaatnya dalam bidang ekonomi, industri, pertanian, perdagangan dan sebagainya. Penguasaan yang baik dalam topik ini akan membantu dalam mempelajari ilmu lain.
Penguasaan siswa atas topik program linear antara lain ditunjukkan dengan kemampuan siswa menyelesaikan soal program linear dengan benar. Namun dari hasil pengalaman peneliti maupun guru di kelas dan dari hasil pekerjaan siswa dalam tes dijumpai berbagai macam kesalahan dalam penyelesaian soal program linear.

B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear di kelas dua semester dua SMA Negeri X tahun ajaran XXXX/XXXX.

C. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear?
2. Apa saja yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal program linear?
3. Apa alternatif solusi yang dilakukan untuk mengatasi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal program linear?

D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear.
2. Mengetahui apa saja yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal program linear.
3. Memberikan alternatif solusi dari kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear

E. Manfaat Penelitian
Informasi tentang kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal program linear terutama jenis-jenis kesalahan yang banyak dilakukan siswa membantu guru dalam :
1. melaksanakan pembelajaran remedial.
2. memberikan petunjuk pada bagaimana guru seharusnya melaksanakan penekanan dalam proses belajar mengajar topik program linear.
3. perencanaan kegiatan pembelajaran tahun berikutnya.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 22:34:00

Pengaruh Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Inkuiri Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Tahun Ajaran X

(Kode PENDMIPA-0021) : Pengaruh Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Inkuiri Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Tahun Ajaran X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di dalam Kebijaksanaan Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dasar Dan Menengah dijelaskan bahwa : “visi pendidikan sains (IPA) adalah mempersiapkan siswa yang melek sains dan teknologi, untuk memahami dirinya dan lingkungan sekitarnya, melalui pengembangan ketrampilan proses, sikap ilmiah, ketrampilan berfikir, penguasaan konsep sains yang esensial, dan kegiatan teknologi, dan upaya pengelolaan lingkungan secara bijaksana yang dapat menumbuhkan sikap pengagungan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”.
Dapat diartikan di sini bahwa hakikat tujuan IPA adalah untuk menghhantarkan siswa menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari. Kata menguasai di sini mengisayaratkan bahwa pendidikan IPA harus menjadikan siswa tidak sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing) tentang konsep-konsep IPA, melainkan harus menjadikan siswa untuk mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain.
Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam. Fisika sendiri mulai diajarkan pada siswa SMP dengan nama mata pelajaran sains, meskipun dasardasar sudah diberikan sejak SD. Menurut Y. Padmono (2000 : 141), “Fisika pada khususnya dan IPA pada umumnya sebagai hasil dari kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan, pengujian”.
Menurut Y. Padmono (2000 : 142 ), “Secara umum IPA memiliki tiga sifat dasar atau hakikat yaitu (a) kontent atau produk, (b) proses, (c) sikap “. IPA sebagai produk merupakan produk ilmu pengetahuan baik itu sebagai teori, konsep, hipotesis, atau postulat. Selanjutnya IPA sebagai proses pada hakikatnya merupakan suatu cara untuk memecahkan masalah dengan prosedur tertentu mengenai gejala alam. Sedangkan IPA sebagai sikap merupakan cara memandang terhadap gejala-gejala alam dalam rangka memahami gejala alam tersebut. Sesuai hakikat atau sifat dasarnya maka tujuan pendidikan/pembelajaran IPA adalah tidaklah hanya sekedar agar siswa diharapkan terbentuk kemampuannya dalam memecahkan masalah mengenai alam sekitar sesuai dengan cara/proses yang dikehendaki dalam IPA.
Sejauh mana siswa telah mengerti (understanding) dan tidak hanya sekedar tahu (knowing), tentang konsep IPA yang sudah disampaikan dalam proses pembelajaran.
Telah diketahui bersama bahwa di kalangan siswa SMA, telah berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran Fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat dan motivasi untuk mempelajari Fisika dengan senang hati, merasa terpaksa atau suatu kewajiban, disamping penggunaan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan kuarangnya pelibatan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif tiap akhir catur wulan. Pembelajaran seperti itu akan menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika yang mereka peroleh.
Akibatnya dalam menghadapi tantangan dunia luar atau terjun langsung ke masyarakat maupun dunia kerja mereka hanya menonjolkan pengetahuan/konsep tetapi mereka tidak mengetahuai proses dan bagaimana harus bersikap yang seharusnya diperlihatkan dari konsep fisika tersebut. Ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat sesuai dengan apa yang diharapkan anatar lain inquiry approach, expository approach, mastery learning, dan humanistic education. Didalam pendekatan inkuiri dapat dilukiskan melalui berbagai kegiatan antara lain : guided inquiry/inkuiri terbimbing, modified inquiry/inkuiri termodifikasi, free inquiry/kebebasan inkuiri, inquiry role approach (IRA)/inkuiri pendekatan peranan, dan lain-lain.
Selain itu agar kegiatan pembelajaran dapat sesuai dengan apa yang diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan kemampuan maupun kreatifitas siswa untuk dapat menemukan suatu konsep, baik melalui kegiatan demonstrasi, percobaan, ataupun melalui praktikum atau eksperimen dilaboraturium, yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu konsep dan bagaimana bersikap yang diharapkan dari konsep tersebut. Ada beberapa konsep atau mata pelajaran yang dalam proses pembelajarannya dapat mengembangkan kemampuan maupun kreatifitas siswa untuk dapat menemukan suatu konsep, baik melalui kegiatan demonstrasi, percobaan, ataupun melalui praktikum atau eksperimen dilaboraturium, antara lain : kalor, optik geometri, listrik dinamis, dan-lain-lain.
Pada umumnya hasil belajar dari sebuah proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, kemampuan mengevaluasi, dan kemampuan menciptakan. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Sementara itu, ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik, misal melakukan percobaan di laboraturium dan lainnya.
Bertolak dari latar belakang diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan topik: Pengaruh Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Inkuiri Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Tahun Ajaran XXXX/XXXX.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat di identifikasi sebagai berikut :
1. Dalam kegiatan pembelajaran Fisika diperlukan proses untuk menemukan/mengetahui/mendalami suatu konsep fisika.
2. Hasil belajar dari sebuah proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
3. Pendekatan Inkuiri merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran untuk menemukan/mengetahui/mendalami suatu konsep fisika, melalui beberapa kegiatan antara lain : guided inquiry/inkuiri terbimbing dan modified inquiry/inkuiri termodifikasi.
4. Percobaan/eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran sebagai alternatif untuk mengukur tingkat kemampuan psikomotorik siswa.
5. Mata pelajaran yang didalamnya dapat dilakukan kegiatan eksperimen antara lain : kalor, listrik dinamis, dan optik geometri.
6. Pengetahuan yang diperoleh siswa melalui eksperimen dengan pendekatan inkuiri akan sangat membantu siswa dalam memahami konsep.
7. Untuk mengetahui kemampuan psikomotorik dan kognitif dilakukan dengan penilaian.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dibuat pembatasan masalah dalam penelitian ini mengingat kemampuan, biaya dan waktu yang dimiliki penulis. Pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikat :
1. Pokok bahasan yang akan diteliti adalah konsep listrik dinamis SMA.
2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan inkuiri, melalui kegiatan inkuiri terbimbing dan inkuiri termodifikasi.
3. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen.
4. Hasil belajar yang diukur adalah ranah kognitif dan psikomotorik.
5. Penilaian untuk mengetahui kemampuan psikomotorik siswa melalui penilaian selama kegiatan percobaan/eksperimen di laboratorium yaitu kemampuan siswa kemampuan psikomotorik awal siswa dinilai dengan menggunakan tes awal kemampuan menggunakan alat ukur listrik arus DC.
6. Kemampuan awal kognitif siswa dari nilai Fisika pada ulangan umum semester gasal tahun ajaran XXXX/XXXX pada pokok bahasan Listrik Dinamis.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan inkuiri termodifikasi dengan pendekatan inkuiri terbimbing pada pembelajaran fisika dengan metode eksperimen terhadap kemampuan psikomotorik siswa ?
2. Adakah perbedaan pengaruh antara kemampuan kognitif kategori tinggi dengan kemampuan kognitif kategori rendah pada pembelajaran fisika terhadap kemampuan psikomotorik siswa ?
3. Adakah interaksi antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan kemampuan kognitif pada pembelajaran fisika terhadap kemampuan psikomotorik siswa ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan inkuiri termodifikasi dengan pendekatan inkuiri terbimbing pada pembelajaran fisika dengan metode eksperimen terhadap kemampuan psikomotorik siswa.
2. Mengetahui perbedaan pengaruh antara kemampuan kognitif kategori tinggi dengan kemampuan kognitif kategori rendah pada pembelajaran fisika terhadap kemampuan psikomotorik siswa.
3. Mengetahui interaksi antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan kemampuan kognitif pada pembelajaran fisika terhadap kemampuan psikomotorik siswa.

F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :
1. Memberikan masukan bagi guru dalam rangka pemilihan pembelajaran dan metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa.
2. Memberikan masukan kepada guru tentang pengaruh kemampuan penggunaan alat ukur terhadap kemampuan psikomotorik siswa.
3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 22:33:00

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Kelas VII

(Kode PENDMIPA-0020) : Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Kelas VII

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia diselenggarakan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya pemerintah diwujudkan dengan memperbaiki kurikulum. Kurikulum XXXX merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1994 yang mulai diberlakukan pada awal tahun pelajaran XXXX/XXXX. Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kreativitas, kesehatan, akhlak, dan kewarganegaraan yang harus dimiliki oleh lulusan sesuai jenjang pendidikan.
Penerapan kurikulum berbasis kompetensi di SMP sangat dipengaruhi oleh guru dalam menyusun silabus, sistem penilaian dan penerapan penggunaan metode pembelajaran. Penguasaan dan pemahaman suatu ilmu yang akan diajarkan seorang guru kepada siswa harus mempunyai metode pembelajaran yang menarik, mudah untuk dipahami dan dimengerti siswa. Selain hal tersebut, seorang guru dituntut untuk mengenal berbagai jenis metode pembelajaran, agar terampil dan dapat memilih metode pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan karena adanya variasi tujuan pembelajaran yang akan dicapai; adanya lingkungan belajar yang bervariasi dan keadaan siswa yang berbeda-beda. Metode pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan sifat dan hakekat materi pelajaran yang akan disampaikan, sesuai dengan media yang tersedia, tingkat pemahaman, kemampuan dan perkembangan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Penyusunan metode pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan, karena pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membantu tercapainya tujuan pengajaran. Pemilihan metode pembelajaran tidak akan berarti apa-apa, namun metode pembelajaran baru berguna jika metode pembelajaran dapat dipergunakan untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan belajar dapat disusun menjadi daftar berupa perubahan-perubahan yang diinginkan yang hendak dicapai, perubahan-perubahan tersebut antara lain, perubahan dalam artian pengetahuan (kognitif), perasaan atau sikap (afektif) dan perubahan perbuatan (psikomotor).
Menurut Slameto (1995 : 2) belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Disadari atau tidak, dalam satu kelas guru akan menjumpai perbedaan kemampuan awal siswa satu dengan siswa yang lain. Perbedaan ini misalnya dalam kemampuan belajar, cara belajar dan kepribadian masing-masing siswa. Setiap siswa memiliki kemampuan yang beragam dalam menyerap materi pelajaran. Keanekaragaman kemampuan awal siswa akan berpengaruh terhadap penguasaan konesp belajar siswa.
Sebagian besar pembelajaran yang dilakukan di SMP selama ini adalah dengan menggunakan metode ceramah atau kuliah mimbar, keberhasilan metode ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam menguasai bahan, forum/audience dan keterampilan bahasa dan intonasi. Penerapan metode ceramah dapat menimbulkan kejenuhan kepada siswa, kurang dapat merangsang perkembangan kreativitas siswa dan proses belajar terjadi hanya satu arah dari guru kepada siswa.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan adanya pemilihan metode pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran secara tepat, adanya pemilihan metode pembelajaran dan media pembelajaran diharapkan dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep belajar siswa sekaligus siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Penguasaan konsep belajar yang diharapkan adalah masuknya informasi atau pesan pada siswa yang relatif lama dan sulit untuk diubah akibat adanya interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran alternatif untuk mencapai tujuan IPA yang antara lain berupaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama, berpikir kritis, dan meningkatkan prestasi akademik. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran, belajar kelompok memungkinkan siswa terlibat aktif dalam belajar karena siswa mempunyai tanggung jawab belajar yang lebih besar dan memungkinkan berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa. Guru berperan sebagai organisator kegiatan belajar-mengajar, sumber informasi bagi siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar, serta penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa. Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang telah di kembangkan adalah jigsaw, metode jigsaw dapat diterapkan pada ilmu-ilmu sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan bidang studi lain yang tujuan pelajarannya lebih menekankan pada konsep daripada keterampilan.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum. Upaya pembaharuan di dalam pendidikan lebih ditekankan kearah belajar mengajar, di samping menata kembali arah dan tujuan pendidikan. Dahulu, masalah proses belajar mengajar ditekankan melalui bentuk kata-kata sehingga menjurus kearah verbalisme, kemudian orang mulai berpikir ke arah diperlukannya alat bantu pelajaran yang bersifat audio visual, seperti gambar-gambar, slide, model, pita kaset, film bersuara, radio dan televisi. Penggunaan media untuk kepentingan belajar merupakan salah satu bentuk strategi belajar. Media pembelajaran berperan sebagai perantara dalam pembelajaran yang dilakukan antara guru dengan siswa. Media audio merupakan salah satu pilihan dalam meningkatkan penguasaan konsep belajar siswa. Salah satu kelebihan dari media audio adalah untuk mengatasi lemahnya budaya membaca siswa.
Perkembangan teknologi yang semakin tidak terkendali, berpengaruh ke dalam segala aspek kehidupan dan sangat dirasakan oleh khususnya negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dalam dunia pendidikan mengakibatkan berbagai perubahan menuju kearah perkembangan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Penggunaan audio visual, seperti Video Compact Disc (VCD) dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Penayangan film pendidikan dan pengemasan yang menarik dapat membantu mengatasi lemahnya budaya membaca siswa.
Sejalan dengan hal di atas, tulisan ini akan mengkaji tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Kelas VII.

B. Identifikasi Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terstruktur, tentang lingkungan sekitar yang didapatkan dari pengalaman melalui serangkaian kerja ilmiah. Mata pelajaran IPA dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa, serta mencintai dan menghargai kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Mata pelajaran biologi di SMP mempelajari interaksi komponenkomponen yang ada di alam serta upaya-upaya manusia untuk mempertahankan keberadaannya di bumi. Adanya kegiatan belajar mengajar merupakan bagian terpenting yang harus menjadi perhatian dalam upaya peningkatan mutu serta kualitas pendidikan.
Salah satu faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa adalah dalam penggunaan metode pembelajaran oleh guru pada saat menyampaikan materi pelajaran, karena suatu metode pembelajaran belum tentu dapat diterapkan untuk setiap pokok bahasan. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar mengajar dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kemampuan guru untuk menggunakan, menerapkan suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pokok bahasan serta tujuan pengajaran. Peranan guru yang cenderung dominan dibandingkan dengan siswa dipengaruhi oleh pola mengajar yang menempatkan siswa sebagai pendengar dan mencatat tentang apa yang disampaikan guru sehingga menimbulkan kejenuhan dan kebosanan dalam diri siswa saat mengikuti pelajaran.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka dalam penelitian ini muncul beberapa masalah yang dapat dikaji, adapun masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut, yaitu :
Dalam proses pembelajaran guru akan menjumpai kemampuan awal siswa yang beragam. Hal ini akan mempengaruhi penguasaan konsep belajar siswa. Penggunaan metode konvensional yang selama ini untuk menyampaikan materi ekosistem dinilai kurang tepat maka perlu dicari alternatif penggunaan metode pembelajaran lain.
Penerapan metode jigsaw dengan media audio visual diharapkan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam bekerja sama dan kemampuan berpikir kritis, dengan demikian penguasaan konsep belajar siswa pada mata pelajaran biologi akan lebih baik.

C. Pembatasan Masalah
Agar dapat mengkaji dan menjawab suatu permasalahan secara mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada :
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester genap SMP Negeri X, tahun ajaran XXXX/XXXX.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini meliputi :
a) Penguasaan konsep belajar biologi siswa dengan menggunakan metode ceramah bervariasi (tanya jawab, diskusi) pada pokok bahasan ekosistem.
b) Penguasaan konsep belajar biologi siswa dengan menggunakan metode jigsaw dengan media audio visual pada pokok bahasan ekosistem.
c) Kemampuan awal siswa dalam penelitian ini dibatasi pada nilai Ujian Akhir Sekolah siswa kelas VII SMP Negeri X semester 1.

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan adalah :
1. Apakah ada pengaruh penerapan metode jigsaw dengan media audio visual dan metode ceramah bervariasi terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem ?
2. Apakah penguasaan konsep belajar biologi siswa dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa pada pokok bahasan ekosistem ?
3. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh penerapan metode jigsaw dengan media audio visual terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pokok bahasan ekosistem.
2. Penguasaan konsep belajar biologi siswa dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa pokok bahasan ekosistem.
3. Adanya interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pokok bahasan ekosistem.
4. Mengetahui metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep belajar biologi siswa pokok bahasan ekosistem.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi biologi untuk menentukan metode pembelajaran yang digunakan dalam penguasaan konsep belajar siswa pada pokok bahasan ekosistem
2. Memberikan alternatif pembelajaran yaitu penerapan metode jigsaw dengan menggunakan media audio visual terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 22:32:00

Studi Komparasi Pendekatan Konstruktivisme Metode Inkuiri, Demonstrasi Dan Konvensional Ditinjau Dari Prestasi Belajar Biologi Siswa

(Kode PENDMIPA-0019) : Studi Komparasi Pendekatan Konstruktivisme Metode Inkuiri, Demonstrasi Dan Konvensional Ditinjau Dari Prestasi Belajar Biologi Siswa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan IPTEK sekarang ini menuntut adanya perbaikan pada sistem pendidikan nasional dimana sampai saat ini kualitas dan kuantitas pendidikan tetap menjadi masalah yang paling menonjol dalam usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut khususnya dalam lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA), antara lain: pembaharuan kurikulum, penyediaan perpustakaan, penyediaan laboratorium serta pemberian beasiswa kepada siswa. Atas dasar ini diberlakukan Kurikulum 2004 yang memberi penekanan pada pencapaian kompetensi dan pembekalan kecakapan hidup bagi peserta didik melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pendidikan yang berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketaqwaan dan kewarganegaraan (Kompetensi Dasar dan silabus Biologi SMU, 2002:1)
Pendidikan di sekolah pada dasarnya merupakan proses kegiatan belajar mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran dan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan guru sebagai pengajar. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan efektif apabila seluruh komponen yang berpengaruh di dalamnya saling mendukung. Komponen-komponen dalam mengajar tersebut antara lain: tujuan, materi, guru, metode, waktu yang tersedia, perlengkapan pengajaran dan evaluasi pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001:54)
SMA Negeri X merupakan salah satu SMA favorit di Kabupaten X. Di sekolah ini sudah menerapkan sistem KBK sejak 2 tahun terakhir. Namun pelaksanaannya belum secara mutlak, hal ini disebabkan karena adanya beberapa kendala yang dihadapi antar lain: belum adanya sarana dan prasarana yang memadai, kurangnya pengalaman para guru tentang pelaksanaan KBK serta kondisi siswa sendiri. Di dalam KBK, seharusnya dilaksanakan dengan sistem student centerd (proses pembelajaran dimana seluruh kegiatan pembalajaran berpusat pada siswa) dimana guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Namun, guru-guru Biologi di SMA Negeri X belum menerapkan sistem student centered secara menyeluruh untuk semua materi pelajaran, guru hanya menerapkan sistem ini untuk materimateri pelajaran tertentu saja. Guru masih menggunakan sistem teacher centered yang berupa ceramah. Ini dilakukan karena guru lebih berorientasi pada pencapaian materi yang padat dan harus diselesaikan dalam waktu yang cukup singkat.
Dengan metode ceramah yang diterapkan ini, kegiatan belajar mengajar lebih banyak berpusat pada guru dan kurang melibatkan aktivitas siswa. Guru hanya memberikan ceramah di depan kelas dan memberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal LKS saja tanpa melibatkan aktivitas siswa. Dengan metode pembelajaran yang digunakan ini menyebabkan kurang adanya interaksi edukatif antara guru dan siswa. Bila dijejali dengan materi secara terus menerus siswa akan mengantuk, bosan dan siswa cenderung ramai. Kebosanan ini pada akhirnya akan melemahkan motivasi dan minat belajar siswa.
Banyak siswa yang menganggap bahwa Biologi adalah mata pelajaran yang sulit dan hanya dapat dipelajari dengan cara dihafalkan. Siswa hanya menghafalkan fakta, prinsip dan teori yang disampaikan oleh guru tanpa berusaha untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ide-ide yang ada dalam pikiran mereka. Siswa cenderung bersikap pasif. Dengan cara yang seperti ini, siswa akan kurang dapat memahami maksud dan isi dari pelajaran yang diterimanya. Rendahnya pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran biologi ini mengakibatkan rendahnya nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada ujian semester ganjil. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 60 sedangkan batas tuntas yang seharusnya dicapai adalah 61. Ini membuktikan bahwa masih ada siswa yang belum mencapai ketuntasan untuk mata pelajaran Biologi.
Berdasarkan permasalahan di atas, solusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan menggunakan pendekatan dan metode belajar yang tepat. Tidak ada satupun pola pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat dianggap paling baik diantara pola pendekatan dan metode pembelajaran yang lain, karena masing-masing mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pendekatan dan metode pembelajaran tertentu kemungkinan baik untuk materi, situasi, dan kondisi tertentu, namun kemungkinan dapat juga kurang tepat untuk keadaan yang lain.
Penerapan metode pembelajaran yang efektif merupakan salah satu upaya untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan yang ada, antara lain: rendahnya pemahaman konsep, kecenderungan siswa menghafal materi pelajaran, kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran serta kebosanan siswa dengan metode ceramah yang dilakukan oleh guru. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pola pendekatan konstruktivisme. Menurut teori belajar Konstruktivisme di sekolah bahwa pengetahuan tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna (Paul Suparno, 1997: 13).
Siswa perlu membina konsep dan pengetahuan yang diberikan guru menjadi konsep dan pengetahuan yang bermakna melalui pengalaman awal yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Oleh karena itu, untuk belajar siswa tidak hanya mengasimilasikan konsep dan pengetahuan tapi harus mengakomodasikan, mengembangkan dan memodifikasi konsep yang sudah ada. Banyak cara pembelajaran di sekolah yang didasarkan pada teori konstruktivisme seperti CBSA, dimana ini merupakan suatu cara yang menekankan peranan siswa dalam membentuk struktur pengetahuannya sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa dalam pembentukan pengetahuannya. Penelitian ini akan menerapkan pendekatan konstruktivisme dengan metode pembelajaran inkuiri dan demonstrasi di dalam proses pembelajaran Biologi SMA. Pada kelompok perlakuan dilaksanakan pembelajaran pendekatan konstruktivisme dengan metode inkuiri dan metode demonstrasi sedang pada kelompok kontrol dilaksanakan pembelajaran dengan metode konvensional.
Mulyani Sumantri (2001: 133) menyatakan bahwa metode demonstrasi merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi/benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru/sumber belajar lain yang memahami/ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Sedangkan metode Inkuiri atau metode penemuan merupakan metode yang diperkenalkan pada guru bersamaan dengan meluasnya CBSA. Metode ini menyajikan pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Pengubahan model pembelajaran terutama dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik siswa terutama pada mata pelajaran Biologi. Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi enam aspek yaitu: pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Aspek afektif berkenaan dengan sifat yang meliputi lima aspek, yaitu: penerimaan, jawaban/reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek yaitu: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan konseptual, keharmonisan/ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif serta interpretatif. Bertolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan dimuka, maka diambil judul: STUDI KOMPARASI POLA PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DENGAN METODE INKUIRI DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA.

B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Adanya anggapan siswa bahwa Biologi merupakan mata pelajaran yang hanya dapat dipahami dengan cara menghafal
2. Kurang aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Biologi akibat dari metode ceramah yang diterapkan oleh guru
3. Kebosanan yang dialami siswa dengan metode ceramah yang diterapkan guru
4. Penerapan pola pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dengan metode inkuiri dan demonstrasi pada mata pelajaran Biologi kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

B. Pembatasan Masalah
1. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri X
2. Obyek penelitian
a. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan konstruktivisme dengan metode inkuiri, demonstrasi dan konvensional
b. Prestasi belajar Biologi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor

D. Perumusan Masalah
Agar penelitian lebih terarah sesuai dengan pembatasan masalah yang telah ditentukan, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan prestasi belajar yang dicapai antara siswa yang diberi pendekatan konstruktivisme metode Inkuiri, pendekatan konstruktivisme metode demonstrasi dan siswa yang diberi metode konvensional?
2. Apakah penggunaan pendekatan konstruktivisme metode inkuiri, demonstrasi dan konvensional baik digunakan dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri X pada materi pokok Bioteknologi?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui adanya perbedaan prestasi belajar yang dicapai antara siswa yang diberi pendekatan konstruktivisme metode inkuiri, pendekatan konstruktivisme metode demonstrasi dan siswa yang diberi metode konvensional.
2. Untuk mengetahui bahwa pendekatan konstruktivisme metode inkuiri lebih baik digunakan daripada metode demonstrasi dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri X pada materi pokok Bioteknologi.
3. Untuk mengetahui bahwa pendekatan konstruktivisme metode inkuiri lebih baik digunakan daripada metode konvensional dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri X pada materi pokok Bioteknologi.
4. Untuk mengetahui bahwa pendekatan konstruktinisme metode demonstrasi lebih baik digunakan daripada metode konvensional dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA Negeri X pada materi pokok Bioteknologi

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam memilih pola pendekatan dan metode pembelajaran Biologi yang sesuai dengan karakteristik siswa serta kondisi lingkungan belajar
2. Memberikan latihan pada siswa untuk menemukan konsep dan prinsip dengan pembelajaran bermakna (meaningful learning) agar tidak mudah terlupakan, sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Biologi
3. Memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya memilih dan menerapkan pola pendekatan dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran Biologi agar lebih menarik dan diminati siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 22:31:00

Skripsi Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari Kemampuan Verbal, Kemampuan Penalaran, Dan Kemampuan Awal Pada Sub Materi Pokok Teori Asam Basa

(Kode PENDMIPA-0014) : Skripsi Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari Kemampuan Verbal, Kemampuan Penalaran, Dan Kemampuan Awal Pada Sub Materi Pokok Teori Asam Basa Arrhenius Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu Alam Semester Genap SMA X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Pengetahuan memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan pengetahuan siswa harus belajar. Belajar merupakan suatu proses berkesinambungan untuk membentuk konsepkonsep baru atau pengalaman baru bardasarkan pengalaman dan pengetahuan yang baru, yang memerlukan pengetahuan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Penguasaan dan pemahaman terhadap materi yang telah diterima akan menjadi bekal dan pengalaman yang ikut menentukan keberhasilan belajar siswa pada materi berikutnya yang berhubungan (Dirjen Dikti:1990). Dalam mengajar guru harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran proses penemuan suatu konsep bagi siswa. Salah satunya adalah karakter kognitif siswa yang meliputi (1) persepsi, (2) perhatian, (3) mendengarkan, (4) ingatan, (5) readiness (kesiapan) dan transfer (6) intelegensi, (7) struktur kognitif, (8) kreativitas, dan (9) gaya kognitif. Salah satu masalah pokok yang sering diabaikan oleh guru adalah faktor readiness-transfer dan intelegensi.
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons (jawaban) di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kondisi mencakup setidaknya 3 (tiga) aspek, yaitu : (1) kondisi fisik, mental, dan emosional; (2) kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan; (3) keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. Menurut Thorndike kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya. Sedangkan intelegensi menurut B. Kolesnik :
“In most cases there is a fairly high correlation between one’s IQ, and his scholastic success. Usually, the higher a person’s IQ, the higher the grades he receives.” (www.depkdiknas.go.id)
Kesulitan yang dialami oleh siswa sebagaimana yang teramati di lapangan disebabkan antara lain oleh readiness (kesiapan) siswa serta tingkat intelegensi siswa dimana dalam penelitian ini akan diamati kemampuan verbal, penalaran, dan kemampuan awal yang dimiliki siswa. Guru di dalam mengajar hendaknya memahami bakat dari sebagian besar siswa dengan memperhatikan prasyaratprasyarat yang harus dikuasai siswa sebelum mendapatkan materi baru. Dengan demikian tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebelumnya dapat tercapai dan diperoleh efisiensi kerja yang optimal (Slametto, 1995:113-130).
Kimia merupakan mata pelajaran yang mengandung hitungan dan hafalan. Untuk materi-materi tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar. Adapun faktor yang mempengaruhi akan dikupas dalam penelitian ini yang ke depannya diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran.
Sub Materi Pokok Teori Asam Basa Arrhenius berisi konsep kimia yang didasarkan pada materi-materi tertentu yang pernah disampaikan sebelumnya yang saling berkaitan satu sama lain. Agar prestasi belajar kimia siswa khususnya pada sub materi pokok teori asam basa Arrhenius menjadi baik, maka untuk mengatasi kesulitan siswa peneliti melihat tiga hal sebagai predictor yaitu kemampuan verbal siswa, kemampuan penalaran formal siswa, dan kemampuan awal siswa.
Kemampuan verbal merupakan salah satu jenis kemampuan pada intelegensi. Selanjutnya Winkel (1991:72) menjelaskan bahwa kemampuan verbal adalah pengetahuan seseorang yang dapat diungkapkan dalam bentuk lisan atau tertulis dan diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa lisan atau tertulis juga. Sub tes penalaran verbal merupakan sub tes yang mengungkapkan kemampuan untuk memahami konsep dalam kata-kata verbal. Sub tes penalaran verbal merupakan aspek dari tes IQ (Intelligence Quotient) yang diberikan kepada siswa. (Dewa Ketut Sukardi,1997:114).
Menurut Suriasumantri dalam penalaran merupakan kemampuan manusia untuk mengikuti suatu alur tertentu di dalam memahami dan mengembangkan pengetahuan. Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Kemampuan manusia dalam melalukan upaya penalaran, pemecahan masalah serta pengolahan informasi merupakan tiga hal pokok dalam kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif sendiri mengandung arti sebagai kegiatan mental yang terkait dalam proses memperoleh, menyimpan, retrieve (memunculkan kembali), dan memanfaatkan berbagai pengetahuan.
Dalam hubungan ini penggunaan pengetahuan diharapkan mampu mendukung pelaksanaan proses penalaran, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara efektif. Proses penalaran sendiri memerlukan landasan logika. Sedangkan menurut Huffman landasan logika berkaitan dengan penarikan kesimpulan yang berorientasi pada terumuskannya suatu pengetahuan baru bagi dirinya. Cara orang menarik kesimpulan berdasarkan logika yang terdiri dari (1) logika induktif dan (2) logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Sedangkan logika deduktif menarik kesimpulan yang bersifat khusus menjadi kasus yang bersifat khusus (www.depkdiknas.go.id). Menurut Nana Sudjana, (1995:38) : “Kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan, termasuk di dalamnya latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat mulai mengikuti suatu program pengajaran”. Jadi kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebelum proses belajar-mengajar. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan lebih mudah menerima dan memahami materi pelajaran dibanding siswa yang memiliki kemampuan awal sedang, atau rendah. Materi pelajaran yang baru merupakan kelanjutan dari materi pelajaran sebelumnya, sehingga diharapkan siswa yang memiliki kemampuan awal lebih tinggi akan mencapai prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan awal sedang, atau rendah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas maka penulis meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa sebagai prediktor kemampuan yang harus dimiliki siswa sebelum menempuh materi dengan judul : “PRESTASI BELAJAR KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL, KEMAMPUAN PENALARAN, DAN KEMAMPUAN AWAL PADA SUB MATERI POKOK TEORI ASAM BASA ARRHENIUS PADA SISWA KELAS XI PROGRAM ILMU ALAM SEMESTER GENAP SMA NEGERI X TAHUN PELAJARAN XXXX/XXXX”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dididentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Siswa banyak mengalami kesulitan dalam belajar sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya.
2. Faktor-faktor karakter kognitif yang berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mempelajari sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.
3. Faktor-faktor internal yang menjadi penghambat utama siswa dalam mempelajari sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.
4. Adanya kemungkinan perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan yang memiliki kemampuan verbal rendah.
5. Adanya kemungkinan perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan yang memiliki kemampuan penalaran rendah.
6. Adanya kemungkinan perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan awal kimia tinggi dan yang memiliki kemampuan awal kimia rendah.
7. Kemampuan (verbal, penalaran, atau awal) siswa yang memiliki sumbangan terbesar dalam mempelajari sub pokok materi teori asam basa Arrhenius.

C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dan pembatasannya dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas serta untuk memperoleh kedalaman pada penarikan kesimpulan yang sahih, maka dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut :
1. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI program ilmu alam SMA Negeri X.
2. Objek penelitian dibatasi pada kemampuan verbal, kemampuan penalaran, dan kemampuan awal kimia siswa.

D. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Hubungan antara siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan yang memiliki kemampuan verbal rendah pada prestasi belajar kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius?
2. Bagaimana hubungan antara siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan yang memiliki kemampuan penalaran rendah pada prestasi belajar kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius?
3. Bagaimana hubungan antara siswa yang memiliki kemampuan awal kimia tinggi dan yang memiliki kemampuan awal kimia rendah pada prestasi belajar kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius?
4. Manakah yang memiliki sumbangan terbesar, apakah kemampuan verbal, kemampuan penalaran, atau kemampuan awal kimia, pada prestasi belajar kimia siswa sub materi pokok teori asam basa Arrhenius?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui hubungan antara siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan yang memiliki kemampuan verbal rendah pada prestasi belajar kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.
2. Mengetahui hubungan antara siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan yang memiliki kemampuan penalaran rendah pada prestasi belajar kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.
3. Mengetahui hubungan antara siswa yang memiliki kemampuan awal kimia tinggi dan yang memiliki kemampuan awal kimia rendah pada prestasi belajar kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.
4. Mengetahui kemampuan yang memiliki sumbangan terbesar terhadap prestasi belajar kimia siswa sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi kepada guru faktor-faktor intern siswa yang paling berpengaruh terhadap pembelajaran kimia sub materi pokok teori asam basa Arrhenius.
b. Memberikan masukan kepada guru dalam menentukan metode mengajar yang tepat dalam pengajaran kimia setelah mengetahui karakter siswa melalui kemampuan awal dan kecerdasan yang dimiliki siswa.
c. Memberikan masukan yang penting dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar kimia di SMA.
2. Manfaat Praktis
Meningkatkan mutu proses belajar mengajar kimia di sekolah dan memberikan prediksi bagi guru dalam mempertimbangkan kemampuan siswa yang berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia siswa.

Posted by: Admin Indeks Prestasi Updated at: 22:30:00